You are on page 1of 43

EDLIN DAHNIAR AL-FATH KUMPULAN CERITA RAKYAT DAYAK KANCING K (1) AJI SIAL Pada jaman dahulu ada

sepasang suami istri yang sangat kaya raya, suaminya berna ma Akek Aji Menyoti dan istrinya Inek Singa Mentawai. Mereka memiliki banyak bin atang peliharaan, babi, ayam, anjing, dan sebagainya. Tetapi suami istri ini ter lalu pelit, binatang peliharaannya tidak pernah diberi makan. Bahkan, ketika aya m mematok satu butir beras, mereka memotong ayam dan mengambil beras itu dari da lam leher ayam. Akhirnya, para binatang sepakat untuk kabur dari kandang milik s uami-istri itu. Ayam jadi sempidan (ayam hutan), jane (babi rumah) jadi cis (bab i hutan), kambing jadi kijang, anjing jadi musang, dan sapi jadi rusa. Selain it u, beras yang berkarung-karung berubah menjadi pasir. Setelah sekian lama, semua binatang kabur ke hutan itu tidak pernah kembali. Sem entara beras yang dimiliki suami istri itu semakin menipis karena hanya tersisa yang ada di jurung atau lumbung dan itupun jumlahnya tidak banyak karena sebagia n besar berasnya sudah berubah menjadi pasir. Setiap hari mereka mengambil beber apa canting beras untuk dimakan. Sampai akhirnya suami istri itu menyadari bahwa kehidupan mereka terancam dan harta yang dimilikinya sudah tidak ada sama sekal i. Pada suatu hari, Aji Menyoti berkata kepada istrinya, kenapa hidup kita sekarang jadi seperti ini, padahal sebelumnya hidup kita enak, kaya raya . Istrinya juga se paham dengan suaminya. Tetapi ia juga tidak mengetahui bagaimana caranya keluar dari kemiskinan itu. Kemudian Aji Menyoti berkata lagi baik, jika terus begini sa ya akan mencari tuhan . istrinya yang tidak mengetahui maksud suaminya mengijinkan suaminya itu pergi. Aji Menyoti pun berjalan mencari tuhan dengan berbekal 7 bu ah ketupat buatan istrinya. Sekian lama Aji Menyoti berjalan di dalam hutan, ia berjumpa dengan pela nduk atau kancil dan bertanya mau kemana Menyoti? . Aji Menyoti menjawab saya akan p ergi ke ujung untuk mengejar tuhan . Mendengar jawaban Menyoti, Kancil pun kaget. Lalu ia bertanya lagi, kenapa kau ingin mengejar Tuhan? . Aji Menyoti menceritakan bahwa ia ingin bertanya kepada tuhan, kenapa sekarang hidupnya berubah. Tempo ha ri hidupnya kaya raya (jembar) dan sekarang jadi sangat miskin. Kancil hanya dia m mendengar cerita Menyoti dan membiarkan Menyoti melanjutkan perjalanannya. Menyoti terus berjalan di dalam hutan. Ia berjumpa dengan babi yang meny apanya dan bertanya kemana ia akan pergi. Seperti sebelumnya, Menyoti menjawab b ahwa ia akan pergi mengejar tuhan. Mendengar jawaban dari Menyoti, babi pun bert anya kenapa kau ingin mengejar tuhan? . Seperti sebelumnya, Menyoti mengatakan bahw a sebelumnya hidupnya sangat kaya. Ia memiliki babi, ayam, kambing, sapi, anjing , dan beras yang sangat banyak tetapi sekarang semuanya sudah habis. Ia ingin be rtanya kepada Tuhan kenapa sekarang hidupnya berubah. Setelah berjumpa dengan babi, Menyoti terus berjalan ke dalam hutan. Kal i ini ia berjumpa dengan sempidan (ayam hutan) di depan dua bambu yang melintang . Sempidan itu menyapa Menyoti, mau kemana kau? . Menyoti pun menjawab saya numpang lewat, karena akan mencari tuhan . Sempidan mengijinkan dan bambu yang melintang p un dapat disingkirkan. Menyoti terus berjalan dan berjumpa dengan pasir yang ber hambur. permisi, saya mau lewat untuk mencari tuhan , kata Menyoti ke pasir yang be rhambur itu. Pasir pun berhenti berhambur dan Menyoti melanjutkan perjalanannya lagi. Menyoti masih terus berjalan ke dalam hutan dan berjumpa dengan seseoran g. Orang itu bertanya kepada Aji Menyoti, mau kemana kau? , tanyanya. saya ingin men gejar tuhan , kata menyoti. Orang itu menjawab lagi eh, tuhan itu ada di ujung sana orang itu memberi tahu Menyoti dimana tempat Tuhan. Menyoti pun terus berjalan k e ujung masih untuk mengejar tuhan. Setelah berjalan lama, Menyoti berjumpa lagi dengan orang itu dan orng itu bertanya lagi kemana Menyoti akan pergi. Orang it u juga mengatakan bahwa tuhan ada di ujung sana. Menyoti terus berjalan, dan kem bali berjumpa dengan orang itu. Tetapi pada pertemuan yang ketiga ini, orang itu mengatakan bahwa tuhan itu tidak ada. Ia pun mengajak Menyoti ikut ke rumahnya. Menyoti pun ikut. Ketika hari sudah mulai malam, orang itu menyuruh Menyoti ber

istirahat di rumahnya. Orang itu bertanya kepada Menyoti, kenapa kau ingin mengejar tuhan . Menyot i menceritakan bahwa ia mengejar tuhan untuk bertanya tentang apa yang terjadi p ada hartanya. Dulu dia sangat kaya, padinya tujuh gunung di darat dan tujuh gunu ng di laut. Ayam, babi, dan binatang lainnya banyak. Sekarang semuanya hilang da n habis. Orang itu mengatakan kau itu terlalu pelit, beras kau jatuh ke tanah dan dipatok ayam, ayam itu kau potong untuk mengambil ayam karena terlalu takut rug i . Menyoti hanya diam mendengar perkataan orang itu yang juga mengatakan bahwa he wan peliharaan itu harus diberi makan, karena mereka sama dengan manusia juga. Orang itu menyuruh Menyoti kembali ke rumah dan mengadakan pesta tutup tahun set elah berladang (bergawai nyapat taun) untuk mengundang semangat padi. Potong ayam , potong babi, mengundang orang dan melambai semangat padi, kau ini Aji sial . Men yoti pun mendengarkan dengan seksama perintah orang itu. Pagi harinya ia pamit p ulang. Menyoti lalu pulang ke rumah. Ia mulai nebas, nebang, bakar dan nugal un tuk berladang. Setelah panen, Menyoti mengadakan gawai tutup tahun (nyapat soa). Ia membuat tuak sangat banyak dan mengundang orang kiri kanan. Ia pun mengundan g semangat padi dengan potong babi, mengundang empat orang untuk mengumpan (memb eri makan) alat kerja dengan engkata, dan mengantarkan umpan itu ke ujung jalan. Selesai ia bergawai, padi pun berbuah lebat dan hasil panennya melimpah. Babi, ayam, kambing, sapi, dan anjing yang kabur pun kembali datang. Kehidupan Menyoti pun kembali seperti semula. (Dio Parman, 05 Juli 2011) ***cerita ini diceritakan jika ada suatu keluarga yang terus-menerus tertimpa mu sibah, biasanya jika ada kematian anggota keluarga secara berturut-turut (disebu t engkata Aji Sial) (2) ASAL USUL BURUNG RUWAI Pada jaman dahulu buma (ladang) padi harus diobat dengan menggunakan poh on lempaung dan sekam. Suatu hari, ada seorang ibu yang memiliki dua orang anak. Ibu itu pesan kepada anaknya yang tua bang, nanti mamak akan pergi, lempaungnya kau tumbuk dan kuku adik kau kikis . Kakaknya menyanggupi dan mengatakan iya mak, p ergilah nanti lempaungnya aku tumbuk dan kuku adik aku kikis . Pergilah ibu itu me ninggalkan dua anaknya. Sebelum pergi, ibu itu mengatakan kepada anaknya yang bu ngsu su, nanti kukumu akan dikikis oleh abang, mamak mau pergi dulu . Ketika ibunya sudah pergi, maka sang kakak memanggil adiknya. dik, sini. Tadi mam ak menyuruh abang memotong tanganmu . Kata kakak kepada adiknya. Si adik terkejut dan ia tidak mau karena ia mendengar ibunya mengatakan bahwa kakaknya hanya akan mengikis kukunya. Tetapi kakaknya memaksa dan berkata jika ibunya menyuruh ia m emotong jari tangan adiknya. Si adik pasrah ketika kakaknya mulai memotong jarin ya. Ia berlagu Kikis kuku, kata mamak Tukung tunjuk, kata kakak Kumbau.. Setelah jarinya terpotong, maka dari jarinya tumbuh bulu yang semakin memanjang. Kepalanya berubah semakin mengecil, dan bentuk badannya berubah menjadi seperti burung. Maka si adik yang jarinya terpotong berubah menjadi burung ruwai. (Dio Sarman, 20 Mei 2011). ***burung Ruwai adalah burung yang memiliki bulu sangat bagus. Bulu burung inlah yang dipakai hiasan kepala pada baju adat Dayak. Keistimewaan burung ini, ia me miliki balai yang berupa tanah lapang bersih dari rumput dan batang kayu. Di san a ia akan membuang kotoran dan menunggu semut datang untuk dimakannya. Jika ada rumput atau batang kayu, ia akan mencabutnya dengan melilitkan lehernya ke batan g itu dan mencabutnya. Orang-orang mengetahui cara ini, dan mereka menancpkan ba mbu yang sudah ditajamkan pada sisi kanan kirinya, dan menancapkannya dalam-dala m di tanah balai ruwai itu. Ketika ruwai melilitkan lehernya untuk mencabut bamb u itu, ia akan mati tersembelih. Sekarang burung ini sudah punah. (3) ASAL-USUL BUAH-BUAHAN Ada tujuh bersaudara perempuan (demia) dari kahyangan. Pada suatu hari, mereka mandi di bumi manusia. Tanpa demia-demia ini sadari, ada seorang demamang (laki-laki) yang mengawasi mereka mandi. Demia-demia ini sering turun ke bumi u ntuk mandi. Pada suatu hari, ketika para demia ini sedang asyik mandi, demamang

