You are on page 1of 27

I. IDENTITAS PENELITIAN 1. Judul Usul : Kajian Produksi Biodiesel dan Bioetanol Berbasis Mikroalga Secara Simultan 2.

Ketua Peneliti Nama Lengkap dan Gelar : Ahmad Budi Junaidi, S.Si., M. Sc. Bidang Keahlian : Kimia Lingkungan/Energi terbarukan Jabatan Struktural : Penata/IIIc Jabatan Fungsional : Lektor Unit kerja : PS Kimia FMIPA Unlam Alamat Surat : FMIPA Unlam Jl. A. Yani Km. 35,8 Banjarbaru - Telepon/Faksimile : 0511- 4773868 - E-mail : a_budi_j@yahoo.co.id 3. Anggota Peneliti No. 1. 2.
Nama & Gelar Akademik

Bidang Keahlian 1.
Kimia Fisika 2.

Abdullah, S.Si. M. Si. Gunawan , S. Si., M. Si.

3. Biologi 1. Tumbuhan 2. 3.

Mata Kuliah yang diampu Kimia Fisika Kimia Polimer Bhn Bakar Hayati Sistem tumbuhan Etnobotani ekologi tumbuhan

Instansi PS Kimia FMIPA Unlam


PS Biologi

Alokasi Waktu Jam/minggu

8 jam 8 jam

FMIPA Unlam

4. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah mikroalga sebagai bahan baku pengolahan biodiesel dan pemanfatan biomasssa mikroalga sisa pengolahan biodiesel sebagai bahan baku pengolahan bioetanol. Penelitian difokuskan pada kondisi/metode optimum pengolahan biodiesel dan bioetanol tersebut di atas dengan parameter yield dan ketercapaian standar kualitas produk biodiesel dan bioetanol. 5. Periode Pelaksanaan Penelitian Mulai berakhir : Pebruari 2012 : Desember 2012

6. Anggaran yang diusulkan - Tahun Pertama : Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah)

- Anggaran Keseluruhan : Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) 7. Lokasi Penelitian Kulktur, preparasi mikroalga dan hidrolisis serta fermentasi biomassa mikroalga (kajian produksi bioetanol) dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA Unlam, Banjarbaru Ekstraksi lipid mikroalga dan proses transesterifikasi (kajian produksi biodiesel) serta analisis viskositas dan densitas produk biodiesel dan bioetanol mikroalga dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA Unlam, Banjarbaru Analisis glukosa menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan di Laboratorium Instrumentasi FMIPA Unlam. Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA Unlam. Analisis flash point, cloud point, kadar air dan sedimen, kadar karbon dan residu karbon, angka korosi, dan angka setana dilakukan di Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi Minyak Gas Bumi-LEMIGAS,Jakarta. Analisis sampel dengan instrumen GC-MS, dan IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM, Jogjakarta. 8. Hasil yang ditargetkan Secara global penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu teknologi dan informasi skala laboratorium pengolahan secara simultan biodiesel dan bioetanol berbahan baku mikroalga dengan tingkat produktivitas dan efesiensi yang optimum. Kajian ekstraksi lipid mikroalga diharapkan dapat diperoleh jenis pelarut yang tepat dan waktu optimum. Kajian transesterifikasi lipid mikroalga diharapkan dapat diperoleh jenis pereaksi, rasio pereaksi, jenis katalis, konsentrasi katalis, temperatur dan lama reaksi yang tepat untuk menghasilkan biodiesel secara optimum kuantitas dan kualitasnya. Sedangkan biomassa sisa ekstraksi lipid diolah menjadi bioetanol. Kajian proses hidrolisis diharapkan dapat diperoleh metode hidrolisis yang tepat untuk mengkonversi biomassa mikroalga menjadi glukosa secara maksimal. Dengan kajian proses fermentasi glukosa mikroalga diharapkan diperoleh kondisi dan rasio serta lama fermentasi optimum untuk menghasilkan bioetanol yang optimal baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian diharapkan melalui penelitian

diperoleh teknik, metode dan kondisi yang tepat untuk dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas konversi mikroalga menjadi bioenergi. 9. Instansi lain yang terlibat 10. Keterangan lain yang dianggap perlu II. SUBSTANSI PENELITIAN ABSTRAK Mikroalga merupakan salah satu organisme yang dapat dinilai ideal dan potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku produksi bioenergi. Kandungan lipid dalam biomassa mikroalga spesies tertentu sangat tinggi dan ditunjang dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Secara matematis produktivitasnya mencapai lebih dari 20 kali produktivitas minyak sawit dan 80 kali minyak jarak. Kadar karbohidrat mikroalga juga tinggi, dan secara matematis produktivitas bioetanolnya mencapai lebih dari 100 kali ubi singkong. Dengan demikian biomassa sisa produksi biodiesel dari mikroalga berpotensi digunakan untuk memproduksi bioetanol sehingga produktivitas energi berbasis mikroalga dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembuatan biodiesel dari bahan baku mikroalga dan mengkaji penggunaan sisa produksinya sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Kajian difokuskan pada kondisi optimum pembuatan biodiesel dengan parameter yield dan ketercapaian standar kualitas biodiesel (kegiatan tahun I). Biomassa mikroalga sisa pengolahan biodiesel dikonversi menjadi bioetanol dengan cara difermentasi. Kajian difokuskan pada kondisi fermentasi optimum dengan parameter yield, ketercapaian kualitas standar bioetanol dan kadar bioetanol yang diperoleh (kegiatan tahun II). Kata kunci: bioenergi, mikroalga, biodiesel, bioetanol. : tidak ada :-

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kenyataan bahwa cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis. Hal ini dapat berakibat pada krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan perekonomian dunia. Di sisi lain penggunaan sumber energi fosil juga telah disadari menyumbang emisi gas rumah kaca yang tidak hanya sekedar mengakibatkan pemanasan global dengan segala permasalahan lain yang mengikutinya, akan tetapi juga mengakibatkan keasaman perairan meningkat yang berujung pada kerusakan lingkungan. Kondisi ini memaksa dilakukannya pencarian sumber energi alternatif (Ansyori, 2004 ; Teresa, et al., 2010). Salah satu energi alternatif yang sangat potensial menggantikan sumber energi fosil adalah berasal dari biomassa yang diproses menjadi biofuel. Penggunaan biofuel sebagai sumber energi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber energi fosil diantaranya : 1). Sumber energi bersih, tidak menambah jumlah gas CO 2 di alam karena terjadi proses dekarbonisasi CO2 bahan bakar menjadi biomassa yang akan diproduksi menjadi biofuel dan tidak menghasilkan emisi gas lain seperti sulfur dioksida 2). Dapat diperbaharui/berkelanjutan. 3) Memiliki angka oktan/cetan yang tinggi sehingga penggunaannya tidak membutuhkan lagi agen anti-knocking. (Hidayat dan Syamsul, 2008) 4) Produksinya dapat tidak mesti dalam skala yang sangat besar sehingga proses produksinya dapat disebar di masing-masing daerah sesuai kebutuhan (Teresa, et al., 2010). Penggunaan biofuel sebagai sumber energi alternatif telah lama dilakukan di berbagai negara yang selama ini aplikasi digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak bumi seperti Brazil (20%, 1975), Amerika Serikat (10%, 1978), Australia (10%, 1992), Kolumbia (10%, 2001), Thailand (10%, 2002), Sedangkan Indonesia juga telah dimulai sebagai campuran bahan bakar premium 10% untuk transportasi yang tertuang dalam Perpres No. 5/2006 dan Inpres No. 1/2006 (Mujizat, 2008). Pemerintah melalui PP no. 5 tahun 2006 telah menetapkan akan mengurangi peran minyak bumi yang saat ini pada posisi 52% menjadi 20% pada tahun 2025 nanti.

