Professional Documents
Culture Documents
Analicis correlation between the characteristics of the nurse and the level of nurses obedience in implementing infusions SOP in the internal inpatient unit General hospital Class C Sorong district Esther Theresia Worengga, S.Kep Jl.A.Yani Komp.Perumahan Navigasi/Pelabuhan Kota Sorong ABSTRACT Hospital is a place of health service and well care for the sick. Infection control enforcement in hospitals is a must to protect patients from contaminated infection, in the form of prevention, surveillance and rational treatment of nosocomial infections to patients who had infusion is one indicator of infection due to improper installation or care of patients with intravenous therapy. The purpose of this study is to find out the correlation between the characteristics of the nurse and the level of nurses obedience in implementing infusions SOP in the internal inpatient unit General hospital Class C Sorong district. This study used cross-sectional descriptive correlations research design. The data was analyzed by using Chi Square. The study of relationship between Age, gender, education, and the obedience in implementing SOP of infusions installation (obedience and Disobedience) p = <0.05 Ho was rejected and Ha was accepted. So there was significant correlation between age, gender, education, work period with installation infusions SOP. The training for the nurses is needed in improving basic skills and advanced skills.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat pelayanan kesehatan dan sekaligus tempat perawatan bagi o rang sakit. Dimana dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit setiap tahun, 50% mendapat terapi intravena, hal ini membuat besarnya populasi yang beresiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan intravena (Schafer, dkk, 2000 ). Kegiatanpengendalian infeksi di rumah sakit mer upakan keharusan untukmelindungi pasien dari keja n g k i t a n i n f e k s i , d a l a m b e n t u k u p a y a pencegahan, surveilans dan pengobatan yang rasional ( Wijono, 1999). Adanya infeksi karena terapi intrav ena disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor hospes, faktor alat dan l arutan, serta faktor orang ke orang yaitu petugas perawatan kesehatan dan pasien (Schafer, dkk, 2000). Dalam upaya pencegahan infeksi karena terapi intravena, rumah s ak it t e l a h m e m bu a t b e r b a ga i str a t e gi t e rm a s uk p emb u a t a n p r ot a p pemasangan infus, protap septik-aseptik (cuci tangan) maupun protap-protap lainn ya. Tern yata baru (cuci 39,2% tangan) data dilapangan protap teknik menunjukkan septik -aseptik
perawat melaksanakan
Penelitian
supardjo
dibeberapa
rumah
sakit
di
Indonesiamenunjukan 56% pengalaman kerja dan pen g e t a h u a n p e r a w a t a d a hubungan yang sangat bermakna dalam prosedu r pemasangan infus In f eksi noso komi al p ad a p asie n ya n g t er p asa n g in fus m e rup ak an s a l a h s a t u i n d i k a t o r a d a n y a i n f e k s i a k i b a t k e s alahan pemasanganmaupun perawatan pasien dengan terapi intravena. Selama ini,pengalaman kita dilapa n g a n j u g a m e n u n j u k k a n a d a n y a k e s a l a h a n persepsi dan sikap dalam melaksanakan pekerjaan pemasangan maupun p e r a w a t a n i n f u s . D i m a n a k i t a h a n ya b e k e r j a b e r d a s a r k a n k e b i a s a a n - kebiasaan yang belum tentu sesuai dengan protap yang telah ditentukan oleh rumah sakit, selain itu situasi kerja juga sangat berpengaruh dalam kita bekerja,hai ini senada dengan penelitian marlyn 2007 bahwa infeksi nasokomial terjadi di Rumah S akit di
infeksi - nosokomial karena pemasangan infus yaitu 2,15 % dan kejadian seluruh kejadian infeksi nosokomial yang ada ( Laporan RSUD
kabupaten sorong 2008). Disisi lain, pihak rumah sakit belum semuanya mempunyai protap d a l a m m e n a n g g u l a n g i t e r j a d i n y a i n f eksi nosokomial tersebut, kenyataanya pada masih pasien timbul yang kejadian i
infeksinosokomial nfus.
