You are on page 1of 16

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TRADISIONAL/KONVENSIONAL

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TRADISIONAL/KONVENSIONAL Pembelajaran Konvensional (Conventional Learning) Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Pembelajaran kontekstual terbagi 3 yaitu, pembelajaran langsung (Direct Instructional), pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya, mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. MODEL KONTEKSTUAL ASPEK MODEL KONVENSIONAL (MODEL NHT) Konsep Bergantung pada guru (Pasif) Belajar secara mandiri Pembelajaran (Aktif) Sosok berkuasa (teacher Pemandu dan sebagai Peran Guru centered) fasilitator (student centered) Peran Ditambah, bukan sebagai Sebagai sumber yang kaya pengetahuan sumber belajar untuk belajar sendiri dan sebelumnya bagi temannya (prior knowledge) Seragam, berdasarkan umur Berkembang dari Kesiapan dan kurikulum pengalaman hidup dan belajar masalah nyata masingmasing individu Berpusat pada Berpusat pada tugas atau Orientasi subyek/disiplin ilmu/mata masalah sesuai dengan pembelajaran kuliah kebutuhan nyata Motivasi Penghargaan dan hukuman Dorongan internal dan

Kedudukan siswa dalam proses pembelajaran Proses belajar Siswa lebih banyak belajar siswa secara individual Pembelajaran bersifat teoritis Materi dan abstrak pembelajaran Kemampuan memahami materi Tujuan akhir pembelajaran Tempat memperoleh pembelajaran Kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan Tujuan akhir adalah nilai atau angka. Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas

dari luar (kredit) Siswa ditempatkan sebagai objek belajar

keingintaahuan yang kuat Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar Siswa belajar melalui kegiatan kelompok Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil Kemampuan didasarkan atas pengalaman Tujuan akhir adalah kepuasan diri Pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetah ui jawabannya Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok (**) Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran

1. Menyampaikan Tujuan 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut 2. 2. Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap 3. demi tahap dengan metode ceramah 3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Sintaks / Guru mengecek keberhasilan Langkahsiswa dan memberikan 4. langkah umpan balik 4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan Guru memberikan tugas 5. tambahan untuk dikerjakan di rumah. (*) 6. 7.

Ciri-ciri/ 1. Pembelajaran berpusat pada1. Karakteristik guru

2. Terjadi passive learning 2. Siswa belajar dari teman 3. Interaksi di antara siswa melalui kerja kelompok, kurang diskusi, saling mengoreksi 4. Tidak ada kelompok3. Pembelajaran dihubungkan kelompok kooperatif, dan dengan kehidupan nyata 5. Penilaian bersifat sporadis. atau masalah (*) 4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri. 5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman 6. Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan. 7. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata. (**) Peserta didik lebih 1. Setiap siswa memperhatikan guru dan menjadi siap semua. pandangan peserta didik 2. Dapat hanya tertuju pada guru. melakukan diskusi (*) dengan sungguhsungguh. 3. Siswa yang Kelebihan pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 4. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok (**) 1. Pelajaran 1. Kemungkinan berjalan nomor yang membosankan, peserta dipanggil, dipanggil didik hanya aktif lagi oleh guru. membuat catatan saja. 2. Tidak semua 2. Kepadatan anggota kelompok Kelemahan konsep-konsep yang dipanggil oleh guru diajarkan dapat (**) berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan. 4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar menghafal yang tidak menimbulkan pengertian. (*)
Diposkan oleh I PUTU SUARDIPA, di 17.06

perbandingan pembelajaran konvensional dan hypnotheaching


BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan sekarang ini sangatlah membutuhkan perhatian khusus agar tetap dapt berjalan sesuai dengan tujuan yang diingikan bersama. Metode pembelajaran yang digunakan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendidikan. Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Dengan demikian dapat dihasilkan output yang berkualitas. Selama ini banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar. Secara umum yang dimaksud dengan metode pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran guru di sini aktif dan peserta didik cenderung pasif. Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa metode tersebut sudah tidak layak digunakan, hingga kini muncul metode pembelajaran baru. Metode yang dimaksud yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar. Metode yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik. Untuk itu kita harus mampu membandingkan kedua metode tersebut. Dengan begitu kita dapat menentukan metode mana yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran sekarang ini.