Sebagai tahap awal pelaksanaan PP tersebut, sampai dengan tahun 2010 telah ditetapkan beberapa target pencapaian seperti penciptaan lapangan kerja bagi 3,5 juta pengangguran, peningkatan pendapatan bagi para pekerja di sektor bahan bakar nabati (BBN), serta pengembangan 5,25 juta hektar lahan terlantar untuk penanaman bahan baku BBN. Produk biofuel yang sangat penting saat ini adalah biodiesel dan bioetanol yang digunakan untuk menggantikan BBM diesel dan premium sebagai bahan bakar mesin dengan sedikit atau bahkan tanpa modifikasi. Biodiesel dapat diproduksi dari bahan baku minyak tumbuhan seperti minyak jarak dan minyak sawit, sedangkan bioetanol diproduksi dari biomassa tumbuhan seperti tebu, jagung, ubi-ubian dan bahan-bahan lignoselulosa. Pemilihan sumber bahan baku yang tepat merupakan suatu yang hal yang sangat penting. Konversi bahan pangan seperti minyak sawit dan jagung serta ubi-ubian menjadi bioenergi akan menimbulkan permasalahan rawan pangan dan konversi area produksi yang besar akan menimbulkan permasalahan lingkungan baru. Dari sisi kandungan kimia bahan baku tentunya harus memiliki kandungan minyak/lipid (untuk biodiesel) atau karbohidrat/biomassa (untuk bioetanol) yang tinggi. Mikroalga merupakan salah satu organisme yang dapat dinilai ideal dan potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku produksi biofuel (Li, et al., 2008 ; Raja, et al., 2008 ; Gouveia and Oliveira, 2009). Kandungan lipid dalam biomassa mikroalga kering spesies tertentu dapat mencapai di atas 50% dengan pertumbuhan yang sangat cepat (Hossain, et al, 2008 ; Hu, et al, 2008 ; Massinggil, 2009). Proses pembiakan mikroalga hanya membutuhkan waktu 10 hari untuk siap dipanen sehingga secara matematis produktivitasnya mencapai (120.000 kg biodiesel/Ha tahun) lebih dari 20 kali lipat produktivitas minyak sawit (5.800 kg biodiesel/Ha tahun) dan 80 kali lipat dibandingkan minyak jarak (1.500 kg/biodiesel/Ha tahun) (Teresa, et al, 2010). Kadar karbohidrat mikroalga juga tinggi (29-31% berat kering untuk spesies clorella) lebih tinggi dari pada ubi singkong (23% berat kering) dan dengan memperhitungkan masa panen, secara matematis produktivitas bioetanolnya mencapai lebih dari 100 kali lipat ubi singkong (Ansyori, 2008). Berdasarkan hal ini maka produksi biodiesel berbahan dasar mikroalga secara logika tentunya akan lebih menguntungkan jika limbah produksinya berupa biomassa mikroalga dimanfaatkan lebih lanjut untuk menghasilkan bioetanol.

I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah untuk dikaji dalam penelitian ini : Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan : 1. Bagaimana kondisi optimum dan produktivitas biodiesel yang dihasilkan dari transesterifikasi kandungan lipid dari mikroalga. 2. Bagaimana kualitas biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi lipid dari mikroalga. 3. Bagaimana kondisi optimum dan produktivitas bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi biomassa mikroalga sisa ekstraksi lipid (sisa proses pembuatan biodiesel). 4. Bagaimana kualitas bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi biomassa mikroalga sisa proses produksi biodiesel I.3. TUJUAN KHUSUS Penelitian yang akan dilaksanakan mempunyai tujuan untuk mengkaji produktivitas dan kualitas biodiesel yang diproduksi dari bahan dasar mikroalga serta mengkaji produktivitas dan kualitas bioetanol yang diproduksi dari biomassa mikroalga sisa produksi biodiesel. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan pentahapan sebagai berikut : Tahun I: 1. Membiakkan mikroalga jenis chlorella sp. dengan skala laboratorium 2. mengekstraksi dan menentukan kandungan lipid mikroalga 3. Melakukan transesterifikasi lipid dari mikroalga dan mengamati pengaruh konsentrasi asam sulfat, rasio etanol : lipid dan waktu serta perubahan temperatur pada proses transesterifikasi terhadap rendemen biodiesel yang dihasilkan. 4. Menentukan karakterisitik (sifat fisika dan kimia) dari biodiesel yang dihasilkan meliputi : nilai densitas, viskositas, bilangan asam, bilangan iod, flash point, cloud point, , kadar air dan sedimen, residu karbon, angka korosi, dan angka setana.

5. Menginterpretasi hasil analisis GC-MS dan spektrometer IR dari lipid mikroalga dan biodiesel yang dihasilkan. Tahun II: 1. Menentukan kandungan karbohidrat/pati dari biomassa mikroalga sisa pembuatan biodiesel. 2. Melakukan fermentasi biomassa mikoalga sisa pembuatan biodiesel dan mengamati pengaruh rasio yeast dan enzim amilase dengan biomassa mikroalga dan waktu fermentasi terhadap rendemen bioetanol yang diperoleh. 3. Menentukan karakteristik dari bioetanol yang diperoleh meliputi : kemurnian, flash point, cloud point, kadar air, kadar metanol, kadar Cu, kadar denaturasi dan kadar gum (getah). 4. Menginterpretasi hasil analisis GC-MS dan spektrometer IR dari pati mikroalga dan bioetanol yang dihasilkan. I.3. KEUTAMAAN (URGENSI) PENELITIAN Produksi bioenergi sebagai sumber energi alternatif sangat efektif untuk mengatasi permasalahan krisis energi sekaligus mereduksi permasalahan lingkungan yang ditimbulkan akibat pemakaian sumber energi fosil. Pemerintah melalui PP no. 5 tahun 2006 telah menetapkan akan mengurangi peran minyak bumi yang saat ini pada posisi 52% menjadi 20% pada tahun 2025 nanti. Sebagai tahap awal pelaksanaan PP tersebut, sampai dengan tahun 2010 telah ditetapkan beberapa target pencapaian seperti penciptaan lapangan kerja bagi 3,5 juta pengangguran, peningkatan pendapatan bagi para pekerja di sektor bahan bakar nabati (BBN), serta pengembangan 5,25 juta hektar lahan terlantar untuk penanaman bahan baku BBN. Tantangan utama terhadap target yang ingin dicapai adalah masih tingginya biaya produksi terutama harga bahan baku biodiesel/bioetanol yang menyebabkan harga biodiesel di pasaran masih kalah bersaing dengan harga bahan bakar diesel dari minyak bumi. Disamping itu bahan baku biodiesel dan bioetanol selama ini juga merupakan produk pangan yang menyebabkan adanya persaingan yang kontroversial. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya diversifikasi bahan baku biodiesel/bioetanol. Penggunaan mikroalga sebagai baku dasar biofuel sangat potensial ditinjau dari banyak aspek baik dari segi produktivitas, efektivitas, ekonomis maupun dari sisi lingkungan