terpasang
tersebut t
akibat
faktor
tingkat
kepatuhan
perawa
or-faktor lain. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku indi vidu yangbersangkutan untuk mentaati atau memat uhi sesuatu, sehinggakepatuhan perawat dalam mel aksanakan protap pemasangan d a n p e r a watan infus
tergantung dari perilaku individu perawat itu sendiri. perilaku ke pat uha n d ap at dis eb abk an ol eh beb e ra pa f akto r. Me nurut Muchl a s (1997), faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat dikategorikan menjadi faktor internal yaitu karakteristik perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan motiva s i ) d a n f a k t o r eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik kelompok, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan). Faktor tersebut diatas sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan protap pem as an gan d an p er a wat an in fus d ihubun gka n d en gan f akto r internal dan eksternal dari perawat itu sendiri. Untuk mendapatkan gambaran nyata dari fenomena diatas. Maka penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan antara faktor t e r s e b u t d i a t a s d e n g a n t i n g k a t k e p a t u h a n p e r a w a t d a l a m m e l a k s a n a k a n prosedur tetap pemasangan infus.
B. Rumusan Masalah Kepatuhan perawat dalam melaksanakan pemasangan dan perawatan infus akan mempengaruhi kuwalitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Oleh sebab itu diusahakan semaksimal mungkin untuk mematuhi protap pemasangan dan perawatan infus yang ada, sehingga menumbuhkan rasa puas dari pasien terhadap perawat, serta relevan dengan peran dan fungsi perawat dalam mencegah infeksi akibat ketidakpatuhan dalam pelaksanaan protap pemasangan dan perawatan infus.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dengan tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan infus diunit rawat inap interna RSUD kelas C kabupaten sorong
D. Manfaat Penelitian
1. Metodologi : Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah jenis
penelitian tentang keperawatan yang saat ini san g a t t e r b a t a s jumlahnya di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masuk an b a gi p en elit ian l e bih lanj ut bai k dalam b entu k kor el asi maupun quasi eksperimen.
2. T e o r t i s : D i h a r a p k a n h a s i l p e n e l i t i a n i n i d a p a t m e m
e n e l i t i a n selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kepatuhan Dalam an Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuh
n g dima ksud disini adalah ketaatan terhadap pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat. Berbicara masalah kepatuhan tidak terlepas dari produktivitas, menurut Supriyanto (1998) ada tiga jenis produktivitas yaitu: 1. Perilaku Pekerjaan Perilaku pekerjaan adalah jenis pekerjaan (fungsi, aktivitas, dan tugas atau Job) yang dilaksanakan oleh pekerja_ D isini h an ya dii nve nta risir kualit as p ek e rja an, s ama se kali t ida k menggambarkan kuantitasn ya persatuan periode waktu tertentu. Evaluasi kineria yang yang dipakai adalah adekuasi upaya (adequacy of effort) dengan rumus sebagai berikut: Jumlah Kategori pekerjaan (Aktual) Adekuasi Upaya (A U) = Jumlah Kategori Pekerjaan (Normatif )
2. Penampilan Kerja (Kinerja) Penampilan kerja adalah jumlah (fungsi, aktivitas, tugas) per satuan periode waktu tertentu. Disini telah disebutkan alokasi wak u per masing-
masing pekerjaan per satuan waktu tertentu. E valuasi kinerja dipakai adalah kriteria adekuasi penampilan kerja ( adequasi of performance ) dengan rumus sebagai berikut Adekuasi Penampilan Kerja (AP) =
3.
Efektivitas Organisasi Efektivitas organisasi adalah hasil dari masing -masing upaya atau
secara keseluruhan penampilan kerja. Oleh karena itu dibutuhkan informasi hasil (output) pekerjaan yang bisa diukur atau dihitung. Secara umum merupakan perbandingan antara hasil dengan masukan atau output per input, dengan rumus sebagai berikut : Hasil Efektivitas Organisasi (E0) = = Masukan Upaya Hasil
Be b e r a p a n
a h li
j u ga
m e n ggu n a k a n
p e nge l o m p ok a
t i n gk at p e n a m pil a n k e r j a me n j a di p a d a t in gk a t o r
ga n i s a s i b e rh u bun ga n d e n g a n p e m a s a r a n ( r e l a t e d t o m a r k e t ) , p a d a t i n g k a t p r o s e s hubungann ya dengan proses pelaksanaan pekerjaan (related to work flow = how to work get done), dan pada tingkat individu adalah hubungan dengan tugasnya (related to task).
