You are on page 1of 24

Muhammad Badar (1102009181) Memahami dan Menjelaskan peranan dan faktor faktor yang mempengaruhi sekresi insulin 1.

. Peranan Insulin Menjelaskan Peranan Insulin Insulin menurunkan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak darah serta meningkatkan anabolisme molekul nutrien kecil ini. Efek pada karbohidrat Insulin memiliki empat efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat sebagai berikut. 1. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Beberapa jaringan yang tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak, otot yang aktif, dan hati. 2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot maupun di hati. 3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Efek pada lemak Insulin mempunyai banyak efek untuk menurunkan kadar asam lemak darah dan medorong pembentukan simpanan trigliserida sebagai berikut : 1. Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel jaringan adiposa. Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk membentuk trigliserida 2. Insulin mengaktifkan enzim enzim yang mengkatalisai pembentukan asam lemak dari turunan glukosa 3. Insulin meningkatkan masuknya asam asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan adiposa 4. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), sehingga terjadi penurunan pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah. Efek pada protein Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein sebagai berikut : 1. Insulin mendorong transportasi aktif asam asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menghasilkan bahan pembangun untuk sintesis protein di dalam sel. 2. Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein dengan merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel. 3. Insulin menghambat penguraian protein. Akibat efek ini adalah efek anabolik protein. Karena itu insulin esensial bagi pertumbuhan normal. (Sherwood, Lauralee.2001.Fisiologi manusia dari sel ke system Edisi 2.Jakarta.EGC)

Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sekresi Insulin Peningkatan kadar glukosa darah, seperti yang terhajadi setelah penyerapan makanan, secara langsung merangksang sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel . Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin. Selain konsentrasi glukosa plasma, berbagai masukan berikut juga berperan dalam mengatur sekresi insulin: Peningkatan kadar asama amino plasma, seperti yang terjadi setelah memakan makanan tinggi protein, secara langsung merangsang sel untuk meningkatkan masuknya asam-asam amino tersebut ke dalam sel, sehingga kadar asam amino dalam darah menurun sementara sintesis protein meningkat. Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respons terhadap adanya makanan, terutama gastic inhibitory peptide, merangsang sekresi insulin pancreas selain memiliki efek regulatorik langsung pada system pencernaan, melalui kontrol ini, sekresi insulin meningkat secara feedforward atau antisipatorik bahkan sebelum terjadi penyerapan zat gizi yang meningkatkan kadar glukosa dan asam amino dalam darah. System syarat otonom secara langsung juga mempengaruhi sekresi insulin. Pulaupulau langerhans dipersyarafi oleh banyak serat syaraf simpatis dan parasimpastis. Peningkatan aktivitas parasimpatis yang terhadi sebagai respons terhadap makanan dalam saluran pencernaan merangsang pengeluaran insulin, sebaliknya, stimulasi simpastis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan menghambat sekresi insulin. Penurunan insulin meingkatkan kadar glukosa darah; suatu respon yang sesuai untuk keadaan-keadaan pada saat terjadinya aktivitas system simpatis yaitu stress dan olahraga. (Sherwood, Lauralee.2001.Fisiologi manusia dari sel ke system Edisi 2.Jakarta.EGC) 2. Menjelaskan Struktur kimia biosintesis Insulin Struktur kimia Insulin Insulin dibentuk dari dua rantai peptida: rantai A(21 asam amino) dan rantai B(30 asam amino) yang digabungkan oleh ikatan disulfida.Meskipun urutan asam amino dalam insulin bervariasi pada tiap spesies namun ada beberapa segmen yang tetap sama, termasuk didalamnya adalah posisi ketiga ikatan sulfida; pada kedua ujung rantai A, dan di residu Cterminal rantai B. Hal ini yang menyebabkan bentuk 3D insulin sangat mirip dalam spesies dan bahkan insulin dari satu spesies sangat mirip dengan insulin spesies lain. Molekul insulin cenderung membentuk dimer dalam larutan karena adanya ikatan hidrogen antar kedua terminal rantai B. Dalam keberadaan ion Zinc, dimer insulin ini akan berbentuk menjadi Hexamer

. Konformasi insulin dalam bentuk monomer dan dimer dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah, sedangkan hexamer sulit.

