You are on page 1of 76

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK PANCA INDERA

Oleh : KELOMPOK B-10

Puput Indah P. Puspita Mahaputri Puspita Sari Puti Intan S. Putri Indah Permata R. A. Wita Ferani K. R.A. Nurafrilya F.S. Rachmah Kurniasari Radi Tri Hadrian

1102009224 1102009225 1102009226 1102009227 1102009228 1102009229 1102009230 1102009231 1102009232

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011/2012

DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................................................... 2 Praktikum Fisiologi I .......................................................................................................... 3 I. Lensa Tipis ............................................................................................................ 4

II. Penglihatan I: Uji Visus dan Buta Warna ............................................................... 11 Uji Visus Mata ....................................................................................................... 11 Tes Buta Warna .................................................................................................... 15 III. Penglihatan II: Perimeter ....................................................................................... 18 Praktikum Fisiologi II ......................................................................................................... 25 I. Tes Penala ............................................................................................................ 30

II. Audiometri ............................................................................................................. 32 Praktikum Fisiologi III ........................................................................................................ 37 I. II. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin ................................................................. 38 Titik-titik Panas, Dingin, Tekan, dan Nyeri di Kulit ................................................ 39

III. Lokalisasi Taktil.................................................................................................... 42 IV. Diskriminasi Taktil ................................................................................................ 44 V. Perasaan Iringan (After Image) ............................................................................ 46

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda............................................................ 47 VII. Tafsiran Sikap ...................................................................................................... 48 VIII. Waktu Reaksi ....................................................................................................... 50 IX. Pengecapan......................................................................................................... 53 X. Penghidu.............................................................................................................. 58

Praktikum Fisiologi IV........................................................................................................ 62 I. Sikap dan Keseimbangan Badan........................................................................... 63 Percobaan Pada Katak .......................................................................................... 65 Percobaan Pada Manusia ..................................................................................... 67 II. Percobaan Keseimbangan Pada Manusia ............................................................. 69 A. Percobaan dengan Kursi Barany 1 .................................................................. 72 B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany) ..................... 73 C. Kesan Sensasi................................................................................................. 73 D. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis .................... 74 Daftar Pustaka .................................................................................................................. 76

2 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI I

3 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI I

I.
1. Tujuan Percobaan

LENSA TIPIS

Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan

2. Alat-alat Percobaan a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, dan tabir (layar) b. Lensa cembung dan cekung c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala

d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar 3-1. Rumus Gauss Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata dibelakang lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat sumbu optik lensa. Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa

= +
f=
(1) Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen

4 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

= jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan (-) untuk benda maya

= jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata dan (-) untuk bayangan maya

Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan cermin) Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan M= (2) Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka perjanjiannnya akan terblik.

=-

3-2. Rumus Bessel Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir, lihat gambar 2.

Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan = jarak benda ke tabir d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar dan diperkecil = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil 5 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

= jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa d= = = (3a) (3b) (3c)

Mengingat bahwa

maka diperoleh

= =
(4) Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan

f
(5)

=
dan d selalu positif

Perhatikan bahwa

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin datar, lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.

3-4. Rumus lensa Gabungan Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jarak fokus . Untuk gabngan dua lensa dirumuskan sebagai

6 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

(6) Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa. Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga

=
(7)

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut.

4. Jalannya Percobaan 4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar. 4-1-A. Cara Gauss 1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel data. 2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya. 3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar 1. 4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil. 5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik. Isikan hasil ini pada tabel data. 6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5. 7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin. 4-1-B. Cara Bassel

7 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi pengukuran ini sampai 5 kali. 2. tempatkan benda di depan lampu sorot. 3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda. 4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2. 5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu

menaikan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir. 6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. 7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan terbalik atau tegak. 8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data. 9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus digeser-geser. 4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar 1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3. 2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar dengan benda 3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data) 4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali. 4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen 1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya 2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa 3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir. 4. catat posisi benda, lensa, dan tabir 5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan pada tabir akan kabur atau hilang. 6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. 7. catat posisi lensa divergen dan tabir 8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan pada tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen. 9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.

5. Tugas Pada Laporan Akhir 5-1-A. Cara Gauss 1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.

8 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi bayangan (tegak atau terbalik). 3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2. 4. Buat table harga 1/v dan 1/b 5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b. 6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa. 5-1-B. Cara Bessel Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5). 5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas. Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas. Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri. f[cm] 5-2 Jarak Fokus Lensa Divergen Tentukan f lensa divergen hasil percobaan.

6. Hasil Percobaan 1. Menentukan jarak focus lensa konvergen a. Cara gauss Tinggi benda h = 3 No. v (cm) b (cm) h (cm) Tegak/terbalik Mt = h/h M = - b/v 1 93 63 5 Terbalik 1,6 -0,67 2 100 72 6 Terbalik 2 -0,72 3 80 40 3,5 Terbalik 1,17 -0,5 Kesimpulan: pada percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan sesuai dengan sifat dari lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan diperbesar. b. Cara Bessel No. a (cm) vb (cm) vk (cm) D 1 100 28 72,5 44,5 2 90 33 59 26 Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cara f (cm) 20,04 20,62 Bessel, pada kedua a (jarak

tabir dan benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya. c. Dengan cermin datar v (cm) M = - b/v 10 10 20 20 Kesimpulan : pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena sifat cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar 9 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

dengan benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, serta bayangan dihasilkan merupakan bayangan semu karena berupa hasil pantulan. 2. Lensa divergen No. v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm) 1 28 70 -4 66 6 -12 2 28 70 -8 62 18 -14,4 Kesimpulan : pada percobaan lensa divergen didapatkan focus lensa divergen negative (-), karena lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya.

DAFTAR PUSTAKA Sears, dan Zemansky. Fisika untuk Universitas, jilid III Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

10 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

II. PENGLIHATAN I: Uji Visus dan Buta Warna

UJI VISUS MATA

I.

Tujuan percobaan Untuk mengetahui ketajaman penglihatan

II.

Dasar Teori Rumus visus: V = Keterangan: V : Visus atau ketajaman d : jarak optotype snellen dengan objek (3.5 m) D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca. Mata kanan: V = Mata kiri: V = Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15. Penglihatan normal disebut emetropi. Bila benda yang dilihat jatuh di depan fovea sentralis disebut rabun jauh (myopi) dan dapat diatasi dengan lensa cekung (negatif), bila benda yang dilihat jatuh di belakang fovea sentralis disebut rabun dekat (hypermetropi), dapat diatasi dengan lensa cembung (positif) Untuk dapat melihat benda stimulus berupa cahaya harus jatuh di reseptor (penerima) yang selanjutnya di teruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman (visus) penglihatan. Visus sangat dipengaruhi sifat fisis mata (aberasi mata = kegagalan sinar untuk berkonvergensi/bertemu di titik identik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi, elastisitas otot, faktor stimulus (warna yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi, intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut), maka semakin kecil minimum separabel (separable minimum) Bila seseorang mengalami rabun jauh dan juga rabun dekat secara bersamaan disebut astigmatisma maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindaris yang berfungsi untuk mengatasi kedua rabun tersebut, tetapi bila elastisitas lensa kristalina menurun karena usia dan pengapuran menyebabkan presbyopia. Pengapuran ini dapat terjadi buramnya/kaburnya penglihatan yang disebut sebagai katarak. Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbolsimbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan dalam klinik. Istilah visus 20/20 adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal (perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap

11 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

sebagai performa nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal. Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur. Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil, lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat terjadi. Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm. Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior (oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual. Bagian tengah 100 dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh sedikitnya 60% dari korteks visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya terlibat dalam pemrosesan tajam penglihatan. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual di usia yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada selsel di korteks visual. Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada mata yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola mata, yang bermanifestasi sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau streopsis. Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka, pengukuran

12 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status kesehatan mata, sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak. Berbagai penurunan tajam penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hal yang harus diperhatikan. Penyebab sering dari turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut kornea yang mempengaruhi jalur penglihatan, penyakit-penyakit yang mempengaruhi retina seperti degenarasi makular, dan diabetes, penyakit-penyakit yang mengenai jaras optik menuju otak seperti tumor dan sklerosis multipel, dan penyakit-penyakit yang mengenai korteks visual seperti stroke dan tumor. PEMERIKSAAN VISUS SATU MATA Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata di periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu. Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti : Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter. Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam penglihtan pasien adalah 6/30. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang pada orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk dari 1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300. Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).