B. Rumusan masalah Pada tulisan ini akan dibahas mengenai Perbandingan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching. Hal-hal yang akan dibahas antara lain : 1. Apa yang disebut dengan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching? 2. Bagaimana perbandingan antara metode pembelajaran konvensional dengan pembelajaran hypnoteaching dan kelebihan dan kelemahan nya masing-masing? 3. Bagaimana Pelaksanaan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching. C.Tujuan Penulisan Dengan penulisan makalah ini ,penulis mempunyai maksud memaparkan Apa itu metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching beserta kelebihan dan kelemahan nya masing-masing

BAB II PEMBAHASAN a.Pengertian Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-gaya bank (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Proses ini lebih jauh akan berimplikasi pada terjadinya hubungan yang bersifat antagonisme di antara guru dan siswa. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif dan diperlakukan tidak menjadi bagian dari realita dunia yang diajarkan kepada mereka. Burrowes (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses meniru dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional NO-FASE-PERAN GURU 1-Menyampaikan tujuan-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut 2-Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah 3-Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik-Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik 4-Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah. b.Pelaksanaan Model Pembelajaran Konvesional di Indonesia Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Namun, salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model pembelajaran ini sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya. Memang, model pembelajaran kovensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Menurut Ruseffendi (1991) metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa (tradisional) kita pakai- pada pengajaran matematika. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penye lesaiannya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Subiyanto (1988) menjelaskan bahwa, kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. Guru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-

kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat. Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. Disamping itu, menurutnya guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah. Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apaapa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan. Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam perkataan lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah dan/atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar (pebelajar). Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap sebagai model transmisi pengetahuan (Tishman, et al., 1993). Dalam model ini, peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan.

c. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Konvensional Pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama: a. Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. b. Menyampaikan informasi dengan cepat. c. Membangkitkan minat akan informasi. d. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. e. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: a. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. b. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. c. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi. e. Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). f. Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. g. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. i. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

II. a Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Metode Pembelajaran hypnoteaching Yaitu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar. Sehingga perhatian siswa akan tersedot secara penuh pada materi. Siswa akan memperhatikan dan enggan untuk berpaling. b. Langkah-langkah melakukan pembelajaran hypnoteaching Untuk melakukan hypnoteaching, hanya diperlukan langkah-langkah sederhana. Berikut ini adalah langkah-langkah dasar yang wajib dilakukan agar dapat menguasai jurus menjadi guru yang menguasai hypnoteaching. Langkah-langkah tersebut adalah : 1. Niat dan motivasi dalam diri. Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan bekerja cerdas untuk mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan memunculkan motivasi yang tinggi, serta komitmen untuk concern dan survive pada bidang yang di tekuni. Mari, lakukan sesuatu yang kita yakin akan dapat mengembangkan kualitas diri kita. Termasuk hypnoteaching. Abaikan suara-suara dan perasaan-perasaan yang menghambat untuk maju. 2. Pacing. Langkah kedua ini adalah langkah yang sangat penting. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain, atau siswa. Prinsip dasar disini adalah manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul / berinteraksi dengan sejenisnya / memiliki banyak kesamaan. Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengannya.Sehingga orang-orang dalam golongan itu akan merasa nyaman berada di dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik. Cara-cara melakukan pacing pada siswa: Bayangkan kita adalah seusia siswa-siswa kita. Disamping juga melakukan aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami siswa-siswa kita pada masa sekarang. Bukan pada saat kita masih sekolah dulu.Gunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa yang sering digunakan oleh siswa-siswa kita. Kalau perlu gunakan bahasa gaul yang sedang trend di kalangan siswasiswa.Lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan tema bahasan kita. Sangkutkan tema pelajaran yang kita bawakan dengan tema-tema yang sedang trend di kalangan siswa-siswa kita.Selalu update pengetahuan kita tentang tema, bahasa hingga gossip terbaru yang sedang trend di kalangan siswa. Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka tanpa sadar gelombang pikiran kita telah sama dengan para siswa. Akibatnya adalah siswa-siswa kita merasa nyaman untuk bertemu dengan kita. 3. Leading. Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing kita lakukan. Setelah melakukan pacing, maka siswa akan merasa nyaman dengan kita. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang kita ucapkan atau tugaskan pada siswa , maka siswa akan melakukannya dengan suka rela dan bahagia. Sesulit apapun materinya, maka pikiran bawah sadar siswa akan menangkap materi pelajaran kita adalah hal yang mudah, maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi mudah, dan siswa akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang. 4. Gunakan kata positif. Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negative. Yang terjadi pada pikiran bawah sadar manusia, yaitu tidak menerima kata negative. 5. Berikan pujian. Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada siswa. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya. 6. Modeling. Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah siswa menjadi nyaman dengan kita. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada kita dimantapkan dengan perilaku kita yang konsisten dengan ucapan dan ajaran kita. Sehingga kita selalu menjadi figure yang dipercaya. c. Kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran hypnoteaching: Kelebihan dari pembelajaran hypnoteaching: a. Proses belajar mengajar yang lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara guru dan siswa b. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya c. Proses pemberian ketrampilan banyak diberikan disini d. Proses pembelajarannya lebih beragam e. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi, karna termotivasi lebih untuk belajar f. Pembelajaran bersifat aktif g. Pemantauan terhadap peserta didik lebih intensif h. Siswa dibiarkan berimajinasi dan berfikir kreatif i. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati j. Daya serapnya lebih cepat dan lebih bertahan lama, karena siswa tidak menghafal

