You are on page 1of 6

HARGA MAHAL UNTUK SEBUAH KENIKMATAN

Anak Agung Ari Novia Sulistiawati Di kota-kota yang memiliki dinamika kehidupan sosial yang cukup tinggi memiliki banyak masalah sosial, salah satunya yaitu masalah hiburan malam yang identik dengan kegiatan prostitusi. Praktik prostitusi disini ada dua jenis, yaitu prostitusi yang benar-benar tampak yang ditandai dengan tersedianya tempat lokalisasi secara fisik dan ada juga praktik prostitusi yang dijalankan secara terselubung. Kehidupan malam identik dengan dunia hiburan yang popular dari awal petang hingga larut malam seperti pub, night club, bar, karaoke, caf, diskotik, dan tempat-tempat hiburan malam lainnya. Hiburan malam jenis ini biasanya lebih diorientasikan bagi kalangan dewasa, dimana didalamnya identik dengan minuman beralkohol, obat-obatan sejenis narkotika dan kegiatan prostitusi. Dengan maraknya keberadaan tempat hiburan malam yang memberikan kesempatan seks bebas, berakibat pada makin meningkatnya penyebaran kasus HIV/AIDS. Apa itu HIV/AIDS? AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) itu sendiri merupakan kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh sehingga menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sasaran penyerangan HIV adalah sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel Limfosit. Selama terinfeksi, limfosit menjadi wahana perkembangbiakan virus. Bila sel-sel limfositnya mati, virus akan bebas menyerang sel-sel limfosit lain yang masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun yang akhirnya menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak mampu lagi melindungi tubuh, sehingga kuman penyakit infeksi lainnya akan masuk dan menyerang tubuh orang tersebut. Bahkan kuman-kuman lain yang jinak tiba-tiba menjadi ganas. Kuman yang menyerang bisa berupa virus lain,

bakteri, mikroba, jamur maupun mikroorganisme pathogen lainnya. Penderita bisanya meninggal karena TBC, diare, kanker kulit, infeksi jamur, dan lain-lain. Pola hidup yang semakin berubah akibat derasnya arus globalisasi terutama dalam bidang pergaulan menimbulkan banyak dampak buruk. Salah satunya adalah kegemaran untuk mengunjungi tempat-tempat hiburan malam yang didalamnya identik dengan minuman-minuman beralkohol, obat-obatan sejenis Napza dan wanita-wanita penghibur yang biasanya melayani pengunjung dengan pelayanan lebih yaitu praktik prostitusi. Konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan dapat menurunkan tingkat kesadaran dan menurunkan kemampuan kontrol diri seseorang. Ditambah lagi dengan adanya wanita-wanita penghibur yang berpotensi meningkatkan peluang terjadinya seks bebas. Disini, melakukan seks bebas dengan pasangan dengan faktor resiko, yaitu pasangan yang terinfeksi HIV dapat menularkannya pada pasangan yang diajak berhubungan seks tersebut sehingga menyebabkan semakin meningkatnya angka kejadian HIV/AIDS. Dewasa ini banyak anak muda yang gemar dugem, bercengkrama dengan teman-temannya di tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, caf, pub dan lain-lain yang disadari atau tidak akan menurunkan kualitas moral seseorang. Seseorang yang terbiasa mencari kenikmatan dengan mengunjungi tempat-tempat hiburan malam seperti itu akan lebih dekat dengan faktor-faktor resiko penyebab HIV. Seks bebas banyak dijumpai dari kalangan penikmat hiburan malam. Akibatnya, mereka yang menjadi penikmat hiburan malam ini berpotensi lebih besar untuk tertular HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena banyak faktor-faktor resiko yang banyak ditemui pada kalangan penikmat hiburan malam. Misalnya seperti penggunaan jarum suntik untuk mengonsumsi obat-obatan sejenis Napza dan perilaku seks bebas dengan pasangan yang terinfeksi HIV. Dari waktu ke waktu, tempat hiburan malam semakin menjamur seiring dengan gaya hidup masyarakat yang semakin berkembang ke arah gaya hidup barat yang bebas (liberal). Terutama di daerah kita, Bali, yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan mancanegara yang menghabiskan waktunya untuk menikmati Bali beserta sarana hiburan malam yang sangat mudah untuk ditemui mulai dari daerah perkotaan,
2

pesisir pantai, hingga ke daerah-daerah pinggiran kota yang sekarang sudah diramaikan dengan hadirnya tempat-tempat hiburan malam. Tempat-tempat hiburan yang mulai ramai dikunjungi sejak malam hingga menjelang subuh ini menjadi favorit kalangan muda maupun tua untuk sekedar melepas penat ataupun menikmati suguhan-suguhan menarik yang identik dengan tempat hiburan ini. Pengunjung yang diijinkan masuk ke tempat hiburan seperti ini biasanya berumur 17 tahun keatas, namun ada juga remaja yang berumur dibawah 17 tahun berkunjung ke tempat ini dengan tujuan sekedar mencoba-coba atau sebagai ajang unjuk diri kepada teman-teman sebayanya. Hal inilah yang turut menyebabkan tingginya angka pengidap HIV pada usia remaja. Sejak semakin menjamurnya tempat-tempat hiburan malam, jumlah penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Tempat-tempat hiburan malam yang menyediakan jasa dan fasilitas bagi konsumen untuk melakukan prostitusi menjadi salah satu faktor utama meningkatnya kasus seks bebas yang berujung pada meningkatnya kasus HIV/AIDS. Pengunjung tempat hiburan malam juga merupakan salah satu sasaran empuk bagi pengedar obat-obatan terlarang untuk menjual barang dagangannya. Konsumsi obat-obatan disini apabila menggunakan jarum suntik sebagai alat injeksinya juga sangat beresiko menyebarkan virus HIV karena penggunaan jarum suntik secara bergiliran dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Penggunaan obat-obatan seperti ini juga menyebabkan seseorang kurang mampu mengontrol dirinya dan kehilangan kesadaran. Biasanya dalam kondisi seperti ini, ditambah lagi dengan adanya teman berkencan cenderung mendorong terjadinya hubungan seks bebas tanpa memperhatikan faktor keamanan yang dikarenakan kondisi yang sudah setengah sadar. Penggunaan alat pengaman seperti kondom yang sebenarnya dapat menurunkan resiko tertular HIV tidak lagi diperhatikan. Ditambah lagi dengan kebiasaan berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks semakin menambah resiko tertular HIV. Kenikmatan sesaat yang diperoleh saat mengonsumsi obat-obatan terlarang ataupun berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti tidaklah sebanding dengan resiko yang akan dihadapi ketika