Kepatuhan dilaksanakan
yang dimaksud diatas adalah jenis pekerjaan oleh perawat yang mengg unakan
yang
kriteria adekuasi
upaya, yaitu sampai seberapa jauh aktivitas dan tugas perawat yang secara aktual dilaksanakan dibandingkan jumlah kategori pekerjaan (protap) secara normatif yang telah ditentukan. B. Protap Pemasangan Infus Protap merupakan suatu prosedur atau tahap -tahap kegiatan dalam suatu kegiatan yan g t elah ditetapkan oleh suatu institusi atau organisasi (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1995). Pemasangan infus adalah memasukkan cairan obat kedalam tubuh, langsung melalui
pembuluh darah vena menggunakan infus set. Jadi protap pemasangan infus adalah suatu prosedu r a t a u tahapan- tahapan kegiatan dalam pemasangan infus yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Daiam penelitian ini, rumah sakit yang dimaksud adalah RSUD kelas C kabupaten sorong. C. Perawat P e r a w a t a d a l a h s e o r a n g ya n g t e l a h m e n ye l e s a i k a n s uatu programpendidikan dasar perawatan dan diberi w e w e n a n g o l e h p e m e r i n t ah s e r t a m e m en u hi s ya r a t un t uk m e mb e r ik a n p el a ya n a n perawatan bermutu dan penuh
tanggung jawab (Depk es RI, 1983). Perawat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perawat yang sedang bekerja di rumah sakit yaitu di unit rawat inap interna RSUD k elas C kabupaten sorong.
P e n a mp il a n k e rj a a t au k i n e rj a s e o r a n g p er a w a t sangat ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. D. Faktor Internal Faktor internal disini, tiada lain merupakan karakteri stik perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri -ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat
maupun sakit ( K a m u s B a h a s a I n d o n e s i a , 1 9 9 9 ) . K a r a k t e r i s t i k p e r a w a t m e l i p u t i k a r a k t e ri st i k d e mo gr a f i ( u mu r , j e ni s k el am i n, p e nd id i k an d a n m a sa kerja),status perkawinan,kepribadian, karakteristik sikap, kemampuan, persepsi dan motivasi.
1. Karakteristik demografik
a. Umur Hubungan umur dengan produktivitas, produktivitas seorang karyawan menurun dengan bertambahnya umur. Hal i n i
disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisik seperti kecepatan, k elenturan,kekuatan dan koordinasi Akan menurun d e n g a n bertambahnya umur. Tapi produktivitas seseorang tidak han ya t e r g a n t u n g p a d a k e t r a m p i l a n f i s i k s e r u p a . P r o d u k t i v i t a s karyawan yang sudah lama bekerja disebuah
perusahaan artinya s u d a h b e r t a m b a h t u a , b i s a m e n g a l a m i p e n i n g k a t a n k a r e n a pengalaman dan lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan (Muchlas, 1997). Demikian pula halnya dengan perawat yang senior dan yan g
yu nior. W alaupun usia salah satu perawat lebih tua dari pera wat ya n g lainn ya, beluni tentu jadi produktivitas lebih produktif mereka dari jauh yang dan
mungkin
k a r e n a p e n g a l a m a n n ya
dalam
bekerja
Beberapa peneiitian menunjukkan bahwa sedikit sekali ada perbedaan yang dianggap penting antara karyawan laki -laki dan wanita dalam prestasi kerja. Tidak jelas adanya perbedaan k e d u a j e n i s k a r ya w a n i n i d a l a m k e m a m p u a n m e n ye l e s a i k a n problem, ketrampilan analitis, nafsu bersaing dalam pekerjaan, motivasi kepemimpinan, kemampuan spesialisasi dan kemampuan belanjarnya (Robbins, 1996). c. P e n d i d i k an Dalam Kamus Bahasa bahwa Indonesia Kontem
pendidikan
merupakan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin ban yak pula pengetahuan y a n g d i m i l i ki.Sebaliknya menghambat pendidikan yang kurang akan
perkembangan
sikap
sesorang
terhadap
nilai -nilai
yang
baru diperkenalkan (Azwar A, 1996). Faktor pendidikan perawat sangat menentukan cara b e r p i k i r d a n b e r t i n g k a h l a k u p e r a w a t ya n g t e r c e r m i n d a l a m s i kapnya. Makintinggi pendidikan perawat makin mu d a h menerima informasi atau nilai-nilai yang ada dalam lingkungannya untuk dipikirkan dan dilaksanakan. d. Masa kerja Hubungan senioritas = produktivitas, kinerja masa lalu cenderung dikaitkan dengan keluaran dalam posisi baru, senioritas i t u s e n d i ritidaklah merupakan peramal yang baik dari