itu mengambil baju salah satu demia itu dan menyimpannya. Ketika para demia ini sudah selesai mandi, demia bungsu terkejut karena bajunya tidak ada. Padahal, ha nya dengan memakai baju itulah ia bisa kembali pulang ke kahyangan. Sementara de mia yang lain sudah bisa pulang ke kahyangan, si bungsu yang kehilangan baju itu berjalan kesana-kemari. Sampai ia berjumpa dengan demamang yang mengambil bajun ya. Demamang bertanya kepada demia bungsu Oh demia, mau kemanakah kau? . Demia menj awab saya mau pulang ke kahyangan, tetapi tidak bisa karena baju saya hilang. Sek arang saya bingung mau kemana . Mendengar jawaban demia, demamang melarang demia i tu pergi ke mana-mana dan mengajaknya pulang ke rumah demamang. Demia yang tidak punya tujuan mau mengikuti demamang pulang. Setelah sekian lama tinggal di rumah demamang, demamang semakin jatuh cinta deng an demia bungsu. Demamang mengajak demia itu kawin. Demia bersedia, dan kawinlah mereka. Pada suatu musim, demia teringat bahwa saat itu di kahyangan sedang musi m buah. Demia yang sudah menemukan bajunya mengajak demamang naik ke kahyangan u ntuk memakan buah. Demamang belum pernah tahu apa yang namanya buah. Akhirnya me reka naik dengan memakai pakaian demia. Ketika mereka datang, tepat hitungan dem ia bahwa waktu itu di kahyangan sedang musim buah. Mereka makan segala macam bua h sampai puas, terutama durian. Setelah mereka puas, demia dan demamang berpamit an pulang kepada orang tua demia. Orang atas (orang kahyangan) mengijinkan demia dan demamang itu pulang tetapi mengingatkan bahwa mereka tidak boleh membawa bi bit buah-buahan itu ke bawah. Tiga kali mereka di larang. Tetapi karena demamang dan demia ingin sekali bisa memakan buah-buahan itu di bumi, maka mereka mencur i bibit buah-buahan itu dengan cara menyembunyikannya di selangkangan demia. Sampai di bawah, mereka menghamburkan bibit buah itu ke tanah. Setelah sekian la ma, tumbuhlah bunga-bunga buah itu. Mereka terus memelihara bunga buah itu sampa i berbuah. Ketika berbuah, mereka memakan buah-buahan itu bersama para tetanggan ya. Senanglah orang bawah memakan buah-buahan yang belum pernah mereka makan seb elumnya. Tetapi ternyata, tanpa mereka tahu sebelumnya, setelah mereka makan bua h muncullah penyakit semparan (penyakit yang mewabah) yang melanda kampung tempa t demia dan demamang itu tinggal. Manusia di bawah sakit perut, sakit kepala, sa kit perut, dan banyak penyakit mewabah lainnya. Di kahyangan sudah mulai musim buah dan banyak sekali buah durian. Rupanya orang di atas bertanya-tanya kenapa demia bungsu tidak naik ke atas untuk makan buah durian. Sampai pada suatu hari akhirnya demia naik ke atas, ia ditanya oleh oran g atas kenapa mereka lama sekali tidak naik ke kahyangan. Demia menceritakan bah wa ia sedang mengalami semparan. Orang tuanya di kahyangan mengatakan bahwa peny akit yang ada di bawah itu berasal dari buah durian yang mereka tanam tanpa syar at. Orang tua demia mengatakan bahwa jika musim buah akan tiba (banyak bunga), b uah itu harus dialu (disambut) dan ketika buah sudah akan habis buah itu harus d ipulang dengan cara yang disebut mulang buah. Demia mengerti syaratnya dan turun ke bawah kembali. Pada musim buah berikutnya, demia mencari ayam, mengambil dua orang di pokok bua h (durian) untuk bercerita demamang lamung langit . Demia mengerti bahwa jika tidak dialu akan ada penyakit yang melanda kampungnya. Jika sudah dialu berarti sudah ada suluk selana (perjanjian) dengan buah itu. Muncullah cerita demamang lamung langit, cerita burung cengkakok, demamang borok, demamang arau, dan banyak ceri ta lain yang diceritakan pada saat ngalu buah. Binatang penyengat pun tidak munc ul, buah-buahan tumbuh, penyakit semparan pun hilang. Selesai musim buah, dipulangnya buah itu. Demia membuat lanting (pondok kecil da ri kayu). Ia kembali mengudang orang untuk bercerita lagi (ceritanya sama dengan ngalu buah). Umpan-umpan (tidak berani disebutkan) itu diletakkan di atas lanti ng dan dihanyut ke sungai. Penyakit semparan pun hilang. (Dio Sarman, 05 Juli 20 11) ***cerita inilah yang menjadi awal diadakannya upacara ngalu buah ketika bunga b uah sudah mulei banyak berkembang, dan mulang buah ketika musim buah sudah aka h abis. Upacara ini bertujuan untuk menghindari penyakit mewabah yang disebut semp aran. (4) ASAL USUL PADI (versi Demamang dan Demia) Pada suatu hari ada 7 bidadari yang sedang mandi di sungai. Tanpa sepeng

etahuan mereka ada seorang demamang (laki laki) yang mengintip mereka. Demamang itu mencuri salah satu pakaian bidadri itu, yang kebetulan adalah milik si bungs u. Setelah mandi, keenam bidadari itu memakai baju dan kembali ke kahyangan. Sem entara si bungsu yang bajunya diambil Demamang tidak bisa kembali lagi. Ketika b ingung hendak kemana, bertemulah bidadari bungsu dan Demamang. Demamang mengajak demia bungsu itu bermalam di rumahnya. Setelah sekian lama tinggal bersama, dem amang dan bidadari bungsu itu akhirnya kawin. Sebelum demia itu kawin dengan demamang, manusia di dunia ini masih maka n arang. Bidadari bungsu ingin makan nasi seperti di langit. Demamang yang bingu ng kemudian memberikan demia baju yang dulu dicurinya di sungai dan demia mengaj ak demamang pergi ke langit untuk meminta benih kepada orang tuanya. Sesampainya di langit, bidadari bungsu ingin minta benih padi kepada orang tuanya. Tetapi t ernyata orang tuanya melarang. Pada waktu itu orang tuanya sedang menjemur benih padi. Maka bidadari bungsu itu menyuruh anjing yang bulunya sedang basah bergul ung di jemuran benih padi orang tuanya. Anjing pun bergulung dan benih padi mene mpel di badannya. Oleh bidadari bungsu dan Demamang benih beras yang menempel di badan anjing itu dibawa turun ke dunia. Sesampainya di bawah, demia dan demamang mulai nebas, nebang, bakar, dan dugal l alu mulai bertanam segala macam padi, karena ternyata benih yang menempel di bad an anjing itu adalah segala macam benih. Setelah sekian lama menunggu, padi yang mereka tanam sudah bisa dipanen. Demia dan demamang sangat senang dengan hasil panen mereka, apalagi demamang yang belum pernah makan nasi. Pada suatu ketika ladang padi mereka diserang oleh babi hutan dan hasil panennya hampir habis. Mereka berdua kembali ke langit untuk menemui orang tua bidadari bungsu. Orang tua mereka pun mengatakan bahwa syarat menanam padi belum diketahu i mereka. Setelah itu orang tua memberikan syarat yaitu mereka harus mengambil p adi biasa dan padi pulut yang setelah dijampi-jampi dihambur di tepi ladang. Bar ulah tanaman mereka terbebas dari serangan binatang. (Dio Sarman, 20 Mei 2011) (5) ASAL-USUL BERAS Semula bentuk manusia tidak seperti sekarang ini, tetapi memiliki punggung yang berbuku-buku seperti duri biawak. Sehingga manusia jaman dulu tidak bisa membawa keranjang di punggung karena duri yang ada di belakang punggungnya. Dulu pula, atung (keranjang) bisa berjalan sendiri. Sementara padi, bijinya besar-besar sep erti buah asam bawang. Jika ingin makan, manusia akan memungut padi, kemudian me netak (memukul pelan sampai pecah) dan memasukkannya ke dalam atung. Sekali mene tak biasanya cukup untuk 2 sampai 3 hari. Suatu hari ada seorang cucu yang bertanya kepada neneknya, berapa canting yang i a harus masak pada hari itu. Tanpa disadari, ada binatang kuwai (sejenis kadal) yang menjawab pertanyaan si cucu. Kuwai menjawab 1 canting - 2 canting sudah cuku p . Seketika, beras ketika ditetak bukan jadi beras, tetapi jadi padi. Kemudian pa di itu ditumbuk, ditampi, baru di masak. Seketika itu pula duri di belakang pung gung manusia hilang dan manusia menjadi berbentuk seperti sekarang. Sementara ku wai itulah yang kini memiliki leher berbuku-buku. (Kumang, 10 Mei 2011) *** katanya, kulit beras (sekam) yang ukurannya sangat besar ada di Dusun Sarek, yaitu di hulu Sungai Kerumai. Sekarang kulit beras itu dikeramatkan dan sudah m enjadi batu. (6) ASAL USUL SUNGAI ROSAN Ada seorang Kakek yang bernama Akek Panau sedang membuat bubu untuk mena ngkap ikan. Ketika sedang membuat bubu tiba-tiba Akek Panau dikejar oleh seekor hewan penyengat yang berukuran sebesar ayam jantan. Karena takut, Akek Panau ber lari, sedangkan si penyengat terus mengejar. Akek Panau mencabut kayu rosan dan dibawa lari. Ketika sudah dicabut, bekas kayu rosan ini berbelok-belok mengikuti kemana Akek Panau pergi dan menjadi sungai Rosan.(Dio Sarman 20 Mei 2011) (7) DEMAMANG TAS (asal-usul kayu belian) Di suatu desa, terdapat sepasang suami istri, keduanya adalah seorang dukun yang paling ampuh (sidi). Suaminya bernama Kakek Aji Mayoti, dan istrnya bernama Nen ek Singa Mentawai. Mereka berdua memiliki tujuh orang anak. Jika seseorang menyu ruh suami mengobati orang sakit, si istri akan menemaninya (sebagai pebayu), beg itu juga sebaliknya. Ketika pulang dari mengobati orang, mereka akan membawakan lauk-pauk dan makanan berupa pulut, babi, ayam, dan lain-lain untuk anak-anaknya

yang menunggu di rumah. Anak-anaknya selalu senang, setiap hari selalu memperol eh makanan tanpa terputus. Pada suatu ketika, mereka berdua pulang dari mengobat i orang tanpa diantar oleh orang yang menjemputnya. Setelah sekian lama berjalan , mereka tidak bertemu rumah dan tersesat di dalam hutan. Di sisi lain, 7 orang anak Aji Menyoti dan Singa Mentawai bingung dan mencari or ang tuanya yang sudah bermingggu-minggu tidak pulang. Kakak tertua di antara mer eka, mengajak adik-adiknya untuk berburu dengan membawa anjing. Setelah siap bek al, merekapun berangkat. Sampai di hutan, anjing menggonggong, dan abang tertua lari ke arah gonggongan a njing karena mengira anjing dapat binatang buruan. Tetapi ketika abang tertua it u melihat yang digonggongi anjing itu buah kayu, maka abang tertua membuangnya. Hari berikutnya, mereka ingin berburu lagi. setelah siap bekal berangkatlah mere ka. Sampai di hutan, anjing menggonggong lagi. Kali ini abang kedua yang mengiku ti arah gonggongan anjing. Ternyata yang digonggongi si anjing adalah buah kayu, dan abang kedua membuangnya. Peristiwa ini terjadi sampai hari ke enam, dan sam pai saudara ke enam yang menemukan anjing menggonggongi buah kayu dan membuangny a. Pada hari ke tujuh, mereka ingin melanjutkan perburuan. Sama seperti hari-hari s ebelumnya mereka berangkat setelah perbekalan dirasa siap. Anjing kembali menggo nggong, dan kali ini adik bungsunya yang mencari apa yang digonggongi si anjing. Ia menemukan buah kayu. Berbeda dengan abang-abangnya, adik bungsu ini mengambi l buah kayu itu. Ke enam abangnya menghampiri si bungsu dan bertanya untuk apa i a mngambil buah kayu itu. Adik bungsunya menjawab hanya untuk mainan. Ia membawa pulang buah kayu itu dan menyimpannya di bawah tangga rumahnya. Keesokan harinya, tumbuh kayu yang bercabang dua di depan rumahnya. Setelah anak -anak ini seharian kebingungan, malamnya si bungsu memimpikan mamak dan bapaknya . Orang tua yang sudah lama dinantikannya itu menjelaskan bahwa kayu itu adalah wujud mamak dan bapaknya yang selama ini menghilang. inilah kayu belian , kata bapa k dan mamak si bungsu itu. Cabang yang menghadap ke arah matahari terbit dapat d igunakan untuk membuat rumah, dan yang menghadap ke arah matahari terbenam digun akan untuk minsan orang mati. Dalam mimpi itu, bapak dan mamak anak bungu itu mi nta untuk kayu terus dipiara dan jangan ditebang sampai besar. Setelah sekian lama, kayu belian itupun besar. Maka ketujuh saudara itu mulai me nebang kayu untuk membuat rumah. Mulai dari tiang, tangga, lantai, sampai atap c ukup hanya dengan satu batang kayu belian itu. Rumah dari belian pun jadi. tetapi masalah lain pun muncul. Penghuni rumah itu s akit bergantian dari abang pertama, kedua, dan seterusnya tidak pernah putus sak it. Mereka pun mengeluh, dulu ketika rumah mereka masih terbuat dari bambu dan a tap rumbia, tidak pernah mereka sakit. Sekarang ketika rumah sudah bagus dari ka yu belian semua, mereka justru tidak pernah sembuh dari sakit. Salah satu dari mereka mimpi. Bahwa ketika mereka membuat rumah tidak ada syarat potong babi, ayam, tuak, dan sebagainya (Pak Ecak) tidak berani menceritakan sy arat-syarat karena barangnya tidak ada), barulah mereka sembuh. Sejak saat itu j ika di jemput, dukun harus diantarkan pulang. (Silvanus Ecak, 9 Mei 2011) ***jika akan membuat rumah, pemilik rumah harus membuat patung dari kayu yang di sebut Akek Riamelana dan mengikatnya di tiang utama di bagian bawah rumah. Orang Batu Laut dikatakan masih menggunakan adat ini. Sementara rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu belian dan penghuninya terkena musibah pernah terjadi di Seng kuang Dauk. (8) BUJANG SEMPARAN (asal-usul ngalu dan mulang buah) Demia, seorang perempuan menikah dengan Bujang Semparan dari bangsa lain . Ia mengikuti suaminya tidak tinggal di dunia. Di tempat suaminya itu, dicukupk an segala-galanya. Segala macam buah-buahan selalu tersedia, dan segala penyakit atau semparan juga tidak ada. Setelah sekian lama ia tinggal bersama suaminya, Demia ingin mengunjungi orang tuanya di dunia. Ia ijin kepada suami dan mertuanya. Baik suami maupun me rtua Demia mengijinkan Demia mengunjungi orang tuanya, dengan catatan jangan mem bawa buah apapun yang ada di sana untuk di bawa ke dunia. Mertua Demia melarang Demia membawa sesuatu dari tempat tinggalnya ke dunia karena merasa Demia tidak

