You are on page 1of 8

Pelestarian air bersih dan kebutuhan air bersih

Kebutuhan makhluk hidup akan air tak bisa dipisahkan. Tanpa air, mahluk hidup di muka bumi ini akan mati. Bagi tubuh manusia, air merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan. Untuk mengingatkan pentingnya peran air bagi kesehatan dan keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi ini, setiap tahun dunia memperingati yang namanya Hari Air Sedunia yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa selalu menetapkan tema yang berbeda setiap tahun. Setiap hari, rata-rata manusia memerlukan asupan air sebanyak dua liter. Melalui sebuah riset, diketahui bahwa kekurangan 1-2 persen air saja bisa menyebabkan gangguan fungsi otak seperti, kurangnya konsentrasi dan kemampuan berpikir. Di atas 2 persen, tubuh bisa mengalami sakit kepala, letih, lemah, gangguan pergerakan otot, hingga kematian. Kurang minum air juga dapat mengakibatkan sejumlah penyakit, antara lain gangguan ginjal dan infeksi saluran kemih. Perempuan paling rentan terkena infeksi itu, karena saluran kemih perempuan lebih pendek dari laki-laki. Semakin pendek saluran kemih, semakin mudah pula bakteri masuk dan menempel pada daerah tersebut. Sehingga, kalau rata-rata konsumsi air yang disarankan adalah 2 liter sehari, perempuan harus minum lebih banyak dari itu. Banyak minum air akan membantu bakteri keluar dari saluran kemih dan mengurangi risiko terkena infeksi.

Penggunaan air untuk mandi, cuci, kakus (MCK) juga penting diperhatikan. Seseorang bisa terkena penyakit kulit, diare, keracunan, dan meninggal akibat penggunaan air tercemar. Riset WHO pada 2006 menunjukkan dalam satu dekade terakhir, rata-rata 50.000 orang meninggal per hari karena penyakit yang berkaitan dengan air tak bersih. Saat ini, jika dilakukan uji kelayakan dan tes laboratorium terhadap air bersih yang ada di sekitar kita, kemungkinan besar masih ada ditemukan air yang tidak memenuhi standart kesehatan layak konsumsi. Memang, berdasar pada paparan dari pemerintah bahwa sebagian air yang ada di masyarakat sudah memenuhi standar. Jika masih ada daerah yang masyarakatnya banyak terserang diare, itu berarti kualitas air di daerah tersebut tidak baik. Air yang tidak bersih berarti telah tercemar oleh zat-zat kimia yang tidak baik untuk kesehatan. Untuk mengendalikan pencemaran air ini, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. PP tersebut menjelaskan bahwa pengendalian pencemaran air di daerah dilakukan oleh gubernur. Masyarakat kota Medan pasti banyak yang menggunakan sumur dan sumur bor. Sebaiknya, pemerintah melakukan pemantauan terhadap keberadaan sumur-sumur ini. Kini, andalan air minum bagi manusia adalah mata air yang terdapat jauh di dalam tanah, yang tidak terkontaminasi pencemaran. Menurut Guy Hutton Regional Senior Water and Sanitation Economic World Bank, baru sekitar 50 persen penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan akses terhadap air bersih. Indonesia memerlukan waktu sekitar 50 tahun untuk memenuhi target MDGs, yaitu 100 persen sanitasi. Seiring dengan perjalanan waktu, dewasa ini air tidak hanya dipandang sebagai benda sosial semata namun juga merupakan benda ekonomi yang memiliki nilai strategis. Dengan merebaknya isu nasional dan internasional tentang masalah air dan sanitasi mendorong untuk dimasukkannya pelayanan AMPL sebagai salah satu butir dalam Millenium Development Goals (MDGs)