Biosintesis Insulin Insulin disintesis hanya oleh sel Beta pada pankreas. mRNA insulin ditranslasikan kedalam rantai tunggal prekursor yang disebut preproinsulin, yang kemudian diproses oleh retikulum endoplasma (removal of signal peptide) menjadi proinsulin. Proinsulin mengantung tiga domain: rantai B amino-terminal, rantai A carboxy-terminal, dan sebuah peptida penghubung yang dikenal sebagai peptida C. Didalam retikulum endoplasma proinsulin diekspos pada beberapa endopeptidase spesifik yang mengeluarkan peptida C dan memberikan bentuk matang dari insulin. Insulin dan peptida C bebas dikemas kedalam granula sekretori oleh Aparatus Golgi dan diakumulasikan di sitoplasma. Ketika sel B di stimulasi, insulin di sekresi dari sel melalui eksositosis dan berdifusi ke kapiler. Peptida C juga ikutdi sekresi ke dalam darah namun belum diketahui fungsi biologisnya. Insulin sintetik Protamine zinc insulin (PZI) adalah slow-acting insulin pertama yang dapat dibuat secara sintetik dengan efek kerja 24-36 jam. Human Insulin and Analogues Insulin sintetik pertama kali dibuat di Jerman. Pada tahun 1980 dengan teknologi DNA rekombinan, insulin manusia pertama kali dibuat.

Memahami dan Menjelaskan Diabetes Melitus (DM)

Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diametes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Etiologi Diabetes mellitus mempunyai beberapa faktor, antara lain: 1. Pola makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus. 2. Obesitas (kegemukan) Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus. 3. Faktor genetis Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil. 4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. 5. Penyakit dan infeksi pada pankreas Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormonhormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus. 6. Pola hidup Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas.

Epidemiologi Dikenal 3 periode dalam transisi epidemiologis, penyakit diabetes melitus termasuk dalam periode ke III, yang merupakan era penyakit degeneratif dan pencemaran.Pola hidup beresiko: kurang olahraga, kurang rekreasi, banyak duduk, memakan makanan yang kurang sehat; menyebabkan tingginya kekerapan penyakit jantung kororner, hipertensidiabetes dan hiperlipidemi. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi keshatan umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta dan dalam kurun waktu 25 tahun akan membengkak jadi 300 juta orang.

Diabetes tipe 2 di Indonesia Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilakukan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4-1,6 % (kecuali Pekajangan =2,3% dan manado=6%)

Tabel 2 ipd

Klasifikasi Tipe 1 - Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut o Autoimun o idiopatik Tipe 2 - bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Tipe lain - defek genetik fungsi sel beta - defek genetik kerja insulin - Penyakit eksokrin pankreas - Endokrinopati - Karena obat atau zat kimia - Infeksi - Sebab imunologi yang jarang - Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM Diabetes Mellitus Gestasional (Suatu intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil). - DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes Melitus hamil/DMH/DM pragestasional). - DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus Gestasional/DMG) (Sudoyo, Aru W. dkk. 2006) Patogenesis Diabetes melitus type 1

Gambar 3. Patogenesis diabetes type 1 Tidak ada insulin pada DM 1, disebabkan karena adanya reaksiautoimun pada diabetes type 1, terdapat adanya ICA (Islet Cell Antibody) yang meningkat karena beberapa faktor :

infeksi virus coxacie rubella CMV

Sehingga menyebabkan terjadinya peradangan pada sel B (insulitis) yaitu, kerusakan permanen sel B. Diabetes melitus type 2