mengetahu syarat-syarat menanam buah-buahan tersebut, Jika tidak ada syarat yang dilakukan, maka penyakit akan banyak bermunculan. Demia pergi ke dunia untuk mengunjungi orang tuanya. Tetapi Demia tidak menuruti larangan mertuanya. Ia mencuri bibit buah-buahan dan menyimpannya di ba wah alat kelaminnya. Setelah sampai di dunia, Demia menanam semua bibit. Bapak d an mamak Demia tidak tahu apa yang ditanam Demia. Setelah sekian lama, bibit yang dulu ditanam Demia mulai tumbuh dan berb unga. Pada musim kemarau, tanaman mulai masak dan berbuah. Demia mengatakan kepa da bapak dan mamaknya, bahwa itulah yang dinamakan buah yang rasanya enak. Semua orang di dunia makan buah dan mulai menanam pohon buah-buahan. Setelah itu munc ullah berbagai macam penyakit atau sampar. Melihat hal itu, mertua Demia turun ke dunia. Ia mengetahui bahwa Demia mencuri bibit buah dari tempatnya dan mengutuk perbuatan Demia. Ia kemudian menj elaskan bahwa untuk menanam buah diperlukan beberapa syarat. Yaitu pada musim bu nga ada sajian dan umpan untuk hantu semparan yang dipercaya datang bersama data ngnya musim buah. Jika bunga sudah habis disiapkan lagi sajian dan umpan hantu s emparan dengan harapan agar hantu itu ikut pulang bersama dengan habisnya musim buah. Setelah tahu syarat menanam buah, orang-orang yang memakan buah mulai sembuh dar i semparan dan sejak itu orang Dayak selalu menyiapkan sajian ketika buah mulai berbunga dan mengembalikan buah-buahan itu dengan cara menghanyutkan beberapa sy arat dalam pondok bambu yang dihanyutkan ke sungai. (Silvanus Ecak, 14 Mei 2011) (9) DEMAMANG KEJADI (asal-usul manusia makan nasi) Pada jaman dahulu manusia belum mengenal nasi, untuk makan sehari-hari m anusia memakan arang. Ada 7 orang demamang (laki-laki) bersaudara. Setiap hari m ereka pergi ke hutan untuk mencari arang. Pada suatu hari, kakak tertua mengajak adik-adiknya mencari kayu benuah (kayu bengkirai) untuk dijadikan arang. Setela h jauh berjalan, mereka menemukan satu buah pohon bengkirai yang sangat besar. S etelah ditebang dan dipotong, kayu bengkirai itu dibagi menjadi tujuh bagian. Se telah semua mendapat bagian, si bungsu ternyata hanya kebagian pokok dahan. Kakak-kakaknya memotong kayu bagian mereka lalu membakarnya untuk dijadi kan arang. Si bungsu yang kebagian pokok dahan tidak bisa membelah kayu bagianny a karena memang pokok dahan itu sangat keras. Si bungsu membawa pulang dahan itu . Setelah sampai rumah, ternyata di dalam pokok dahan itu ada seorang bayi. Saud aranya yang lain tidak percaya bahwa si bungsu menemukan seorang bayi di dalam p okok dahan. Mereka berkata kepada adiknya bahwa jika ia hanya memelihara anak ha ntu, maka si bungsu itu tidak boleh mengikuti mereka. Keenam saudara pergi menin ggalkan si bungsu dan seterusnya makan arang. Pada suatu hari, bayi yang diasuh demamang bungsu itu minta nasi. Bapak angkatny a tidak tahu apa itu nasi. Tetapi bayi itu terus memaksa minta nasi. Bapaknya ke mudian bertanya kepada bayi itu, bagaimana cara membuat nasi. Bayi itu menjelask an bahwa untuk membuat nasi itu harus menebas hutan, menebang, membakar, dan men ugal. Setelah selesai menugal, bayi itu juga minta kepada bapaknya agar badannya dicincang lalu dihamburkan ke ladang yang akan dibuatnya. Bapaknya tentu saja t idak tega jika harus mencincang anaknya. Tetapi si bayi itu memaksa, dan bapakny a akhirnya menurutinya. Si demamang bungsu mencincang tubuh anaknya dan menghamb urkannya ke tanah. Setelah beberapa lama, anak bayi itu masuk ke mimpi bapaknya. Dalam mimpi itu ia menjelaskan bahwa tumbuhan yang panjang seperti galah namanya tebu itu adalah t ulangnya, anak bayi itu melarang bapaknya mencabut tumbuhan yang seperti galah i tu. Ada juga tumbuhan yang buahnya bulat seperti batu, itu namanya keladi, ada j uga yang seperti batu itu namanya keribang dan itu adalah kepalanya. Jika bapakn ya menemukan ada tumbuhan yang daunnya beruas-ruas itu namanya padi yang merupak an darah, jari, dan tulang bayi itu. Jika padi sudah masak dan berwarna kuning, bayi itu menyuruh bapaknya untuk memotong padi, mengambil buahnya, menumbuk, dan memasaknya. Selanjutnya ada juga buah yang bulat itu namanya kondur, yang meray ap itu prenggi, yang kecil itu mentimun, dan sebagainya . Anak itu meminta kepad a bapaknya untuk tidak mencabut tumbuhan yang disebutkan oleh si anak itu. Untuk tumbuhan selain itu berarti boleh dicabut karena itu adalah rumput yang justru

mengganggu tumbuhnya tanaman. Setelah sekian lama, tanaman yang dimaksudkan si bayi itu mulai masak. Suatu har i, bapak anak ini berjalan-jalan ke ladangnya. Ia melihat babi makan batu, ia in gin tahu rasanya dan ia merasakan enak. Ternyata yang dimakannya itu adalah kela di dan keribang. Si bungsu, bapak si bayi yang dicincang itu memotong tanaman yang panjang sepert i galah itu untuk pegangan tangga. Tetapi pada suatu hari ia melihat babi memaka n galah itu. Ia penasaran dengan rasa galah itu,dan setelah ia merasakan ternyat a rasanya segar dan manis. Selanjutnya ia memotong padi, menumbuk, dan memasak p adi sebagaimana yang disuruh oleh anaknya. Setelah masak, bungsu merasakannya da n ia terkejut karena rasanya sangat enak. Setelah sekian lama terpisah, ke enam saudaranya datang ke tempat si bungsu yang ternyata masih hidup. Sampai saat itu keenam saudara si bungsu itu masih makan arang. Ia heran ketika adiknya tidak memakan arang, tetapi memakan barang lain. Ia bertanya, apa yang dimakan si bungsu dan bagaimana cara ia mendapatkannya. Bungsu menceritakan semua, bahwa pada hari terakhir mereka bertemu itu ia menemu kan seorang bayi yang berada di dalam pokok dahan. Ia memelihara bayi itu. Lalu pada suatu hari, si bayi minta nasi. Ia bingung apa itu nasi, bagaimana bentukny a, dan dimana ia dapat memperolehnya. Kemudian bayi itu menjelaskan caranya memb uka ladang dan meminta bapaknya mencincang tubuhnya dan menghamburkannya di lada ng. Lalu keenam saudaranya mencicipi nasi yang sudah dimasak oleh si bungsu. Begitu ia mulai mencicipi sedikit saja nasi, keenam saudara itu langsung mabuk dan tert idur pingsan karena terkejut dengan rasa nasi yang sangat enak. Setelah terbangu n mereka mulai memiliki nafsu untuk makan lagi. Kemudian mereka belajar membuka ladang, lalu menanam padi dan berbagai tanaman lain. Sementara arang yang dibawa keenam saudara itu dirajang dan dihambur, jadilah ketan hitam. Sejak itulah sam pai sekarang manusia mengenal berbagai macam tanaman yang menjadi makanan pokok sampai saat ini. (Silvanus Ecak, 14 Mei 2011) (10) BATU PENGANTIN Pada jaman dulu, ada sepasang pengantin yang pergi ke tepi sungai. Tiba-tiba mer eka melihat ada seekor anjing yang memakai baju. Karena dianggap tidak biasa, se pasang pengantin ini tertawa terbahak-bahak menertawakan anjing itu. Tiba-tiba s epasang pengantin itu berubah menjadi batu karena ternyata anjing yang mereka te rtawakan itu adalah anjing jadi-jadian. Makanya anjing itu berpakaian. (Mutiara Hastuti, 4 Mei 2011) (11) BATU PENGANTIN Pada jaman dahulu ada sepasang pengantin yang baru saja menyelesaikan up acara kawin adat. Mereka berdua mandi di tepi sungai. Tiba-tiba ada seekor katak yang naik ke pangkuan pengantin perempuan. Melihat itu, dengan bercanda pengant in laki-laki bilang hai katak, aku saja belum kok kamu sudah berada dipangkuannya ? . Lalu mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Setelah itu, tiba-tiba turunlah huj an lebat yang disertai petir. Jadilah mereka batu. (Salam Sarman, 15 Mei 2011) *** batu pengantin ada di tepi sungai, di kampung baru Kuala Rosan. (12) BELALANG TENEKOL Ada seorang demia yang sedang pergi merumput, demia itu menemukan seekor belalan g tenekol. Ia menangkap belalang itu dan membawanya pulang. Setibanya di rumah, bapaknya akan pergi berlayar. Sebelum berangkat, bapaknya berpesan kepada demia nong, nanti hati belalangnya ditinggalkan untuk mamak , demia menyanggupi pesan ba paknya. Kemudian bapaknya pun pergi berlayar. Demia mulai memasak belalang. Hati belalang, disisipnya ke atap sesuai dengan pe san bapaknya. Tetapi adiknya terus menangis meminta hati belalang tadi.. Demia k asihan kepada adiknya, akhirnya diambillah hati belalang tadi dan dikasih ke adi knya. Sepulang mamaknya pergi, bertanyalah ibunya. Nong, mana hati belalang untuk mamak? tanya mamaknya. Demia menjawab apa adanya, habis mak, tadi adik nangis ter us . Setelah mendengar jawaban demia, mamaknya kasih susu ke adiknya, ditimang, dipan gku, diciumnya anaknya itu. Lalu mamaknya pergi ke sungai dengan membawa bambu u ntuk masak beras. Sekian lama menunggu mamaknya pulang, anaknya yang kecil mau m enyusu dan terus menangis. Demia menjemput mamaknya di sungai. mak, pulang umak,