produktivitas. Dengan kata lain, jika semua hal lain sama, tidak ada alasan untuk meyakini bahwa orang-orang yang telah lama berada dalam pekerjaan akan lebih produktif ketimbang mereka yang baru bekerja pada tempat tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian menggunakan deskritif korelasi dengan menggunakan desain penelitian adalah cross sectional pengukuran variabelnya dilakukan hanya satu kali pada satu saat. (Sugiyono, 2004). B. Populasi dan sampel 1. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai PNS diruang rawat inap interna (garuda, camar, kasuari) RSUD kelas C kabupaten sorong yang berjumlah 29 pegawai. 2. Sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total populasi berjumlah 29 orang dengan memenuhi kriteria penelitian a. Perawat PNS b. Perawat pelaksanan c. Perawat yang bekerja diruang rawat inap interna Pertimbangan menggunakan seluruh populasi adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih representatif dan mengurangi tingkat kesalahan karena data yang di peroleh merupakan informasi yang sesungguhnya (Sugiyono, 2004).
C. Identivikasi variabel pada penelitian ini ada dua variabel yaitu independen dan variabel dependen.
Variabel Variabel independen Umur Jenis kelamin Pendidikan Masa kerja Variabel dependen Tingkat kepatuhan perawat
Definisi operasional
Skala
skor Dws awal=1 Dws.ptg=2 Dws akhir=3 Laki-laki=1 Perempuan=2 SPK=1 DIII keperawatan=2 Singkat=1 Sedang=2 Lama=3 Tidak patuh=1 Patuh=2 Tidak patuh apabila kegiatan dilaksanakan >50% Patuh apabila kegiatan dilaksanakan >50%
Lama hidup perawat sampe ulang Ordinal tahun terakhir pada saat penelitian. Kategori perawat berdasarkan alat Nominal reproduksi manusia. Suatu proses pengubahan cara berpikir Ordinal dengan cara pengajaran melalui pendidikan formal. Lama perawat bekerja di ruangan Ordinal rawat inap interna RSUD kelas C kabupaten sorong Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh Ordinal perawat dengan mengunakan kriteria adekuasi
D. Pengumpulan data dan analisa data 1. Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang memuat beberapa pertanyaan yang mengacu pada kerangka konsep. Pertanyaan, terdiri dari dua bagian. Bagian A memuat 6 (enam) pertanyaan mengenai data karakteristik perawat, s e d a n g k anbagian B memuat pedoman observasi pelaksanaan perawatan infus sesuai dengan protap yang dimiliki RSUD kelaS C kabupaten sorong,
berisi 13 item untuk persiapan alat dan 16 item untuk pelaksanaan tindakan. 2. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dimasing-masing unit rawat inap interna RSUD kelas C kabupaten sorong dengan prosedur sebagai berikut : Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi peneliti kepada direktur RSUD kelas C kabupaten sorong setelah mendapatkan izin dari direktur, Kernudian
mengadakan pendekatan dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana, selanjutnya kepada perawat pelaksana akan diberikan penjelasan tujuan
penelitian dan dimohonkan bantuanya rnenjadi responden. Bila bersedia menjadi responden selanjutnya dipersilahkan menandatangani informed consent. Responden yang memenuhi kriteria diberikan angket agar mengisinya dan peneliti berada didekat responden agar bila ada pertanyaan dari responden, peneliti
dapat segera menjelaskannya. Responden diingatkan agar semua pertanyaan diisi dengan lengkap, bila telah selesai diisi, selanjutnya dikembalikan kepada peneliti. Observasi dilakukan pada saat akan melakukan tindakan pemasangan infus dan kepada perawat diingatkan agar bekerja seperti biasa dan hasil pengamatan tidak akan mempengaruhi kondite kerja responden. E. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat : penelitian dilakukan diunit rawat inap interna RSUD kelas C kabupaten sorong
meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, masa ke r j a d a n t i n gk a t kepatuhan melaksanakan protap. Hasil dari setiap variabel ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Anali sa biv a riat dil ak ukan u ntuk meli hat h ubun gan a nta r a va