Snellen chart 13 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Bila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.

III.

Tata Kerja 1. Minta o.p. untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6 m) dari Snellen Chart 2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh 3. Pasang trial frame, atur jarak pupil 4. Tutup mata kiri dengan okluder. 5. Periksa tajam penglihatan pasien. 6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan. 7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak 8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam penglihatan yang terbaik. 9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik. 10. Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri. 11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi. 12. Minta o.p. berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing

IV.

Hasil Percobaan dan Analisa Nama OP : R.A. Wita tanpa lensa mata kanan : 20/100 tanpa lensa mata kiri : 20/50 Mata kanan -0,5 = 20/70 -1 = 20/30 -1,5 = 20/20 Koreksi lensa sferis o.p.: OD: -1,5, OS: -1 Mata kiri -0,5 = 20/40 -1 = 20/20 -1,5 = 20/20

V. Kesimpulan Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi.

14 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

TES BUTA WARNA

I. Tujuan Percobaan Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p.

II. Dasar Teori Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel sel batang dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna. Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak langsung pada persepsi warna di otak . Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. KLASIFIKASI BUTA WARNA Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru. 1. Anomalous trichromacy Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah: a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen (kedua), dan tritos

kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.

15 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen

middle-wave lenght (green).

Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau. c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap longwavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam. 2. Dichromacy Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak: a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya

photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan buta warna merah hijau. b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination). c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai. 3. Monochromacy Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesi Bentuk buta warna dikenal juga : 1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat

kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.

16 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus

III. Tata Kerja Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu : 1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate. 2. Yang perlu diperhatikan : 1) Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya 2) Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10 detik. 3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan : 1) Normal 2) Buta warna Parsial a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang. b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau lebih jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17. c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan: a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal, akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secara lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu angka pada tiap-tiap plate tersebut diatas. b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya. 3) Buta warna total Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya. IV. Hasil Percobaan dan Analisa Nama OP : R.A. Wita o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak buta warna. V. Kesimpulan Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. Buta warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui buku ishihara yang memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.

DAFTAR PUSTAKA repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt sabtu, 03 april 2010. Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf

17 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

III. PENGLIHATAN II: Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)

I.

Dasar Teori

Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat. Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada fotopigmeen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak untuk pengolahan perceptual. Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat pada malam hari (Sherwood, L. 2001) Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana penglihatan diinterpretasikan. Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata untuk memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan siliari, disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks. PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu mendeteksi kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan, melihat besar kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up. Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas penyakit, dan biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan, penglihatan warna atau pemeriksaan mata lainnya.

18 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat sederhana bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada satu mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain. Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan kisi Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan lapang pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman teori yang memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual. Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan bendabenda di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang. Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina. Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen. Perimeter Perimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini berguna dalam pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan. Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama dengan kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa. Batas lapang pandangan perifer adalah 90 temporal, 75 inferior, 60 nasal, dan 60 superior. Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik. Pemeriksaan ini berguna untuk : o o o o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat Memeriksa adanya histeria atau malingering.
o o o o

Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu : a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien.

19 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien. Uji konfrontasi

II. Pelaksanaan Praktikum

Tujuan: Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang berhubungan dengan peristiwa tersebut 2. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter 3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanisme nya 4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung dengan refleks pupil pada akomodasi 5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas 6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri

Alat yang diperlukan: 1. Perimeter + Formulir 2. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu

Tata Kerja: 1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter 2. Tutup mata op dengan sapu tangan 3. Letakan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu 4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter. Sebagai berikut: a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas perimeter b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter 5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetepa dipusatkan pada titik fiksasi tersebut 6. Gunakan beda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut. P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan? 7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri op ketengah tepat saat op melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan. 8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.

20 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir? 9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur 10. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari pemeriksa sampai posisi busur vertikal 11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu dilakukan pencatatan lagi. 12. Ulangi tindakan no 7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 derajat sesuai arah jarum dari pemeriksa sampai tercapai posisi busur 60 derajat dari bidang horizontal 13. Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru seperti cara diatas. 14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mat akiri hanya dengan bulatan berwarna putih P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?

Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan Batas minimal lapang pandang normal: Temporal Temporal Bawah Bawah Nasal Bawah 85 derajat 85 derajat 65 derajat 50 derajat Nasal Nasal atas Atas Temporal Atas 60 derajat 55 derajat 45 derajat 55 derajat

Luas lapang pandang total : 500 derajat

II. Hasil Praktikum dan Analisa Data

1) Mata Kiri (Putih) Searah Jarum Jam Sudut o 180 o 150 o 120 o 90 Temporal 80 80 70 70 Nasal 75 70 55 50

21 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Berlawanan Jarum Jam Sudut o 30 o 60 Temporal 70 50 Nasal 80 75

2) Mata Kanan (Kuning) Searah Jarum Jam Sudut Temporal o 180 70 o 150 85 o 120 80 o 90 65 Berlawanan Jarum Jam Sudut o 30 o 60 Temporal 75 60 Nasal 75 60 55 55 Nasal 65 65

3) Mata Kanan (Hijau) Searah Jarum Jam Sudut Temporal o 180 90 o 150 85 o 120 80 o 90 55 Berlawanan Jarum Jam Sudut o 30 o 60 Temporal 80 60 Nasal 75 75 65 60 Nasal 75 65

4) Mata Kanan (Biru) Searah Jarum Jam Sudut Temporal o 180 70 o 150 70 o 120 70 o 90 45 Berlawanan Jarum Jam Sudut o 30 o 60 Temporal 65 60 Nasal 65 45 50 50 Nasal 65 70

5) Mata Kanan (Merah) Searah Jarum Jam Sudut o 180 o 150 Temporal 90 80 Nasal 75 70

22 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

120 80 o 90 55 Berlawanan Jarum Jam Sudut o 30 o 60 Temporal 80 60

55 70 Nasal 70 70

6) Mata Kanan (Putih) Searah Jarum Jam Sudut Temporal o 180 80 o 150 80 o 120 80 o 90 65 Berlawanan Jarum Jam Sudut o 30 o 60 Temporal 75 60 Nasal 80 70 60 75 Nasal 75 70

Dari hasil terlihat batas pandangan normal, dan mata lebih peka/batas lapang pandang lebih luas saat melihat titik berwarna dibandingkan warna gelap/putih,