Gambar 4. Patogenesis diabetes type 2 Diabetes melitus type 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan hepatic glucose production (HGP), dan penurunan fungsi sel B, yang akhirnya menuju kerusakan total sel B. Mula-mula timbul resistensi insulin untuk mengkompensasi RI itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel B tidak sanggup lagi mengkompensasi RI hingga kadar glukosa meningkat dan fungsi sel beta menurun. Saat itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Diabetes type 2 merupakan suatu penyankit yang sangat komplikasi oleh beberapa faktor. Yang dikombinasikan antara resistensi insulin dan kekurangan hormon insulin. Penyakit ini disertai berbagai macam kondisi diantaranya, hypertensi, tingginya serum low-density-lipoprotein (LDL) cholesterol concentrations, and low serum high-densitylipoprotein (HDL) cholesterol concentrationst, meningkatnya cardiovascular risk. (Utama Hendra (2009) Patofisiologi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peran yang kuat dalam munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas dan tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin, resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar.

Manifestasi klinis DM tergantung insulin / DM Tipe I Memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan polidipsi, poliuri, polifagia, turunnya BB, lemah, mengantuk yang terjadi selama sakit atau beberapa minggu, penderita menjadi sakit berat dan timbul ketosidosis dan dapat meninggal kalau mendapatkan pengobatan dengan segera, biasanya diperlukan terapi insulin untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin. DM tidak tergantung insulin / DM Tipe II Penderita mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, pada hiperglikemia yang lebih berat, mungkin memperlihatkan polidipsi, poliuri, lemah, dan somnolen, biasanya tidak mengalami ketoasidosis, kalau hiperglikemia berat dan idak respon terhadap terapi diet mungkin diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosanya. Kadar insulin sendiri mungkin berkurang normal atau mungkin meninggi tetapi tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal. Penderita juga resisten terhadap insulin eksogen.

(Price and Wilson, 2006) Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes.Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini : Keluhan klasik berupa: Polyuria (Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak) Polydipsia (Sering atau cepat merasa haus/dahaga) Polifagia(Lapar yang berlebihan atau makan banyak) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

Keluhan lain berupa: Lemahbadan Kesemutan/mati rasa padaujungsyarafditelapaktangan& kaki Gatal Mata kabur Disfungsiereksipadapria Pruritus vulvae padawanita Apabilaluka/tergores (korengan) lambatpenyembuhannya Mudahterkenainfeksiterutamapadakulit.

Diagnosis Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler. 1) Diagnosis Diabetes Melitus Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini. - Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. - Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh. - TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L). - GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL (5.6 6.9 mmol/L). Kriteria diagnosis DM:

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994): - 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa

berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan diperiksa kadar glukosa darah puasa diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anakanak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok

2) Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring ditujukan pada mereka yang mempunyai risiko DM namun tidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM, TGT maupun GDPT, sehingga dapat ditangani lebih dini secara tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleransi glukosa, merupakan tahapan sementara menuju DM. Kedua keadaan tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok yang memiliki salah satu faktor risiko DM. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa. Apabila pada pemeriksaan penyaring ditemukan hasil positif, maka perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa atau dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal (mass screening) tidak dianjurkan mengingat biaya yang mahal, serta pada umumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi mereka yang diketemukan adanya kelainan. Pemeriksaan penyaring juga dianjurkan dikerjakan pada saat pemeriksaan untuk penyakit lain atau general check-up. Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Catatan : Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.

Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan

Diagnosis Banding (berdasarkan gejala poliuria) Diabetes Insipidus Polidipsi psikogenik Obat-obatan yang menyebabkan mulut kering dan merangsang masukan air (antipsikotik, antikolinergik) Nefropati air garam Diabetes mellitus tak terkontrol Diuresis pasca obstruksi Diuresis osmotik-makanan tinggi protein Diuresis pasca operasi karena dehidrasi intraoperatif Obat-obatan (manitol, steroid)

Radiokontras Pasca resusitasi-diuresis dalam jumlah banyak akibat dari cairan yang diberikan