yang menjadi kesepakatan internasional. Salah satu pendekatan yang dilaksanakan dalam pemenuhan kebutuhan air minum dan penyehatan lingkungan di masyarakat adalah AMPL-BM (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat). Dalam hal ini masyarakat dilibatkan bukan hanya sebagai objek namum juga sebagai subjek dan pelaku pembangunan. Pendekatan AMPLBM diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendukung pemerintah dalam mewujudkan target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu "Pada tahun 2015, mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar", yang artinya separuh penduduk yang belum terlayani harus mendapatkan akses sarana AMPL. Oleh karena itu di Indonesia pada tingkat pusat dibentuk Pokja Nasional AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dan terus didorong untuk berkembang sampai di daerah. Sekarang saatnya kita memilih sadar dan peduli akan penting air bagi manusia karena air sungguh tak ternilai harganya dan semua itu amatlah tergantung pada sikap dan perilaku kita terhadap air itu sendiri. Manfaat dari kegiatan ini adalah diharapkan masyarakat dapat lebih menyadari lagi tentang fungsi dan peranan air dalam kehidupan sehingga kita dapat bijak dalam mengunakan air demi kelangsungan kehidupan anak cucu kita nanti, karena ketersediaan air bersih bukan saja tanggung jawab PDAM melainkan tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah. Keterlibatan swasta diharapkan dapat mempercepat pencapaian target MDGs. Kini, baru sekitar 50 persen penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan akses terhadap air bersih. Sisanya, 50 persen belum memiliki akses tersebut. Di lain pihak, pemerintah harus berhadapan dengan masalah keterbatasan dana. Pada saat ini, kemampuan untuk mengalokasikan dana baru sebesar Rp 400 miliar per tahun. Padahal, penyediaan infrastruktur air bersih membutuhkan dana sekitar Rp 3 triliun.

Selain dana, masalah yang terkait dengan penyediaan akses terhadap air bersih adalah rendahnya kesadaran masyarakat dan birokrat mengenai pentingnya sanitasi lingkungan. Dan, hal itu tecermin dari masih minimnya kepedulian pemerintah di perkotaan untuk membangun pusat pengelolaan limbah. Beberapa kota yang sudah memiliki pusat pengelolaan adalah Cirebon, Yogyakarta, Banjarmasin, Jakarta, Bandung, Medan, dan Denpasar. Artinya, hanya 3 persen dari 92 wilayah perkotaan yang sudah mempunyai pusat pengelolaan limbah perkotaan. Kurangnya pusat pengelolaan jelas berpengruh pada kualitas air, termasuk air konsumsi. Bank Dunia mencatat kerugian akibat sanitasi buruk bisa mencapai Rp56 triliun setiap tahun. Demi untuk mencapai target itu, pemerintah berusaha mendorong keterlibatan swasta membangun fasilitas air bersih bagi masyarakat. Apalagi, swasta yang berpartisipasi dalam pembangunan tersebut bisa mendapatkan keuntungan. Pasalnya, bisnis penyediaan air bersih, terutama untuk kawasan perkotaan, sangat menguntungkan. Bisnis ini amat potensial karena mayoritas wilayah perkotaan mengalami kesulitan air bersih. Adapun keterpurukan pengelolaan sistem air bersih akibat manajemen kurang baik dan itu terjadi di beberapa wilayah perkotaan di Indonesia. Melestarikan Air Sejauh ini, pengelolaan air secara komersial sudah dilakukan di beberapa wilayah perumahan mewah di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Selain akses terhadap air minum, pemerintah juga harus membenahi sanitasi dan pengelolaan sampah. Dengan begitu, target MDGs dapat dicapai. Untuk sanitasi, peran pemerintah sangat besar di dalamnya. Namun, pengelolaan sampah sudah dapat diserahkan kepada swasta sepenuhnya. Karena itu, perlu kebijakan yang mendukung partisipasi swasta di sektor-sektor ini.

Air bersih yang layak untuk dikonsumsi dan aktifitas MCK masih jauh dari harapan di beberapa kota besar termasuk kota Medan. Masyarakat di kota Medan masih banyak yang tergantung dengan air sungai. Tak perlu menutup mata untuk aktifitas masyarakat yang masih tergantung dengan air sungai untuk MCK. Sungai Deli dan Sungai Babura yang melintasi kota Medan masih banyak digunakan untuk aktifitas MCK. Padahal, kualitas air ini sangat buruk dan bisa memberi dampak negatif pada kesehatan. Beberapa sektor usaha di kota Medan, secara diam-diam masih membuang limbahnya ke sungai. Kualitas air sungai di kota Medan perlu juga diamati di laboratorium secara berkesinambungan. Permasalahan air sungai dan makin banyaknya masyarakat yang memilih tinggal di bantaran sungai menjadi permasalahan yang sangat pelik bagi sebuah kota. Air sungai, sewaktu mengalir dengan debit yang kecil mungkin menjadi sahabat bagi masyarakat di sekitarnya. Akan tetapi, ketika air sungai meluap dan menyebabkan banjir, air menjadi malapetaka bagi warga yang tinggal di bantaran sungai. Saat air sungai meluap, masyarakat akan mencari pasokan air bersih untuk kerberlangsungan hidup mereka. Karena air memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia, kita perlu menaruh kepedulian terhadap pelestarian sumber air. Air juga merupakan sumber kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup yang dapat bertahan hidup tanpa air, karena air memang selalu dibutuhkan di manapun, kapanpun dan oleh siapapun. Sebagai sumber kehidupan sudah selakyaknya kita menjaga dan melestarikannya sebagai bentuk tanggung jawab kita kepada anak cucu kita kelak yang telah menitipkan harta putihnya kepada kita. Jangan sampai ketika saatnya tiba justru anak cucu kita yang menitipkan air kepada kita justeru malah tidak bisa menikmati keberadaan air karena tingkah dan pola hidup kita yang kurang menghargai air. Sebenarnya, ada banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk membuat air bersih terus mengalir dan mencukupi kebutuhan kita. Tak sulit bagi kita untuk