ria be l independen yaitu karakteristik perawat meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja; dengan variabel dependen yaitu tingkat k e p a t u h a n p e r a w a t m e l a k s a n a k a n p r o t a p pemasangan infus.Hubungan antara kedua variabel d i l i h a t d e n g a n m e n g g u n a k a n u j i korelasi Chi Square jika
a. H o d i t o l a k j i k a p v a l u e a t a u a s y m p s i g ( a ) < 0 . 0 5
a k a ti d ak a d a h u b u n g a n a n t a r a v a r i a b e l I n d e p e n d e n d a n v a r i a b e l Dependen. G. Hasil dan Pembahasan Analisis Univariabel 1. Distri busi responden menurut umur di ruangan i nterna RS UD kelas C kabupaten sorong terbagi atas umur 21-30 tahun,31-40 tahun,dan> 40 tahun dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur antara 21-30 tahun berjumlah 16 (55,2%) sebalik nya responden yang berumur > 40 tahun berjumlah 5 ( 17,2%). 2. D i s t r i b u s i r e s p o n d e n m e n u r u t J e n i s K e l a m i n d i i n t e r n a R S U D kelas C kabupaten sorong terbagi atas Laki -laki dan Perempuan dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Distribusi jenis kelamin
No 1 2 Jenis K elamin Laki-laki Perempuan Total Frekuensi 7 22 29 P ro s en t as e (%) 24,1 75,9 100,0
Berd as ar ka n t abel 2 diat as m en unjuk an bah w a s eb a gia n besarresponden berjenis kelamin perempuan berju mlah 22 ( 75,9%),di bandingkan dengan responden Laki -laki hanya
berjumlah 7 ( 24,1%). 3. D i st r ib u si r e s po n d en m e n u ru t Ti n gk a t P e nd i di k a n di r u a n ga n interna RSUD kelas C kabupaten sorong terbagi atas d ua yaltu D III keperawatan dan SPK,dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Berd as ar ka n t abel 3 diat as m en unjuk an bah w a s eb a gia n b e s a r r e s p o n d e n besar responden berpendidikan D. III Keperawatan berjumlah 24 82, 8%) sebaliknya responden yang berpendidikan SPK berjumlah 5 ( 17,2%). 4. D i st r ib u si r e s po n d en m e n u r ut l am a k e r ja RSUD kelas C kabupaten sorong terbagi atas < 10 tahun,10-20 tahun,> 20 tahun dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tab el 4 Dist ribu si l a ma k erj a
No 1 2 3 Lama Kerja < 10 tahun 10-20 tahun >20 tahun Total Frekuensi 22 4 3 29 Prosentase 75,9 13,8 10,3 100,0
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukan bahwa sebagian b e s a rresponden bekerja < 10 tahun berjumlah 22 ( 75,9 %),sebaliknya responden yang bekerja > 20 tahun hanya berjumlah 3 ( 10%). 5. D i s t r i b u s i r e s p o n d e n m e n u r u t P r o t a p P e m a s a n g a n In f u s d i ruangan intena RSUD kelas C kabupaten sorong terbagi atas Dua yaitu Patuh dan Tidak Patuh dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Berd as ar ka n tab el 5 diata s men unjuk an bah wa s eb a gi an besar responden patuh dalam protap pemasangan infus berjumlah 18 (62,1 %) sebaliknya tidak patuh hanya berjumlah 11 ( 37,9%) Analisis Bivariabel 1. A n a l is a h u b un ga n umu r d e n ga n p r o t ap p ema s a n ga n i n fu s d i ruangan intema RSUD kelas C kabupaten s orong. Tabel 6 Tabulasi Silang Umur dengan Protap Pemasang an Infus
Pemasangan Infus No 1 2 3
2
X = 13.444
Pada n
tabel
menunjukkan
bahwa
responde
umur 31-40 tahun(75,0%) lebih besar dari pada tid a k p a t u h ( 2 5 , 0 % ) . S e b a l i k n ya Responden yang melakukan pemasangan infus tidak patuh dengan > 4 0 t a h u n h besar dari pada patuh (40,0%). (60,0%) lebi
Danberdasark
a n h a s i l u j i s t a t i s t i k d e n g a n m e n g gu n a k a n c h i s q u are
menunj uk an bah w a X
Ha d i t e r i m a s e h i n g g a a d a h u b u n g a n a n t a r a u m u r d e n g a n p r o t a p pemasangan infus. Pada Penelitian Ernawati tahun 2006 menguraikan b a h w a a d a n y a h u b u n g a n u m u r d e n g a n pelaksanaan p r o t a p pemasangan infus.dimana tidak dapat
mempen
Dal am k en ya t aa nn ya di lap an gan sem ua ora n g y a n g b e r u s i a Tua namun Patuh dalam pelaksanaan protap
pemasangan in fus,dapat di lihat pada tabel umur 31-40 tahun lebih patuh.