Tatalaksana Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluahan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa. Penatalaksanaan pada diabetes melitus yaitu : Non Farmakologi Edukasi Terapi Gizi Medis Latihan Jasmani Intervensi Farmakologis

Edukasi Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pengelolaan DM, agar pengobatan diabetes melitus dapat optimum pasien dan keluarganya perlu diberikan pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan diabetes melitus. Edukasi yang diberikan meliputi pemahaman tentang : Materi edukasi pada tingkat awal Materi tentang perjalanan penyakit DM Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan Penyulit DM dan risikonya Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target pengobatan Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia) Mengatasi sementara keadaan gawat darurat, seperti rasa sakit atau hipoglikemia Pentingnya latihan jasmani yang teratur Masalah khusus yang dihadapi (contoh : hiperglokemia pada kehamilan) Pentingnya perawatan kaki Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan

Materi edukasi tingkat lanjutan o o o o o Mengenal dan mencegah penyulit akut DM Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain Makan diluar rumah Rancana untuk kegiatan khusus

o Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM o Perawatan kaki

Terapi Gizi Medis (DM) Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual. Tujuan dari terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan : 1. 2. 3. 4. Kadar glukosa darah mendekati normal glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl kadar A1c < 7% Tekanan darah < 130/80 mmHg Profil lipid Kolesterol LDL < 100 mg/dl Kolesterol HDL > 40 mg/dl Trigliserida < 150 mg/dl Berat badan senormal mungkin

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari: Karbohidrat o o o o o Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan energi sebesar 4 kilokalori Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain o Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi o Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake) o Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari. Lemak Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi Lemak mengandung energi sebesar 9 kilokalori per gramnya Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu penuh (whole milk)

Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari.

Protein Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, tempe Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.

Natrium Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh) garam dapur Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

Serat Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain yang baik untuk kesehatan Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/1000 kkal/hari.

Pemanis alternatif Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tak bergizi. Termasuk pemanis bergizi adalah gula alkohol dan fruktosa Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol Dalam penggunaannya, pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek samping pada lemak darah Pemanis tak bergizi termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, neotame Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake / ADI )

Kebutuhan kalori Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yai tu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain. Perhitungan status gizi menurut Indeks Massa Tubuh.

Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus IMT = BB(kg)/ TB(m2)

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT* BB Kurang BB Normal BB Lebih Dengan risiko Obes I Obes II <18,5 18,5-22,9 23,0 23,0-24,9 25,0-29,9 30

Perhitungan status gizi berdasarkan rumus Brocca Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, perhitungan BB idaman tidak dikurangi 10%. Penentuan status gizi dihitung dari : (BB aktual : BB idaman) x 100% BB kurang < 90 % BB normal 90-110 % BB lebih 110-120 % Gemuk >120 %

Perhitungan jumlah kalori per hari 1. Kebutuhan basal o Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalori o Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori 2. Koreksi atau penyesuaian Umur diatas 40 tahun Aktivitas ringan (duduk-duduk, nonton TV) Aktivitas sedang (kerja kantoran, perawat, dokter, IRT) Aktivitas berat (olahragawan, tukang becak) BB gemuk BB lebih BB kurus 3. Stress metabolik (operasi, infeksi, stroke) : + 10-30 % 4. Kehamilan trisemester I dan II : + 300 kalori 5. Kehamilan trisemester III dan menyusui : + 500 kalori

