You are on page 1of 11

1

PERILAKU HIPERAKTIF DAN UPAYA PENANGANANNYA

Hj. Rasmi Amin Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun dan bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi seperti fisik, moral, nilai-nilai bahasa, motorik, dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar Salah satu masalah dalam perkembangan anak yang harus diketahui guru TK dan pendidik AUDI lainnya adalah masalah perkembangan anak yang bersifat non normatif atau perilaku menyimpang. Pendidik AUDI dituntut untuk dapat mengenali setiap ciri masalah dalam perkembangan anak yang mengalami kesulitan, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat. Akan sangat berbahaya bila salah dalam mengidentifikasi masalah perkembangan anak, misalnya anak autis dianggap anak hyperaktif sehingga penanganan yang diberikan juga tidak akan tepat pada sasaran. Alih-alih anak akan terbebas dari masalahnya dengan berkembang dengan baik justru masalah yang dialaminya akan makin parah Perilaku hiperaktif dapat dialami oleh anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sering bergerak, menjawab dengan cepat sebelum pertanyaan selesai, sulit untuk menunggu giliran, menyela permainan yang sedang berlangsung, sulit bermain dengan diam, sulit berkonsentrasi dan sulit mengatur aktivitas.

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

Anak yang berperilaku hiperaktif dapat berisiko tinggi seperti gagal di sekolah, mengalami masalah sosial yang serius, termasuk kesulitan bergaul sekaligus konflik dengan anggota keluarga, sering dimarahi dan dihukum oleh para pengasuh, dibenci oleh temanteman di sekolah, bahkan diberi lebel sebagai anak nakal. Semua faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap timbulnya kekacauan sikap dan perilaku anak. Hasil penelitian Caspi, Ben dan Ader (dalam Prasetya, 2003: 98) bahwa anak- anak yang memiliki masalah dan perangai buruk pada masa kanak-kanak berpeluang terbawa sampai pada masa dewasa. Olehnya itu anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif harus mendapat perhatian dan penanganan yang tepat dan berkesinambungan agar memiliki

kesempatan berkembang menjadi manusia yang sukses dimasa depan. Perilaku buruk pada masa kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada saat dewasa, sehingga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah. Dari latar belakang diatas penulis

memaparkan hasil penelitian terhadap dua orang anak yang berperilaku hyperaktif dan upaya yang dilakukan guru dalam membantu kedua anak tersebut, dimana kedua anak secara umum memiliki karakteristik dan perilaku yang hampir sama dan sangat mengganggu proses pembelajaran di kelas Pemaparan hasil penelitian ini bertujuan: (1) agar para guru TK/Pendidik AUDI lainnya memahami bentuk perilaku anak hiperaktif (2) Memahami upaya yang seharusnya dilakukan dalam membantu anak yang berperilaku hyperaktif B. PERILAKU HIPERAKTIF Anak hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan

(Mulyadi:2009:87). Wiguna (2007:5) mengemukakan karakteristik anak yang cenderung mengalami gangguan hiperaktif (1) tidak bisa duduk diam di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5) impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab sebelum pertanyaan selesai/ sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas. Penyebab utama perilaku hiperaktif telah dilakukan penelitian secara terus menerus oleh para ahli, namun masih terdapat perbedaan pendapat, Martin (1994:29) mengatakan ada beberapa faktor penyebab perilaku hiperaktif: (1) faktor neurologik, proses persalinan dengan cara ekstraksi forcep, bayi yang lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram, ibu melahirkan terlalu muda, ibu yang merokok dan minum minuman keras; (2) faktor genetik, sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak; (3) faktor makanan, zat pewarna, pengawet dan kekuarangan vitamin; (4) faktor psiko sosial dan lingkungan. Terkadang gangguan hiperaktif adalah dampak dari pola pengasuhan yang kurang efektif, misalnya faktor pemanjaan dan kurangnya penanaman kedisiplinan. Beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif dari pola pengasuhan yang kurang efektif antara lain: (1) Pemanjaan, anak yang terlalu dimanja sering memilih