dan yang terpenting bahwa keadaan alam Indonesia yang tropis cocok untuk budidaya mikroalga. Produksi biofuel berbahan dasar lainnya seperti minyak sawit dan minyak jarak telah lama dan banyak diketahui, akan tetapi produksi biofuel berbasis mikroalga masih dalam tahap pengkajian dan tentunya berbeda dengan keadaan optimalnya dengan produksi biofuel berbahan dasar selain mikroalga. Ditinjau dari segi sintesis/metabolisme lipid dan karbohidrat yang sangat singkat dibandingkan biomassa lain tentunya biomassa mikroalga lebih sederhana dan kemungkinan kemungkinan proses konversinya menjadi biofuel lebih mudah pula sehingga keadaan optimum produksinya kemungkinan juga akan berbeda. Selain kandungan lipid yang tinggi hingga mencapai lebih dari 50%, pada mikroalga tertentu (seperti spesies chlorella sp) juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi hingga mencapai 29-31% (Mujizat, 2008). Hal ini tentunya menjadikan mikroalga memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai bahan baku biodiesel dan bioetanol secara simultan, dimana biomassa sisa ekstraksi lipid untuk produksi biodiesel berpotensi untuk difermentasi menjadi bioetanol. Sehingga diharapkan produksi biodiesel dan bioetanol berbahan baku mikroalga secara simultan dapat lebih efektif dan bernilai ekonomis tinggi serta sangat menguntungkan untuk dikembangkan di Indonesia

BAB II STUDI PUSTAKA DAN STUDI PENDAHULUAN YANG TELAH DILAKSANAKAN 2.1 Bahan Bakar Nabati Cadangan sumber energi fosil dunia sudah semakin menipis merupakan ancaman yang sangat serius terhadap terjadinya krisis energi yang akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan perekonomian dunia. Di sisi lain penggunaan sumber energi fosil juga telah disadari menyumbang emisi gas rumah kaca yang tidak hanya sekedar mengakibatkan pemanasan global dengan segala permasalahan lain yang mengikutinya, akan tetapi juga mengakibatkan keasaman perairan meningkat yang berujung pada kerusakan lingkungan. Kondisi ini memaksa dilakukannya pencarian sumber energi alternatif (Ansyori, 2004 ; Teresa, et al., 2010). Salah satu energi alternatif yang sangat potensial menggantikan sumber energi fosil adalah berasal dari biomassa yang diproses menjadi biofuel. Penggunaan biofuel sebagai sumber energi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber energi fosil diantaranya : sumber energi bersih, tidak menambah jumaah gas CO 2 di alam karena terjadi proses dekarbonisasi CO2 bahan bakar menjadi biomassa yang akan diproduksi menjadi biofuel dan tidak menghasilkan emisi gas lain seperti sulfur dioksida; dapat diperbaharui/berkelanjutan; memiliki angka oktan/cetan yang tinggi sehingga penggunaannya tidak membutuhkan lagi agen anti-knocking (Hidayat dan Syamsul, 2008).; produksinya dapat tidak mesti dalam skala yang sangat besar sehingga proses produksinya dapat disebar di masing-masing daerah sesuai kebutuhan (Teresa, et al., 2001). Penggunaan biofuel sebagai sumber energi alternatif telah lama dilakukan di berbagai negara yang selama ini aplikasi digunakan sebagai campuran bahan bakar minyak bumi seperti Brazil (20%, 1975), Amerika Serikat (10%, 1978), Australia (10%, 1992), Kolumbia (10%, 2001), Thailand (10%, 2002), sedangkan Indonesia juga telah dimulai sebagai campuran bahan bakar premium 10% untuk transportasi dan akan mengurangi peran minyak bumi yang saat ini pada posisi 52% menjadi 20% pada tahun

2025 nanti sebagai kebijakan energi nasional yang tertuang dalam Perpres No. 5/2006 dan Inpres No.1/2006 (Mujizat, 2008).

Gambar 2.1. Produksi biofuel Dunia, 1975-2005 (Henniges dan Zeddies, 2006) Sebagai tahap awal pelaksanaan PP tersebut, sampai dengan tahun 2010 telah ditetapkan beberapa target pencapaian seperti penciptaan lapangan kerja bagi 3,5 juta pengangguran, peningkatan pendapatan bagi para pekerja di sektor bahan bakar nabati (BBN), serta pengembangan 5,25 juta hektar lahan terlantar untuk penanaman bahan baku BBN. Walaupun demikian untuk mencapai target yang telah ditetapkan masih mengalami berbagai tantangan. Tantangan utama adalah masih tingginya harga bahan baku biodiesel terutama CPO, sehingga harga biodiesel di pasaran masih kalah bersaing dengan harga bahan bakar diesel dari minyak bumi (Hambali, et. al, 2007). Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mencari bahan baku yang tepat untuk produksi biofuel. 2.2 Produksi Biodiesel Dalam pembuatan biodiesel beberapa variabel penting perlu dicermati, seperti jumlah mol alkohol (metanol/etanol), konsentrasi katalis (KOH/NaOH), suhu reaksi, dan waktu reaksi. Menurut Chitra, et al. (2005), jumlah metanol optimum adalah 20%,

10

dengan konsentrasi NaOH 1%, suhu reaksi 60 oC dengan waktu reaksi 90 menit dengan kadar ester dalam biodiesel sebesar 98%. Dalam pembuatan biodiesel biasanya minyak terlebih dahulu ditingkatkan kualitasnya (refining) dengan cara degumming dan netralisasi. Degumming dilakukan dengan cara menambahkan asam phosfat, sementara netralisasi dilakukan dengan menambahkan basa NaOH. Minyak hasil netralisasi selanjutnya ditransesterifikasi dengan metanol atau etanol sebagai pereaksi.
H H H H C C C H trigliserida O O O O C O C O C R1 R2 R3 + 3 ROH alkohol katalis R R R O O O O C O C O C R1 R2 R3 + H2C HC H2C OH OH OH