k. Perhatian siswa akan tersedot penuh terhadap materi Kekurangan dari pembelajaran hypnoteaching: 1. Metode ini belum banyak digunakan oleh para pengajara di Indonesia 2. Banyaknya siswa yang ada disebuah kelas, menyebabkan kurangnya waktu dari guru untuk memberi perhatian satu per satu peserta didiknya. 3. Perlu pembelajaran agar guru bisa melakukan Hypnoteaching 4. Tidak semua pengajar menguasai metode ini. 5. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah

BAB III PENUTUP Kesimpulan Seorang guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai model-model pembelajaran. Beliau harus mampu menentukan metode mana yang tepat untuk digunakannya dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik dapat merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar. Dengan demikian akan dapat menghasilkan output yang berprestasi dan berkualitas tinggi. Salah satu metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan olae guru dalam mengajar yaitu metode pembelajaran konvensional. Metode yang dalam penyampaian materinya dengan cara ceramah. Sehingga guru lebih bersifat aktif, sedangkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru. Daya serap materinya pun tidak bertahan lama, karena hanya mengandalkan aspek pendengaran (audio). Metode lain yang sedang marak saat ini yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode dimana penyampaian materi menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar. Metode yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik. Setelah peserta didik terfokus hanya pada guru, maka dengan mudah seorang guru itu merasuki pikiran peserta didik untuk menyampaikan meteri-materi pembelajaran. Tetapi untuk dapat melakukan metode hypnoteaching seorang guru harus mengikuti langkah-langkah yang telah disarankan. Dari penjelasan di atas dapat kita katakan bahwa hipnoterapi ternyata bisa memberikan efek positif pada diri kita. Melalui hipnoterapi, seseorang bisa mensugesti dirinya untuk lebih bersemangat menjalani hidup ini guna meraih apa yang diinginkan,

DAFTAR PUSTAKA http://xpresiriau.com http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHacea/7c4d72ac.dir/doc.pdf http://www.kompasiana.com http://mediasugesti.blogspot.com/2008/11/hypnoteaching-2.html Diposkan oleh tian_blogspot di 07.34

Pembelajaran Konvesional
perbandingan pembelajaran konvensional dan hypnotheaching BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan sekarang ini sangatlah membutuhkan perhatian khusus agar tetap dapt berjalan sesuai dengan tujuan yang diingikan bersama. Metode pembelajaran yang digunakan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendidikan. Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Dengan demikian dapat dihasilkan output yang berkualitas. Selama ini banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses mengajar. Secara umum yang dimaksud dengan metode pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran guru di sini aktif dan peserta didik cenderung pasif. Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa metode tersebut sudah tidak layak digunakan, hingga kini muncul metode pembelajaran baru. Metode yang dimaksud yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar. Metode yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta didik. Untuk itu kita harus mampu membandingkan kedua metode tersebut. Dengan begitu kita dapat menentukan metode mana yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran sekarang ini.