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya, ia akan memperdaya orang tuanya untuk memperoleh apa yang diinginkannya, kurangnya disiplin yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Cara seperti itulah membuat anak berbuat sesuka hatinya. Anak yang dimanja biasanya kalau di sekolah ia akan memilih berjalan-jalan dan berdiri dari pada mendengarkan/ mematuhi instruksi guru, (2) kurang disiplin dan pengawasan, anak yang kurang disiplin atau pengawasan ini akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi, apa yang dilakukan dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika anak dibiarkan tanpa perhatian, maka anak akan berbuat sesuka hatinya ketika berada ditempat lain baik itu di sekolah. Apabila perilaku hiperaktif ini tidak ditangani dengan baik, maka pada akhirnya akan menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah. Akibatnya perkembangan anak menjadi tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku dikemudian hari. Untuk itu diperlukan adanya upaya

penanganan atau bimbingan yang komprehensif dan berkesinambungan. Menurut Hurlock (1998:100) lima tahun pertama merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya atau dengan kata lain, dasar pendidikan anak adalah pada usia 0-5 tahun. Jika pada usia tersebut orang dewasa tidak melakukan apa-apa terhadap anak, maka mereka akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Inilah alasan penting perlunya pemberian stimulasi sejak dini, termasuk anak yang berperilaku hiperaktif. Anak yang berperilaku hiperaktif apabila mendapatkan stimulasi yang terarah atau penanganan khusus secara berkesinambungan akan dapat mengembangkan aspek kognitif, aspek sosial-

emosional dan kemandiriannya. Aspek pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar, yang merupakan salah satu perilaku negatif yang harus dikembangkan bagi anak hiperaktif, dengan

harapan dapat berinteraksi dengan baik dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa.

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

C. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di salah satu TK Islam terbesar di Makassar observasi, yaitu pembelajaran mengamati langsung perilaku kedua anak dengan cara

dan perlakuan guru dalam proses

selama kurang lebih tiga bulan, wawancara dengan guru dan orang tua siswa,

diperoleh data bahwa:

1) kedua anak hanya mampu duduk konsentrasi paling lama lima menit, setelah itu perhatian sudah buyar, mengganggu teman, meraih apa saja yang ada didekatnya, kadang melamun, berguling dikarpek, berjalan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas hanya sekali-kali memperhatikan penjelasan guru. Bila diberi tugas yang

memerlukan konsentrasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu tidak dapat diselesaikan bahkan sama sekali tidak dikerjakan kecuali bila didampingi. Perilaku ini dilakukan berulang-ulang sampai pembelajaran selesai (sangat sulit duduk tenang dan menyimak pelajaran). Keadaan ini sangat mengganggu proses pembelajaran dan anak-anak yang lain di dalam kelas. 2) Dalam interaksi sosial kedua anak cenderung memonopoli kegiatan dan mengatur teman-temannya, bila keinginan tidak terpenuhi ia bertindak kasar dengan memukul, menendang bahkan menciderai temannya. Dalam kegiatan bermain cepat bosan dengan mudah meninggalkan permainan dan merebut permainan temannya. Sikap dan perilaku anak hiperaktif diakibatkan adanya gangguan konsentrasi sehingga perhatian mudah beralih yang membuat anak tidak dapat mematuhi aturan. Ia tahu aturan yang seharusnya dilakukan dan mampu menjelaskannya. Namun kurang

lebih tiga menit kemudian, ketika lepas dari pengawasan atau pendampingan guru ia tidak dapat mengendalikan perilakunya, tidak sabar dan pelanggaran terjadi berulangulang dengan waktu dan kegiatan yang berbeda walaupun kadang diberi hukuman atau sangsi. 3) Berdasarkan hasil wawancara dari kedua orang tua, disimpulkan bahwa kemungkinan penyebab kedua anak yang berperilaku hiperaktif adalah: kondisi kesehatan saat bayi dengan pemberian obat-obat yang berlebihan, berat badan yang rendah (dibawah berat badan bayi pada umumnya), pola pengasuhan orang tua yang permissif dan faktor genetik