III. MENJAWAB PERTANYAAN

P-VI.3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan? Jawab: Dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur Perimeter P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir? Jawab: Dengan cara memperlihatkan besar sudut Perimeter P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna? Jawab: Lapang pandang normal Temporal : 85 Temporal bawah : 85 Bawah : 65 Nasal bawah : 50 Nasal : 60 Nasal atas : 55 Atas : 45 Temporal atas : 55 Luas pandang total = 500

23 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular. IV. Kesimpulan Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian perifer retina. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan Perimeter. Pada Perimeter, pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis pada keluhan penglihatan, melihat progresifitas turunnya lapang pandangan, merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, memeriksa adanya histeria atau malingering. Konsep warna tergantung dalam benak yang melihat. Sebagian besar kita lihat, karena kita memiliki jenis sel-sel kerucut yang sama dan menggunakan jalur-jalur saraf yang sama untuk membandingkan keluaran mereka. Lapang pandang menjadi lebih luas ketika harus melihat objek berwarna karena lebih terang untuk dilihat oleh mata.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530

24 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI II

25 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI II PENDENGARAN


I. Dasar Teori Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang suara mengenai jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan di telinga dalam. Gelombang tekanan menyebabkan perpindahan mirip-gelombang pada membran basilaris terhadap membrana tektorium. Sewaktu menggesek membrana tektorium, sel-sel rambut tertekuk. Hal ini menyebabkan terbentuknya potensial aksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-saraf aferen yang bersinaps dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensial aksi dan sinyal disalurkan ke otak (Corwin, 2001). Frekuensi gelombang tekanan menentukan sel-sel rambut yang akan berubah dan, neuron aferen yang akan melepaskan potensial aksi. Misalnya, sel-sel rambut yang terletak dibagian membrana basilaris dekat jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh suara berfrekuensi tinggi, sedangkan sel-sel rambut yang terletak dimembrana basilaris yang paling jauh dari jendela oval adalah sel-sel yang mengalami perubahan oleh gelombang berfrekuensi rendah. Otak menginterpretasikan suatu suara berdasarkan neuron-neuron yang diaktifkan. Otak menginterpretasikan intensitas suara berdasarkan frekuensi impuls neuron dan jumlah neuron aferen yang melepaskan potensial aksi (Corwin, 2001). Penghantaran (konduksi) gelombang bunyi ke cairan di telinga dalam melalui membran timpani dan tulang-tulang pendengaran, yang merupakan jalur utama untuk pendengaran normal, disebut hantaran osikular. Gelombang bunyi juga menimbulkan getaran membran timpani kedua yang menutupi fenestra rotundum. Proses ini, yang tidak penting untuk pendengaran normal, disebut hantaran udara. Hantaran jenis ketiga, hantaran tulang, adalah penyaluran getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan di telinga dalam. Hantaran tulang yang cukup besar terjadi apabila kita menempelkan garpu tala atau benda lain yang bergetar langsung ke tengkorak. Jaras ini juga berperan dalam penghantaran bunyi yang sangat keras (Ganong, 2002). Untuk memeriksa pendengaran : 1. Pemeriksaan dengan menggunakan garpu tala merupakan tes kualitatif, yaitu: a. Tes Rinne Tujuan: untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar garpu tala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne (+), bila tidak terdengar disebut Rinne (-). Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang daripada hantaran tulang.

26 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

b. Tes Weber Tujuan: untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar sama atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut,bila sebaliknya (lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.

c. Tes Schwabach Tujuan: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Cara: garpu tala digetarkan dan tangkai garpu tala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya. Bila pasien masih mendengar, disebut memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan pemeriksa.

27 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Tes Rinne Positif

Tes Weber Tidak ada lateralisasi Lateralisasi ke telinga yang sakit Lateralisasi ke telinga yang sehat

Tes Schwabach Sama dengan pemeriksa Memanjang

Diagnosis Normal

Negatif

Tuli konduktif

Positif

Memendek

Tuli sensorineural

Catatan: Pada tuli konduktif <30 dB, Rinne bisa masih positif Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2.000 Hz. Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1.024, dan 2.048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya (Soepardi et al, 2007). 2. Pemeriksaan dengan menggunakan Audiometer merupakan tes kuantitatif Audiometri nada murni Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level. Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC (air conductor) yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 8000 Hz) dan grafik BC (bone conductor) yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah. Pemeriksaan audiometri nada murni bisa didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi (umumnya 3000 6000 Hz) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran udara untuk masing-masing telinga dengan frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 Hz). Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masingmasing telinga dengan frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz)

28 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Pure Tone Audiometry Merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per pasien detik. dan

Memberikan gambaran yang luas mengenai tingkat kehilangan pendengaran

penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi . Tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz. Tone Decay Test (TDT) Digunakan untuk mendeteksi kelainan pada jalur sensorineural. Prosedurnya, operator memilih frekuensi kemudian pasien mendapat rangsangan dan memberikan respon lagi pada saat tidak menerima rangsangan, durasi diantara keduanya diukur. Tone yang dipakai diberikan dari frekuensi, tinggi ke rendah. Dengan 30 dB pada saat pertama kemudian selama 1 menit pasien mendengarkan maka tone level diturunkan dengan skala 5 dB, hal ini diulangi sampai tone tidak terdengar selama kurang dari 1 menit Short Increment Sensitivity Index (SISI) SISI untuk mendeteksi penyakit di cochlea atau recrocochlear lesions. Menggambarkan kapasitas pasien untuk mendeteksi perbedaan kenaikan intensitas 1 dB yang dalam rentan waktu 5 detik pada frekuensi tertentu. Operator akan menset frekuensi pada 20 dB, Tone yang diberikan dengan madulasi singkat 1 dB diatas carrier tone setiap 5 detik. Kenaikan 1 dB dipresentasikan dengan interval 300 ms, dengan rise time danfall time sebesar 50 ms. Respon pasien pada saat dapat membedakan perbedaan level adalah yang diukur. Bekesy Audiometry Test audiometry yang dijalankan secara automatis. Karena frekuensi dan intensita akanturun dan naik secara otomatis Speech Audiometry Pure tone audiometry adalah test pada sensitivitas pasien sedangkan speech audiometry mengacu pada integritas seluruh sistem auditory (mengacu kemampuan mendengarkan dan mengerti pembicaraan)

29 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

II. Pelaksanaan Praktikum

Tujuan : 1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran. 2. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (Pemeriksaan Audiometer) 3. Menmbuat kesimpulan menegenai hearing loss dari hasil pemeriksaan audiometer sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak Alat yang diperlukan : 1. Audiometer merek ADC lengkap dengan telepon telinga dan formulir 2. Penala berfrekuensi 256 3. Kapas untuk menyumbat telinga

I. TES PENALA

A. Tata Kerja Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala a. Cara Rinne 1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras. 2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p. 3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera memberi tanda bila dengungan bunyi itu menghilang. 4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga yang sedang diperiksa itu. 5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut : Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

Negatif : Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal. b. Cara Webber 1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1. 2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median. 3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di kedua telinganya atau terjadi lateralisasi. 4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan. c. Cara Schwabach 1. Getarkanlah penala (frekuensi 256) dengan cara seperti no A.1. 2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.

30 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang. 4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideus o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. masih dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek. 5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala segera ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil pemeriksaan adalah Schwabach memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh o.p. maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.

B. Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Pemeriksaan Pendengaran Cara Rinne Orang Percobaan Telinga (penala digetarkan pada processus mastoideus) Kanan Wita (OP1) 426.6 Hz Puspita (OP2) 288 Hz Radi (OP3) + + + + + + + + + Kiri + Telinga (penala digetarkan lewat udara) Kanan + Kiri + Lateralisasi ke kanan = kiri Lateralisasi ke kanan = kiri Lateralisasi ke kanan = kiri Intan (OP4) 512 Hz + + + + Lateralisasi ke kanan = kiri Schwabach normal Schwabach normal Schwabach normal Schwabach normal Cara Webber Cara Schawabach

C. Pembahasan Pada percobaan rinne, bertujuan untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Saat penala digetarkan pada processus mastoideus, terdengar suara dengungan, baik ditelinga kiri maupun telinga kanan, seluruh orang percobaan. Begitu pula saat penala digetarkan di udara ,tanpa menyentuh processus mastoideus, suara dengungan terdengar jelas. Pada percobaan cara webber, bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan. Saat penala yang sudah digetarkan ditaruh pada dahi, semua orang

31 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

percobaan memperoleh hasil yang sama, yaitu lateralisasi pada telinga kanan dan kiri. Hal ini, menandakan bahwa telinga semua orang percobaan normal terhadap dengungan yang terjadi. Pada percobaan schwabach, bertujuan membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Saat dengungan penala suda tidak terdengar lagi oleh orang percobaan juga tidak terdengar oleh si pemeriksa, begitu pula sebaliknya. Hal ini berlaku pada semua orang percobaan dan pemeriksanya sehingga hasil pemeriksaan tersebut adalah schwabach normal.

D. Kesimpulan Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa semua orang percobaan dapat mendengar dengungan penala dengan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa telinga orang percobaan masih bekerja secara normal.

II. AUDIOMETRI

Keterangan teknis mengenai audiometer. p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai berikut : Tombol 1 (T) : Tombol utama. Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat Tombol 2 (T2) : Tombol frekwensi nada. Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekwensi nada yang dapat dibangkitkan oleh Alat. Frekwensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinayatakan dalam satuan hertz. p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz? Tombol 3 (T3) : Tombol kekuatan nada. Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB? Tombol 4 (T4) : Tombol pemilih telepon telinga. Bila tombol ini menunjukkan ke B, berarti nada yang dihantarkan ketelepon berwarna black. Bila tombol menunjuk ke G yang bekerja hanya telepon grey. Tombol 5 (T5) : Tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?

32 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

A. Tata Kerja Pemeriksaan Pendengaran dengan Audiometri 1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut : a. Memutar tombol utama T1 pada off b. Memutar tombol frekuensi nada (T2) pada 125. c. Memutar tombol kekuatan nada (T3) pada 10 Db.

p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dp pada a/at ? 2. Hubungkan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, S1 danS2 akan menyala, bila tidak demikian halnya maka melaporkan pada supervisor. 3. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan memasang telepon pada telingnya, sehingga telepon black ditelinga kiri. 4. Memberikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon danmenurun kan tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi. 5. Menunggu 2 menit untuk memanaskan alat 6. Memutar T5 ke kiri dan mempertahankannya selama pemeriksaan 7. Memutar tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampaiorang percobaan mengacungkan tangannya keatas. 8. Meneruskan memutar tombol tersebut sebesar 10 dB dan kemudian memutar tombolT3 tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaa nmenurunkan tangannya. Mencatat angka dB pada saat itu 9. Mengulangi tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan mengambil angka terkecil sebagai hearing loss orang percobaan pada frekuensi 125 Hz. 10. Selama percobaan ini T5 dilepaskan sekalikali pada waktu orang percobaanmengacungkan t angannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar. 11. Mengukur hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula padafrekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12.000 Hz dan mencatat data hasil pengukuran pada formulir yang telah disediakan. 12. Mengulangi seluruh pengukuran ini pada telinga yang lainnya. 13. Membuat audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang diperoleh pada pengukuran

33 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

B. Hasil Pengamatan

C. Pembahasan Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa 250 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru, sedangkan telinga kanan warna merah. Pada hasil pemeriksaan bertujuan untuk memberikan gambaran luar mengenai tingkat kehilangan pendengaran pasien dan penyebabnya. Pasien akan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan. Tone yang diberikan dengan cara dari frekuensi rendah ke tinggi . Pada awal, tone sebesar 30dB diberikan kepada pasien sebagai rangsangan awal, jika respon positif maka level tone diturunkan sebesar 10 dB sampai pasien tidak memberikan respon. Pada rangsangan pertama jika pasien tidak mendengar maka level tone dinaikkan 10 dB HL sampai terdengar oleh pasien kemudian diturunkan per 5 dB atau naik 5 dB HL. Frekuensi yang diujikan berkisar 125-500 Hz. Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang menyempit dan kaku diujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Berbagai daerah di membrana basilaris secara alamiah bergetar secara maksimum pada frekuensi yang berbeda.Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran

34 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

normal merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni. Derajat ketulian menurut ISO, yaitu : Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

D. Menjawab Pertanyaan p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Jawab: Teknik untuk mengidentifikasi prilaku dari kehilangan kemampuan mendengar dan untuk

mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level. p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz? Jawab: Hertz adalah jumlah getaran setiap satuan waktu. Standar Internasional untuk frekuensi. Hertz menyatakan banyaknya gelombang dalam waktu satu detik (1 Hertz = 1 gelombang per detik).

35 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB? Jawab: Desibel merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan nilai kebisingan suatu tempat dengan membandingkan antara lemah kuatnya amplitudo yang ditransmisi dengan gangguan dalam proses transmisi tersebut. p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan? Jawab: Maksud pemutusan nada pada pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar atau hanya purapura mendengar p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dB pada a/at ? Jawab: Dalam fisika, 0 dB sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 Db klinis atau 0 audioetrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan gafik tingkat ketunarunguan. Nol audiometrik adalah intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000Hz

E. Kesimpulan Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah. Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL. Dari hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan bahwa orang percobaan memberikan respon terhadap rangsangan tone yang diberikan (dari frekuensi rendah ke tinggi). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendengaran telinga orang percobaan masih tuli ringan mild hearing loss pada saat AC telinga kanan (35dB), telinga kiri (30dB) sedangkan BC telinga kiri (35dB) (liat hasil pengamatan serta batas ambang pendengaran menurut ISO).

DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6. Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal. 17-8

36 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI III

37 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI III SISTEM SENSORIK


I. TUJUAN 1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin 2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit. 3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil). 4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif). 5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage). 6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda: a. Kekerasan permukaan b. Bentuk c. Bahan pakaian

7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh. 8. Mengukur waktu reaksi. 9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.

II. BAHAN DAN ALAT 1. 3 waskom dengan air bersuhu 20C, 30C dan 40C. 2. Gelas beker dan thermometer kimia. 3. Alcohol atau eter. 4. Es. 5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum. 6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian. 7. Mistar pengukur reaksi.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. A. Dasar Teori

Perasaan Subyektif Panas dan Dingin

Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil. B. Tata Kerja 1. Sediakan 3 waskom masing-masing berisi air suhu 20 .30 ,40 C
0 0 0

38 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke dalam 40 +- 2 menit. Catat kesan yang sdr alami! 3. Masukkan kedua tangan itu segera serentak ke dalam air bersuhu 30 C. catat kesan yang sdr alami! 4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak +_ 10 cm 5. Basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti diatas. Bandingkan kesan yang sdr alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5! 6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ? C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p.: Puput Indah P. Tangan kanan ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kiri ke dalam 40 +- 2 menit: Baskom berisi 20 lama-lama tidak dingin Baskom berisi 40 lama-lama tidak panas Tangan segera serentak ke dalam air bersuhu 30 C.: Baskom 40 dingin Baskom 20 hangat Antara kesan hasil tiupan pada sub 4 dan 5 tidak ada perubahan. D. Menjawab Pertanyaan Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ? Jawab: tangan kanan kering di pegang masih terasa lembab tangan kiri benar-benar kering saat dipegang Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar E. Kesimpulan Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin
0 0 0 0 0 0 0 0

II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit A. Dasar Teori Reseptor sensorik Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif. Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang dating pada tubuh kita diterima oleh reseptor yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada reseptor pada kulit. Reseptor ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi oleh jaringan-jaringan disekitarnya.

