You are on page 1of 9

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Amalgam telah digunakan dalam dunia kedokteran gigi lebih dari satu abad dan dalam kurun waktu 20 tahun

be less than 1.6 mm (i.e., two diameters of end of bur). C, Occlusal view of initial tooth preparation di lingual. Alur-alur ini lebih dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang kea rah oklusal. Sebagian besar alur aksial dibuat dengan bur, tetapi beberapa operator lebih suka membuatnya di dalam dentin, tekanan di ubah menjadi seperti tekanan yang terjadi pada gigi normal. Proses transfer tekanan ke dentin menjadi tidak teratur ketika isi pulpa sempit, dan restorasi harus melewati jarak yang signifikan untuk bertumpu pada dentin yang tipis.

Gambar 3. Oklusal restorasi amalgam dilihat secara skematis

Aplikasi lain seperti restorasi ekstensive dalam ikatan amalgam, sebagian dapat digunakan apabila telah ditemukan bahan adesif untuk permukaan, seperti kekuatan kontraksi polimerisasi yang tidak menimbulkan stress pada ikatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan proses reduksi dan debonding pada kekuatan ikatan restorasi ini ketika permukaan ikatan terlibat dalam proses pengunyahan. Para praktisi kedokteran gigi sebaiknya memperhitungkan proses ini dalam penggunaan ikatan amalgam pada aplikasi non-retensi. Metode retensi untuk restorasi yang besar dapat meminimalkan stress pada struktur gigi.

2.9.3

Tooth flexure

Gigi merupakan struktur yang fleksibel. Gigi mengalami deformasi (strain) secara alami. Isi intraoral (daya) dilaporkan sangat bervariasi dari 10N hingga 431N (1N=0,0225 lb daya), dengan isi fungsional secara klinis dipertimbangkan normal. Jumlah gigi, tipe oklusi, dan kebiasaan oklusal pasien berefek tiap satuan gigi. jumlah strain kira-kira sama dengan jumlah tekanan atau stress. Karena bentuk struktur gigi adalah heterogen dan asimetris, terkadang seiring waktu mengalami perubahan sifat, tidak ada penjelasan yang mendeskripsikan hal ini terjadi karena stress atau jumlah strain. Saat ini, peningkatan bukti menunjukkan bahwa jumlah strain dan efeknya pada struktur gigi dapat menimbulkan fatigue yang krusial. Fleksur gigi dideskripsikan sebagai ikatan lateral atau ikatan aksial gigi saat terjadi oklusi. Prosedur fleksur merupakan strain maksimal pada bagian servikal, dan tampaknya hal ini diubah menjadi tensi atau tekanan terhadap bagian sekitar, terkadang menyebabkan hilangnya ikatan restorasi kelas 5 pada preparasi tanpa groove retensi. Fraktur enamel terjadi ketika gigi mengalami abrasi oleh sikat gigi dan dierosi oleh bahan kimia. Selain itu pada restorasi unbounded atau leaking, fleksur pada dentin dapat menyebabkan perubahan sirkulasi cairan dan kebocoran mikroskopik, mengakibatkan sensitifitas dan inflamasi pada pulpa. (Korale dan Meiers, 1996) menemukan bahwa liner yang kental pada system dentin bonding dapat mencegah microleakage, sebaliknya mereka juga menemukan bahwa resin liner yang berlebihan dapat mengakibatkan peningkatan jumlah microleakage. (Setcos, 1999)
2

Tumpatan amalgam pada kelas 5 memiliki kekurangan mudah lepas karena centric force yang menyebabkan kompresi pasa tumpatan sehingga terjadi lateral displacement. Selain itu adanya eccentric force yang menyebabkan tensile stress pada permukaan marginal restoration sehingga terjadi lateral fleksure.

2.10 Klasifikasi Tumpatan Klasifikasi dental amalgam: Berdasarkan ukuran partikel alloy: o Microcut o Macrocut : partikelnya kecil : partikelnya besar

Berdasarkan bentuk partikel alloy: o Alloy lathe-cut o Alloy spherical o Alloy spheroidal : bentuknya tidak beraturan : bentuknya bulat : bentuknya lonjong

Berdasarkan jumlah metal alloy: o Alloy binary o Alloy ternary o Alloy quartenary

Berdasarkan kandungan tembaga: o Alloy bertembaga rendah o Alloy bertembaga tinggi : : <6% >6%

Berdasarkan kandungan seng: o Alloy yang mengandung seng : o Alloy bebas seng : > 0,01% < 0,01%

Dental amalgam jenis high copper karena high copper lebih menunjukkan sifat mekanis dan sifat fisik yang baik yaitu: 1. Kekuatan lebih besar: 250 Mpa setelah 1 jam 2. Kurang korosi 3. Creep lebih rendah

4. Kurang sensitive 5. Menghasilkan hasil klinis yang lebih baik untuk jangka panjang 6. Final strength terjadi lebih cepat.