alkil ester

gliserol

Gambar 2.2 Reaksi pembentukan senyawa alkil ester (biodiesel) Tabel 2.1 persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006 Parameter dan satuannya Batas nilai Metode uji Massa jenis pada 400C, kg/m3 850-890 ASTM D 1298 Viskositas kinematik pada 400C, mm2/s (cSt) 2,3-6,0 ASTM D 445 Angka setana Min. 51 ASTM D 613 0 Titik nyala (mangkok tertutup, C Min. 100 ASTM D 93 Titik kabut, 0C Maks. 18 ASTM D 2500 Korosi bilah tembaga (3jam, 500C) Maks. No. 3 ASTM D 130 Residu karbon, % berat : - dalam contoh asli Maks. 0,05 ASTM D 4530 - dalam 10% ampas distilasi Maks. 0,03 Air dan sedimen, %-volume Maks. 0,05 ASTM D 2709 0 Temperatur distilasi 90%, C Maks. 360 ASTM D 1160 Abu tersulfatkan, %-berat Maks. 0,02 ASTM D 874 Belerang, ppm-b (mg/kg) Maks. 100 ASTM D 5453 Fosfor, ppm-b (mg/kg) Maks. 10 AOCS Ca 12-55 Angka asam, mg-KOH/g Maks. 0,8 AOCS Cd 3-63 Gliserol-bebas, %-berat Maks. 0,02 AOCS Ca 14-56 Gliserol total, %-berat Maks. 0,24 AOCS Ca 14-56 Kadar ester alkil, %-berat Min. 96,5 Dihitung Angka iodium, g-I2/(100 g) Maks. 115 AOCS Cd 1-25 Uji Halphen Negatif AOCS Cb 1-25 Ada beberapa jenis proses produksi biodiesel yang telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan kebutuhan energi untuk

11

konversi bahan baku menjadi biodiesel diantaranya : proses Biox, proses Lurgi, proses MPOB (Malaysian Palm Oil Board) dan proses yang dikembangkan ITB Bandung. 2.3 Produksi Bioetanol Minat dunia dalam menggunakan bioetanol sebagai energi alternatif telah mendorong penelitian yang berkaitan dengan efisiensi biaya dan proses produksi. Etanol dilaporkan dapat menghasilkan paling sedikit 20% energi lebih tinggi dibandingkan dengan energi yang digunakan dalam proses produksinya. Selain itu, proses produksi dan pembakaran etanol dapat menurunkan 12% gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil (Hill et al., 2006). Bahan-bahan yang mungkin digunakan sebagai penghasil bioetanol biasanya mengandung karbohidrat. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, seperti singkong, tebu, aren, dan jagung sehingga Indonesia berpotensi menjadi Produsen terbesar di Dunia. Saat ini Brasil merupakan negara penghasil bioetanol terbesar di dunia selama dekade terakhir, walaupun produksi Amerika Serikat mulai mendekati level produksi Brasil. Perbedaan utamanya adalah struktur biaya produksi yang lebih rendah di Brasil karena menggunakan bahan baku tebu, sedangkan di Amerika Serikat lebih banyak menggunakan bahan baku tepung dan jagung (Henniges dan Zeddies 2006). Etanol umumnya diproduksi dengan fermentasi secara batch dan fed batch dengan menggunakan mikroba Saccharomyces dan dapat menghasilkan etanol yang tinggi, sekitar 12-14% (v/v). Laporan dan tinjauan tentang produksi etanol melalui proses fermentasi dengan menggunakan beberapa strain bakteri, kapang, dan jamur telah banyak diterbitkan (Dien et al. 2003; Desai et al. 2004; Demain et al. 2005; Chinn et al. 2006; Keating et al. 2006). Namun, kemampuan organisme tersebut biasanya terbatas karena hanya dapat menggunakan substrat gula C6 (heksosa). Selama dua dasawarsa terakhir, upaya untuk merekayasa berbagai mikroba mesofilik penghasil etanol intensif dilakukan agar dapat menggunakan gula pentosa dan heksosa. Caranya, dengan memasukkan dan mengekspresikan gen-gen yang berperan dalam asimilasi dan metabolisme gula pentosa (Dien et al. 2003). C6H12O6 Glukosa 2 C2H5OH Etanol + 2 CO2

Gambar 2.3 Reaksi pembentukan senyawa etanol (bioetanol) dari glukosa

12

Toleransi terhadap produk (etanol) yang relatif tinggi sangat penting agar proses produksi etanol dengan fermentasi berkesinambungan dan ekonomis. Namun, beberapa mikroorganisme yang telah diteliti untuk produksi etanol umumnya hanya tahan terhadap etanol pada tingkat yang rendah, kecuali S. cerevisiae (10-12% b/v) dan Z. mobilis (12% b/v). Hal ini disebabkan oleh mekanisme yang berhubungan dengan terganggunya integritas membran sel dari mikroorganisme sejalan dengan meningkatnya konsentrasi etanol pada cairan fermentasi. Struktur membran yang unik pada S. cerevisiae (kaya sterol) dan Z. mobilis (kaya senyawa asam vasenik dan hopanoid) diduga merupakan penyebab tingginya ketahanan terhadap etanol (Zaldivar et al. 2001). Tinggi rendahnya alkohol ditentukan oleh aktifitas khamir dengan substrat gula yang terfermentasi. Dari satu molekul glukosa akan terbentuk dua molekul alkohol dan karbondioksida. Namun konsentrasi glukosa yang terlalu tinggi akan menghambat pembentukan alkohol, sebab glukosa dengan kadar yang tinggi menyebabkan pertumbuhan khamir terhambat sehingga kadar alkohol yang dihasilkan sedikit. Siklus metabolisme yang umum digunakan oleh mikroorganisme untuk memecah gula adalah siklus glikolisis. Siklus ini bisa terjadi pada kondisi aerobik maupun anaerobik, dan menghasilkan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) melalui fosforilasi substrat (Prescott et al., 2002). Siklus ED sangat mirip dengan MP, dan kedua siklus berpusat pada piruvat. Namun, siklus EMP menghasilkan 2 mol ATP per mol glukosa yang digunakan, sementara siklus ED hanya menghasilkan 1 mol ATP. Sebagai konsekuensinya, biomassa lebihbanyak dihasilkan pada siklus EMP. Oleh karena itu, organisme dengan siklus ini tidak diharapkan untuk produksi etanol. Zymomonas mobilis, misalnya, menggunakan siklus ED, menghasilkan etanol lebih tinggi (5-10%) dan produktivitas etanol lebih tinggi (2,50 kali), tetapi menghasilkan biomassa yang lebih rendah dibandingkan dengan Saccharomycess cerevisiae, yang mempunyai siklus EMP (Dien et al. 2003). Sifat lain yang juga diinginkan sebagai penghasil etanol adalah sifat toleran terhadap lignoselulosa hidrolisat. Beberapa senyawa (hasil degradasi lignoselulosa) bersifat sebagai inhibitor terhadap pertumbuhan organisme penghasil etanol, seperti yang berasal dari: 1) degradasi gula (berupa furfural dari gula pentosa dan hidroksimetilfurfural dari heksosa), 2) kondisi perlakuan awal yang keras (berupa asam asetat

