You are on page 1of 12

MAKALA PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME (PAVLOV , THORNDIKE , SKINNER)

DISUSUN OLEH :

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2013

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

BAB II TEORI TEORI BELAJAR

A. BEHAVIORISME Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam proses balajar. Tujuan utama psikologi membuat prediksi dan mengendalikan prilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Kajian dalam teori ini adalah bendabenda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulasi) dan gerak balas (respo). Misalnya untuk mengubah situasi kelas yang biasanya pasif ketika diberi pertanyaan, maka seorang pendidik atau guru harus mengubah atau memodifikasi stimulusny : misalnya dengan memberikan hadiah bagi siswa yang bisa menjawab. Pemberian hadiah diharapkan dapat menjadi stimulus yang dapat memunculkan respon yang diharapkan: yaitu meningkatnya keaktifan siswa di kelas. Berikut ini marilah kita cermati satu persatu beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme ini.

1. TEORI PAVLOV Teori pavlov merupaka salah satu bentuk belajar responden. Dalam belajar semacam ini suatu stimulus yang telah dikenal. Dalam teori ini, Pavlov melakukan suatu eksperimen dengn mempelajari proses pencernaan pada anjing. Selama penelitian mengamati perubahan waktu dan tingkat kecepatan pengeluaran air liur dari binatang (anjing). Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas: 1. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR). 2. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur. 3. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan. 4. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR). Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel. Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan. Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut: 1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan 2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan. 3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan. Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental,

refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi. Bila dicontohkan dalam kehidupan nyata teori pavlov ini bisa diterapkan. Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang sangat suka (UCR) dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Penerapan teori pavlov dalam dunia pendidikan yaitu sebagai contoh seorang siswa bernama maya pertama kali masuk sekolah guru menerimanya dengan senyuman dan pujian. Belum dua minggu berlalu maya minta diantar lebih pagi sambil berkata pada ibunya bahwa ia akan menjadi guru jika besar nanti. Dari fragmen di atas melukiskan adanya belajar responden dimana senyum dan pujian guru dapat ditafsirkan sebagai stimulus. Tindakan guru ini menimbulkan sesuatu dalam diri maya yaitu suatu perasaan yang menyenangkan yang dapat ditafsirkan sebagai respon tak terkondisi guru dan sekolah yang sebelumnya itu netral yaitu stimulus terkondisi, terasosiasi dengan stimulus tak terkondisi dan segera menimbulkan perasaan menyenangkan yang sama. Sumbangan palvov banyak dicoba pada beberapa anak dan fungsinya adalah sabagai berikut : a. Membentuk kebiasaan pada anak agar selalu membisakan kebersihan, kerapia, kesehatan, kejujuran, dan sebagainya. Pembiasaan itu mudah dan lebih baik dilakukan sejak masih dini, sebab pembiasaan pada anak dewasa lebih sukar, sebab setelah dewasa kebisaan akan terbentuk dan akan sukar dihapusakn bahkan sering dianggap kodrat. b. Untuk memutuskan kebiasaan- kebiasaan yang buruk dan mengurangi rasa takut pada anak-anak misalnya anak kecil yang biasanya bangun pagi terlambat/ kesiangan dapat dihapus dengan bangun pagi pada jam 05.30 c. Teori persyaratan dapat membentuk sikap-sikap yang baik terhadap aktivitas belajar pada siswa.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

d. Teori persyaratan dapat juga dipakai dalam psikoterapi, misalnya untuk menghilangkan rasa takut, malu, penyesuaian yang salah, agresif, tamak dan lain sebagainya.

2. TEORI THORNDIKE Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah (problem solving). Dalam penyelidikan tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini thorndike melakukan eksperimen dengn sebuah puzzelebox. Sebagai percobaan dengn seekor kucingsebagai subyek percobaannya, lapar sebagai motif, makanan sebagai rangsangannya, dan keluar kurungan sebagai masalahnya. Dengan cara sebagai berikut : 1. Kucing diletakkan didalam sangkar dan makanan diletakkan di luar sangkar 2. Kucing melakukkan beberapa percobaan untuk keluar dari sangkar 3. Berbagai reaksi akhirnya tali pengikat kucing tertarik sehingga pintu terbuka 4. Dan larilah kucing tersebut keluar untuk mendapatkan makanan Percobaan ini terus dilakukan berulang-ulang dan ternyata semakin dicoba erulang kali semakin pendek jarak waktu antara pemberian masalah dengn pemecahannya. Atas dasar diatas thorndike mengemukakan beberapa hukum belajar. Thorndike membedakan ada 3 hukum pokok.adapun hukum tersebut antara lain sebagai berikut a. Hukum Kesiapan ( Law of readiness ) Apabila seseorang itu bersedia untuk melakukan sesuatu tindakan, maka tindakan itu dapat memberi kepuasan kepadanya dan apabila dia tidak bisa melakukannya akan menimbulkan perasaan penyesalan dan apabila dipaksa melakukannya akan menghasilkan pembelajaran yang tidak sempurna. Rumusan dari hukum ini merujuk kepada kesediaan dan persiapan- persiapan yang perlu ada, sebelum individu itu bertindak. Aspek kesiapan meliputi 3 yaitu kesiapan psikomotorik, kesiapan afektif, dan kesiapan kognitif. b. Hukum Latihan ( Law of exercise ) Berkaitan dengan rangsangan dan gerak balas (S R) akan bertambah kukuh melalui latian yang diulang-ulang. Seseorang individu akan menguasai kemahiran jika latihan diadakan hukum latihan ini sangat sesuai digunakan bagi latihan hafalan. Hukum latihan menyatakan bahwa sesuatu tingkah laku akan diperkuat