39 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

a. Nosiseptor Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral mempunyai beberapa nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bias merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat b. Thermoreseptor Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil. c. Mechanoreseptor Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain: Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris. d. Chemoreseptor Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari pada dendrite di batas ambang dan

konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan lipid soluble yang larut dalam cairan. Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovascular

40 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat perangsangan sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi reflex yang sederhana akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi oleh intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas rangsangan maka waktu reaksi makin pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu reaksi makin lama. B. Tata Kerja 1. Letakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan 2. Gambarkan ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan tangan pada kertas 3. Tutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja 4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang di rendam dalam airpanas bersuhu 50 C. tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta 5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan dgn cara menempatkandi dalam bejana air es 6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum 7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya ? C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p.: Puput Indah
0

O.P. merasa panas ketika kerucut kuningan yg telah didiamkan terlebih dahulu di air panas, diletakkan pada titik2 P. Dan merasa dingin ketika kerucut kuningan diletakkan pada titik D

41 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

D. Menjawab Pertanyaan Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana keterangannya ? Jawab: Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein ireversibel. E. Kesimpulan Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit

III. Lokalisasi Taktil A. Dasar Teori Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisaha bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40mm dapat dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spina, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.

42 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak diseluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu untuk survival; dengan mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan motorik halus dan praksis. Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu system taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif). Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenrnya masih banyak reseptor taktil yang serupa. 1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan jaringanjaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. 2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan juluran saraf bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama peka terhadap pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran berfrekuensi rendah. 3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan meissner biasanya juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya diskus Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan. 4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkal nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ ujung rambut. Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh. 5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang terusmenerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan. 6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan yang cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik. B. Tata Kerja 1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari nya. 2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula. 3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk. 4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,telapak tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk. VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh? VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

43 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p : Puspita Sari No Ujung jari Telapak tangan Lengan bawah Lengan atas Tengkuk 1,5 Sesuai titik 0,8 1,5 1 Tengkuk 1 cm 1,5 cm 0,5 cm 2 cm 1,5 cm 6,5 cm di lengan bawah dapat

1 0,3 0,6 2,3 1,5 2 Sesuai titik 1 1,5 1 3 1,9 1,6 1 1 4 Sesuai titik 0,5 2 1 5 0,8 0,8 1,3 1,5 o.p. : R. Ayu Aprilia No. Ujung Jari Telapak Tangan Lengan Bawah Lengan Atas 1 0 cm 0,5 cm 1 cm 2 cm 2 0 cm 0,7 cm 0,8 cm 0,5 cm 3 0 cm 1 cm 3 cm 1,5 cm 4 0,3 cm 0,2 cm 0,5 cm 1 cm 5 0,3 cm 0 cm 1 cm 1,5 cm Rata2 0,36 cm 2,4 cm 6,3 cm 6,5 cm Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi

terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh. Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah tidak baik pada syaraf perabanya. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan melingkar Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.

D. Menjawab Pertanyaan VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh? Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil? Jawab: Topognosia, sensasi somatik (sensasi eksteroseptif =propioseptif) E. Kesimpulan Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh, Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL (lokalisasi taktil) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain. IV. Diskriminasi Taktil A. Dasar Teori Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial yang disadari. Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral; sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat

44 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

sinyal eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik. Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks serebralis. B. Tata Kerja 1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari. 2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan berangsurangsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik. VII.6. Bagaimana caranay saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang diskriminasi taktil? 3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu. 4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksetif). 5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah. 6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka. 7. Catat apa yang saudara alami. C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p.: Radi Tri H. Ambang Diskriminasi Taktil Ujung Jari Pipi Tengkuk : 0,3 cm : 1,25 cm : 2,1 cm

Bibir bawah : 0,3 cm Bibir atas : 0,3 cm

Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni tengkuk, dan yang terkecil di bibir dan ujung jari. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di tengkuk sulit dibedakan, karena reseptor peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir. D. Menjawab Pertanyaan: Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang diskriminasi taktil? Jawab: Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua titik, jika terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya.

45 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan menjadi satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar antara 2mm di ujung jari. Bila di kulit betis terangsang 48mm. E. Kesimpulan Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik

V. Perasaan Iringan (After Image) A. Dasar Teori Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sikuit reverberasi atau sirkuit bolak balik (oscilatory).Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang menuju kembali ke neuron sebelumnya. Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan iringan (after image). B. Tata Kerja 1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama saudara melakukan percobaan VI. 2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil. P.VII.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan? C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p.: Radi Tri H. Masih terasa adanya pensil di telinga saat pensil diambil Perasaan iringan = normal D. Menjawab Pertanyaan Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan? Jawab: Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu off reseptor dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini. Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

46 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

E. Kesimpulan Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda A. Dasar Teori B. Tata Kerja a. Kekasaran permukaan benda 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan amplas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda. 2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran amplas. b. Bentuk benda 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang saudara berikan. 2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu. c. Bahan pakaian 1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara berikan. 2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu. VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya? C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p.: Radi Tri H. a. Kekasaran permukaan benda Kemampuan membedakan derajat kekasaran = normal b. Bentuk benda Membedakan bentuk benda = normal c. Bahan pakaian Kemampuan membedakan bahan = normal Tidak ada kelainan pada daya membedakan berbagai sifat benda D. Menjawab Pertanyaan: Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya? Jawab: Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut agnosia.jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut agnosia visual.jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik di sebut agnosia taktil Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

47 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Berat

: Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia E. Kesimpulan Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik

VII. Tafsiran Sikap A. Dasar Teori Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot. Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia. Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri dapat dibedakan atas tiga jenis : 1. Sel saraf sensorik Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra. 2. Sel saraf Motorik Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak. 3. Sel saraf penguhubung Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik. Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf terbagi menjadi du kelompok besar : 1. Sistem saraf sadar Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua : a. Saraf pusat terdiri dari : Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.

