Professional Documents
Culture Documents
Effect of Fish Baits to Coral Trap’s Catching at Puhawang Island, South Lampung
ABSTRACT
This experiment was held in March-April 2005 at Puhawang Island waters in South Lampung
regency, to study the effect of different of fish baits to abundance and biomass of coral trap’s
catching. There were five fish baits i.e squid, shrimp, fish, goat’s bone, and roasted coconut;
and equipped with control (without fish bait) as treatments. Each treatment had 3 repetitions.
The result showed that effect of fish baits were not significantly to coral trap’s catching, both
abundance of fishes and their weight. Fishes caught dominantly were Nemipteridae (Threadfin
breams, Whiptail breams) and consist of twin-lined threadfin bream (Nemipterus isacantus),
yellow-tipped threadfin bream (Nemipterus nematopus), saw-jawed monocle bream (Scolopsis
ciliatus), and butterfly whiptail (Pentapodus setosus).
1. PENGANTAR
Potensi sumberdaya ikan karang di Indonesia cukup besar mengingat luasnya habitat karang
di wilayah pesisir dan laut yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Jenis-jenis ikan karang
yang ekonomis penting dan memiliki harga jual tinggi antara lain adalah ikan kakap, kerapu,
baronang, ekor kuning, dan lain-lain. Pada umumnya harga jual komoditas perikanan tersebut
akan lebih tinggi jika dipasarkan dalam kondisi hidup.
Pemanfaatan sumberdaya ikan karang dilakukan dengan berbagai jenis alat penangkapan
ikan. Salah satu jenis alat penangkapan ikan yang umumnya digunakan adalah bubu (trap).
Ikan hasil tangkapan bubu memiliki beberapa kelebihan, antara lain tertangkap dalam kondisi
hidup (segar) serta tidak mengalami kerusakan fisik karena ruangan bubu yang relatif luas yang
memungkinkan ikan dapat bergerak bebas di dalamnya. Ikan-ikan yang tertangkap dalam kondisi
demikian memiliki harga jual yang relatif tinggi.
Usaha perikanan bubu (trap) telah berkembang dengan baik di seluruh perairan Indonesia,
terutama di wilayah pesisir yang memiliki habitat terumbu karang. Umumnya ikan-ikan yang
menjadi target penangkapan adalah jenis ikan karang yangt memiliki nilai jual tinggi, seperti ikan
kakap, kerapu, baronang, ekor kuning, lobster, gurita, dan lain-lain.
Alat tangkap bubu dapat terbuat dari kayu, bambu, plastik, jaring, ataupun kawat.
Pengoperasiannya dilakukan secara pasif, yaitu menunggu ikan masuk ke dalam bubu dan
terperangkap hingga tidak dapat keluar. Dalam pengoperasiannya, adakalanya nelayan
menyamarkan bubu dengan cara menimbun dengan bongkahan karang, sehingga dapat
menimbulkan kerusakan terumbu karang. Menurut Sukmara dkk. (2001), pemasangan bubu yang
demikian dapat menyebabkan terumbu karang terbongkar, patah dan mengalami kematian.
Penggunaan alat bantu penangkapan, seperti umpan (bait), pada bubu dasar atau bubu
karang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan efektivitas penangkapan dan
sekaligus dapat mencegah masalah kerusakan terumbu karang. Beberapa ahli perikanan
sependapat bahwa umpan merupakan alat bantu perangsang yang mampu memikat sasaran
penangkapan dan sangat berpengaruh untuk meningkatkan efektivitas alat tangkap. Menurut
Gunarso (1985), ikan akan memberikan respon terhadap lingkungan sekelilingnya melalui indera
penciuman dan penglihatan. Tertariknya ikan terhadap umpan disebabkan oleh rangsangan
berupa rasa, bau, bentuk, gerakan dan warna. Kebanyakan ikan akan memberikan reaksi jika
benda yang dilihat bergerak, mempunyai bentuk, warna dan bau.
Lebih lanjut Gunarso (1985) menjelaskan bahwa pengetahuan tentang berbagai jenis
makanan yang biasa dimakan ikan sangat berguna untuk usaha penangkapan ikan, terutama dari
jenis-jenis yang ekononis penting. Hal ini terkait dengan penggunaan jenis makanan sebagai
umpan ikan yang menjadi target penangkapan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis-
jenis umpan yang efektif untuk digunakan pada perikanan bubu, sehingga dapat meningkatkan
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 2
pendapatan nelayan. Dari penelitian ini diperoleh gambaran tentang pengaruh penggunaan jenis-
jenis umpan alami yang berupa cumi-cumi, udang, kelapa, ikan rucah, dan tulang kambing,
terhadap ikan yang tertangkap; selanjutnya dapat diketahui jenis umpan yang efektif untuk
menangkap ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang menjadi major target pada alat tangkap
bubu karang.