13

dan asam format), 3) degradasi lignin (berupa alkohol fenol, asam-asam dan aldehida), dan 4) senyawa-senyawa pengontaminasi yang berhubungan dengan perlakuan awal tangki fermentasi dan biomassa. Cara untuk menanggulangi masalah tersebut meliputi perbaikan proses perlakuan awal, seperti penggunaan kondisi perlakuan awal yang sedang (mild), dan kombinasi metode kimiawi dan enzimatik pada tahap detoksifikasi, mutasi atau rekayasa metabolik. Contoh penggunaan strain penghasil etanol (etanologenik) yang toleran terhadap inhibitor adalah pembuatan strain mutan Z. mobilis yang tahan terhadap asam asetat, isolasi Z. mobilis yang dapat tumbuh pada hasil hidrolisis (hidrolisat) bahan berkayu keras, adaptasi S. cerevisiae terhadap inhibitor yang dihasilkan bahan berlignoselulosa (Keating et al. 2006), introduksi gengen untuk ekspresi asam fenilakrilik dekarboksilase yang dapat memecah senyawa aromatik asam ferulik dan sinamik dan laccase yang dapat memecah senyawa aromatik koniferil aldehida pada S. cerevisiae (Zaldivar et al. 2001). Tabel 2.2. Standar Nasional Indonesia Kualitas Bioetanol (SNI 7390-2008) Parameter Kadar etanol Kadar metanol Kadar air Kadar denaturan Kadar Cu
Keasaman sbg CH3COOH

Unit, Min/Max %-v, min. mg/L, max. %-v, max. %-V, min. %-V, max Mg/kg, max mg/L, max. mg/L, max. mg/L, max.
mg/100 mL, max.

Spesifikasi
99,5 (sebelum denaturasi) 94,0 (setelah denaturasi)

Metode Uji (SNI 7390-2008) Sub 11.1 Sub 11.1 Sub 11.2 Sub 11.3 Sub 11.4 Sub 11.5 Peng. visual Sub 11.6 Sub 11.7 Sub 11.8 Sub 11.9

300 1 2 5 0,1 30
Jernih & tdk ada endapan

Tampakan Ion klorida Kandungan Sulfur Getah (gum), dicuci pHe

40 50 5,0 6,5-9,0

Pemecahan selulosa pada suhu tinggi memberikan manfaat pada produksi etanol dari bahan baku berselulosa, seperti meningkatkan aktivitas selulase, menurunkan biaya energi untuk pendinginan, dan menurunkan risiko kontaminasi. Organisme termofilik potensial telah diteliti untuk produksi etanol pada suhu tinggi, seperti Clostridium thermochelum dan Thermoanaerobacter spp. (Chinn et al., 2006 ; Williams et al., 2007). Konstruksi yeast thermotolerant yang dapat mengekspresikan selulase termostabil juga telah dilaporkan (Hong et al., 2007).

14

Penggunaan bahan baku berlignoselulosa untuk produksi bioetanol mendapatkan perhatian khusus untuk mendorong pengembangan usaha energi terbarukan dan juga untuk menekan biaya produksi karena harganya murah (Riyanti, 2009). Penggunaan bahan baku ini akan mengurangi kekhawatiran akan persaingan penggunaan tanaman untuk pangan. Bahan baku ini sering kali tersedia secara lokal. Penggunaan biomassa sebagai bahan baku energi juga berperan dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, karena CO2 yang dilepaskan dari degradasi biomassa alam akan tersedia sebagai karbon dalam energi, sehingga meniadakan emisi gas rumah kaca. Walaupun demikian, proses produksi bioetanol dengan bahan baku berlignoselulosa belum mapan, karena kandungan lignin yang bersifat rekalsitran terhadap proses fermentasi. 2.4 Potensi Mikroalga Untuk Produksi Biodiesel dan Bioetanol Mikroalga merupakan mikroorganisme uniselular atau multi selular sederhana dengan ukuran 1-5 mikron yang mampu memenuhi kebutuhan energi secara mandiri dengan melakukan fotosintesis dan mampu berkembangbiak dengan sangat cepat. Beberapa jenis mikroalga mampu beradaptasi dan berkembangbiak dengan baik pada lingkungan yang bervariasi. Hal ini tentunya akan sangat mendukung pengembangannya sebagai bahan baku biofuel pada berbagai wilayah, tidak seperti bahan baku biofuel lainnya seperti kedelai, bunga matahari, minyak jarak dan minyak sawit yang hanya bisa dikembangkan pada wilayah tertentu saja. Mikroalga memiliki laju pertumbuhan dan produktivitas yang tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan hutan, tanaman pertanian dan tumbuhan air lainnya, dan kebutuhan lahan yang jauh lebih sedikit dibandingkan bahan baku biofuel lain hingga mencapai 49-132 kali lipat lebih sedikit untuk menghasilkan biofuel yang sama serta penggunaannya sebagai bahan baku biofuel tidak berkompetisi dengan konsumsi manusia. Mikroalga merupakan salah satu organisme yang dapat dinilai ideal dan potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku produksi biofuel (Li, et al., 2008 ; Raja, et al., 2008 ; Gouveia and Oliveira, 2009). Kandungan lipid dalam biomassa mikroalga kering spesies tertentu dapat mencapai di atas 50% dengan pertumbuhan yang sangat cepat (Hossain, et al, 2008 ; Hu, et al, 2008 ; Massinggil, 2009). Proses pembiakan mikroalga hanya membutuhkan waktu 10 hari untuk siap dipanen sehingga secara matematis produktivitasnya mencapai (120.000 kg biodiesel/Ha tahun) lebih dari 20 kali

15

lipat produktivitas minyak sawit (5.800 kg biodiesel/Ha tahun) dan 80 kali lipat dibandingkan minyak jarak (1.500 kg/biodiesel/Ha tahun) (Teresa, et al, 2010). Kadar karbohidrat mikroalga juga tinggi (29-31% berat kering untuk spesies clorella) lebih tinggi dari pada ubi singkong (23% berat kering) dan dengan memperhitungkan masa panen, secara matematis produktivitas bioetanolnya mencapai lebih dari 100 kali lipat ubi singkong (Ansyori, 2008). Tabel 2.2 Perbandingan potensi beberapa bahan baku biodiesel (Chisti, 2007 ; AbouSanab, et al., 2009 ; Teresa, et al., 2010) Kandungan Kebutuhan luas Produktivitas Tanaman minyak (L/ha) lahan (M ha) biodiesel (kg/ha.th) Jagung 172 1.540 152 Kacang kedelai 446 594 562 Kelapa 2.689 99 2.315 Kelapa sawit 5.366 45 4.747 Bunga matahari 1.070 210 945 Mikroalga lipid rendah 58.700 5 52.927 Mikroalga lipid sedang 97.800 3 86.515 Mikroalga lipid tinggi 136.900 2 121.104 Tabel 2.3 Kandungan Lipid beberapa spesies mikroalga (Chisti, 2007 ; Li, et al., 2008 ; Teresa, et al., 2010) Kandungan lipid Kandungan lipid Spesies mikroalga Spesies mikroalga (% biomassa) (% biomassa) Chlorella emersonii 25-63 Nanochloris sp. 20-56 Chlorella minotissima 57 Nanochloropsis sp 12-53 Chlorella sp. 10-48 Schizochytrum sp. 50-77 Chlorella vulgaris 5-58 Skelotonema costatum 13-51 Dunaleilla salina 6-25 Pavtova salina 30 Dunaleilla primolicta 23 Pyrrosia Leavis 69 Dunaleilla sp. 17-67 Zitzschia sp. 45-47 Euglena gracilis 14-20 Dunaleilla lutheri 6-25 Mikroalga dapat dijadikan sebagai bahan baku berbagai produk renewable energy seperti biodiesel, etanol, gas metana, hidrogen dan produk lain. Biodiesel dari mikroalga tidak mengandung sulfur, dan rendah emisi partikulat, COx, hidrokarbon dan SOx. Akan tetapi tinggi dalam hal emisi NOx.