48 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-simpul gerak refleks. b. Saraf Tepi: Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. 2. Susunan saraf tak sadar. a. Susunan saraf simpatis b. Susunan saraf parasimpatis Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. B. Tata Kerja 1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya 2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya. 3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan 4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya 5. Perhatikan apakah ada kesalahan. VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama neurologis yang dideritanya? C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p.: R.A. Nurafrilya Dari hasil percobaan, subjek dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan tangannya: 1. Telinga 2. Mulut dan hidung 3. Alis, mata, dan hidung 4. Kuping Jadi, subjk singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas

49 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Sistem syaraf memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh 2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi 3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement (pengambilan keputusan). Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex ini adalah mulai dari stimulus diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sum-sum tulang belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh pemeriksa dengan benar. Pasien normal dan tidak mengalami gangguan neurologis. D. Menjawab Pertanyaan Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama neurologis yang dideritanya? Jawab: Dysdiadochokinesis E. Kesimpulan Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

VIII. Waktu Reaksi A. Dasar Teori Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam hubungannya dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan signifikan dalam pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti bagaimana perbandingan waktu reaksi sederhana sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik. Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi: Simple Reaction Time Experiment

50 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi. Contohnya percobaan waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi pada lokasi yang telah ditentukan dan tetap. Recognition Reaction Time Experiment Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus memberi respon sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh merespon. Ada 2 jenis, yaitu symbol recognition (subjek menghafal lima buah huruf, kemudian subjek hanya bereaksi pada huruf yang dihafal tersebut) dan tone/sound recognition (subjek menghafal frekuensi dari bunyi, kemudian subjek hanya bereaksi pada frekuensi yang dihafalkan). Choice Reaction Time Experiment Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang ditampilkan di layar, kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang sesuai dengan stimulus yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi: 1. Arousal Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang 2. Usia Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia 5060 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya. 3. Jenis kelamin Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita. 4. Right handed vs left handed Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang (misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan orang yang tidak kidal. 5. Direct vs peripheral vision Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat pada titik stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata (peripheral vision). 6. Practice and errors Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan subyek yang sudah terlatih atau efek pembelajaran. 7. Kelelahan Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.

51 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

8. Gangguan Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi. 9. Peringatan akan stimulus Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan. 10. Alkohol Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi. 11. Faktor lingkungan Pencahayaan, temperatur, dll. 12. Faktor psikologi Suasana hati, tekanan, dll. B. Tata Kerja 1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit 2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jarijari orang percobaan 3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus mengangkat selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali 4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh) C. Hasil Pengamatan o.p.: R.A. Nurafrilya NO. Waktu Reaksi 0,26 I. 0,15 II. 0,19 III. 0,17 IV. 0,14 V. 0,182 (rata-rata) Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena masih di bawah rata-rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s. D. Menjawab Pertanyaan Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ? Jawab: Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu tubuh, kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya reseptor yang distimuli. E. Kesimpulan Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya

52 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

IX. Pengecapan

A. Dasar Teori Reseptor adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespon terhadap rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal listrik serta bahasa sistem saraf. Reseptor untuk pengcapan adalah kuncup pengecap, yaitu suatu kemoreseptor yang terletak terutama di lidah tetapi juga terdapat pada palatum lunak dan epiglotis. Kuncup pengecap terdapat pada tonjolan mukosa lidah yang disebut papilla. Masingmasing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang dan sel sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori pengecap serta dibasahi oleh saiva. Pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima rangsangan bahan kimia dari luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak dijumpai papilla pengecap, yang jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak tersebar diatas lidah. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa latin lingua atau glossal dari bahasa yunani. Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yag terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan instrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang diseut papilla. Papilla terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat tiga jenis papilla yaitu : 1. Papilla filiformis (fili = benang) : berbentuk seperti benang halus

2. Papilla sirkumvalata (sirkum = bulat) : berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V dibelakang lidah 3. Papilla fungiformis (fungi = jamur) : berbentuk seperti jamur

Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds, tetapi inder penghidu pun sangat berperan dalam persepsi pengecapan. Indera pengecapan memungkinkan kita merasakan tekstur lembut atau kasar, at-zat yang terkandung dalam makanan, serta rasa makanan itu sendiri. Makna pentingnya adalah bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih makanan sesuai keinginannya. Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap berbagai reseptor pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecapan, antara lain : a. 2 reseptor Natrium b. 2 reseptor Kalium c. 1 reseptor Klorida d. 1 reseptor Inosin e. 1 reseptor Manis f. 1 reseptor Pahit

53 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

g. 1 reseptor Glutamat, dan h. 1 reseptor Ion hydrogen Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi kategori yang umum disebut sensasi

pengecapan utama tentunya disuaikan dengan area saraf, yaitu : 1. Kuncup pengecapan yang sensitif terhadap rasa manis terletak di ujing lidah 2. Substansi asam dirasakan terutama dibagian samping lidah 3. Substansi asin dapat dirasakan hampir seluruh area lidah, tetapi resptornya terkumpul dibagian samping lidah 4. Susbtansi pahit akan menstimulasi kuncup pengecap dibagian belakang lidah Rasa umami (bahasa Jepang), artinya lezat, untuk menyatakan rasa kecap yang menyenangkan secara kualitatif. Rasa ini dominan ditemukan pada L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju) B. Alat dan Bahan 1. Empat buah pinggan kecil berisi : a. Larutan asam cuka b. Larutan NaCl 10% c. Larutan kopi

d. Larutan gula 5% 2. Aplikator (batang kecil dengan salah satu ujungnya diberi kapas) 3. Peta rasa 4. Kertas hisap/saring C. Tata Kerja 1. Meminta pasangan praktikum berkumur, kemudian mengeringkan lidahnya dengan kertas hisap 2. Mencelupkan aplikator dalam larutan asam. Membuang larutan dengan menekan sisi pinggang 3. Menyentuh aplikator pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang lidah pasangan praktikan 4. Menulia (+) pada daerah peta yang sesuai jika praktikan merasakan laruta tersebut. Menulis (-) pada daerah peta rasa yang sesuai jika daerah tertentu disentuh tidah sensitif terhadap larutan yang diuji. 5. Mengulangi prosedur diatas dengan menggunakan ketiga larutan lainnya, satu demi satu. D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan o.p : Rachmah Bahan Larutan asam cuka NaCl 10% Larutan Kopi Larutan gula 5% Ujung lidah + + Sepanjang sisi lidah + + Tengah lidah + Belakang lidah + -

54 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Rasa klasik yang dapat dirasakan manusia (manis, asin, asam, pahit dan umami) ternyata melakukan mekanisme transduksi yang berbeda-beda dan terjadi di sel reseptor yang berbeda pula. 2 dari mekanisme ini merupakan ionotrophic (rasa asin dan asam) dan sisanya (rasa manis, umami dan pahit) merupakan metabrotropic Tranduksi Rasa Manis Rasa manis dimulai dengn melekatnya molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G) akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan selanjutnya akan diteruskan ke otak. Tranduksi Rasa Asin Rasa asin disebabkan masuknya ion Na. Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak. Tranduksi Rasa Pahit Transduksi pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ii akan mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupan senyawa yang larut daam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor akan membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma. Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps. Tranduksi Rasa Asam Tidak sepeti rasa manis dan pahit, ras asam terjadi karena konsentrasi proteon atau ion H. Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan membuat depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps.