melestarikan keberadaan air sampai kapanpun, asalkan kita mempunyai komitmen yang kuat untuk tetap menjaga dan melestaikannya. Jika kita perhatikan maka tidak bisa tidak bahwa manakala di suatu tempat kita melihat ada tanaman/tumbuhan maka di situ pasti ada air, oleh karenanya tanamlah sekalipun hanya sebatang pohon untuk melestarikan keberadaan air. Bumi tempat kita berpijak 70 persen wilayahnya terdiri dari air, kehidupan umat manusia kini justru terancam karena terbatasnya air bersih yang bisa dikonsumsi. Air bersih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minum, memasak, dan kebersihan badan. Ketika air di bumi jumlahnya makin terbatas, air laut belum bisa dimanfaatkan optimal karena desalinasi air laut masih terlalu mahal. Kita, warga di kota-kota besar di Indonesia, masih beruntung karena bisa nyaman mengonsumsi rata-rata 250 liter air per hari. Di negara besar seperti AS penduduknya memanjakan diri dengan mengonsumsi 265 liter air per hari di rumah mereka dan tambahan 378 liter air per hari untuk kegiatan di luar rumah. Akan tetapi, di beberapa negara ada lebih dari 2 juta orang yang harus berjuang sekadar untuk mendapatkan 20-30 liter air per hari untuk minum, memasak, dan mandi. Sekitar 30.000 anak di berbagai belahan dunia mati karena berbagai penyakit yang terkait dengan ketersediaan air bersih. Lalu apa hubungan ketersediaan air dengan pemanasan global? Pemanasan global sendiri sebenarnya merupakan fenomena peningkatan suhu Bumi karena terjadinya efek rumah kaca akibat lonjakan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO), metana (CH), nitro oksida (NO), dan CFC, sehingga panas matahari terperangkap di atmosfer. Panas inilah yang memberi dampak serius pada lingkungan, seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun, peningkatan hujan dan banjir, serta perubahan iklim ekstrem.

Di tengah perubahan iklim ekstrem dan cuaca ekstrem itulah ketersediaan air bersih menjadi genting. Kekeringan ekstrem menyebabkan keringnya sumber air di banyak tempat. Sementara itu, banjir yang melanda banyak bagian dunia juga menyebabkan air hujan terbuang percuma karena akhirnya masuk ke laut. Kita terjebak pada perilaku dan kebiasaan hidup yang tidak mendukung keseimbangan alam. Kita membuang limbah dan sampah ke tanah atau ke sungai. Kita tidak membuat kawasan resapan air. Kita tidak hidup secara bersih, sehat, dan ramah lingkungan. Soalnya lebih pada kesadaran yang belum terbangun. Ini akan memunculkan tantangan terbesar umat manusia, yaitu menemukan teknologi yang tepat bukan hanya agar segala produk kita lebih ramah lingkungan, tetapi dengan kesadaran bahwa kita bergantung pada alam sehingga keseimbangannya perlu dijaga, ketersediaan air di muka bumi ini juga harus kita lestarikan. Mulailah dengan hal-hal kecil, tidak membuangbuang air secara berlebihan, menanam pohon di setiap kesempatan dan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Dengan upaya ini, air bersih akan tetap mengalir dan memenuhi kebutuhan kita. Pelestarian air bersih dan kebutuhan air bersih

ABNESI ETZILITA CHERLY WIRNA PUTRI FITRI AFRINA RIA ANGGI RESNA WATI

KLS : 1 AK 2
GURU PEMBIMBING : WITRA SULISTIYAWATI

TAHUN AJARAN 2013 / 2014 SMKN 2 PARIAMAN

You might also like