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 3
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan 5
jenis umpan yang berbeda yang ditempatkan pada bubu karang dalam jumlah yang sama, yaitu
500 gram setiap bubu. Penelitian ini juga dilengkapi dengan perlakuan kontrol (bubu yang tidak
menggunakan umpan). Masing-masing perlakuan memiliki ulangan sebanyak 3 kali.
Penempatan bubu pada perairan dilakukan secara acak sehingga memenuhi kaidah statistika;
yaitu setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama untuk menerima suatu perlakuan.
Seluruh bubu tersebut dioperasikan dengan menempatkannya di bawah perairan di sekitar
gosong karang pada kedalaman antara 20-30 m. Setting bubu dilakukan dengan bantuan nelayan
bubu yang biasa beroperasi di sekitar gugusan Pulau Puhawang. Saat setting alat tangkap,
biasanya nelayan-nelayan bubu melakukan penyelaman dengan bantuan kompresor dan masker.
Di dasar perairan bubu diikat dengan tali PE berdiameter 4 mm dan diberi pemberat agar tidak
hanyut terbawa arus. Penempatan bubu di dasar perairan dilakukan secara acak dan diupayakan
agar jarak antara bubu tidak berdekatan, sehingga tidak saling mempengaruhi antara satu
perlakuan dengan perlakuan lainnya. Jarak antara bubu diupayakan lebih dari 10 m. Waktu
pengoperasian bubu adalah 3 hari 2 malam. Menurut para nelayan bubu, operasi penangkapan
ikan dengan menggunakan bubu karang dapat dilakukan selama 3 hari 2 malam atau maksimal 4
hari 3 malam. Jika terlalu lama dioperasikan (lebih dari 4 hari), kemungkinan ikan yang
tertangkap akan mengalami kematian dan luka-luka. Setelah dioperasikan, bubu diangkat dan
dicatat jenis, jumlah, dan diukur bobot ikan yang tertangkap. Identifikasi ikan dilakukan
berdasarkan Allen (2000).
Data yang akan dikumpulkan meliputi berbagai data keadaan ikan yang tertangkap, yaitu:
jumlah, jenis, dan bobot ikan. Data mengenai jenis ikan (genus atau spesies) sangat diperlukan
untuk menduga karakteristik dan tingkah laku ikan tersebut terhadap perlakuan yang diberikan.
Data ini juga sangat penting untuk mengetahui apakah ikan yang tertangkap termasuk jenis
ekonomis penting dan memiliki harga jual tinggi atau justru sebaliknya.
Data jumlah hasil tangkapan disajikan pada Lampiran 2. Jenis-jenis ikan yang dominan
tertangkap adalah dari famili Nemipteridae, yaitu sebanyak 98 ekor (51.85%); diikuti dengan
jenis lainnya yaitu famili Serranidae (17.99%), Ostraciidae (6.88%), dan Monachantidae
(4.76%). Selebihnya, sekitar 18.52%, adalah jenis-jenis ikan dari famili Chaetodontidae,
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 4
Pomacanthidae, Zanclidae, Siganidae, Diodontidae, Hemiscyllidae, Pomacentridae, Labridae,
Mullidae, Scaridae, Sparidae, Lethrinidae, Caesionidae, dan Scorpaenidae.
Ikan-ikan dari famili Nemipteridae yang tertangkap adalah kuniran (Nemipterus isacantus),
belah perahu (Nemipterus nematopus), jelek mata (Scolopsis ciliatus), dan cunung (Pentapodus
setosus); sedangkan dari famili Serranidae adalah kerapu klekek (Epinephelus sexfasciatus),
kerapu lodi (Plectropomus maculatus), kerapu karet loreng (Epinephelus quoyanus), kerapu karet
merah (Cephalopholis miniata), dan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina). Jenis-jenis ikan dari
masing-masing famili secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis ikan ekonomis
penting, yaitu kerapu lodi dan kerapu lumpur (famili Serranidae) hanya tertangkap masing-
masing 1 ekor, yaitu pada bubu dengan umpan cumi-cumi (kerapu lodi) dan umpan ikan (kerapu
lumpur). Saat ini harga ikan kerapu lodi di tingkat pedagang pengumpul berkisar antara Rp
120.000,- hingga Rp 150.000,- per kg untuk ukuran konsumsi (≥500 gram); sedangkan harga
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 5
sesuai dengan Tabolt (1976) dalam Nybakken (1992) yang menyatakan bahwa ikan-ikan yang
hidup di sekitar karang merupakan karnivora yang tidak mengkhususkan makanannya pada suatu
sumber makanan tertentu, tetapi sebaliknya bersifat oportunistik dan mengambil apa saja yang
berguna baginya.