55 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

E. Menjawab Pertanyaan Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan rasa manis, asam, dan lainnya sebagainya ! Jawab: Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit melalui mekanisme transduksi. Transduksi tersebut akan menimbulkan sinyal elektrik atau sinaps pada sel pengecap. Sinyal elektrik sensasi rasa tersebut aka ndisalurkan melalui 3 pathway (Boroditsky, 1999) : 1. Saraf chorda tympani (cabang N.VII) dari lidah bagian depan dan samping 2. Saraf glosso-pharyngeal (N.IX) dari lidah bagian pangkal 3. Saraf vagus (N.X) dari mulut dan laring

56 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Ketiga saraf tersebut membentuk koneksi ke batang otak pada bagian NST (nucleus of solitary tract) di medulla oblongata sebelum mencapai thalamus dan akhirnya akan disalurkan ke daerah insula dan korteks operkulum frontal di bagian lobus frontal otak (korteks sensoris primer) untuk diolah (Boroditsky, 1999)

F. Kesimpulan Setelah melakukan percobaan tentang senssasi rasa pada reseptor pengecap dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengenalan rasa oleh otak terjadi karena tranduksi rasa pada lidah 2. Waktu sensasi adalah waktu yang diperlukan oleh reseptor untuk mengenali dan menanggapi rangsangan dan diteruskan keotak sehingga akan dikenali rasanya. 3. Selsel reseptor untuk pengecapan adalah selsel ephitelium yang telah termodifikasi yang diorganisasikan menjadi kuncup pengecapan yang tersebar di sejumlah bagian permukaan lidah dan mulut. 4. Dari tiap rasa makanan dan minuman otak mengintegrasikan input yang berbeda dari kuncup pengecapan, dan mempersiapkan cita rasa yang kompleks. 5. Reseptor rasa manis terletak pada ujung lidah, reseptor rasa asin terletak pada tepi depan lidah, reseptor rasa asam terletak ditepi belakang lidah dan reseptor rasa pahit terletak di pangkal lidah.

57 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

X. PENGHIDU

A. Tujuan Percobaan Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak. B. Dasar Teori Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indra penciuman. Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan reseptor sampai dihasilkannya sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim adnylate cyclase III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai wangi/bau molekul ke otak berupa sinyal listrik. Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat berbau yang akan menstimulasi reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang menerjemahkan sensai wangi ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat mengenal 10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan cepat beradatasi. Sering kita merasa tidak lagi mencium wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa menciumnya. Terjadinya fenomena ini dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion untuk pengiriman sinyal ke otak, Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin (CaM). Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak molekul cAMP (molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengiriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi wangi terhenti. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma. Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut chemoreseptor. Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas (concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat ke saraf olfactorius. Penciuman pada manusia secara umum dipengarui oleh : Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau lebih sensitif

Psikologis : Wanita yang sedang PMS lebih sensitif

58 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada : 1. Susunan rongga hidung : hidung mancung lebih baik dalam membaui 2. Variasi fisiologis 3. Spesies : pada wanita PMS dan ibu hamil muda, penciumannya lebih peka : anjing (karena kemampuan survive tergantung pada pembauan jadi lebih peka pembauannya) 4. Konsentrasi bau C. Alat dan Bahan Empat buah zat : 1. Parfum 2. Teh 3. Kopi bubuk 4. Minyak kayu putih D. Cara Kerja Siapkan 4 jenis zat yang mempunyai bau yang berbeda Baui atau ciumkan ke empat zat tersebut satu persatu Catat hasilnya : bau busuk akan lebih tercium

E. Hasil Pengamatan o.p : Rachmah Zat Pembau Kopi Tembakau F. Pembahasan Respon Penciuman (+) (+)

Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga. Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai wangi/bau molekul ke otak berupa sinyal listrik. G. Menjawab Pertanyaan Jelaskan mekanisme jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat mencium bau! Jawab: Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekulmolekul larutan dalam cairan hidung. Reseptor pembau merupakan reseptor jauh (tele reseptor) karena lintasan

59 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

pembauan tidak memiliki hubungan dalam thalamus dan tidak terdapat di daerah proyeksi pada neocortex penciuman (Ganong, 1979). Membrana offactoria terletak pada bagian superior rongga hidung. Di bagian medical ia melipat keatas concana superior dan bahkan ada yang berada di concha media. Organon olfacus terdapat di dataran medical concha nasalis superior dan pada dataran septumasi yang berhadapan dengan concha masalis superior. Saat seseorang menarik nafas maka sesi bili rasa pembaunya akan lebih kuat karena letak organon olfacus disebelah atasnya. Sensai pembauan tergantung pada konsentrasi penguapan, misalnya skatol (bau busuk pada facces) karena konsentrasinya pekat maka baunya busuk (Guyton, 1983). Impulsimpuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit beurit sel mitral mempunyai cabang cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di dalam area septialis ( Radiopoetro, 1986), (Ganong, 1979)

Gambar mekanisme impuls penghidu

60 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

H. Kesimpulan 1. Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air. Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium olfaktori. Reseptor Pembau adalah komoreseptor yang dirangsang oleh molekul molekul larutan dalam cairan hidung. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. 2. Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma 3. Impulsimpuls bau dihantarkan oleh filum olfactetorium yang bersinopsis dengan cabang cabang dendrit sel mitral dan disebut sinopsis glomerulus. Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di uncus. Neurit beurit sel mitral mempunyai cabang cabang yang menuju ke sel granula akan mengadakan sinaps di sinopsis axomatis. Sebagian dari neurit neurit sel mitral berjalan dalam stria lateralis dan berakhir dalam uncus, sebagian dari neurit tersebut berjalan di dalam stria medialis dan berakhir di dalam area septialis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . (2010). Lima Alat Indera. http://organisasi.org/. 21 Maret 2010. 22.00. Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530 Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-divisiaferen.htm. tanggal akses 3-10-2009 Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC Sunny Kumar. 2011. The Neural Basis of Olfaction diunduh pada

http://www.yalescientific.org/2011/05/the-neural-basis-of-olfaction/

61 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PRAKTIKUM FISIOLOGI IV

62 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

LAPORAN FISIOLOGI IV
SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

I.

TUJUAN : Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat : 1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada setelah ekstriparsi labirin 2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap diatas. 3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan pada manusia. 4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut : a. Dengan kursi Barany terhadap : Gerakan bola mata Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

II. ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN : 1. Katak 2. Papan fiksasi katak + ge;as beker 3. Ether + kapas + jarum pentul 4. Scalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus 5. Kursi putar Barany 6. Tongkat atau statif yang panjang 7. Bak berisi air

III. DASAR TEORI Nuklei vestibular adalah untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal eksitatorik berbagai otot antigravitasi untuk menjaga vestibular. Hewan Deserebrasi mengalami kekakuan spastik bila batang otak seekor hewan d potong dibawah garis tengah mesensefalon,tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekauan deserebasi. Kekakuan inni tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai. Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang merupakan bagian fungsional aparatus vestibular. keseimbangan,sebagi responnya terhadap sinyal dari aparatus

63 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

Labirin ini terdiri atas koklea (duktus koklearis), tiga kanalis semisirkularis dan dua ruangan besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Koklea merupakan organ sensorik utama pendengaran.dan hampir tidak berhub dg keseimbangan.kanalis semirikularis,utrikulus dan sakulus ,semua ini merupakan bagian intragal dr mekanisme keseimbangan. Makula organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala sehubungan dengan gravitasi. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala ketika kepala dalam posisi tegak. Sebaliknya, makula pada sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring. Setiap makula d tutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak krista kalsium karbonat kecil kecil yang di sebut statokonia.dalam makula juga didapati beribu-ribu sel rambut, pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinaps denganujung-ujung sensorik saraf vestibular. Dalam aparatus vestibular terdapat kanalis semisirkularis,dikenal sebagai kanil semisrikularis anterior, posterior dan lateral tersusun tegak lurus satu sama lain sehingga kanalis ini terdapat 3 bidang. Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,kanalis semirikularis lateral kira-kira aada pd bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kemudian kanalis anterior ada pd bidang vertikal yang arah ptoyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dankanalis posterior ada pada bidang vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat keluar. Pada setiap ujung kanalis semisirkualris terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan kanlis serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran cairan melalui canalis dan ampulanya merangsang organ sensorik. Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa,yang disebut kupula. Bila seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan didalam satu atau lebih kanalis semisirkularis akan mempertahankan cairan agar tetap seimbang sementara kanalis

semisirkularis berputar searah dengan kepala. Hal iini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis menuju ampula,membelokkan kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah yang berlawanan menyebabkan kupula berbelok ke sisi yang berlawanan. Kedalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada sepanjang krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya beorientasi ke arah sisi yang sama dalam kupula,dan pembelokkannya ke arah yang berlawanan mengakibatkan

hiperpolarisasi sel rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut sinyal-sinyal yang sesuai dikirimkan melalui nervus vestibular untuk memberitahu sistem saraf pusat mengenai perubahan perputaran kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan. Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan, mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial menuju nuklei okulomotor.