BAB III METODE PENELITIAN

16

3.1

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan memerlukan waktu selama 8 bulan. Pelaksanaan penelitian dan

beberapa analisis sederhana dilakukan di Laboratorium FMIPA Unlam. Kultur mikroalga dan proses fermentasi dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA. Proses ekstraksi lipid, transesterifikasi hidrolisis biomassa mikroalga dan distilasi biodiesel dan bioetanol dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA Unlam. Analisis glukosa menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan di Laboratorium Instrumentasi FMIPA Unlam. Analisis viskositas dan densitas produk biodiesel dan bioetanol mikroalga dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA Unlam. Analisis sampel dengan instrumen GC-MS, dan IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM (Jogjakarta). Analisis flash point, cloud point, kadar air dan sedimen, kadar karbon dan residu karbon, angka korosi, dan angka setana dilakukan di Pusat Penelitian Pengembangan Teknologi Minyak Gas Bumi-LEMIGAS (Jakarta). 3.2 Bahan dan Alat Bahan: Tahun I: Bibit mikroalga chlorella sp., FeCl3, urea, heksana, EDTA, MgSO4, NaH2PO4, dietil eter, metanol (CH3OH), etanol (C2H5OH), asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3), kalium hidroksida (KOH), asam phospat (H 3PO4), isopropil alkohol, zing oksida (ZnO), hidrazin sulfat, amonium metavanadat dan kalium dihidrogen phospat (KH2PO4), larutan Wijs, kalium iodida (KI), karbon tetraklorida (CCl 4), kalium dikromat (K2Cr2O7), natrium tiosulfat, kuprisulfat hidrat (CuSO45H2O), natrium sulfat, natrium hidroksida (NaOH), asam klorida (HCl), semua bahan kimia dengan spesifikasi p.a (E. Merck), kertas pH universal (E.Merck), akuades (Laboratorium Dasar FMIPA Unlam). Tahun II: (NH4)2SO4, K2HPO4, Yeast, Enzim Amilase, H2SO4, HCl, Heksana, Etanol, Na2SO4 anhydrous, H3PO4, Dietil eter, Heptana, Isopropil alkohol, Indikator Phenol Pthalin, CuSO4.5H2O, Metanol, KI, Asam sitrat Na2S2O3, Indikator amilum, KIO3, Pb asetat, semua bahan kimia dengan spesifikasi p.a (E. Merck), kertas pH universal (E.Merck), akuades (Laboratorium Dasar FMIPA Unlam) Alat:

17

Tahun I: Alat-alat gelas (beker glass, erlenmeyer, corong pisah, labu takar, gelas ukur, pipet tetes, pipet volume, dsb.), seperangkat alat refluks, seperangkat alat distilasi, reaktor tabung dari bahan gelas, termometer, viskometer tipe kapiler, oven, neraca analitik dan stop watch, furnace, spektrofotometer UV-Vis, kromatografi gasspektroskopi massa (GC-MS), spektrometer IR. Seperangkat alat untuk menentukan flash point, cloud point, kadar air dan sedimen, kadar karbon dan residu karbon, angka korosi, dan angka setana. Tahun II: Alat-alat gelas (beker glass, erlenmeyer, corong pisah, labu takar, gelas ukur, pipet tetes, pipet volume, dsb.), seperangkat alat refluks, seperangkat alat distilasi, reaktor tabung dari bahan gelas, termometer, viskometer tipe kapiler, buret, oven, picnometer, neraca analitik dan stop watch, furnace, spektrofotometer UV-Vis, kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS), spektrometer IR. Seperangkat alat untuk menentukan flash point, cloud point, kadar air dan sedimen, bilangan asam, angka korosi, dan angka oktana.

3.3 Rancangan Penelitian

18

Bibit Mikroalga Chlorella sp.


Media diperkaya nutrien

Kultur mikroalga Filtrasi Natan Mikroalga Ekstraksi lipid kajian pelarut

Biomassa mikroalga

Lipid mikroalga
Transesterifikasi kajian :katalis, pelarut, waktu, suhu Analisis yield

Biodiesel mikroalga

Karakterisasi mutu biodiesel dibandingkan SNI 04-7182-2006

Tahun I Tahun II Hidrolisis Kimiawi

Penyusunan laporan, seminar dan pembuatan artikel jurnal nasional

Analisis yield

Hidrolisis Enzimatik

Larutan Glukosa Fermentasi kajian : waktu, rasio Bioetanol Mikroalga

Karakterisasi mutu bioetanol dan dibandingkan SNI 7390-2008

Penyusunan laporan, seminar, revisi buku ajar dan pembuatan artikel jurnal nasional/paten 3.4 Variabel Penelitian:

19

Tahun I: proses ekstraksi lipid mikroalga : Pelarut (heksana dan dietil eter), proses transesterifikasi : jumlah mol katalis H2SO4 dan NaOH (2, 4, 6, 8, 10 mol), pereaksi (metanol dan etanol, temperatur reaksi (tanpa pemanasan, 60, 80, 100 oC ), dan waktu reaksi (5, 15, 25, 35, 45 menit). Tahun II: proses hidrolisis biomassa mikroalga : hidrolisis kimiawi (konsentrasi asam/basa, temperatur, waktu) dan hidrolisis enzimatik (rasio enzim/sampel, waktu, pH awal). Proses fermentasi glukosa mikroalga : rasio yeast/sampel (5%, 10% dan 15%), waktu fermentasi (2, 4, 6 dan 8 hari) Cara Kerja 3.5.1 Kultur dan Preparasi Mikroalga Penelitian ini diawali dengan budidaya mikroalga. Bibit mikroalga diambil dari perairan air tawar. Tahap pertama mikroalga dikultur di dalam ruang dengan temperatur dan pencahayaan serta aerasi terkontrol untuk pertumbuhan optimal mikroalga. Stok mikroalga kemudian dibudidayakan di dalam tempat aquarium besar dengan pencahayaan dan aerasi terkontrol sampai jenuh (sekitar 10 hari). Mikroalga dipanen dengan menyaring natan dan kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dipanas matahari kemudian dilanjutkan dengan menggunakan oven hingga diperoleh biomassa kering mikroalga. 3.5.2. Pengolahan Biodiesel dari Mikroalga Sampel biomassa mikroalga kering diektraksi kandungan lipidnya menggunakan dietil eter dan juga menggunakan heksana. Kandungan lipid mikroalga ditentukan dan yang telah dipisahkan ditransesterifikasi menggunakan metanol menggunakan katalis asam sulfat untuk menghasilkan metil ester (biodiesel). Biodiesel yang terbentuk dapat dipisahkan dengan menggunakan corong pisah. Karakterisasi biodiesel mikroalga yang diperoleh : viskositas, densitas, bilangan asam, bilangan iod, N-total, analisis flash point, cloud point, kadar sulfur dan sedimen serta diperkuat dengan analisis angka cetana menggunakan GC-MS/HPLC dan FTIR. Kajian produksi biodiesel difokuskan pada optimasi proses ekstraksi kandungan lipid mikroalga dan proses transesterifikasi lipid mikroalga menjadi metil ester. Optimasi proses ekstraksi lipid dilakukan terhadap jenis dan konsentrasi serta waktu optimum pelarut pengekstrak lipid dengan parameter kadar lipid yang dapat diekstrak. Optimasi proses transesterifikasi dilakukan terhadap metode transesterifikasi ; jenis, konsentrasi serta rasio pelarut dan katalis biomassa yang