2.11 Indikasi dan Kontra-indikasi Restorasi Amalgam 1. Indikasi restorasi amalgam Amalgam memiliki resistensi yang lebih besar dibanding komposit. Oleh karena itu, restorasi amalgam diindikasikan pada gigi yang memiliki fungsi oklusal yang berat. Preparasi untuk restorasi amalgam sangat rumit. Syarat yang harus dipenuhi yaitu kedalaman kavitas harus sama dan marginal form yang harus tepat. Banyak dari kegagalan restorasi amalgam berkaitan dengan preparasi yang kurang tepat. Akan tetapi, insertion dan finishing restorasi amalgam lebih mudah dari komposit. (Roberson dkk., 2006) Indikasi klinis untuk restorasi direct amalgam adalah sebagai berikut: (Roberson dkk., 2006) 1. berat. 2. 3. Restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik. Restorasi sementara sebagai caries-control. Caries control adalah langkah Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang

intermedia dalam perawatan restorasi dan memiliki beberapa indikasi lain: a. Untuk prognosis pulpa yang masih diragukan dimana demineralisasi dentin

terhenti. b. Selama prosedur konservasi ketika gigi mengalami karies ekstensif yang mencakup area yang luas. 4. Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan

peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan mahkota atau metallic onlay.

2. Kontraindikasi restorasi amalgam secara umum Pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari. Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus). Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat. (Roberson dkk., 2006)

2.12 Ketahanan Tumpatan Amalgam dalam Rongga Mulut Amalgam dapat bertahan dalam waktu yang lama dalamrongga mulut, bergantung pada desain preparasi kanvitas, carapenumpatan dan cara pemeliharaan kebersihan mulut serta ada tidaknya mikroleakage yang diakibatkan oleh proses creepyang berhubungan dengan dinding preparasi dan restorasiamalgam (secara klinis creep dihubungkan dengan pecahnyaintegritas marginal).3

2.13 Keunggulan Restorasi Amalgam

a. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur. b. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. c. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam

salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit. d. Biayanya relatif lebih murah.4

2.14 Kekurangan Restorasi Amalgam a. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan. b. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman c. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi. d. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.4

2.15 Penyebab Kebocoran Tumpatan Amalgam Sebagian besar penyebab kegagalan restorasi amalgam oleh karena patahnya tepitumpatan diawali karena adanya kebocoran mikro. Amalgam dapat meregang danberkontraksi tergantung saat manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadipada skala kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan sekunderkaries yang jika tidak dsegera diperbaiki akan mengakibatkan karies sekunder, sensitifitaspulpa dan diskolorasi. Hal tersebut menyebabkan munculnya perkembangan restorasiamalgam adhesif yang memberi kesempatan untuk mengevaluasi kembali disain preparasiuntuk retensi mekanis.3 Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat:
6

1.Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration) 2.Kandungan mercury yang terlalu besar 3.Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi 4.Kecepatan pengisian kavitet yang lamban 5.Korosi.

BAB 3 KESIMPULAN

Indikasi klinis untuk restorasi amalgam direct adalah untuk restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang berat dan memanjang hingga permukaan akar, restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik dan terletak pada permukaan akar, restorasi sementara sebagai caries-kontrol, dan untuk Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan mahkota atau metallic onlay. Kelebihan amalgam antara lain, amalgam merupakan bahan restorasi yang paling kuat dibandingkan dengan bahan restorasi plastis lain dalam melawan tekanan oklusi sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama di dalam mulut, ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, penumpatan dengan amalgam relatif lebih sederhana dan mudah, biayanya relatif lebih rendah (murah), serta resisten terhadap pembusukan. Kekurangan amalgam antara lain, estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari. Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus). Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat. amalgam dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak bayangan kehitaman, serta dapat menyebabkan alergi, toksik karena adanya merkuri sebagai campuran amalgam, dan hipersensitifitas.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ferracane, Jack L. (2001). Materials in Dentistry: Principles and Applications. Lippincott Williams & Wilkins. pp. 3. ISBN 0-7817-2733-2.

2. 3. 4. 5. 6.

M. Marzia. Efek Neurobehavior Amalgam Gigi. Vol. 24, No 1, Maret 2009. Combe,EC. 1992. Sari Dental Material . Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta, Balai Pustaka. S. Narlan, 1991. Penerbit Buku Kedokteran EGC . Tambalan Amalgam. K. Peter. 2009. Restorative Dentistry, Pediatric Dentistry and Orthodontics. Philadelphia, Elseveir. Mahler, David B. 2002. Clinical Evaluation of Amalgam Bonding in Class I and II Restorations .

http://jada.ada.org/cgi/content/full/131/1/43 7. Setcos. J C, Staninec, Wilson. 1999. Restorative Dentistry : The development of resin bonding for amalgam restorations. http://www.nature.com/bdj/journal/v186/n7/full/4800102a.html 8. Summit JB, Robbins JW, dan Schwartz RS. 2006. Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary Approach. 3rd ed. Illinois: Quintessence Books. 9. Roberson TM, Heymann HO, dan Swift EJ. 2006. Sturdevants Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. North Carolina: Mosby Elsevier 10. Koudi, M S dan Sanjayagouda B Patil. 2007. Dental Materials; Preparations for Undergraduates. Elsevier: New Delhi. 11. Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral Environment dalam Adv Dent Res 6:100-109 12. Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC: Cambridge 13. Surouw, Elliott et al. 2004. Invivo Galvanic Current Of Intermittently Contacting Dental Amalgam And Other Metallic Restoration In Elsevier Ltd Journals 20: 823-831 14. Williams, D.F and J. Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. Oxford.

You might also like