6 menunjukan bahwa
Kepatuhan yang dimaksud diatas adalah jenis pekerjaan yang d i t ak s a n ak a n o l e h pe r a w a t ya n g m e n g g u n a k a n k r it e ria a d ek u a si upaya, yaitu sampai seberapa jauh aktivitas dan tugas
perawat yang secara aktual dilakasanakan dibandingkan jumlah kategori peker jaan (protap) secara normatif yang telah ditentukan
(Supriyanto,1998). Hubungan umur dengan produktivitas, produktivitas seorang .karyawan menurun dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena ketrampilan-ketrampilan fisik seperti kecepatan, kelentur an, kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan bertambahnya umur.
Tapi produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan fisik serupa itu. Produktivitas karyawan yang sudah lama bekerja disebuah perusahaan artinya sudah bertambah tua, bisa me n ga la mi p e n i n g k atankarena pengalaman dan lebih bijaksana dalam
pengambilan keputusan
(Muchlas, 1997). Demikian pula halnya dengan perawat yang senior dan yang yunior. Walaupun usia salah sa t u pe ra wa t l e bi h t ua da ri pe rawat ya n g Ia i nn ya , be l um t e nt u produktivitas mereka jauh berkurang, bahkan mungkin ng muda jadi lebih produiktif dari ya
k a r e n a p e n g a l a m a n n y a d a l a m bekerja dan
2. Analisa hubungan pendidikan dengan p rotap pemasangan infus di ruangan interna RSUD kelas C kabupaten sorong. Tabel 7 Tabulasi silang pendidikan dengan protap pemasangan infus
15 3 18
X = 11.245
P ada
tabel
menunjukkan
bahwa
Responden
yang
melakukan pemasangan infus patuh dengan pendidikan D IIIKeperawatan (62,5 %) Iebih besar daripada tidak patuh ( 37,5%). S e b a l ik n ya R e s po n d e n ya n g m e l a k u k a n p em a s a n ga n i n fu s p at uh den gan p en didik an S P K (60, 0 % ) Ie bih b es ar dari pad a tid ak p atuh ( 40,0%). Dan berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi suare menunjukan bahwa X = 11.245 p = 0.000 ( < 0,05) artin ya Ha diterima sehingga ada hubungan antara pendidikan dengan protap pemasangan infus. Penelitian Ernawati,
2
2006 Ada Hubungan Pedidikan d e n g a n P e l a k s a n a a n p e m a s a n g a n I n f u s . B a h w a p a d a u m u m n ya s e m a k i n t i n g gi p e n d i d i k a n m a k a a k a n s e m a k i n b a l k p u l a t i n gk a t pen get ahu an n ya.P e n getah ua n itu se ndiri meru pa ka n seseorang untuk mengingat fakta, kem amp uan
Da lam ken yataannya di lapangan bahwa D III keperawatan Patuh dalam pelaksanaan protap pemasangan in fus,dapat di lihat pada tabel 7 menunjukan bahwa D III keperawatan Iebih patuh. Perawat adalah seorang yang telah menyelesaikan suatu pro gr am pe ndidik an das ar p e ra wat an d an dib e ri w ew en an g oleh pemerintah serta memenuhi s ya rat untuk memberikan
pela yanan perawatan bermutu dan penuh tanggung jawab (Depkes RI, 1983). M a k i n t i n g gi t i n gk a t p e n d i d i k a n s e s e o r a n g, m a kin m u d a h menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang d i m i l i k i . S e b a l i k n ya p e n d i d i k a n ya n g kurang akan menghambatperkembangan sikap seso rang terhadap nilai-nilai yang b a r u diperkenalkan
(Azwar A, 1996). Faktor pendidikan perawat sangat menentukan cara berpikir dan bertingkah laku perawat yang tercermin dalam sikapnya. Makin tinggi pendidikan perawat makin mudah menerima informasi atau nilai -nilal yang ada dalam Iingkungannya untuk dipikirkan dan dilaksanakan (Nursalam & Siti Pariani,2001). Kemampuan adalah kapasitas seorang individ
hakekatnya