telah terjangkit virus HIV yang pada kenyataanya sampai saat ini belum bisa disembuhkan. Penyebaran HIV/AIDS tidak akan pernah putus jika faktor-faktor penyebabnya tidak diberantas sampai ke akar-akarnya. Diberantas disini bukan dimaksudkan untuk mendiskriminasi para penderita HIV/AIDS, melainkan meminimalisir faktor-faktor yang dapat menyebarkan virus HIV seperti tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang sejenis Napza, tidak melakukan seks bebas dan menghindari faktor-faktor lain yang juga beresiko menyebarkan HIV/AIDS. Bagaimana melindungi diri dari penularan HIV/AIDS? Kita semua, khususnya remaja harus melindungi diri dari HIV/AIDS. Karena jika seorang remaja tertular HIV, maka keseluruhan cita-cita dan masa depan remaja tersebut hancur lebur. Secara mudah, perlindungan dari AIDS dapat dilakukan dengan cara ABCDE, yaitu: Abstinence (puasa) bagi remaja yang belum menikah. Be Faithful (setia dengan pasangan hidup) bagi mereka yang sudah menikah. Condom (kondom) disarankan bagi mereka yang berada pada keadaan-keadaan khusus, antara lain para lelaki hidung belang yang biasa menggunakan jasa pekerja seks komersial. Drug (obat), bagi mereka yang mengonsumsi obat-obatan yang tergolong Napza secara suntikan agar tidak menggunakan jarum suntik bekas atau menggunakan jarum suntik secara bergiliran. Education (edukasi) kepada masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS, penyebarannya dan pencegahannya agar masyarakat lebih memahami dan meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap penyebaran HIV/AIDS. Disini terdapat juga tambahan perlindungan yang perlu diperhatikan yaitu ketelitian dalam transfusi darah. Yakinkan bahwa darah yang ditransfusi adalah darah yang telah diperiksa oleh Unit Kesehatan Transfusi Darah sebagai darah yang bebas HIV atau virus-virus lainnya. Berhati-hati dalam menolong orang dengan luka berdarah. Gunakan prosedur pertolongan yang baku dan aman. HIV juga dapat menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya dengan persentase sekitar 20%-40%. Resiko ini mungkin lebih besar jika sang ibu telah menderita AIDS (full blown).

Dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit HIV, melibatkan peran serta banyak pihak. Diantaranya adalah peran aktif masyarakat, pemerintah dan tenaga medis. Sebagai seorang perawat, disini kita berperan aktif dalam pencegahan semakin menyebarnya HIV/AIDS yang dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS, bagaimana penyebarannnya, bagaimana pencegahannya dan apa akibat yang dapat ditimbulkan apabila sudah terinfeksi. Mengetahui sejak dini mengenai adanya tanda atau gejala yang meragukan dalam tubuh, sebaiknya segera untuk melakukan pemeriksaan. Dengan pendeteksian lebih awal berguna dalam memberikan perawatan bagi penderita dan mencegah semakin menyebarnya virus HIV akibat ketidaktahuan penderita mengenai penyakit yang dideritanya. Peran pemerintah sebagai pembuat dan penegak peraturan seharusnya lebih selektif dalam memberikan ijin pembangunan tempat-tempat hiburan malam yang ternyata lebih banyak membawa dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Kehadiran tempat-tempat hiburan malam semakin meresahkan karena bukan hanya sebagai tempat untuk mabuk-mabukan, tetapi juga sebagai ajang prostitusi ilegal. Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi pelanggan dan penikmat tempat-tempat hiburan malam, tetapi juga remaja-remaja dibawah umur yang sudah mengenal prostitusi sejak mereka masih muda. Hal ini mengancam moral dan martabat bangsa karena pada generasi-generasi muda inilah yang akan menjadi tonggak kemajuan bangsa. Apabila generasi muda telah rusak moralnya, maka dapat dibayangkan bagaimana kacaunya keadaan yang akan ditimbulkan. Masyarakat disini memegang peranan yang sangat penting karena disinilah tempat-tempat hiburan malam itu berlangsung. Apabila masyarakat merasakan adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan sebuah tempat atau pengunjung hiburan malam, masyarakat dapat melaporkannya kepada petugas keamanan agar ditindaklanjuti. Bukannya masyarakat malah mendukung praktik prostitusi ilegal dengan turut menjadi pelanggan tempat-tempat hiburan malam yang menyimpang. Dalam menyikapi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), masyarakat disarankan untuk bersikap tenang, tidak mendiskriminasi penderita

dan turut memberikan motivasi-motivasi agar penderita tidak merasa dikucilkan dari pergaulan.

You might also like