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

melalui aplikasi dan akan dilemahkan tanpa pengukuhan. Contohnya jika pelajar selalu mengulangi rumus matematikannya dia akan dapat menginggatnya dengn lebih mudah. c. Hukum Efek ( Law of effect ) Hukum efek menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya hubungan sebagai akibat daripada hasil respons yang dilakukan. Apabila suatu hubungan atau koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan bertambah, sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan berkurang. Rumusnya jika tingkah laku diikuti dengn kepuasan maka ia akan diulang tetapi jika ia diikuti dengn keburukan maka ia akan lenyap contohnya jika kucing mendapat kejutan elektrik, apabila keluar dari sangkar dan kesakitan maka ia tidak akan mempunyai motivasi untuk keluar dari sangkarnya Implikasi teori Thorndike dalam pengjaran dan pembelajaran ialah : Meningkatkan tahap kesediaan belajar. Pada masa yang sama, guru perlu mamainkan peran dalam menggunakan motivasi yang sesuai Mengukuhkan pertalian antara rangsangan dan gerak balas pelajar dengn memperbanyak aktivitas latian, dan pengulanggn Guru juga perlu memberikan ganjaran untuk respon atau gerakbalas yang betul dari pelajar dan ganjaran tidak boleh dalam bentuk social dan material. Menekankan pemberian peluang kepada pelajar untuk menikmati kejayaan dalam pembelajaran mereka.

3. TEORI SKKINER Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensikonsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: 1. Belajar itu adalah tingkah laku. 2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan. 3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama. 4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku. Tabel Perbandingan Respons Elisit dan Tingkah-Laku Operan Respons Elisit ( Refleks ) Respons Emisi atau Operan Ada korelasi yang dapat diamati antara Ada respons bertindak mengenai stimulus dan respons; Respons yang lingkungan yang menimbulkan terpancing keluar terutama untuk menjaga konsekuensi yang berpengaruh pada kesejahteraan organisme. organisasi, dan dengan demikian mengubah tingkah-laku yang akan datang; Tidak ada korelasi nya dengan stimulus sebelumnya. Di kondisikan dengan substitusi stimulus; Di kondisikan melalui konsekuensi respons Kondisioning Tipe S yang memperbesar peluang merespons; Kondisioning Tipe R. 1. Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok. 2. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahkluk hidup. Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian: Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll). Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274). Penguatan positif Konsekuensi Guru menguji murid Penguatan negatif Konsekuensi Guru berhenti menegur murid Hukuman Konsekuensi

Perilaku Murid mengajukan pertanyaan yang bagus Perilaku Murid menyerahkan PR tepat waktu

Prilaku kedepan Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan Prilaku kedepan Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu Prilaku kedepan

Perilaku Murid menyela guru

Guru mengajar murid Murid berhenti menyela langsung guru Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang. Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam kontigensi terminal. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkahlaku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama. Dikelas, Skinner menggambarkan praktek tugas dan ujian sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum. Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain: Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

10

Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : 1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan materi teori Beheaviorisme diatas maka kami membuat kesimpulan yang mana kesimpulan ini tersusun dan diambil garis besar dari segenap penjelasan yang telah dijelaskan diatas. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam proses balajar. Tujuan utama psikologi membuat prediksi dan mengendalikan prilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah (problem solving). Dalam penyelidikan tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini thorndike melakukan eksperimen dengn sebuah puzzelebox. teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensikonsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. B. Saran Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BEHAVIORISME

12

DAFTAR PUSTAKA

http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-anggaran. http://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-skinner-dan-aplikasinya/ http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner-340649.html

You might also like