B. Rumusan masalah Pada tulisan ini akan dibahas mengenai Perbandingan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching. Hal-hal yang akan dibahas antara lain : 1. Apa yang disebut dengan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching? 2. Bagaimana perbandingan antara metode pembelajaran konvensional dengan pembelajaran hypnoteaching dan kelebihan dan kelemahan nya masing-masing? 3. Bagaimana Pelaksanaan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching. C.Tujuan Penulisan Dengan penulisan makalah ini ,penulis mempunyai maksud memaparkan Apa itu metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran hypnoteaching beserta kelebihan dan kelemahan nya masing-masing

BAB II PEMBAHASAN a.Pengertian Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang (kontekstual). Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-gaya bank (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Proses ini lebih jauh akan berimplikasi pada terjadinya hubungan yang bersifat antagonisme di antara guru dan siswa. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif dan diperlakukan tidak menjadi bagian dari realita dunia yang diajarkan kepada mereka. Burrowes (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten,

tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses meniru dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional NO-FASE-PERAN GURU 1-Menyampaikan tujuan-Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut 2-Menyajikan informasi-Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah 3-Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik-Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik 4-Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah. b.Pelaksanaan Model Pembelajaran Konvesional di Indonesia Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Namun, salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model pembelajaran ini sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan menggunakan model pembelajaran lainnya. Memang, model pembelajaran kovensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak pada awal proses pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Menurut Ruseffendi (1991) metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa (tradisional) kita pakai- pada pengajaran matematika. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Subiyanto (1988) menjelaskan bahwa, kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. Guru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat. Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. Disamping itu, menurutnya guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang

suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah. Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hapalan. Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam perkataan lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah dan/atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities). Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar (pebelajar). Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap sebagai model transmisi pengetahuan (Tishman, et al., 1993). Dalam model ini, peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan.

Metode Pembelajaran Konvensional


A. Pendahuluan Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metodepun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Metode Konvensional sering dikatakan adalah metode traditional. Dalam makalah ini akan dibahas apa-apa saja yang termasuk dalam metode konvensional dan kelebihan serta kelemahan masing-masing metode. Pemakalah masih memiliki banyak kekurangan dalam isi makalah ini, termasuk pengetahuan dan sumber yang dimiliki pemakalah. Dalam hal ini, pemakalah mengharapkan kritikan serta saran yang menambah wawasan bagi kita semua sehingga dapat membangun isi makalah ini. B. Pengertian Metode Konvensional Metode belajar dengan cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya) atau cara kerja yang berssitem memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan Sebagaimana menurut Harsanto bahwa, mengajar konvensional adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, yakni memberikan ilmu sebanyak mungkin kepada siswa, dan disini siswa dianggap sebagai guci yang kosong, dan pengajar pengajar bertugas mengisi guci sepenuhnya. Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan pesrta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional terlihat bahwa proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Secara umum ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah: Siswa dalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahua n dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. Belajar secara individual. Pembelajaran abstrak dan teoritis Perilaku dibangun atas kebiasaan, Kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final. Guru adalah penetu jalannya proses pembelajaran Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. Interaksi di antara siswa kurang Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok -kelompok belajar. C. Metode-metode Pembelajaran Konvensional 1. Metode Ceramah Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan metode ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar. Ceramah biasanya dipergunakan apabila: Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Mempersiapakan ceramah yang berdaya guna apabila: Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh peserta didik. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya. Susunan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus ditetapkan sebelumnya. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan. Keunggulan metode ceramah ialah sebagai berikut: Penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak -banyaknya Pengorganisasian kelas secara sederhana, dan tidak perlu di organisasikan secara khusus Dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan Kelemahan metode ceramah sebagai berikut: Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pembicaraannya. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar. 2. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Metode diskusi adalah suatu kegiatan kelompok adalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima anggota dan kelompoknya. Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak: Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa Memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya Mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai Membantu siswa belajar berpikir secara kritis Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. Kelebihan metode diskusi adalah sebagai berikut: Siswa belajar bermusyawarah Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing- masing Belajar menghargai pendapat orang lain Mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah Kelemahan metode diskusi sebagai berikut: Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.

Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat. Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara. Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antar kelompok. 3. Metode Tanya Jawab Dalam Pembelajaran Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau sebaliknya. Yang disebut tanya jawab Yaitu semua bentuk pertanyaan antara murid dan guru maupun sebaliknya, baik itu diwal, ditengah maupun diakhir pelajaran. Tanya jawab mencakup semua materi ajar bab, sub bab ataupun lainnya yang telah diberikan maupun yang sedang berlangsung. Kelebihan Metode Tanya Jawab adalah: Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Kelemahan metode tanya jawab: Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. Membutuhkan waktu lebih banyak. 4. Metode Demonstrasi Dan Eksperimen Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Selanjutnya metode eksperimen, metode eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi. Metode eksperimen suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu. Adapun Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila: 1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa. 2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil dan melakukannya. 3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti. Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah: 1. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan atau di Eksperienkan 2. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat 3. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen 4. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen. Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah: 1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama 2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan 3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya 5. Metode Resitasi Pengertian metode resitasi atau pemberian tugas adalah suatu cara dari guru dalam proses belajar mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah dan untuk dipertanggung jawabkan kepada guru. Ada beberapa kelebihan metode resitasi antara lain: Metode pemberian tugas dapat membuat siswa aktif belajar. Tugas lebih merangsang siswa untuk lebih banyak, baik waktu dikelas maupun diluar kelas atau dengan lain, baik siswa dekat dengan guru maupun jauh dengan guru. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya. Tugas lebih meyakinkan tentang apa yang akan dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengelola sendiri informasi dan komunikasi. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan -kegiatan belajar dapat dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. Metode ini dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. Metode ini dapat mengembangkan kreatifitas siswa. Ada beberapa kekurangan metode Resitasi antara lain : Siswa sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan me nyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang menonton (tak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Seringkali anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya menitu hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan. 6. Metode Kerja Kelompok Metode Kerja Kelompok merupakan salah satu pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur pembelajaran yang harus diterapkan, yaitu: a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok Dasar-dasar yang digunakan guru untuk membentuk kelompok antara lain sebagai berikut: a. Kemampuan. b. Jenis kelamin. c. Fasilitas. d. Meningkatkan partisipasi/menggiatkan pelajaran. e. Pembagian pekerjaan. 7. Model Pembelajaran Sosiodrama dan Bermain Peranan Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sosiodrama. 1. Guru sebagai fasilitator memulai pembelajaran dengan memberi gambaran singkat mengenai situasi. Situasi ini meliputi suatu profesi atau budaya. Pada proses ini biasanya siswa sebagai aktor melakukan pengenalan karakter dan mengatur panggung, masing-masing dari sudut pandangnya sendiri. 2. Setelah aktor atau siswa membangun karakter dan situasi, guru sebagai fasilitator bersikap lebih pasif dengan membiarkan siswa untuk berimprovisasi. 3. Pada akhir sosiodrama, fasilitator akan membuat kunci poin pembelajaran berdasarkan apa yang telah terjadi dan tentang subjek di tangan. Para penonton diajak untuk terlibat baik fasilitator atau aktor dalam diskusi. Berikut merupakan kelebihan dari metode pembelajaran Sosiodrama: berkesan dna tahan lama dalam ingatan siswa. Sangat menarik bagi siswa sehingga kelas menjadi dinamis dan antusias. Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat berfantasi) Memupuk kerjasama antara siswa. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri. Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn waktu singkat. Berikut merupakan kelemahan yang terdapat dalam pembelajaran dengan metode sosiodrama: Memerlukan waktu yang cukup panjang Memerlukan daya kreativitas dan daya kreasi tinggi. Hal ini belum tentu dimiiliki guru dan siswa Siswa malu untuk melakukan suatu adegan. Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana. Apabila bila sosiodrama gagal maka tujuan pembelajaran tidak dicapai Tidak semua materi dapat dilakukan dengan metode ini. Selanjutnya metode bermain peran (role playing), para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan social. Terdapat beberapa hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni: Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik Memilih partisipan/peran Menyusun tahap-tahap peran Menyiapkan pengamat Pemeranan Diskusi dan evaluasi Pemeranan ulang Diskusi dan evaluasi tahap dua

Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan 8. Metode Karya Wisata Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. Adapun kelebihan metode karyawisata sebagai berikut : Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak. Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut : Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan. Biayanya cukup mahal. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh. 9. Metode Drill atau Penugasan Metode drill adalah suatu cara menyajikan bahan pengajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil. Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya, kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru siswa disuruh mempraktekkan sehingga menjadi mahir dan terampil. Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri. Ada beberapa macam tekhnik dalam metode drill, diantaranya adalah : a. Teknik Inquiry (kerja kelompok) b. Teknik Discovery (penemuan) c. Teknik Micro Teaching d. Teknik Modul Belajar (kompetensi). e. Teknik Belajar Mandiri Adapun kelebihan Metode Drill sebagai berikut: Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan. Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk mel akukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya. Dibawah ini Kelemahan Metode Drill, yaitu: Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan. Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan. Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru. Latihan yangs selalu diberikan di bawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa. Karena tujuan latihan adalah untuk mengkok ohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya. Adapun petunjuk untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas adalah: Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu respons yang sempurna, reaksi yang tepat. Jika terdapat kesulitan pada murid saat saat merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab -sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar murid dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya. Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon. Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid. 10. Metode Sistem Regu [Team Teaching] Sistem regu adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mengajar suatu kelompok (group) siswa/kelas tertentu. Sesuai dengan sifatnya metode sistem regu (team teaching) dilaksanakan dengan tujuan membantu siswa agar lebih lancar dalam proses belajarnya, dan meningkatkan kerja sama antar guru dalam memikirkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu.

Sistem regu (Team : teaching) tepat digunakan apabila : Jumlah siswa terlalu besar, sehingga pembagian tugas belajar kurang merata dan penangkapan siswa kurang sempurna Pelajaran yang disampaikan mencakup unit yang luas, sehingga hanya dimungkinkan melalui metode sistem regu pengajaran dapat berjalan secara efektif Pelajaran yang diberikan dimaksudkan agar pengertian dan pemahaman siswa lebih luas dan mendalam Kerja sama dan komunikasi antar regu bidang studi tersebut dapat memungkinkan terlaksana Fasilitas dan sarana untuk itu cukup tersedia. Kelebihan metode sistem regu adalah sebagai berikut: Melalui metode sistem regu (team teaching) ini banyak menguntungkan, karena interaksi mengajar akan l ebih lancar Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan dapat mendalam. Karena masing-masing guru bidang studi dapat memberikan / kajian yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasi mereka masing-masing Unsur kerja sama antar siswa dan guru masing-masing bidang studi sangat menonjol, sehingga dimungkinkan adanya kerja sama yang harmonis, yang justru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar Tugas mengajar guru sedikit lebih ringan, sehingga cukup waktu untuk merencanakan per siapan mengajar yang lebih baik Pelajaran yang diberikan oleh guru, melalui metode sistem regu ini dipertanggungjawabkan, karena unit pelajaran ditangani oleh beberapa orang guru. Kekurangan metode sistem regu terletak pada : Pelajaran menjadi tidak sistematis, apabila masing-masing berjalan sendiri-sendiri, dan tidak adanya koordinasi yang baik. Hal ini dapat berakibat membingungkan dan menyulitkan bagi siswa Bagi guru yang kurang disiplin, bila mendapatkan giliran bebas tugas, kemungkinan waktu ters ebut hanya digunakan untuk beristirahat daripada membuat rencna pelajaran yang baik Kemungkinan bagi pementukan (team teaching) hanya sekedar memperbincangkan faktor ekonomis dan administrasi pengajaran yang justru hal yang pokok Apabila tidak tercipta hubungan yang harmonis dan kerja sama yang kompak antar guru bidang studi, maka kemungkinan akan berakibat fatal bagi tercapainya tujuan pengajaran Kecenderungan sistem pengajaran modern menghendaki adanya pemisahan yang tugas spesialisasi dari masing-masing mata pelajaran Metode sistem regu (team teaching) selain dapat diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan formal, juga dapat dietrapkan di lembaga-lembaga non formal. Misalnnya pada lembaga pendidikan pondok pesantren, pengajian-pengajian, kursus-kursus dan lain sebagainya. D. Kesimpulan Mengajar konvensional adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa, yakni memberikan ilmu sebanyak mungkin kepada siswa, dan disini siswa dianggap sebagai guci yang kosong, dan pengajar pengajar bertugas mengisi guci sepenuhnya. Metode-metode konvensional terbagi atas: 1. Metode Ceramah 2. Metode Diskusi 3. Metode Tanya Jawab Dalam Pembelajaran 4. Metode Demonstrasi Dan Eksperimen 5. Metode Resitasi 6. Metode Kerja Kelompok 7. Model Pembelajaran Sosiodrama dan Bermain Peranan 8. Metode Karya Wisata 9. Metode Drill atau Penugasan 10. Metode Sistem Regu [Team Teaching]

You might also like