demia bukan aku lapar nasi, demia bungsu lapas susu pinta demia kepada mamaknya. Mamaknya menjawab mak umak, ndak mau umak pulang, bo anak mak komponan belalang t enekol . Badan mamak demia sudah tenggelam setengah badan ke dalam batu ganguk. Mak , pulang umak, demia bukan aku lapar nasi, demia bungsu lapar susu demia mengulan gi meminta mamaknya pulang, dan mamaknya kembali menjawab mak umak, ndak mau umak pulang, bo anak mak komponan belalang tenekol . Kemudian badan mamak demia masuk seluruhnya ditelan batu ganguk. Demia dan adiknya pun pulang ke rumah sambil ter us menangis, Bapaknya datang dari berlayar dan melihat kedua anaknya menangis. kenapa kalian b erdua menangis? tanya bapaknya kepada demia. Mamak sudah ditelan batu beganguk, ko mponan hati belalang tenekol jawab demia. Bapaknya terkejut, dan berusaha menenan gkan kedua anaknya. Kalian berdua diam, nanti bapak yang akan mengambil mamak lag i kata bapaknya. Diambil oleh bapaknya kapak dan palu, dan pergilah bapak ke batu ganguk. Ketika sampai, badan mamak demia sudah tidak tampak. Hanya ada batu beg anguk itu sendiri. Bambu dan beras yang dibawa mamak tadi masih saja tetap disit u. Lalu diambil oleh bapak kapak, dikapaknya batu itu dan batu itu terbelah. Dil ihatnya berkapar tulang istrinya. Diambil oleh bapak tulang istrinya dan dicuci. Tulang istrinya itu dibawa pulang ke rumah Sesampainya di rumah, tulang istrinya tadi ditumbuknya sampai halus jadi tepung. Kemudian, bapaknya mengambil bambu patah bergoyang, diisinya dengan air sungai berulang-ulang . diambilnya kencur ulang, jerengau ulang, lalu dimasaknya ke dal am bambu itu (patah bergoyang). Ditetes ke kaki lalu berkaki, ke lutut jadi lutu t, perut jadi perut, dada jadi dada, tangan lalu bertangan, ke kepala lalu berke pala. Tetes ke hidung lalu berhidung, tetes ke mulut, lalu mamak itu menguap. Aha m.. tidak nyaman tidur siang nyaman tidur malam . Suaminya menjawab, kamu bukan tid ur tetapi kamu mati ditelan batu ganguk. Menyadari apa yang terjadi, mamak demia langsung mengambil kedua anaknya dan digendong, dipeluk, si bungsu disusunya, k emudian masak nasi dan sayur untuk anak dan suaminya. (Maria Cos, 21 Juni 2011) ***komponan adalah bencana yang menimpa seseorang karena orang itu tidak cempali k, yaitu memakan sesuatu yang ditawarkan oleh orang. Jika apa yang diberikan ole h orang lain tadi gagal dimakan, maka orang itu akan komponan. Minimal adalah me nyentuh apa yang ditawarkan tadi. Cempalik ini masih sangat kuat dipercaya oleh orang Dayak Kancing k, begitu juga oleh orang Melayu di Kuala Rosan. (13) BOYOK DAN BIAWAK Pada suatu hari, si boyok (kera) berteriak bertanya siapa yang menjaring ikan dengan keranjang bambu atau tanggok penangkap ikan woh, siapa nanggok di si ni? tanyak si Boyok. aku kata si biawak. Ke hilir ke hulu, ke hilir ke hulu biawak nanggok. heh, kepala seperti baji, ekor seperti gergaji, perut seperti kecapi kata boyok kepada biawak. heh, nanti kau rasa kata biawak. Beberapa hari berikutnya, boyok nanggok . ke hilir ke hulu, ke hilir ke hulu. hoh, siapa nanggok? tanya biawak. Aku jawab Boyok. heh, kepala rupa tungku, mat a temenang calo, perut rupa labu, tangan rupa sendok, ekor rupa paku kata Biawak menghina Boyok. huh , siapa yang mengajari kamu? tanya si Boyok. San Pipit , jawab si B iawak. Boyok menyuruh hari cepat malam, ketika sudah malam si Boyok langsung memanjat p ohon pinang. Ia lalu memakan burung pipit satu persatu. Boyok, selalu menyimpan makanan di bawah mulutnya terlebih dahulu baru dimakan dan ditelannya. huu..hh.. huuhh.. kata Boyok. Biawak yang melihat boyok makan burung pipit menjadi kasihan kepada pipit. Ia mencari akal bagaimana pipit bisa lepas dari mulut boyok. Biawa k ingat bahwa boyok suka berteriak. Kemudian Biawak menyeru kepada Boyok bersorak san, bersorak . huuuuhh.. huuuhh.. kata Boyok. lebih keras San, lebih keras, teriak l agi san .kata Biawak lagi. hu hu . Teriak Boyok lebih keras lagi, dan burung pipit pun t erbang dari mulut Boyok. (Kumang, 21 Mei 2011) ***tanggok adalah keranjang bambu yang bentuknya panjang ke bawah dan digunakan untuk menangkap udang, ikan, kepiting dan binatang lain yang ada di bawah daun-d aun di sungai. Cara menangkap binatang dengan tanggok adalah dengan memasukkan d aun-daun di sungai itu ke dalam tanggok, kemudian membuang daun-daun itu satu pe rsatu. Biasanya, binatang-binatang sungai itu akan tertinggal di tanggok setelah daun-daunnya dibuang. Nanggok masih sering dilakukan masyarakat Dayak Kancing k d i Lubuk Piling.

BUJANG SEMBAYAN Bujang Sebayan adalah seorang laki-laki dari dunia yang lain dengan manu sia. Pada suatu hari ia pamit kepada ibunya, aku mau pergi berjalan lihat keramai anak manusia , ibunya bilang jangan, kita sudah lain dunia . Bujang Sembayan bilang, dia tidak ingin mengacau anak manusia. tetapi ia hanya ingin melihat keramai du nia manusia. Ibunya pun tidak punya alasan untuk mencegahnya. Maka Bujang Sembay an pun pergi ke dunia manusia. Ketika sampai di suatu kampung di dunia manusia, ia melihat ada demia tujuh bera dik yang sedang menumbuk padi. Salah satu dari mereka ada yang alunya bersenggol . Demia itu latah, yaitu demia bungsu bolai belaki yang latah bersuami tidak bers uami aku nunggu bujang sembayan . Padahal dia tidak pernah melihat bujang sembayan . Mendengar adiknya latah, kakaknya ada yang bertanya kenapa kau latah begitu? , ta nya kakaknya. Demia tujuh beradik itu tidak tahu bahwa di belakang mereka ada Bu jang Sembayan yang juga mendengar latah si demia bungsu. Bujang Sembayan pun ber tanya mengapa kau latah begitu tanya Bujang Sembayan. Belum sempat demia menjawab, Bujang Sembayan melanjutkan berbicara aku di sini, Oh kalau gitu kita nikah saja , aku bujang sembayan . Demia yang sudah terlanjur berucap bersedia kawin dengan Bujang Semboyan. Tanpa meminang, tanpa bebarok mereka berdua langsung hidup ber sama. Setelah hidup bersama sekitar 2 -3 bulan. bujang sembayan ingin pulang ke rumah orang tuanya. Istrinya pun mengikuti suaminya yang katanya ingin pulang ke rumah orang tuanya. Setelah lama berjalan, sampailah mereka pada sebuah pondok di uju ng jalan. Kamu tunggu di sini , kata Bujang Sembayan ke istrinya. Sementara Bujang sembayan terus berjalan. Sampai di rumahnya, Bujang Sembayan membersihkan rumahn ya yang sudah lama ditinggalkannya. mengapa kamu situ? kata seseorang yang manggil demia. Aku istri bujang sembayan , kat a demia. Aku mau pulang, Bujang Sembayan sudah lama tidak pulang ke rumahnya. Ia ingin bertemu dengan orang tuanya kata demia bungsu lagi. Oh, kamu istri bujang se mbayan? mengapa kau mau dengan bujang sembayan? Bujang sembayan itu orang mati ka ta orang itu. Demia hanya terdiam mendengar perkataan orang itu. Kamu jangan mau dikuli bujang sembayan. Bujang sembayan itu hantu. Bukan manusia, sebaiknya kamu pulang . pesan orang tua itu. Orang itu juga berpesan agar sesampainya demia bung su di rumah, berajah bersilih. Kalau tidak gitu, kamu mati. Diambilnya semangat k amu . Kata orang tua itu tadi sebelum ia pergi. Demia merasa takut, kemudian ia pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, demia bungsu cerita pada kakaknya. Ia menceritakan semua, bahwa ia harus berajah bersi lih. Kalau tidak begitu, semangatnya akan diambil oleh Bujang Sembayan yang tern yata adalah hantu. Lalu kata kakaknya yang enam beradik mengikuti saran orang tu a itu untuk berajah. Mereka mengambil bambu, masak pulut, potong ayam 3 ekor, me reka berajah suami istri, 3 buah cerita engkata. Setelah selesai bercerita, raja hnya disimpan di simpang jalan. Tidak lama setelah berajah, datanglah Bujang Sembayan ke jalan tempat istrinya t adi menunggu. Dilihatnya istrinya. Aku sudah membersihkan rumah, ayo kita pulang , ajak Bujang Sembayan kepada demia bungsu. Pulanglah mereka berdua suami istri. i tu Sampai di rumah, ayo kita mandi ajak Bujang Sembayan. Aku tidak mandi, badan aku tidak enak rasanya mau demam. Kalau aku mandi, nanti aku sakit jawab demia menol ak ajakan suaminya. Istrimu suruh makan, dari tadi dia tidur terus dan tidak maka n , kata ibu Bujang Sembayan. Dibangunkanlah istrinya. Makan saja kalian, aku malas makan, badanku kurang enak demia bungsu menolak lagi ajakan suaminya untuk makan . Sudah tidur bermalam-malam demia bungsu itu, sampai tumbuh matahari. Istrimu d ibangunkan lagi, tidur bermalam-malam tidak bangun, mungkin badannya yang kurang enak jadi melarat (sakit kuat). Lalu dilihatnyalah istrinya itu di dalam kelamb u, rupanya, istrinya sudah ngelepet tidak ada tubuhnya dan menjadi rajah (patung dari tepung). Oh, ini rajah, bukan manusia kata Bujang Sembayan melihat tubuh ist rinya sudah tidak ada dan ternyata hanya sebuah patung dari tepung. Makanya, ibu melarang kau naik ke tempat anak manusia, anak manusia pandai berajah bersilih. Kalau tidak gitu, semangatnya kita ambil. Kalau gitu jangan kita ganggu lagi mer eka . (Silvanus Ecak, 24 Juli 2011). *** kisah ini biasa diceritakan ketika engkata dalam berajah, yaitu membuat patu ng dari tepung berjumlah dua yang melambangkan laki-laki dan perempuan. Tujuan d

(14)

ari berajah adalah untuk buang sial. Berajah selalu diadakan setelah gawai. Sela in itu, berajah juga dilaksanakan jika seseorang mimpi buruk atau sakit terus-me nerus. (15) BURUNG CENGKAKOK Pada suatu hari, burung cengkakok yang berukuran kecil diangkat menjadi raja hut an karena bisa menimang buah. Tetapi pengangkatan ini tidak diterima oleh burung enggang. Ia merasa dirinya lebih cocok menjadi raja hutan dari pada burung ceng kakok karena badannya yang besar dan suaranya yang keras. Akhirnya seluruh isi h utan pun memutuskan untuk mengangkat burung enggang dan memberhentikan burung ce ngkakok. Burung cengkakok pun akhirnya pergi ke pulau Jawa dengan menempuh perja lanan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan sampailah ia di pulau Jawa. Ketika burung cengkakok sudah pergi dari pulau Kalimantan, berdirilah burung eng gang sebagai raja. Untuk pertama kalinya, ia mengeluarkan suaranya yang sangat k eras. Seketika semua daun, bunga, dan buah yang ada di hutan itu gugur karena su ara burung enggang yang seperti guntur. Penghuni hutan pun bingung karena buah-b uahan itu tidak mau tumbuh lagi. Mereka pun mengadakan rapat bersama. Mereka men yadari bahwa yang bisa menimang buah hanya burung cengkakok. Maka mereka memutus kan untuk menyuruh kupu-kupu menjemput burung cengkakok ke Jawa. Kupu-kupu dipil ih karena dia bisa singgah di buih laut tanpa tenggelam. Berangkatlah kupu-kupu ke tanah Jawa. Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang, sampailah kupu-kupu di pulau Ja wa. Ia melihat pulau Jawa sangat subur. Apapun yang ditanam akan tumbuh dengan b agus. Kupu-kupu menyampaikan maksud kedatangannya kepada kepada burung Cengkakok dan meminta burung cengkakok bersedia pulang ke Kalimantan. Burung cengkakok ti dak mau pulang, tetapi ia memberikan sebuah telur untuk dibawa kupu-kupu pulang ke Kalimantan. Maka pulanglah kupu-kupu ke Kalimantan. Di perjalanan, telur burung cengkakok itu jatuh ke pohon buah maram yang berduri tajam. Seluruh warga hutan tidak ada yang berani mengambilnya, hanya tupai yang berani ke sana dan mengambil telur itu. Tidak lama kemudian, telur pun menetas dan anak burung cengkakok itu mulai berkicau menimang buah. Buahpun mulai berbun ga, berbuah dan akhirnya masak. Sebagai imbalan, jika musim buah telah tiba maka tupai akan lebih dulu kenyang buah dibanding penghuni hutan yang lain. Karena burung cengkakok yang ada di Kalimantan hanyalah anak dari burung cengkak ok yang ada di Jawa, maka sampai sekarang Jawa masih sebagai pemasok utama makan an di Kalimantan. Terutama beras dan rempah-rempah. (Nek Gulek, 24 Mei 2011) (16) BURUNG CENGKAKOK Burung cengkakok adalah burung yang biasanya berbunyi pada malam hari. K ata orang tua jaman dulu, burung cengkakok selalu berbunyi setiap malam. Pada s uatu hari, ada seorang bapak yang marah kepada burung cengkakok karena anaknya t idak bisa tidur mendengar suara burung cengkakok. Bapak itu kemudian menangkap d an mematahkan kaki burung itu. Karena sakit hati, burung cengkakok lalu lari mel ewati laut. Ketika dalam perjalanan, ia terjatuh di pohon maram. Tupai menolong dan merawat dia sampai sembuh, dan burung cengkakok kembali meneruskan perjalana nnya menuju tanah Jawa. orang pun su Selama beberapa tahun, buah - buahan tidak ada yang berbuah. Orang sah karena tidak ada buah. Hal ini terjadi karena biasanya burung cengkakok lah yang menimang buah agar buah menjadi lebat. Akhirnya semua binatang dan manusia ingin burung cengkakok kembali lagi. Karena menuju Jawa harus melewati laut, mak a mereka sepakat menyuruh kupu kupu untuk menjemput cengkakok dan memintanya unt uk menimang buah lagi. kupu kupu dipilih karena ia bisa singgah di buih laut seh ingga ia tidak akan tenggelam. Ketika sampai tanah Jawa, burung kupu kupu bertemu dengan burung cengkakok. Ia m enyampaikan bahwa di kampung buah buahan tidak mau berbuah. Semua manusia dan bi natang bingung karena tidak ada buah yang bisa dimakan. Kupu kupu meminta cengka kok pulang. Awalnya burung cengkakok tidak mau pulang. Kupu kupu memberikan hadi ah bahwa jika pohon sudah mulai berbuah, maka burung cengkakok lah yang boleh me ngurus untuk pertama kali. Cengkakok bersedia, tetapi ia minta syarat lagi yaitu jika musim buah tupai lah yang harus dijamin dulu untuk makan buah karena dulu tupai yang menyelamatkan cengkakok ketika terjatuh dalam perjalanan menuju Jawa. Setelah disetujui, burung cengkakok pun pulang.