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

4) Upaya yang dilakukan guru dalam membantu anak hiperaktif adalah: sebelum mengajar guru menyusun silabus dan SKH yang merupakan pedoman di dalam melakukan pembelajaran tetapi tidak tercantum pendekatan khusus terhadap kedua anak tersebut program yang dibuat sama untuk semua anak di dalam kelas adapun yang dilakukan adalah ; (1) Menempatkan posisi duduk anak pada bagian depan (berdekatan dengan guru) berhadapan dengan peserta didik lainnya; (2) memberi penjelasan secara klasikal dan kadang dilanjutkan dengan penjelasan secara individual tetapi tidak menggunakan media; (3) dalam penyelesaian tugas semua

anak diperlakukan sama; dan (4) bila terjadi pelanggaran, berusaha merubah perilaku dengan memberi nasihat, memberi hukuman dengan misalnya menunda haknya dengan tidak mengikutkan pada kegiatan berikutnya, menunda kepulangan, kadang tidak merespon atau membiarkan, pada perilaku positif guru tidak memberi pujian atau hadiah, membandingkan perilaku peserta didik lain. Dalam kondisi seperti tersebut tampak sekali kekecewaan dan kompensasinya adalah membuang diri kelantai. Menurut Barkley (dalam Martin,2008:21) ciri-ciri anak yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, tidak berhasil

menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri,ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi. ia mengetahui peraturan dan mampu menjelaskan namun sepuluh menit kemudian anak sudah tidak dapat mengendalikan perilakunya, sehingga melakukan pelanggaran berulang-ulang. D. PENANGANAN ANAK BERPERILAKU HIPERAKTIF

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

Karakter utama yang harus dimiliki seorang guru dalam menangani anak yang berperilaku hiperaktif adalah fleksibilitas, sensitivitas, yaitu luwes, terbuka, punya empati yang tinggi dan mau menyesuaikan diri dengan masalah yang dialami anak. Ia harus memahami bahwa rentang perhatian anak yang mengalami gangguan hiperaktif lebih singkat dari pada anak-anak yang lain, sehingga dalam proses pembelajaran atau pada aktifitas lainnya tidak disamakan dengan anak yang lain. Selain itu seorang guru harus mampu mengelolah pembelajaran secara profesional. Menurut Doucherty (1990:67) Beberapa jenis bantuan dapat dilakukan oleh guru dan

pendidik AUDI dalam menangani anak yang berperilaku hiperaktif diantaranya: 1) Menempatkan posisi duduk pada bagian depan berhadapan dengan guru,

membelakangi anak-anak yang lain agar tidak mudah perhatian beralih pada hal-hal yang lain, atau menempatkan pada posisi yang memungkinkan berdiri selama pelajaran tanpa mengganggu anak-anak lain misalnya posisi duduk dekat dinding, atau menyiapkan kursi kosong didekatnya 2) Pemberian informasi atau penjelasan harus jelas dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan dilakukan secara klasikal untuk semua anak dan dilanjutkan dengan individual untuk anak yang hiperaktif, penjelasan harus jelas, kongkrit, singkat dengan menggunakan kontak mata langsung pada setiap kali pengajaran 3) Dampingi anak dalam penyelesaian tugas-tugas dan bagi dalam bentuk unit-unit yang lebih kecil, misalnya memberikan tugas mewarnai gambar rumah, tugaskan anak mewarnai bagian atap, badan rumah, kemudian dinding, dan seterusnya. Setiap tugas yang berhasil diselesaikan beri penguatan atau pujian, misalnya bagus, pintar, luar biasa, hebat dan lain sebagainya. Ini bertujuan untuk mengembangkan gangguan perhatian, tanggung jawab dan kedisiplinan. Memberikan terapi tingkah laku

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

merupakan prioritas utama yang perlu dikembangkan bagi anak yang berrperilaku hiperaktif (Rosmawartini:2008:57) 4) Memanfaatkan energy anak dengan tugas lain yang dapat menguras tenaganya,