terdiri dari kemampuan intelektual dan ke mampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai peramal yang kuat dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik memiliki makna yang penting untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan (Robbins,1997 dalam Mu chlas, 1998). 3. Analisa Hubungan Jenis Kelamin dengan Protap pemasangan infus di Ruangan Interna RSUD Kelas C Kabupaten Sorong. Tabel 8. Tabulasi silang jenis kelamin dengan pemasangan infuse
No
Jenis K elamin n 5 13
1 2
2,- -
Laki-laki Perempuan
X - - 13.568
p= 0.000
Pada n
tabel
bahwa patuh
y a n g melakukan
kelamin laki -laki ( 7 1 , 4 % ) l eb ih b e s a r d a r i p a d a t i d ak p atu h ( 28 , 6 %) . S e b al ik n ya R e s p o n d e n y a n g m e l a k u k a n p e m a s a n g a n i n f u s p a t u h d e n g a n perempuan (59,1 %) lebih besar dari pada tidak patuh ( 40,9 %). Dan b e r d a s a r k a n h a sil uji statistik dengan menggunakan chi square menunj uk an b ahw a X Ha
2
diterima sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan protap pem asa n gan in fus . P en elitia n E rn aw ati,2 0 06 Ad a Hub un gan J enis
Kelamin dengan Pelaksanaan pemasangan Infus Hal ini disebabkan setiap perawat bisa menjadi patuh maupun tidak patuh bila situasinya memungkinkan. S elain itu seseorang dalam belajar, menganalisa, m e m e c a h k a n m a s a l a h d a n s e b a g a i n ya t i d a k m e m b e d a k a n j e n i s k e l a m i n . k e n ya t a a n n ya d i l a p a n ga n b a h w a l a k i - l a k i P a t u h d a l a m pelaksanaan protap pemasangan infus,dapat di lihat pada tabel 8 menunjukan bahwa Laki-laki lebih patuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sedikit sekali ada
perbedaan yan g dianggap penting antara kar yawan laki -laki dan wanita dalam prestasi kerja. Tidak jelas adanya perbedaan kedua jenis karyawan ini dalam kemampuan menyelesaikan problem, ketrampilan analitis, nafsu bersaing dalam pekerjaan, motivasi kepemimpinan,
kemampuan (Robbins, 1996) . spesiali sasi dan kemampua n belanjarnya
4. Analisa hubungan lama kerja den gan p rot ap pemasangan infus di ruangan Interna RSUD kelas C kabupaten s orong. Tabel 9 Tabulasi Silang Lama Kerja Denga n Pemasangan Infus
Pemasangan Infus No 1 2 3 Lama Karja n <10 tahun 10-20 tahun >20 tahun Tota 14 3 1 18 patuh % 63,6% 75,0% 33,3% 62,1% p= 0 000 n 8 1 2 11 Tidak patuh % 36,4% 25,0% 66,7% 37,9% n 22 4 3 29 Total % 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
X2 = 11.359
P a d a t a b e l 9 m e n u n j u k k a n , b a h w a R e s p o n d e n ya n g melakukan pemasangan infus patuh dengan lama kerja 10 -20 tahun ( 75,0 %) lebihbesar dari pada tidak patuh (25,0%). S e b a l i k n ya Responden yang melakukan pemasangan infus Tidak patuh dengan lama kerja > 20 tahun (66,7 %) lebih besar daripada patuh (33,3 %). Dan berdasarkan hash uji statistik dengan
menggunakan chi square menunjuk an ba hwa X = 11. 359 p = 0.0 00 ( < 0,05 ) arti n ya Ha diterima sehingga ada hubungan antara lama kerja dengan protap pemasangan infus. P enelitian Ernawati,2006 Ada Hubungan Lama Kerja dengan
2
Pelaksanaan pemasangan Infus Sehingga dengan masa kerja yang lama yang diekspresikan dengan pengalaman kerja belum tentu menjamin pelaksanaan protap pemasangan infus bai k apabila dari dulu sudah terbiasa berperilaku tidak sesuai, kenyataannya di l a p a n g a n b a h w a p e r a w a t ya n g j u n i o r P a t u h d a l a m p e l a k s a n a a n protap pemasangan infus,dapat di lihat pada tabel 9 menunjukan bahwa perawat yang junior Iebih patuh. Hubungan senioritas-produktivitas, kinerja masa lalu cenderung dikaitkan dengan keluaran dalam posisi baru, senioritas itu sendiri tidaklah merupakan peramal yang bai k dari produktivitas. Deegan kata lain, jika semua hal lain sama, tidak ada alasan untuk meyakini bahwa orang-oran g akan lebih yang tel ah lama berada dalam pekerjaan
produktif ketimbang mereka yang baru bekerja pada tempat tersebut (Muchlas,1997).
A. KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara umur dengan protap pemasangan infus 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan protap pemasangan infus 3. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan protap pemasangan infus 4. Ada hubungan antara lama kerja dengan protap pemasangan infus
B. SARAN 1. B a g i r u m a h s a k i t u n t u k m e n y e d i a k a n f a s i l i t a s d i r u a n g - r u a n g perawatan sehingga perawat dapat bekerja sesuai dengan protap yang ada. 2. Periu adanya pelatihan untuk perawat dalam meningkatkan ketrampilan dasar maupun ketrampilan lanjutan sehingga perawat dapat melayani pasien sesuai dengan ilmu dan teknologi. 3. Bagi perawat agar dalam bekerja hendaknya selalu memperhatikan teknik septik dan aseptik. 4. B a g i p e n e l i t i a n s e l a n j u t n y a a g a r m e n e l i t i f a k t o r - f a k t o r y a n g berhubungan dengan protap pemasangan infus.
DAFTAR PUSTAKA Andrew MG. (1996). Penerapan Psikologi Dalam Perawatan, Edisi pertama, Penerjemah Ika Pattinasarany. ANDI. Yogyakarta. Azwar A. (1996). Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga. Binarupa Aksara. Jakarta. Bambang S. (1999). Pengaruh Kepemimpinan SMF Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Protap Oleh Perawat, Tesis Universitas Airlangga Surabaya. Charles A. & Eamon S. (1997). Psikologi Sosial Untuk Perawat, Alih Bahasa Leoni Sally M. EGC. Jakarta. Ernawati.(2007)Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Pemasangan Infus di Ruang Bedah Rumah Sakit Faisah.Pontianak Handoko HT. (1997). Manajemen Personelle dan Sumber Daya Manusia, Edisi 11. BPFE. Yogyakarta. Indriyo, G & I Nyoman Sudit. (1997). Perilaku Keorganisasian, Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta. Muchlas, M. (1997). Perilaku Organisasi. CV Banyubiru. Yogyakarta. Noto Atmojo. (1993). llmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam & Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. CV Sagung Seto. Jakarta. Pandji Anoraga. (1998). Psikologi Kerja. PT Rineka Cipta. Jakarta. Pad Homy & Ken Blanchard. (1994). Manajemen Perilaku Organisasi Asulayagunaan Sumber Daya Manusia, Edisi keempat, Alih Bahasa was Dharma. Erlangga. Jakarta. Peter Salim & Yenny Salim. (1995). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer !diadem English Press. Jakarta.
Robbins. (1996). Perilaku Organisasi 11, Alih Bahasa Hadyana Pujoatmoko. Teen Hallindo. Jakarta. Saifuddin Aswar. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Scahffer, at all. (2000). Pencegahan Infeksi dan Praktik Yang Aman, Alih Bahasa Setiawan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Siagian, SP. (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya, Edisi 2. PT Rineka Cipta. Jakarta. Supranto, J. (1997). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. PT Rineka Cipta. Jakarta. Supriyanto S. (1999). Analisis Fungsi dan Tugas. Hand Out Kuliah MARS Universitas Airlangga. Surabaya. Wijono, D. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Teori, Stratetegi dan Aplikasi. Airlangga University Press. Surabaya. Zainudin M. (1998). Metodelogi Penelitian. Impress. Surabaya. Sugiyono, Metode penelitian, Edisi Kelima, Bandung : CV. Alfabeta; 2004