Burung cengkakok menimang buah siang dan malam. Dia akan berbunyi kang kang kuk, kang kang kuk. Jika sedang menimang buah, burung cengkakok akan mengangkat satu kakinya yang pernah patah. Pohon pun berbunga, setelah itu berbuah. Sebelum sem ua memakan buah, burung cengkakok dan tupai akan kenyang buah terlebih dahulu. K etika mulai berbunga, maka orang Dayak Kancing k akan melakukan upacara menyambut bunga dan diulangi pada waktu berbuah. Setelah buah masak, diadakan upacara mula ng buah dengan dihanyutkan disungai atau ajung. (Kumang, 17 Mei 2011) *** lagu burung cengkakok, menurut orang Dayak adalah : Nyayompang bintang kajuragan Singgah saban temiang gak lontor, temiang Buluh ayu, hulu baromadan, hulu Osing pinggan benyawai gak layok bonyawai (17) BURUNG RUWAI DAN BURUNG BUBUT Pada suatu hari, burung ruwai dan burung bubut bertemu di hutan. Burung ruwai mengajak burung bubut untuk melukis bulu secara bergantian. Burung bubut m au, dan mulailah burung bubut melukis bulu burung ruwai. Berhasillah dilukis bul u burung ruwai itu secara indah seperti batik. Ketika sampai giliran burung ruwa i yang melukis bubut, burung ruwai bingung karena ternyata dia tidak bisa meluki s. Sebagai penggantinya, maka burung ruwai makan sirih pinang dan disemburkan ke burung bubut. Burung bubut marah kepada burung ruwai dan berjanji tidak akan pe rgi ke rimba lagi. Maka sampai sekarang burung ruwai berbulu bagus sementara sem ua bulu burung bubut berwarna merah bata. Burung ruwai masih ada di rimba sement ara burung bubut hanya ada di bawas. (Dio Parman, 20 Mei 2011) (18) KUCING DAN TIKUS Pada suatu hari, mamak tikus berpesan kepada burung telekup. telekup, oh telekup, tolong asuh anakkua, aku mau merumput kata tikus kepada burung telekup. Mendenga r tikus menyuruhnya menjaga anaknya, burung telekup pun menyanggupinya. Burung t elekup menjaga anak tikus, dan mamak tikus pun merumput. Tetapi belum lama mamak tikus pergi, ia mendengar anaknya menangis. Ia lalu bertanya kepada telekup oh t elekup, kenapa anakku menangis? . Burung telekup menjawab anak tikus ingin bergelan g . oh, ambilkan di pejoring (tempayan untuk menyimpan perhiasan) kata tikus. Burung telekup pun mengambil gelang di pejoring. Padahal anak tikus tadi menangis kare na burung telekup mematuknya. Tidak lama, mamak tikus kembali mendengar anakya menangis. Burung telekup mematu k lagi anak tikus itu agar menangs. oh, telekup, kenapa anakku menangis? tanya mam ak tikus. anak tikus mau berbaju jawab telekup. Mamak tikus menyuruh telekup menga mbilkan baju untuk anaknya di dalam peti. Burung telekup terus mematuk anak tiku s sampai menangis dan berkata kepada mamaknya bahwa anak tikus ingin berkalung d an bercincin. Mamak tikus pun menyuruh burung telekup mengambilkannya di pejorin g yang lain. Setelah mendapatkan baju dan perhiasan, burung telekup pun lari. Mamak tikus pulang dari merumput. Ia melihat anaknya kelelahan karena terus dipa tuk oleh burung telekup. oh, rupanya begini burung telekup disuruh mengasuh. Ia s udah bohong . Mamak tikus memutuskan untuk berdukun. Mamak tikus mendatangi dukun kucing burik. bagaimana san? tanya tikus kepada kucing. ambillah jarai (tempat oran g membawa kayu), lalu masukkan aku dan anakmu ke dalamnya kata kucing. Kucing kemudian bernyanyi bang kedobang tangkap tolan, birang-birang mulutku kala , bulu-bulu taiku kala kucing bernyanyi. Anak tikus di dalam jarai itu menangis k eras. Tetapi kucing menenangkan diam nong, diam . Lalu diam semua anak tikus di dal am jarai tadi tanpa suara. Kucing langsung meloncat dari dalam jarai untuk memak an induk tikus. Rupanya anak tikus tadi sudah habis dimakan kucing. Induk tikus pun sudah dimakan juga oleh kucing. Lalu kucing memburu semua tikus sampai ia me nemukan tikus yang sedang hamil dan minta untuk tidak dibunuh. Kucing pun tidak membunuh tikus yang sedang hamil itu. Dari tikus yang hamil dan anaknya itulah s ampai saat ini tikus masih ada dan tidak pernah habis. (Kumang, 21 Mei 2011) (19) DEMAMANG ARAU Ada demamang tujuh beradik, salah satu dari mereka mengajak saudaranya menyiang pohon tapang. Saudara-saudaranya pun setuju, dan berangkatlah mereka menyiang po hon tapang di hutan. Rupanya, di pohon tapang yang akan disiang itu ada sarang p enyengat (lebah). Salah satu saudaranya mengajak saudaranya mengambil sarang leb ah itu. Mereka membuat bambu sebagai tangga untuk naik ke atas pohon, ke tempat

sarang itu. Ketika demamang tujuh beradik itu sibuk membuat tangga untuk mengambil sarang le bah, datanglah dua hantu yang melihat kesibukan demamang tujuh beradik itu. Kata hantu itu, demamang-demamang itu akan naik pada dahan itu, mengambil sarang penye ngat itu, dan akan jatuh ke sini, tapi kalau mereka tidak tahu maka mereka akan mati di tangan kita . Hantu yang satunya lagi berkata tetapi jika mereka tahu beraj ah bersilih berponti bertula, mereka akan selamat . Percakapan dua hantu ini didengar oleh demamang bungsu, dan menyampaikan apa yan g didengarnya kepada saudara-saudaranya. jika memang demikian, maka kita tidak bi sa sembarangan, kita harus berajah kata demamang sulung. Saudara-saudaranya pun j uga berpendapat sama. Akhirnya demamang tujuh beradik ini berajah. Menyiapkan du a patung dari tepung dan syarat-syarat lainnya untuk memperkuat semangat. Setelah berajah, demamang sulung pun naik ke atas dahan. Di sisi lain, hantu ara l menunggu di bawah pohon. Demamang sulung itu sudah ada di atas pohon tapang. K etika tangannya bersiap mengambil srang lebah, ia terjatuh ke bawah. sudah jatuh satu kata hantu aral yang ada di bawah pohon. Melihat saudara sulungnya mati, nai klah saudara kedua. Tetapi ia terjatuh dan mati juga. Akhirnya naiklah satu per satu demamang ini secara berurutan sampai ketujuhnya meninggal. Oleh hantu aral , jasad demamang tujuh beradik ini diambil dan dibawa pulang. Hantu aral menidurkan jasad-jasad demamang tujuh beradik itu di rumahnya. Ketika ia melihat tujuh jasad itu, rupanya jasad itu sudah berubah menjadi tepung. bera rti anak manusia ini sudah pandai dan tahu syaratnya, berarti kita tidak bisa be rbuat macam-macam dengan mereka , kata hantu aral yang satu. Itu juga yang sudah d isampaikan orang tua hantu itu, bahwa anak manusia itu sudah tahu dan pandai ten tang syarat apa yang harus mereka lakukan. Bukti bahwa manusia pandai adalah adan ya hati ayam, beras, tepung, kain hitam di situ, kalau demikian kita tidak bisa mengganggunya kata hantu aral itu. (Dio Parman, 18 Juli 2011) *** Cerita ini diceritakan saat musim buah, dalam acara ngalu ataupun mulang bua h. (20) DEMAMANG BOKAP Ada demamang tujuh beradik yang bersiap menyambut musim gawai. Tetapi mereka tid ak memiliki lauk, dan mereka memutuskan untuk mencari lauk. Bagaimana kalian akan mencari lauk, kalian kan buta semua? , kata mamak mereka. Tidak apa-apa mak, akan kami coba , kata demamang sulung. Demamang tujuh beradik ini pun turun dari rumahn ya dengan betali tenteng (bergandengan tangan) pergi berburu. Jalan lah mereka k e dalam hutan. Pada satu saat, mereka harus menyeberangi sungai. Demamang Sulung yang berjalan di depan menginjak batu, dan terpeleset. Ia berpesan kepada saudara-saudaranya u ntuk berhati-hati karena ia sudah terpeleset. Demamang yang lain pun juga terpel eset karena menginjak batu itu, kecuali demamang bungsu. Ketika ia akan menginja k batu itu, ia meraba dulu batu itu. Ini bukan batu bang, tapi labi-labi kata dema mang bungsu kepada saudara-saudaranya. Akhirnya demamang bungsu pun menangkap la bi-labi (sejenis penyu) itu dan memasukkannya ke dalam penangkin. Dapat satu , kata demamang tujuh beradik ini. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Di dalam hutan, mereka mendirikan pondok. Di sanalah, labi-labi itu dikerja (dib ersihkan untuk dimasak). Rupanya di dalam perut labi-labi itu terdapat telur ber jumlah tujuh butir, pas sesuai jumlah mereka yang bertujuh. Akhirnya mereka mema sak daging labi-labi dan juga telurnya. Ketika mereka akan memakannya, ternyata ada borok (kera) di belakang si demamang bungsu. Demamang sulung menghitung juml ah telur itu, satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, pas kata demamang sulung. Maka dibagilah telur itu ke saudara-saudaranya. Telur bagian milik demamang bungsu diambil oleh borok dan ditukarnya dengan buah terung masam. kenapa telur saya masam? tanya demamang bungsu kepada saudara-sauda ranya. telur kami tidak masam , kata saudara-saudaranya. Coba dihitung lagi , kata dem amang bungsu. Telur-telur itu dikembalikan, dan kembali dihitung. Tetapi jumlah hitunganya tetap tujuh. Sampai akhirnya demamang bungsu menyentuh borok yang ada dibelakangnya. Ia rasa, ada benda berbulu. Ini borok , kata demamang bungsu. Demam ang yang lain pun membantai borok itu dan matilah ia. Hilang kisah demamang tujuh beradik, timbul cerita mamak mereka di rumah. Ketika mamak itu ditinggal demamang bokap (buta) tujuh beradik itu cari lauk, datangla