20

digunakan ; waktu dan temperatur optimum proses transesterifikasi dengan parameter yield dan kualitas biodiesel yang diperoleh dengan berdasar terpenuhinya standar mutu biodiesel. 3.5.3 Pengolahan Bioetanol Mikroalga Biomassa sisa dari ekstraksi lipid mikroalga dihidrolisis secara kimiawi menggunakan asam sulfat dengan pemanasan dan secara biologis menggunakan enzim amilase untuk menghasilkan glukosa. Glukosa yang diperoleh dikonversi menjadi etanol dengan proses fermentasi menggunakan yeast (ragi). Bioetanol yang terbentuk dipisahkan dengan cara distilasi. Karakterisasi bioetanol mikroalga yang diperoleh : kemurnian, densitas, bilangan asam, angka oktana flash point, cloud point, kadar sedimen, kadar tembaga, Gum, klorida dan diperkuat dengan analisis menggunakan GC/HPLC dan FTIR. Kajian produksi bioetanol dari mikroalga difokuskan pada optimasi proses hidrolisis karbohidrat menjadi glukosa dan proses fermentasi terutama waktu optimum, metode fermentasi optimum, rasio biomassa degan yeast optimum dan kondisi fermentasi optimum dengan parameter yield glukosa dan yield bioetanol serta kadar bioetanol yang diperoleh. 3.6 Analisis Data Data yang diperoleh diolah berdasarkan parameter yang diteliti ditabulasi dan dibuat grafik. Hasil penelitian dianalisis berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif biodiesel ditujukan pada nilai : yield lipid mikroalga dan yield biodiesel. Analisis data kualitatif biodiesel mikroalga : densitas, viskositas, bilangan asam, bilangan iod, flash point, cloud point, kadar fosfor, kadar air dan sedimen, residu karbon, angka setana. Semua data kualitatif pengamatan dibandingkan dengan standar kualitas biodiesel berdasarkan SNI 04-7182-2006. Sementara analisis secara kualitatif ditujukan pada kromatogram GC-MS dan spektra IR, (data penelitian tahun I). Analisis kuantitatif bioetanol mikroalga difocuskan pada nilai : kadar glukosa sebelum dan setelah hidrolisis, yield bioetanol. Analisis kualitatif bioetanol mikroalga ; bilangan asam, densitas, flash point, cloud point, angka oktana, kadar Cu, klorida, kadar gum. Semua data kualitatif pengamatan dibandingkan dengan standar kualitas bioetanol berdasarkan SNI 7390-2008. Sementara analisis secara kualitatif ditujukan pada kromatogram GC-MS dan spektra IR, (data penelitian tahun II). BAB IV

21

JADUAL PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 2 tahun dengan jadual kegiatan seperti terlihat dalam tabel berikut : IV.1 Jadual Penelitian Tahun I :
Kegiatan 1. Persiapan 2. Pelaksanaan penelitian: a. Kultur mikroalga b. Ekstraksi lipid mikroalga c. Pembuatan biodiesel dari lipid mikroalga d. Variasi jumlah mol asam sulfat e. Variasi temperatur reaksi f. Variasi waktu reaksi g. Karakterisasi sampel lipid dan biodiesel mikroalga 3. Pelaporan: a. Pembuatan laporan kemajuan I b. Pembuatan laporan akhir c. Pembuatan jurnal Bulan ke1 2 3 4 5 6 7 8

IV.2 Jadual Penelitian Tahun II :


Kegiatan 1. Persiapan 2. Pelaksanaan penelitian: a. Preparasi biomassa mikroalga sisa produksi biodiesel b. Karakterisasi kadar karbohidrat biomassa mikroalga b. Hidrolisis biomassa sisa produksi biodiesel c. Fermentasi glukosa hasil hidrolisis mikroalga d. Karakterisasi bioetanol mikroalga 3. Pelaporan: a. Pembuatan laporan kemajuan b. Pembuatan buku ajar c. Pembuatan laporan akhir d. Pembuatan artikel jurnal/paten Bulan ke1 2 3 4 5 6 7 8

BAB V

22

LUARAN PENELITIAN Luaran dan indikator pencapaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan selama 2 tahun adalah sebagai berikut : Tahun Luaran 1. Teknologi optimum produksi biodiesel dari mikroalga skala I laboratorium 2. Laporan Penelitian 3. Jurnal nasional terakreditasi 1.Buku ajar 2. Teknologi optimum produksi II bioetanol dari biomassa mikroalga 3. Laporan Penelitian 4. Artikel Jurnal nasional terakreditasi/paten Indikator Pencapaian Dihasilkan teknologi optimum produksi biodiesel dari mikroalga yang didukung data riset dan artikel ilmiah yang telah diterbitkan oleh jurnal terakreditasi Dihasilkan buku ajar, teknologi optimum produksi biodiesel & bioetanol dari mikroalga secara simultan dan artikel ilmiah yang telah diterbitkan oleh jurnal terakreditasi /paten.

BAB VI PERSONIL PENELITI

23

1.

Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap b. Jenis kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan Fungsional g. Fakultas/Jurusan h. Waktu penelitian : Ahmad Budi Junaidi, S.Si., M.Sc. : Laki-laki : 197603042001121003 : Kimia Lingkungan : Penata/IIIc : Lektor : MIPA/Kimia : 10 jam/minggu : Abdullah, S.Si, M.Si. : Laki-laki : 196808071994031006 : Kimia Fisika/Polimer : Pembina/IVa : Lektor Kepala : MIPA/Kimia : 8 jam/minggu : Gunawan, S.Si, M.Si. : Laki-laki : 197911012005011002 : Biologi Tumbuhan : Penata Muda Tingkat I/III b : Lektor : MIPA/Biologi : 8 jam/minggu

2. Anggota Peneliti 1 a. Nama Lengkap b. Jenis kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan Fungsional g. Fakultas/Jurusan h. Waktu penelitian 3. Anggota Peneliti 2 a. Nama Lengkap b. Jenis kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan Fungsional g. Fakultas/Jurusan h. Waktu penelitian 4. Tenaga Teknisi 4.1 Nama Keahlian 4.2 Nama Keahlian : Fahreza, A. Md. : Teknisi Lab. Kimia Analitik : Rasyidah, A. Md : Teknisi Lab. Biologi BAB VII PEMBIAYAAN