64 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

IV. Pelaksanaan Praktikum

I. A. Cara Kerja

Percobaan pada katak

1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker 2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri. 3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak a. Posisi kepala b. Fleksi/ekstensi ekstermitas 4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikapdan kedudukan kakinya. P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ? 5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki dan arah berenangnya. 6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut : a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan. b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarum-jarum pentul pada kakinya. P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ? c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut selebar-lebarnya. d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengan garis y pada gambar. e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya. f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= p pada gambar). g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang diberikan tanda X secara hati-hatu sedalam 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang yang keras) h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender mendorong kea rah

ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang. 7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5 8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang. 9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5 10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

65 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

B. Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Percobaan Katak NO 1. Perubahan yang diamati Perubahan sikap a. Posisi kepala Menunduk (ke arah bawah) Condong ke arah kiri Fleksi pada ekstremitas Ada perlawanan tubuh ke arah kiri fleksi Kearah kiri Lebih condong mendorong ke kiri Menunduk (ke arah bawah) Fleksi pada ekstremitas Ada perlawanan tubuh ke arah kiri fleksi Fleksi lalu ekstensi Seimbang Sebelum dibius (Labirin masih utuh) I Labirin kanan dibuang II Setelah labirin kanan+kiri dibuang III

2.

b. Fleksi/ekstensi Fleksi pada ekstremitas ekstremitas Memalingkan kepala katak a. Sikap b. Kedudukan kakinya Katak berenang a. Gerakan kaki b. Kedudukan kaki Tidak merespon fleksi Fleksi lalu ekstensi Seimbang

3.

C. Pembahasan Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang merupakan bagian fungsional aparatus vestibular Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai. Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada

66 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

D. Menjawab Pertanyaan P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ? Jawab: Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ? Jawab: Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak begitu aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum pentul tidak memberikan respons

E. Kesimpulan Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

II.

Percobaan pada Manusia

A. Cara Kerja Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan: 1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan sikap kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut. 2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup 3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan: a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

67 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

B. Hasil Pengamatan dan Analisa Data Perlakuan Jalan lurus ke depan Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kiri Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kiri serta mata tertutup Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kanan Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan kuat ke kanan serta mata tertutup Hasil jalan lurus, tidak terjadi deviasi jalan lurus, tidak terjadi deviasi Terjadi sedikit deviasi ke kanan Terjadi deviasi ke kanan Terjadi sedikit deviasi ke kiri Terjadi deviasi ke kiri

dengan dengan dengan dengan

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya

kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar tidak jatuh.

C. Menjawab Pertanyaan: Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan? Jawab: Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala, maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,

D. Kesimpulan Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.

68 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

I.

DASAR TEORI Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut OSullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu. Fisiologi Keseimbangan Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah : Sistem informasi sensoris Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris. a. Visual Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama

69 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. b. Sistem vestibular Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam

keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otototot postural. c. Somatosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujungujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. Adaptive systems Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan. Lingkup gerak sendi (Joint range of motion) Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

70 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan. b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG) Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh. c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. Keseimbangan Berdiri Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor. Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina. Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,

71 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang

menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu. Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan. II. TUJUAN : 1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan pada manusia. 2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut : a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III. ALAT YANG DIPERLUKAN : Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang

IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Percobaan dengan kursi Barany 1 1. Tata Kerja Nistagmus a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi. b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat kedepan. P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan? c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan

d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan f. Perhatikan adanya nistagmus Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ? 2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka pada mata o.p terjadi nistagmus Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan komponen lambat ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala 72 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala, sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual. 3. Menjawab Pertanyaan P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan? Jawab : Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ? Jawab: Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksisvisual. Postrotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan pasca pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memilikiarah berlawanan. 4. Kesimpulan Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan, mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial menuju nuklei okulomotor.

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany ) 1. Tata Kerja a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4 merupakan persiapan untuk tes yang berikut : e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan. Saat mata OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh jari tangan yang sebenarnya bisa dilakukan dengan tepat. 3. Kesimpulan Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena koordinasi yang salah C. Kesan sensasi 1. Tata Kerja a. Gunakan o.p. yang lain b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan

73 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

c.

Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.

d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar 1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah 2) sewaktu kecepatan menetap 3) sewaktu kecepatan dikurangi 4) segera setelah kursi dihentikan e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p . 2. Hasil Pengamatan dan Analisa 1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah : pusing meningkat,arah badan berlawanan arah putar 2) sewaktu kecepatan menetap : melayang 3) sewaktu kecepatan dikurangi : pusing berkurang 4) segera setelah kursi dihentikan : pusing meningkat 5) mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p.: perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada telinga. Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum OP masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan OP tidak merasa berputar ke kanan saat kursi keseimbangan OP yang bagus. 3. Kesimpulan Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri, namun jika konstan tidak terasa berputar, dan jika dihentikan mengikuti arah putaran. dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis 1. Tata Kerja a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30
o

, berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30 detik b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka c. Perhatikan apa yang terjadi

d. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum jam

74 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

P. VI.4. 11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam? Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan b.Bagaimana keterangannya? Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut. 2. Hasil Pengamatan dan Analisa O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih merasa pusing saat diputar ke arah jarum jam (yang pertama). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagianbagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30 , kalau seseorang menunduk dengan sudut 30
o o

maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang horizontal.

Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. 3. Menjawab Pertanyaan a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam? b. Bagaimana keterangannya? Jawab: a. OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan. b. Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketikaterdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputarantersebut. 4. KESIMPULAN Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta pergerakan cairan endolimph-perilimph.

V. KESIMPULAN AKHIR Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat unutk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

75 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

DAFTAR PUSTAKA
Anonim . (2010). Lima Alat Indera. http://organisasi.org/. 21 Maret 2010. 22.00. Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6. http://neurowww.cwru.edu/faculty/strowbridge/OlfactoryBulb/bulb1.htm http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf Lumbantobing, S. M. Saraf Otak. Dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. h. 2530 Marieb EN, Hoehn K. 2010. Human anatomy & physiology. 7th Ed. Pearson education,Inc Panji.2009.sistem syaraf perifer. http://panji1102.blogspot.com/2008/03/sistem-saraf-perifer-divisiaferen.htm. tanggal akses 3-10-2009 Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt sabtu, 03 april 2010. Sears, dan Zemansky. Fisika untuk Universitas, jilid III Seksi Laboratorium Psikologi Faal, 2001, Petunjuk Praktikum Psikologi Faal, Yogyakarta : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. ; hal. 17-8 Sunny Kumar. 2011. The Neural Basis of Olfaction diunduh pada

http://www.yalescientific.org/2011/05/the-neural-basis-of-olfaction/ Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus.

76 | LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI B-10

You might also like