h hantu bukong tujuh beradik yang ingin mengambil bapak dan mamak mereka di ruma h. Hantu bukong ini mengambil bapak dan mamak mereka, dan mengikatnya di bawah j urung. Hantu bukong berencana akan membunuh bapak dan mamak demamang bokap ini u ntuk dimasak dan dijadikan lauk untuk mereka bergawai. Diamlah bapak dan mamak d emamang bokap itu di bawah jurung (tempat menyimpan padi). Mereka berharap semog a demamang bokap segera datang. Di sisi lain, demamang bokap yang mendapat borok tadi sedang mengerja borok. Dar i borok itu dibuatlah tulang sebanyak tujuh butir. Demamang tujuh bersaudara itu memakan tulang borok dan telur labi-labi yang sudah dibagi sebelumnya. Rupanya di demamang bungsu memakan tulang borok sambil memainkannya di mulut. Tanpa seng aja, tulang itu tertelan. Demamang bungsu pun tersedak. Mendengar adiknya tersed ak karena tanpa sengaja menelan tulang borok, saudara yang lain menepuk-nepuk pu nggung demamang bungsu itu. Ketika punggungnya sudah ditepuk, keluarlah tulang i tu dari mulut demamang bungsu. Ternyata, bersamaan dengan itu matanya tidak buta lagi dan dapat melihat dunia. saya tampak melihat dunia , kata si demamang bungsu. kenapa kau bisa begitu? tanya de mamang yang lain. karena saya memakan baran itu tadi , kata demamang bungsu. kalau b egitu, biar saya ikuti kata saudaranya yang lain. Saudara yang satu menelan tulan g borok itu dan tersangkut. Kemudian setelah ditepuk punggungnya keluarlah tulan g itu dari dalam mulutnya dan seketika itu ia tidak buta. Semua demamang melakuk an hal yang sama dan akhirnya semua tidak lagi buta. baiklah, karena kita sudah tidak buta lagi, sebaiknya kita berbagi bukit untuk be rburu kata demamang sulung. Demamang yang lain pun setuju. Tetapi demamang bungsu tidak setuju karena ia merasa hatinya tidak enak. Demang bungsu mengajak saudar a-saudaranya pulang untuk melihat mamak dan bapaknya. Ia sudah merasa cukup deng an membawa pulang daging borok dan labi-labi. Keenam saudaranya pun setuju, dan mereka semua pun pulang. Sesampainya di rumah, demamang tujuh beradik ini melihat bapak dan mamaknya tida k ada di rumah. Ia melihat padi yang dijemur tidak diangkat, kain yang dijemur j uga tidak diangkat. Mereka sadar bahwa bapak dan mamaknya tidak ada. mungkin diam bil hantu bukong , kata mereka. Demamang tujuh beradik ini memutuskan untuk membua t mandau. Setelah Mandau jadi, mereka pun turun untuk ngayau. Berjalanlah demamang tujuh beradik ini pergi ngayau. Sampai akhirnya mereka bert emu dengan bapak dan mamak mereka di bawah jurung. Mereka membebaskan bapak dan mamaknya, kemudian membawa keduanya pulang. Mamak dan bapak hantu bukong justru dibunuh oleh demamang tujuh beradik ini. Ketika hantu bukong pulang, mereka melihat bapak dan mamak mereka sudah mati. Me reka pun berkata jika anak manusia tidak tahu pandai, kita akan berjaya dan memak an mereka, tetapi kalau mereka tahu, setiap tahun mereka akan nyapat taun baru s ebagai tanpa sapat (pergantian tahun) dan engkata yang mengambil orang empat, po tong babi dan potong ayam . Rupanya, demamang bokap mendengar perkataan hantu bukong ini dan memutuskan berg awai. Demamang bokap potong babi, potong ayam, mengundang empat orang untuk engk ata demamang bokap, dan membuat ponti yang diantarkan ke jalan pokok. Hantu bukong menangkap manusia dan mengikatnya di kolong jurung. Tetapi ketika i a akan membunuhnya, yang dilihat adalah kayu ketimang, kumpang, dan lain-lain ya ng berjumlah tujuh. manusia sudah pandai, kita tidak boleh mengacau mereka, merek a sudah memberi kita makan. Jangankan yang sakit jadi sembuh, yang mati pun bis a kembali hidup kata hantu bukong itu. Hantu bukong tidak jadi gawai, dan demaman g bokap lah yang jadi gawai. (Dio Parman, 23 Juli 2011) *** cerita ini diceritakan ketika engkata nyapat soa atau gawai (21) DEMAMANG BOYOK Ada kakak-beradik perempuan yang masing-masing telah bersuami. Keduanya juga telah memiliki satu orang anak laki-laki yang sudah dewasa. Pada suatu hari , suami dari kakak ingin mengajak suami adiknya pergi berburu di hutan. Maka ia menyuruh anaknya untuk pergi ke rumah pamannya dan mengatakan bahwa ayahnya ingi n mengajaknya berburu. Maka berangkatlah anak itu ke rumah pamannya. Rumah paman nya itu agak jauh tempatnya. Ketika sudah sampai di rumah pamannya, ia mengataka n maksud kedatangannya bahwa ayahnya yang sudah lama tidak berburu ingin mengaja k paman dan anaknya untuk berburu bersama.

Si paman menerima ajakan keponakannya itu dengan senang hati karena ia s edang tidak mengerjakan ladang dan musim gawai pun juga sedang tidak ada. paman menyuruh keponakannya itu untuk kembali pulang dan menyuruh ia dan ayahnya untuk pergi ke hutan dulu. Nanti ia akan menyusul bersama anaknya. Pulanglah anak itu ke rumah. Sesampainya di rumah ia mengatakan kepada a yahnya bahwa pamannya ingin mereka berangkat dulu dan membuat pondok. Nanti pama n dan sepupunya akan menyusul. Maka berangkatlah mereka berdua. Sementara paman dan anaknya pun berangkat juga. Ketika belum jauh perjal anan, paman teringat bahwa pisau rautnya lupa dibawa. Maka kembalilah mereka ke rumah. Dari bawah rumahnya, paman berteriak kepada istrinya untuk mengambilkan p isau rautnya yang ketinggalan. Dari atas rumah, istrinya melemparkan pisau raut itu dan mengenai dada suaminya. Suami pun mati. Ayah dan anak yang berangkat berburu lebih dulu itu telah sampai di hut an. Mereka mendirikan pondok. Tidak lama setelah pondok berdiri, datanglah paman dengan anaknya. Karena hari sudah malam, mereka berempat pun istirahat di pondo k itu. Keesokan paginya, mereka pun lapar dan ingin memulai berburu. Kakaknya m encari buruan ke arah matahari terbit dan adiknya berburu ke arah matahari terbe nam. Sementara dua anak mereka berada di pondok dan tidak ikut berburu. Sepening gal ayah mereka, si adik terus mengejar abang sepupunya. Karena takut, abangnya itu lari dan bertanya kepada adik sepupunya kenapa ia selalu mengejarnya. Adik p un menjawab bahwa ia ingin meminta hati kakaknya. Karena takut, kakak meraih kay u peyumbun. Ternyata adik sepupunya takut dengan kayu peyumbun. Ia meminta kakak nya meletakkan kayu itu, tetapi kakaknya tidak mau. Setelah berburu cukup lama, datanglah ayah mereka berdua. Si abang menda pat binatang jangkit dan si paman (adik) mendapat binatang boyok. Ketika sampai di pondok, si paman mengeluh demam dan ia menyuruh kakak ipar dan anaknya untuk pulang dulu dan membawa boyok miliknya. Alasannya karena boyok lebih besar darip ada jangkit. Maka pulanglah ayah dan anak yang pertama. Dalam perjalanan pulang, mereka menemukan bekas daun yang baru saja dipe tik orang. Tetapi mereka tetap melanjutkan perjalanan. Mereka menemukan pula ora ng yang baru saja merebus tengkawang untuk membuat peti mati. Di bawah jurug (lu mbung) ada orang yang sedang membuat peti mati. Si ayah yang masih membawa penga mbin atau kerangjang gendong yang berisi boyok dan anaknya kebingungan siapa yan g mati. Akhirnya mereka tahu bahwa yang mati adalah pamannya yang mereka tinggal di hutan. Mereka pun sadar bahwa yang mengikuti mereka berburu adalah dua orang hantu yang menjelma menjadi paman dan anaknya. Si ayah pun naik ke rumah untuk melihat mayat adik iparnya. Tiba-tiba dari keranjangnya muncul belalang yang mas uk ke hidung mayat adik iparnya. Kemudian adik iparnya itu hidup kembali. Boyok yang dititipkan ke abangnya itu adalah semangatnya yang berubah menjadi belalang dan masuk kembali ke dalam tubuh si adik ipar. Sejak saat itu, adik ipar itu be rnama Demamang Boyok. (Silvanus Ecak, 22 Mei 2011) ***Orang Dayak tidak boleh berjanji akan menyusul ke hutan jika ada orang yang b erangkat lebih dulu. Sampai saat ini, kayu peyumbun digunakan untuk mengobati pe nyakit karena mereka percaya hantu takut dengan kayu ini. Hantu benturun dicerit akan pernah ada di Kerawang sekitar 15 tahun yang lalu dan berhasil dibunuh. Tet api hantu benturun di Kerawang itu menyamar sebagai suami seorang perempuan yang masuk ke dalam kamar untuk dan tidur bersama anaknya. Setelah suami aslinya dat ang, hantu benturun itu dibunuhnya dan bentuknya seperti anjing. Saat ini, orang tersebut masih hidup dan tinggal di Kerawang. (22) DEMAMANG BUNUT Ada Demia (perempuan) tujuh beradik menanggok (mencari ikan) di sungai. Demia pe rtama nanggok,bukan dapat ikan tetapi dapat buah yang belum tahu buah apa itu. D emia pertama membuang buah itu. Demia kedua juga nanggok, sama seperti Demia per tama bukannya dapat ikan tetapi dapat buah dan membuangnya. Berturut-turut seper ti itu, sampai Demia yang Bungsu (Demia ketujuh) yang ketika nanggok ia juga dap at buah, bukan ikan. Tetapi berbeda dengan kakak-kakaknya, Demia ketujuh tidak m embuang buah itu, tetapi mengambil dan membawanya pulang. Kakak-kakaknya menegur Demia Bungsu yang membawa pulang buah itu (buah Bunut), ke napa kau membawa pulang buah itu? Itu buah untuk mainan anak kecil . Tetapi Demia