24

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 2 tahun dengan rincian pembiayaan pertahunnya sebagai berikut : Anggaran Biaya dan Pentahapan No. 1 2 3 4 5 6 Uraian Gaji dan Upah Pembelian peralatan Bahan habis pakai Biaya analisis dan sewa lab. Perjalanan Lain-lain Jumlah Tahap I (Rp) 14.580.000,5.130.000,13.780.000,7.900.000,6.500.000,2.110.000,50.000.000,Tahap II (Rp) 14.580.000,5.490.000,12.650.000,6.400.000,6.000.000,4.880.000,50.000.000,Jumlah (Rp) 29.160.000,10.620.000,26.430.000,14.300.000,12.500.000,6.990.000,100.000.000,-

(Rincian anggaran ini disajikan dalam Lampiran 1 Justifikasi usulan anggaran dana penelitian)

DAFTAR PUSTAKA

25

Abou-Shanab, R., Hun-Joen, B., Song H., Kim Y., Hwang, J., 2009, Alga-Biofuel ; Potential Use as Sustainable Alternative green Energy, Power and Energy Engineering : 1 (1) : 4-6 Ansyori, 2004, Etanol sebagai Bahan Bakar Alternatif, Erlangga, Jakarta Chinn, M.S., S.E. Nokes, and H.J. Strobel, 2006, Screening of Thermophilic Anaerobic Bacteria For Solid Substrate Cultivation On Lignocellulosic Substrates. Biotechnol. Prog. 22: 53-59. Chisty, Y., 2007, Biodiesel from Microalgae, Biotechnology Advances : 25 : 293-306 Chisty, Y., 2008, Biodiesel from Microalgae Beats Bioethanol, Trend in Biotechnology: 26 (3) : 126-131 Demain, A.L., M. Newcomb, and J.H.D. Wu., 2005. Cellulase, Clostridia, and Ethanol. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 69(1): 124154. Deng, X., Li Y. and Fei X., 2009, Microalgae : A Promising Feedstock for Biodiesel, African J. of Microbiology Reseach, 3 (13) : 1008-1014. Desai, S.G., M.L. Guerinot, and L.R. Lynd, 2004,Cloning of L-lactate Dehydrogenase And Elimination of Lactic Acid Production Via Gene Knockout in Thermoanaerobacterium saccharolyticum JW/SL-YS485. Appl. Microbiol. Biotechnol. 65: 600-605. Dien, B.S., M.A. Cotta, and T.W. Jeffries, 2003,Bacteria Engineered For Fuel Ethanol Production: Current Status, Appl. Microbiol. Biotechnol. 63: 258-266. Eriksen NT., 2008, The Technology of Microalgal Culturing. Biotechnology Letters ; 30 :15251536. Franson, and Mary Ann H., 1999, Standard Method for the Examination of Water and Wastewater, 16th, 1067-1072 APHA-AWWA- WPCF, Washington D.C. Gouveia L, and Oliveira AC., 2009, Microalgae as A Raw Material For Biofuels Production. Journal of Industrial Microbiology and Biotechnology ; 36: 269 274. Henniges and Zeddies. 2006, Bioengineering and Agriculture: Promises and Challenges. International Food Policy Research Institute, http://www.ifpri.org/2020/focus14/ focus1409.[17 Februari 2010] Hidayat N, dan Syamsul, H., 2008, Generasi Ketiga BBM dari Kolam Hijau, Gatra, Jakarta. Hill, J., E. Nelson, D. Tilman, S. Polasky and D. Tiffany, 2006, Environmental, Economic, and Energetic Costs and Benefits of Biodiesel and Ethanol Biofuels , Proceeding of The National Academy of Science, USA 103: 11206-11210. Hong, J., Y. Wang, H. Kumagai, and H. Tamaki, 2007, Construction of thermotolerant yeast expressing thermostable cellulase genes, J. Biotechnol, 130: 114-123. Hossain ABMS, Salleh A, Boyce AN, Chowdhury P, and Naqiuddin M., 2008, Biodiesel Fuel Production From Algae As Renewable Energy . American Journal of Biochemistry and Biotechnology ; 4 (3) : 250254.

26

Hu Q, Sommerfeld M, Jarvis E, Ghirardi M, Posewitz M, Seibert M, et al. 2008, Microalgal Triacylglycerols As Feedstocks For Biofuels Production: Perspectives And Advances. The Plant Journal;54 : 621639. Keating, J.D., C. Panganiban, and S.D. Mansfield, 2006, Tolerance and Adaptation of Ethanologenic Yeasts To Lignocellulosic Inhibitory Compounds, Biotechnology and Bioengineering. Published online 9 February 2006 in Wiley InterScience (www. interscience.wiley. com). [9 Maret 2010] Kussuryani, Y. and Anwar, C., 2009, Aplikasi SNI-7390-2008 : Analisis Bioetanol dan Campurannya dengan Bensin, LEMIGAS Li Y, Horsman M, Wu N, Lan C.Q, and Dubois-Calero N., 2008, Biofuels From Microalgae. Biotechnology Progress ; 24 (4) : 815820. Massinggil, M. J., 2009, 15 Years of Experience Producing microalgae Feedstock and Resulting Co-Products, Kent Bioenergy Corporation, San Diego. Miao X, and Wu Q., 2006, Biodiesel Production From Heterotrophic Microalgal Oil. Bioresource Technology ; 97 (6) : 841846. Mujizat, K., 2008, Makhluk Mini Pengisi Tangki, Teknologi Etanol, Jakarta Prescott, A.M., J.P. Harley, and Dann.A. 2002, Microbiology. McGraw-Hill, New York. Raja R, Hemaiswarya S, Kumar NA, Sridhar S. and Rengasamy R., 2008, A Perspective On The Biotechnological Potential of Microalgae. Critical Reviews in Microbiology;34(2):7788. Riyanti, E. I., 2009, Biomassa Sebagai Bahan Baku Bioetanol, Jurnal Litbang Pertanian : 28(3) : 101-110. Susilaningsih, D., djohan A. C., Widyaningrum D. N., Anam H., 2009, Biodiesel from Indigenous Indonesian Marine Microalgae, Nanochloropsis sp., Biotech. Res. In Tropical Region, 2 (2) : 1-4 Teresa M. M., Antonio A. M. dan Caetano, N.S. 2010, Microalgae for Biodiesel Production and Other Applications: A Review, Renewable and Sustainable Energy, 14 217-232 Williams, T.I., J.C. Combs, B.C. Lynn, and H.J. Strobel, 2007, Proteomic Profile Changes in Membranes of Ethanol-Tolerant Clostridium thermocellum, Appl. Microbiol. Biotechnol. 74: 422-432 Zaldivar, J., J. Nielsen, and L. Olsson, 2001, Fuel Ethanol Production From Lignocellulose: A Challenge For Metabolic Engineering And Process Integration. Appl. Microbiol. Biotechnol. 56: 17-34.

27

You might also like