: - 5% : + 10% : + 20% : + 30% : - 20% : - 10% : + 20%

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk meningkatkankepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Latihan jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah yang bersifak aerobik, seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesehatan jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak dan bermalas-malasan. (Sudoyo, Aru W. dkk. 2006), (PERKENI. 2011) Penatalaksaan Farmakologis Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan pengaturan makan dan latihan jasmani ( gaya hidup sehat ). Terapi farmakoligis d berikan secara oral dan bentuk suntikkan. 1. Obat hipoglikemik oral a. Pemicu sekresi insulin sulfonilurea Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang. Kontraindikasi : orang tua,gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular. Glinid Merupakan obat yg cara kerja nya sama dengan sulfonilureadengan penenkanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu repaglinid (derivat asam benzoat ) dan nateglinid ( derifat fenillalanin ). Obat ini d absorbsi secara cepat setelah pemberian oral dan d sekresi secara cepat d hati. b. Peningkatan sensitivitas terhadap insulin Tiazolidindion Berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan lemak. Gol ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer, Kontraindikasi : pasien dengan gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat udem dan pada gangguan faal hati. *golongan rosiglitazon sudah d tarik dari peredaran karena efek sampingnya. c. Penghambat glukoneogenesis Metformin Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa d hati ( glukoneogenesis), d samping itu juga memperbaiki ambilan glukosa d perifer. Terutama d pakai penyandang diabetes gemuk. Kontraindikasi : pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati serta pasien pasien dengan kecenderungan hipoksemia

Dapat memberikan efek samping mual.untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. d. Penghambat glukosidase Alfa (acarbose) Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Efeksamping : hipoglikemia,kembung, dan flatulens. e. DPP-IV inhibitor Glucagon-like peptide-1 merupakan suatu hormon peptide yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptide ini di sekresikan oleh sel Ld mukosa usus bila ada makanan yang masuk k dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan perangsang kuat pelepasan insulin serta sebagai penghambat sekresi glukagon. Peningkatan konsentrasi GLP-1 dapat di capai dengan pemberian obat yang menghambat kinerja enzim DPP-4 2. Suntikan a. Insulin b. Agonis GLP-1 (Soegondo ,sidartawan,dkk.2011) Pola Makan a. Perencanaan makan Menurut Tjokro Prawiro (1999) Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa : Karbohidrat : 60-70 % Protein : 10-15 % Lemak : 20-25 % Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan yang harus dipantang gula. Menurut Tjokro Prawiro,(1999) Penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body Weigth dan dibedak an menjadi 1). Kurus : berat badan relatif : <90% 2). Normal : berat badan relatif : 90-110% 3). Gemuk : berat badan relatif : >110 % 4). Obesitas : berat badan relatif : >120 % a). Obesitas ringan 120 130 % b). Obesitas sedang 130 140 % c). Obesitas berat 140 200 % d). Obesitas morbid > 200 % Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut : 1). Kurus : BB x 40-60 kalori / hari 2). Normal ; BB x 30 kalori / hari 3). Gemuk : BB x 20 kalori / hari 4). Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari b. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama jam. Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM : 1). Insulin dapat lebih efektif 2). Menambah reseptor insulin 3). Menekankenaikan berat badan 4). Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah 5). Meningkatkan aliran darah c. Obat berkhasiat hipoglikemik 1). Sulfonil urea 2). Biguanid 3). Inhibitor alfa glukosidase 4). Insulin sensitizing agen

Indikasi penggunaan insulin pada DM Tipe I adalah sebagai berikut : 1). DM dengan berat badan menurun cepat 2). Ketoasidosis, asidosis laktat, dan hipoosmolar 3). DM stress berat (interaksi sistemik, operasi berat) 4). DM kehamilan 5). DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontra indikasi dengan obat tersebut. d. Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penye -bab, tanda gejala, jenis atau macamnya, komplikasi, pena -talaksanaan pada penderita DM.Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat. Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral. Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin. Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu: 1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi

pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin. 2. Terapi Sulih Insulin Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan peroral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya. Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri. Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda: 1. Insulin kerja cepat. Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan. 2. Insulin kerja sedang. Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam. 3. Insulin kerja lambat. Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
o o o o

Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya Aktivitas harian penderita Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya

Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam. Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari. Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga. Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya. Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam. Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjolbenjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi. Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki sehingga kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di mata. Komplikasi dan Prognosis Komplikasi ada 2 macam: 1. komplikasi akut (yang terjadi secara mendadak) 2. komplikasi kronis (yang terjadi secara menahun) A. Komplikasi akut dapat berupa: 1.Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl 2.Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan hiperketogenesis 3.Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia.