Bungsu tidak perduli dan ia memasukkan buah Bunut itu ke dalam jarai-nya. Sesamp ainya di rumah, Demia Bungsu meletakkan jarai berisi buah Bunut itu di atas temp at tidur. Demia pun tidur. Pada malam pertama, keluar orang laki-laki dari dalam buah itu. Demamang dari da lam buah itu pergi ke sungai untuk mandi. Ia melihat banyak sekali ikan di sana. Ia menangkapnya dengan memakai jala dan membawa pulang ikan itu. Ia menyiapkan beras dan bumbu untuk masak ikan. Setelah siap, ia mengambil kasai (seperti kuny it tetapi tidak bisa dimakan) dan menumbuknya dengan mencampurnya dengan minyak. Demamang kemudian mengoleskan kasai yang bercampur minyak itu ke tubuh Demia Bu ngsu. Ketika Demia itu terbangun, ia bingung karena badannya sudah menjadi kunin g. Demia melihat di dapur sudah ada makanan dengan lauk ikan yang sudah siap mak an. Peristiwa seperti ini terulang sampai makam keenam. Pada malam ketujuh, Demamang mengambil sirih manis, pinang mabuk, tembakau mabuk , dan gambir mabuk. Pada saat itu, Demia Bungsu tidur dengan berbantal kelapa. D emamang, sambil mengiris kasai sambil tertawa karena mabuk. Akhirnya, Demia bang un dari tidur dan terkejut karena ada seorang laki-laki (Demamang di rumahnya). Ia berkata kenapa kau di sini Demamang?, jangan buat kacau di sini . Demia kemudian melihat buah Bunut yang ada di dalam jarai di atas tempat tidurnya. Ternyata ha nya ada kulitnya. Demamang ingin kembali masuk ke kulit buahnya, oleh Demia dile mpar dan Demamang pun tidak bisa kembali masuk. Demia Bungsu dan Demamang Bunut pun bercakap-cakap, sampai ayah Demia Bungsu pun terbangun. Ia mengatakan bahwa seharusnya jika ada orang datang itu membangunka n orang tua. Rupanya ada jodoh antara Demamang dan Demia, kawinlah mereka. Merek a sekeluarga mempersiapkan acara kawin adat. Dibuatnya tuak, disiapkan dan dimas aknya pulut. Pesta perkawinan mereka itu dilaksanakan selama tujuh hari. Rupanya kakak-kakaknya itu iri. Mereka semua berganti-gantian merayu Demamang Bu nut agar mau mengawininya. Demamang Bunut berkata kepada mereka saya tidak tahu h arus bagaimana, tanya saja sama adik Bungsu kalian, bagaimana sebaiknya . Mereka m inta kepada adik Bungsunya agar Demamang Bunut boleh menikahi mereka. Tetapi Dem ia Bungsu tidak mengijinkan. Kecemburuan saudara-saudara Demia belum hilang. Pada suatu hari, ketika Demia Bungsu dan Demamang Bunut pergi ke hutan. saudarasaudara mereka menghamburi tempat tidur mereka berdua dengan sekam. Ketika pulan g dair hutan, Demamang Bunut yang capek langsung mandi dan berganti. Tetapi keti ka ia mau tidur, rupanya di tempat tidurnya sudah banyak sekali sekam. Demamang marah dengan Demia Bungsu, ia mengira bahwa Demia Bungsu sudah tidak cinta kepad anya lagi. Demia Bungsu mengatakan bahwa bagaimana mungkin ia tidak cinta lagi k epada Demamang Bungsu. Mereka berdua mengira bahwa mungkin yang berbuat demikian itu saudara-saudara si Demia Bungsu. Keesokan harinya, Demia Bungsu dan Demamang Bunut pergi ke hutan lagi. Ketika ia pulang, ia ingin tidur untuk menghilangkan capek. Tetapi Demamang Bunut melihat ada sekam lagi di tempat tidurnya. Demamang Bunut lalu lari dari rumah. Demia B ungsu pun pulang ke rumah, ia dikasih tahu oleh saudara-saudaranya bahwa suaminy a sudah lari dari rumah. Demia Bungsu bingung, dan ia langsung mengejar suaminya yang kabur. Demamang Bunut mematahkan batang kayu belangkau yang dipasang secara melintang. Di batang kayu itu ada ulat dan beruang yang beranak muda. Demia pun tidak bisa lewat dan kehilangan jejak suaminya. Demia Bungsu bertemu dengan tupai yang ada di sana. Oleh tupai, Demia Bungsu disuruh membentangkan kemban untuk dijadikanny a sebagai tangga. Akhirnya Demia Bungsu bertemu dengan Demamang Bunut. Demia Bun gsu pun memaksa suaminya itu untuk kembali pulang ke rumah. Tetapi Demamang Bunu t tidak mau. Mereka berdua memutuskan untuk berjalan tanpa tujuan. Ketika mereka sedang berjalan jauh, mereka menemukan ada buah kelapa yang sangat tinggi, tinggal satu batang pulut lagi sudah sampai langit (satu ruas bambu). O leh Demia Bungsu, Demamang Bunut disuruh memanjat kelapa itu dengan memakai tuju h helai kain untuk mengambil umbut kelapa. Demamang Bunut pun memanjat pohon kel apa. Ketika ia sudah naik ke atas, Demamang Bunut berteriak bertanya kepada Demia Bun gsu yang ada di bawah, seberapa besar saya kelihatan? , Demia Bungsu menjawab masih terlihat sebesar klempiau (sejenis monyet) . Demamang Bunut memanjat lagi dan bert anya sebesar apa aku sekarang? , Demia Bungsu menjawab sebesar kera (lebih kecil dar

i klempiau) . Demamang kembali naik terus ke atas dan bertanya lagi sebesar apa aku sekarang? , tupai , jawab Demia Bungsu. Kembali Demamang Bunut naik dan bertanya sam a, Demia Bungsu pun terus menjawab bahwa Demamang Bunut dari bawah terlihat sebe sar tupai, kemudian, badung (serangga pelubang pohon), sebesar lalat, dan tidak terlihat lagi. Sesampainya di atas, Demamang Bunut memancung satu dahan pohon. Ketika jatuh ke bawah, dahan pohon itu berbunyi dlean , jatuh pula umbut kelapanya. Setelah selesai , Demamang Bunut turun dengan memakai tujuh helai kain yang dibawanya. Namun ket ika turun, kain kemban itu putus satu per satu sampai habis sebelum sampai separ oh tinggi pohon. Akhirnya, Demamang Bunut pun terjatuh dan mati. Demia Bungsu sangat bersedih melihat suaminya yang paling dicintai mati. Ia menu nggui jasad suaminya sampai membusuk. Ketika berangkat kabur dulu, suaminya itu membawa anak ayam. Sekarang, ayam itu sudah jadi sabung dari bulu buritnya yang menunjukkan lamanya Demia Bungsu menunggui jasad suaminya. Setelah sekian lama m enunggui suaminya, Demia Bungsu berjalan sendirian. Ketika ia sedang berjalan, ia mendengar suara ayam berkokok. Kokokookokookokok, Demia pun kembali ke tempat suaminya. Di sana ia melihat suaminya, tapi jasadnya tetap hancur. Demamang Bunut bertanya kepada istrinya kenapa kau masih mengejark u, sedangkan badan kita sudah berbeda, jalanlah sendiri , kata Demamang Bunut. Tet api Demia Bungsu mengatakan bahwa ia akan terus menemani suaminya karena ia adal ah jodohnya sampai mati. Demamang Bunut menyerah dengan keputusan istrinya. Demamang Bunut dan istrinya bergantian mencari kutu kepala. Demamang Bunut menda pat giliran lebih dulu dicari kutu kepalanya, setelah itu baru giliran Demia Bun gsu. Demia Bungsu berbaring dengan menjadikan kaki suaminya sebagai bantal. Keti ka sedang dicari kutunya, Demia Bungsu tertidur. Pada saat inilah, Demamang Bunu t menarik kaki yang dipakai bantal oleh istrinya dan kabur lagi. Ketika bangun, Demia Bungsu bingung karena suaminya sudah tidak ada. Ia mencari suaminya kesana kemari, sampai akhirnya bertemu dengan tupai. Oleh tupai, Demia Bungsu diberi tahu bahwa suaminya sudah kabur. Demia Bungsu menangis dan berlagu Tonai tonai . Demamang buah Bunut tonai di kata pengubur luwai Di mungguk pengobai burung imbuk Kaki kopak berjalan jauh Tangan kopak belemai kanun Rambut panjang sinangkut unak (duri) Susu buntar di titas daun Selesai Demia Bungsu berlagu, berkokoklah suara ayam. Ternyata suaminya mendenga r lagu Demia Bungsu dan menunggunya di mungguk (bukit). Akhirnya bertemulah mere ka berdua. Demamang Bunut dan Demia Bungsu bercakap-cakap tentang kepergian suam inya. Sampai akhirnya mereka kembali bergantian mencari kutu. Peristiwa yang sam a pun terulang lagi dan Demamang Bunut kembali kabur dari istrinya. Istrinya terbangun dari tidur dan kebingunan mencari suaminya. Kali ini, Demia B ungsu bertemu dengan burung cuap-cuap. Burung itulah yang memberi tahu Demia bah wa suaminya sudah kabur lagi. Demia sangat sedih dan ia kembali berlagu. Akhirny a suaminya pun kembali. Mereka berdua kembali berjalan bersama, badan halus dan badan kasar. Sampailah m ereka di tujuh gunung berapi yang sangat panas. Demamang Bunut menggendong istri nya dengan tujuh helai kain gendong. Tetapi api yang ada di gunung itu menyambar kain gendong itu satu persatu. Kain yang berjumlah tujuh itu berkurang satu per satu sampai tinggal satu. Demia Bungsu merasa kepanasan, ia pun meminta minum ke pada suaminya. Tetapi suaminya tidak bisa mencarikan air karena memang di sana t idak ada air. Akhirnya, kain gendong yang tinggal satu itu termakan api juga dan Demia Bungsu pun mati. Demamang Bunut meninggalkan istrinya dan berjalan. Ia na ik dan tinggal di rumah Nek Tara-tara. Di bekas gunung api, babi Nek Buayan menemukan jasad Demia Bungsu. Nek Buayan me mbawa jasad itu pulang ke rumah. Nek Buayan mengambil kunyit, jerungau, kencur, air, dan mencampurkan semuanya. Secara berulang-ulang Nek Buayan berputar-putar dan bermantra di jasad Demia Bungsu. Nek Buayan lalu mengambil bambu dan mematah kannya. Barang-barang yang sudah disiapkan tadi dimasukkan ke dalam bambu dan di teteskan ke sekujur tubuh Demia. Demia pun hidup kembali. Ia merasa bangun tidur

, dan bertanya kemana suaminya pergi. Rupanya, gunung api tempat Demia Bungsu it u mati sudah menjadi ladang muda. Nek Buayan mengatakan bahwa suaminya ada di ru mah Nek Tara-tara. Demia Bungsu lalu pergi ke rumah Nek Tara-tara, nek, bolehkah saya naik? kata Demi a. wus, jangan makan dingkong di kandang , jawab nenek dari dalam rumah. Demia meng ulangi lagi nek, bolehkah saya naik? , nenek itu justru menjawab Siak, jangan makan nasi di parak . Kemudian Demia Bungsu mencabut daun kayu rambang dan menikamkannya ke telingan Nek Tara-tara. Dari dalam telinga itu keluar semua binatang yang be rbisa. Barulah Nek Tara-tara itu terdengar bahwa Demia Bungsu ingin naik ke ruma hnya. Lalu Nek Tara-tara menjawab boleh naik, tidak ada cucu cari cucu, tidak ada anak cari anak . Demia naik ke rumah Nek Tara-tara. Demia menanyakan keberadaan suaminya, benarkah ada di rumah Nek Tara-tara. Denga n ragu-ragu Nek Tara-tara mengatakan bahwa suaminya tinggal di rumahnya selama 7 hari sebelum ia diambil orang dari dunia lain (benar-benar mati), tetapi sedang pergi ke hutan. Nek Tara-tara berpesan kepada Demia untuk tidak secara langsung menunjukkan kepada suaminya bahwa ia masih hidup. Nek Tara-tara menyuruh Demia menangkap ikan dan memasaknya untuk suaminya. Ketika Demamang Bunut datang, ia makan masakan Demia Bungsu. Ia pun merasakan ba hwa makanan yang dimakannya mirip dengan masakan istrinya. Demamang Bunut pun me ngatakan bahwa ia teringat dengan istrinya. Keesokan harinya, ketika Demamang Bu nut pergi ke hutan, Demia Bungsu mengambil bambu dan menganyamnya. Ia menganyam bambu itu dan membuatnya nama. Sampai akhirnya Demamang Bunut melihatnya dan ia yakin bahwa anyaman itu adalah anyaman istrinya. Demamang Bunut pun bertanya kep ada Nek Tara-tara benarkah ada istrinya di sana. mana ada? kata Nek Tara-tara. Har i itu adalah hari ke tujuh Demamang Bunut tinggal di rumah Nek Tara-tara, waktun ya ia dijemput oleh makhluk dari alam lain. Demia mengambil sirih manis, tembakau mabuk, dan gambir mabuk untuk dimakan suam inya. Demamang Bunut yang tidak mengetahui bahwa sirih itu memabukkan langsung m emakannya. Ketika ia sudah mabuk, Demia Bungsu menepuk kepalanya, dan Demamang B unut pun berubah menjadi telur ayam. Demia Bungsu pun lari dari rumah Nek Tara-t ara dengan membawa telur ayam perwujudan dari suaminya untuk pulang ke rumah. Ol eh Nek Tara-tara, di jejak kaki bekas kepergian Demia Bungsu diberi abu dan dipa ncungkan ketimang. Orang-orang dari dunia lain pun datang (dari dunia orang mati) untuk menjemput D emamang Bunut. Tetapi Nek Tara-tara mengatakan bahwa Demamang Bunut sudah pergi. Orang dari dunia lain itu pun mengejar. Tetapi mereka berhenti mengejar begitu mengetahui bahwa jejak kaki Demia Bungsu sudah tertimpa abu, dan ketimang yang d ipancungkan pun sudah menjulur yang menandakan bahwa mereka pergi sudah cukup la ma. Begitu sampai di rumah, Demia Bungsu menepuk kembali telur ayam itu. Berubahlah telur itu menjadi manusia, Demamang Bunut. Mereka kembali hidup bersama di dunia . Tetapi, rupanya ketika Demia Bungsu pergi, ayahnya selalu menunggunya dengan b erbaring di dapur batu. Ketika ia melihat Demia Bungsu datang, ia ingin berdiri menangkan ayam untuk sengkolan, tetapi ia tidak kuat berdiri dan mati. (Dio Parm an, 21 Juli 2011) (23) DEWATA PIYANG GANA Sepasang suami istri memiliki 6 orang anak laki-laki dan satu orang anak perempu an. Nama anak tersebut secara berurutan adalah Piyang Acan, Piyang Lawan, Piyang Aci, Buduk Dari, Dara Belonyam, dan Piyang Gana. Anak terakhir ini lahir sepert i buah kondur dan tidak seperti manusia. Mereka sekeluarga bersama mamak dan bap aknya ingin buat ladang. Tetapi belum sampai rencana itu terlaksana bapak dan ma maknya meninggal dunia. Enam bersaudara itu musyawarah untuk membagi harta warisan peninggalan orang tua nya. Harta berupa rumah, kebun, tanah, dan semuanya sudah dibagi berenam. Karena rumah sudah dibagi, maka adik bungsu yang seperti buah kondur itu diletakkan di bawah tangga sampai ia besar. Kakak-kakaknya lupa membagi warisan untuk si bung su ini. salah satu kakaknya bertanya kepada yang lain, mau diberi apa adik bungs unya itu. Kakak yang lain berkata bahwa apa yang ada di tanah, segala batu, kayu , dan rotan adalah milik si bungsu. Perkataan ini disetujui oleh yang lain. Pada suatu hari, mereka berenam ingin membuka ladang. Mereka pergi menebas tuju