Jumlah ikan yang tertangkap pada bubu juga sangat dipengaruhi oleh sifat ikan tersebut.
Ikan-ikan yang biasa hidup berkelompok (schooling) cenderung untuk tertangkap dalam jumlah
banyak; sedangkan ikan-ikan yang bersifat soliter cenderung tertangkap dalam jumlah sedikit.
Hal ini terlihat jelas pada beberapa bubu yang menangkap ikan-ikan dari famili Nemipteridae
yang biasa hidup berkelompok, dimana ikan-ikan tersebut tertangkap dalam jumlah yang relatif
banyak. Sebaliknya, pada bubu yang menangkap ikan-ikan yang bersifat soliter, seperti famili
Serranidae, Scorpaenidae, dan Hemiscyllidae, terlihat bahwa ikan-ikan yang tertangkap dalam
jumlah yang relatif sedikit. Proses tertangkapnya ikan pada bubu diduga juga mempengaruhi
hasil tangkapan. Jika ikan yang tertangkap oleh bubu di awal setting adalah jenis predator, maka
ikan-ikan lainnya cenderung tidak mau memasuki bubu; sedangkan jika di awal setting bubu
yang tertangkap adalah jenis non predator, maka ikan ini berikutnya dapat menjadi umpan untuk
menarik ikan-ikan lainnya termasuk predator.
Data bobot per jenis ikan disajikan pada Lampiran 3. Kelompok ikan dari famili
Nemipteridae merupakan hasil tangkapan bubu yang paling banyak; demikian pula dengan total
bobotnya yang mencapai 6.135 gram. Ikan-ikan dari famili Serranidae yang tertangkap bubu
menempati urutan kedua dengan bobot total mencapai 4.960 gram. Individu yang memiliki
bobot terbesar saat tertangkap adalah ikan kerapu lumpur dengan bobot mencapai 510 gram dan
kerapu lodi dengan bobot 440 gram. Berdasarkan hasil analisis statistik One way ANOVA,
diketahui bahwa perbedaan jenis umpan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot ikan yang
tertangkap. Dengan demikian belum dapat disimpulkan jenis umpan tertentu yang dianggap
paling efektif untuk digunakan dalam operasi penangkapan bubu karang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2001) di sekitar Pulau Pramuka (Kepulauan
Seribu) yang menggunakan berbagai jenis umpan pada bubu karang, seperti bulu babi, ikan rucah
dan keong mas, juga memperlihatkan tidak terdapat pengaruh yang nyata penggunaan jenis-jenis
umpan tersebut terhadap jumlah dan bobot ikan hasil tangkapan. Hal ini juga memperkuat
pendapat Tabolt (1976) dalam Nybakken (1992) yang menyatakan bahwa ikan-ikan karnivora
yang hidup di sekitar karang bersifat oportunistik dan mengambil apa saja yang berguna baginya.
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 6
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan jenis umpan yang berbeda
pada bubu karang tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah dan
bobot ikan hasil tangkapan. Jenis-jenis ikan yang dominan tertangkap adalah dari famili
Nemipteridae.
Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan jenis-jenis umpan yang
dapat meningkatkan efektivitas bubu karang, terutama untuk memikat ikan-ikan karang ekonomis
penting.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus Edition (HK) Ltd. Singapore.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Taktik
Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Laevastu, T. dan M. L. Hayes. 1991. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News
(Books) Ltd. Farnham.
Mawardi, M. I. 2001. Pengaruh Penggunaan Jenis Umpan terhadap Hasil Tangkapan Ikan Karang
pada Alat Tangkap Bubu (Trap) di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Nybakken, W. J. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.
Rahardjo, P. dan M. L. Linting. 1993. Penelitian Jenis Umpan untuk Bubu Laut Dalam. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No.77: 72-77.
Sudirman, H. dan A. Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.
Sukmara, A., A.J. Siahainenia dan C. Rotinsulu. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu Karang
Berbasis Masyarakat dengan Metode Manta Tow. Proyek Pesisir-CRMP Indonesia.
Jakarta.
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 7
Lampiran 1. Lokasi penelitian
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 8
Lampiran 2. Jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 9
Lampiran 3. Bobot ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan
Indra Gumay Yudha: Pengaruh perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan bubu karang (coral trap) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 10