4.Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia. B. Komplikasi kronis : Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut : 1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat dilihat secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral Artery Disease. 2. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal). 3. Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri. Selain di atas, komplikasi kronis DM dapat dibagi berdasarkan organ yang terkena yaitu 1.Kulit: Furunkel, karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam di kulit daerah tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik, tepi keputihan), selulitis ganggren 2.Kepala/otak: Stroke, dengan segala defisit neurologinya 3.Mata: Lensa cembung sewaktu hiperglikemia (myopia-reversibel,katarax irreversible), Glaukoma, perdarahan corpus vitreus, Retinopati DM (non proliperative, makulopati, proliferatif), N 2,3,6 (neuritis optika) & nerve centralis lain 4. Hidung : penciuman menurun 5.Mulut: Mulut kering, ludah kental = verostamia diabetic, Lidah (tebal, rugae, gangguan rasa), ginggiva (edematus, merah tua, gingivitis, atropi), periodontium (makroangiopati periodontitis), gigi (caries dentis) 6.Jantung: Penyakit Jantung Koroner, Silent infarction 40% kr neuropati otonomik, kardiomiopati diabetika (Penyakit Jantung Diabetika) 7.Paru: Mudah terjangkit Tuberculosis (TB) paru dengan berbagai komplikasinya. 8.Saluran Cerna: Gastrointestinal (neuropati esofagus, gastroparese diabetikum (gastroparese diabeticum), gastroatropi, diare diabetic) 9.Ginjal dan saluran kencing: Neuropati diabetik, sindroma kiemmelstiel Wilson, pielonefritis, necrotizing pappilitis, Diabetic Neurogenic Vesical Disfunction, infeksi saluran kencing, disfungsi ereksi/ impotensi, vulvitis. 10.Saraf: Perifer: parestesia, anestesia, gloves neuropati, stocking, neuropati, kramp 11. Sendi : poliarthritis

12.Kaki diabetika (diabetic foot), merupakan mikroangopati, neuropati dan infeksi pada kaki.

kombinasi

makroangiopati,

Prognosis Sekitar 60% pasien DM tipe I yang mendapat terapi insulin dapat bertahan hidup seperti orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik dan kemungkinan meninggal lebih cepat. -DM tipe I lebih baik dibandingkan DM tipe II -Penurunan berat badan memperbaiki gejala -Faktor-faktor genetik lain yang mempermudah dan memperberat keadaan resistensi insulin akan memperburuk prognosis -Penanganan diet yang sesuai prognosis lebih baik (http://dokter-medis.blogspot.com/2010/09/komplikasi-diabetes-mellitus-dm.html)

Memahami dan Menjelaskan Makanan Halal dan Thayyib Prinsip Umum makana dan minuman

Semua jenis makanan/minuman adalah halal dimakan/diminum kecuali yg dilarang tegas dlm nash. Halal = Dari aspek benda (substansi) dan cara mendapatkannya. Thayyib = Dari aspek dampak yang ditimbulkannya: - tidak membahayakan - Tidak dapat mengancam jiwa. - dll

Prinsip Umum makana dan minuman

Semua jenis minuman adalah halal, kecuali yg diharamkan dalam nash.


Dzat /kandungannya Cara Memperolehnya Akibat yg ditimbulkan

-Khamr - Najis - Alkohol

Mencuri Ghashab Merampok

-Mendatangkan mudarat. - Memabukkan

Thayyib = Berkenaan dengan pemenuhan kriteria dari segi kualitas (asupan gizi) makanan dan dampak bagi tubuh Halal = Lebih kepada batasan syariat (agama) terhadap boleh tidaknya memakan makanan. Yang thayyib belum tentu halal, dan juga sebaliknya

PROPORSIONALITAS MAKAN DAN MINUM Tidak Berlebihan Sesuai tuntutan Makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang.

Sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.

Artinya: Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Q. s. alA'rf (7): 31).

You might also like