misalnya memberi tugas menghapus white board, mengajak anak bermain peran dengan pentas kecil-kecilan, menyususn puzzel, membawa anak ke tempat wisata (dalam pembelajaran ada unsur pergerakan tubuh) ini dimaksudkan agar energi anak dapat tersalur 5) Untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki dapat dilakukan dengan (a) teknik Ekstingsi, yaitu ketika tingkah laku yang tidak diinginkan terjadi jangan direspon sampai anak menghentikannya. Dengan asumsi bahwa tanpa penguatan terhadap satu respon akan menurunkan atau menghilangkan respon tersebut, contoh, seorang guru mengabaikan anak yang berjalan kesana kemari pada saat pembelajaran ia akan bosan sendiri dan berhenti melakukannya,(b) Satiasi, berusaha menghilangkan alasan yang memungkinkan perilaku negatif terjadi, misalnya memberi perhatian sebelum anak menuntut diperhatikan,(c) Time out, menghilangkan keempatan anak untuk mendapatkan sambutan atau imbalan. Dengan cara anak dipindahkan dari tempat dimana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi, dan membuat anak melewatkan waktu yang tidak menarik bagi dirinya (d) Pemberian hukuman, ini dilakukan jika cara lain tidak berhasil, misalnya memukul pantat anak dengan pelan dan tidak dalam keadaan marah. 6) Konsultasi dengan pihak yang lebih profesional, dengan maksud memperoleh keterampilan atau teknis dalam membantu mengatasi masalah anak yang berperilaku hiperaktif . Untuk melatih anak agar fokus, ciptakan suasana yang kondusif jangan tekan dia, terima kaadaan apa adanya, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

tegas didalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam, mintalah agar anak menatap mata anda ketika berbicara atau diajak berbicara, berilah arahan dengan nada yang lembut tanpa harus membentak. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten, jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berikan dia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa anda berharap dia melakukan seperti itu. Adapun upaya yang dilakukan guru dengan pemberian hukuman untuk merubah perilaku anak hiperaktif sebaiknya tidak dilakukan. Guru harus memahami bahwa anak hiperaktif bukan tidak mau mematuhi aturan yang ada tetapi ia tidak mampu melakukannya karena adanya permasalahan perhatian yang dialami. Anak yang hiperaktif sangat mudah kecewa dan merasa rendah diri, tetapi apabila mendapat sambutan atau penghargaan atas perilaku positif yang dilakukan maka perkembangan pribadinya akan lebih terarah, dan bila tidak mendapatkan sambutan atau penghargaan maka ia akan menjadi rendah diri dan egoisnya makin tinggi dan akan bersifat masa bodoh. Olehnya itu pemberian penghargaan atau pujian sangat diharapkan untuk dilakukan oleh guru atau pendidik lainnya. Menurut Wiramiharja (2008:9) bahwa, anak yang hiperaktif cenderung lebih patuh terhadap penyelesaian tugas dan merubah perilakunya, jika ia memperoleh suatu pujian atau penguatan karena melakukannya, dari pada tidak diberi imbalan karena tidak melakukannya. Pemberian sanksi bukan berarti tidak efektif tetapi dapat dilakukan sebagai pilihan, bahwa imbalan lebih efektif jika digunakan dengan cara yang lebih positif. Beberapa imbalan yang dapat diberikan adalah, komentar yang positif, pemberian stiker atau bintang, tanggung jawab tambahan di dalam kelas, membawa kelas agar rileks, memberikan waktu bebas, membebaskan pilihan permainan dan sebagainya.

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

10

Hal tersebut diperkuat juga Pentecost (2004:69) pujian adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menolong anak agar berubah, pujian yang diberikan secara jelas dan sering merupakan senjata rahasia anda terhadap aspek perilaku negatif anak yang berperilaku hiperaktif. Namun perlu diingat bahwa di dalam memberikan imbalan/ pujian upayakan pujian itu bervariasi.

KESIMPULAN Perilaku anak yang hiperaktif tampak mengalami kesulitan di dalam memusatkan perhatian ia dapat duduk dapat mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat

menyelesaikan tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan, impulsif, kadang menyela pembicaraan orang dan agresif. Merubah perilaku anak yang hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan keterampilan, dengan penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan

modifikasi perilaku yang didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang dicapai dan modifikasi kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan berhasil melakukannya. DAFTAR PUSTAKA Baihaqi, Mif dan Sugiarmin, 2006. Memahami & membantu Anak ADHD. Bandung: Refika aditama Depdiknas. 2006. Panduan Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak. Doucherty, Michael. 1993. Psychological Consultation and Community Settings. Thomson. Fourth Edition. (diterjemahkan Mahasiswa PAUD 2009) UNM Handojo. 2002. Petunjuk Praktis Utama dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Surabaya: Bhuana Ilmu Populer

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

11

Martin, Grant. 2008. Terapi Untuk Anak ADHD, Anak Hiperaktif, Sulit Konsentrasi, Tidak Aktif, Kurang Perhatian dll. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

You might also like