h mungguk, tujuh bukit, dan tujuh jurang, semuanya selesai dalam satu hari. Teta pi keesokan harinya, apa yang sudah mereka tebas itu tumbuh seperti sedia kala. Kejadian ini terus terjadi selama enam hari berturut-turut. Sampai pada hari ke enam, si bungsu bilang ingin menginap di ladang untuk menunggui ladang agar tida k tumbuh lagi. Lalu kakak tertua teringat, kenapa tidak minta ijin kepada Piyang Gana, dia merupakan pemilik tanah dan isinya. Dia pula yang dapat menghidupkan segala macam tumbuhan. Maka Piyang Gana tahu dan memberikan ijin dengan syarat t ertentu. Syarat untuk membuat ladang adalah dengan ditanami keladi (tajau balau) , tebu (galah panjang), serai (ulun banyak), dan kunyit (emas dalam tanah). Tuju annya adalah untuk meminta ijin kepada Nabi Adam Piyang Gana dengan maksud sebag ai upah kepada segala macam setan untuk pergi karena tanah sudah dibeli. Setelah memenuhi syarat-syarat yang diberikan oleh Piyang Gana, maka setelah neb as kayu tidak tumbuh seperti sebelumnya. Setelah nebas pohon dan rumput yang kec il-kecil, kemudian menebang pohon yang besar-besar, membakar, menugal, setelah i tu padi akan tumbuh barulah kemudian mereka memanen. Setelah memanen, mereka aka n membuat tuak untuk acara gawai. Dalam gawai, akan ada makanan berupa pulut (ke tan), potong ayam, babi, dan membuat tujuh patung untuk dipuja. Nama patung ters ebut adalah 1. Lempaung Aji Belian 2. Kumpang Mati Bakat 3. Purang Bujang Sanga 4. Akar Arak Lintang Jalan 5. Ketimang Lirai Panjang 6. Melari Pantang Pamali Mati 7. Sempanai pandai berkata bercerita 8. Sentabar nabar-nawar Diberikan segala macam makanan untuk Duwata Piyang Gana ini dan diantar ke hilir kampung, ke arah matahari terbenam. (Silvanus Ecak, 9 Mei 2011) *** patung ini ada setiap gawai. bentuknya kecil dan tidak diukir seperti patung pada umumnya. Ukurannya yang kecil lebih tepat jika sebut ranting pohon. (24) DOMIA dan ULAT TADUK Pada jaman dahulu, ada seorang domia (perempuan) yang ingin memiliki ana k dari buah timun bulan. Jika domia sudah tidur, timun bulan itu dibawanya tidur dan dipeluknya. Semakin lama timun bulan itu menempel dengan tubuh domia dan be rubah menjadi ulat taduk yang terus menyusu di dada domia. Pada suatu hari, domi a ingin anaknya lepas dari tubuhnya. Ia mengatakan kepada anaknya sudah nong, mam ak mau mandi , tetapi ulat taduk tidak mau lepas dari tubuh domia. mamak mau berak , kata domia. Tetapi ulat taduk tetap tidak mau lepas dari tubuh domia. kalau gitu mamak mau ke ladang untuk cari buah lapang merah yang bagus untuk kamu buat mai n , barulah ulat taduk melepaskan badannya dari domia. Lepas dari tubuh ulat taduk, domia lari dan terus berlari tidak berhenti . Domia pun sampai di tepi sungai. Di sana ia menebang bambu muda dan melintangk annya ke sungai. Domia berpesan kepada tengkuyung, tengkuyung, nanti kalau ada ul at taduk mau menyeberang kamu cegah , tengkuyung pun menyanggupi pesan domia. Domi a pun melintasi bambu yang tadi dilintangkannya. Benar saja, belum lama domia be rpesan kepada tengkuyung datanglah ulat taduk ingin menyeberang sungai dengan ba mbu itu. tir, tir bunyi taduk berjalan dengan melompat-lompat melewati jembatan ba mbu. jatuh nanti kau taduk, tulip adong dongan (disambar ikan adong) , kata tengkuy ung kepada ulat taduk. Tetapi ulat taduk tidak peduli dengan perkataan tengkuyun g. Ia pun berkata ceh, kau tengkuyung, hisap bapak dari buntut, hisap mamak dari mulut enak dicampur tempoyak . Tengkuyung yang dihina oleh ulat taduk tetap tidak perduli dan terus menasihati ulat taduk untuk tidak meniti jembatan bambu itu. A khirnya jatuh juga ulat taduk ke sungai, langsung disambar oleh adong dongan. Dari jauh ada seseorang bernama Kek Kemaji sedang mengangkat bubu yang d i dalamnya ia lihat ada benda putih. Kek Kemaji senang melihat bubunya berisi ik an besar. Kek Kemaji kemudian mengangkat bubu itu dan membawanya ke darat. Kek K emaji mengambil ikan tangkapannya dan menggesek-gesek perutnya. Kek, kaik, kail ka ta ikan adong itu. Tetapi Kek Kemaji tidak perduli dengan perkataan ikan adong d an terus mengiris perutnya. Rupanya Kek Kemaji menemukan ada ulat besar di dalam perut ikan adong yang ditangkapnya. Ulat itu diambil Kek Kemaji dan dicincangny

a dan dihamburkan ke seluruh tanah. Dari ulat itulah sampai saat ini ulat tidak pernah habis dari bumi dan selalu memakan daun-daun tanaman. (Benson, 8 Mei 2011 ) (25) DOMIA KOLE dan DOMIA BLAO Asal ikan lele Pada jaman dahulu hiduplah dua beradik gadis di hutan. Satu dari mereka bernama Domia Kole, sementara yang satunya Domia Blao. Setiap hari mereka nyampa h (mengambil yang jatuh ke tanah) buah kelampai, yaitu pohon yang berbuah sepert i buah karet tetapi lebih panjang, rasanya seperti lemak, dan hanya tumbuh di ri mba. Domia Blao, sang kakak, iri dengan kecantikan adiknya, Domia Kole. Pada suatu hari, mereka berdua nyampah buah kelampai. Sambil nyampah, Domia Kole bernyanyi. Ribut air kemarau ari Domia Kole ngelampai padi Domia Blao ngeranga t ua rah.. rah.. buah kelampai jatuh . Lagu itu diulang 3 sampai 4 kali. Setiap kali Demia Kole menyanyikan lagu itu, buah kelampai jatuh. Tiba-tiba mereka berdua b erebut nyampah buah kelampai itu. Di sisi lain, karena mendengar nyanyian Domia Kole, pergilah seorang Demamang Ny umpit ke hutan. Dari jauh, ia mengintip dua beradik gadis itu. Demamang melihat Demia Kole lebih cantik dan ia jatuh hati kepadanya. Demamang mendekati Demia Ko le dan mengajaknya pulang. Sesampai di rumah, jadilah mereka berdua (kawin). Setelah sekian lama kawin, mereka berdua memiliki anak. Pada suatu hari, Demia K ole pulang dari bawas dengan membawa banyak tebu. Anaknya menyuruh ibunya mengup askan tebu untuknya. Tetapi ibunya bilang bahwa ia tidak sempat mengupaskan tebu untuknya. Lalu anak itu minta kakeknya mengupaskan untuknya, tetapi kakeknya ju ga tidak sempat mengupaskan tebu untuknya. Begitu juga ketika ia menyuruh nenekn ya. Si nenek justru menyuruh anak itu menyuruh bapaknya mengupas tebu. Anak itu pergi ke bapaknya. Belum sampai di tempat bapaknya, anak ini terjatuh dan menang is. Melihat anaknya terjatuh, bapak kemudian mengangkat anak itu dan membujuknya untuk diam dan tidak menangis lagi. Bapaknya kemudian menyanyikan lagu untuk an aknya. Ribut air kemarau ri Domia Kole ngelampai padi Domia Blao ngerangan tua seb anyak 3 kali. Mendengar suaminya bernyanyi, Domia Kole menyesal karena tidak menuruti keingina n anaknya. Ia kemudian menggendong anaknya dan membawanya ke tepi sungai. Di san a anak itu dipeluk dan diciumnya, lalu disusu sampai puas. Setelah itu, Demia Ko le terjun ke dalam sungai dan menjadi ikan lele. (Veronica Rupina, 13 Juni 2011) (26) DEMIA SESAT NANGOK Ada seorang demia berjalan ke hilir berjalan ke hulu, nanggok dari pagi sampai s ore. Demia itu asyik mencari ikan dan udang sampai dapat banyak sampai lupa wakt u, tiba-tiba ia mendenagar suara ayam berkokok. Seketika itu demia sadar bahwa i a sudah terlalu jauh dari rumahnya. Ia pun bingung kemana harus menginap. Demia naik ke darat, ia berjalan di dalam hutan sampai melihat ada sebuah rumah tua. D emia menghampiri rumah itu dan bertanya dari bawah rumah oh bapak ibu atau kakek nenek, boleh tidak naik? Rumah hantu kah rumah manusia? Aku mau numpang menginap . Tiba-tiba dari dalam rumah terdengar suara sahutan oh boleh, ada anak cari anak lagi, tidak ada cucu cari cucu kata tuan rumah kepada demia. Demia pun naik di rumah itu. Di sana, demia disambut baik oleh tuan rumah dan se orang putrinya yang bernama Tubin. Setelah makan mata pun terasa mengantuk. Dem ia di suruh tidur bersama Tubin. Setelah masuk kelambu, demia bertukar pakaian, cincin, kalung, semua perlengkapan tubuhnya dengan Tubin karena baju demia masih basah bekas nanggok tadi. Kira-kira tengah malam, mata sudah nyenyak tidur, bap ak dan ibu tadi mengira kalau demia dan Tubin sudah tidur. Demia mendengar percakapan ibu dan bapak itu yang berada di luar kamar. Sementar a Tubin sudah tertidur pulas. Ibu berkata kepada bapak, pak, kawah kita sudah men didih . kata ibu. Demia bingung mendengar percakapan mereka. Rupanya bapak masuk kamar tetapi tidak melihat mana anaknya dan mana Demia. Dia langsung menarik Tub in yang dikiranya Demia. Setelah sampai di luar lalu disembelihnya dipotong-poto ng dagingnya lalu dimasak. Setelah masak, ibu dan bapak tadi membangunkan demia yang dikiranya anaknya masih tidur dan hidup. Kata ibu, Tubin.. Tubin.. angkit am Tubin, makan ati demia Sesat nangok . Demia menjawab, ai, makan am indung, perasak u isang isu palaku ngola-ngolu . Ibu itu mengulangi ., Tubin.. Tubin.. angkit am Tu bin, makan ati demia Sesat nangok . Demia kembali menjawab ai, makan am indung, per

asaku isang isu palaku ngola-ngolu . Demia tadi ketakutan dan tidak bisa tidur. Menjelang pagi, terdengar suara ayam berkokok. Cepat-cepat dmia melangkah mengam bil beras 3 canting. Dimasukkan ke dalam bakul, diambilnya lagi abu dari dapur D emia berganti dengan pakaian semulanya yang masih basah dan pakaian tubin tadi d itinggalnya. Demia langsung pergi, bakul beras tadi ditinggalnya di pinggiran su ngai. demia pergi membawa abu setiap simpang jalan ditaburnya abu dan dipatahnya batang ketimbang. Tidak lama kemudian ibu dan bapak itupun bangun. Mula-mula d ilihatnya pakaian yang dipakai Tubin berantakan. Sementara pakaian bekas demia c ari ikan sudah hilang. Dilihatnya bakul beras hilang, oh kita salah bunuh, yang k ita bunuh anak kita sendiri , kata ibu dan bapak. Lalu ibu dan bapak itu memuntahk an isi perutnya, kemudian mati. (Veronica Rupina, 13 Juni 2011) (27) HANTU GREGASI dan BURUNG PUJI Ada dua beradik laki-laki dan perempuan yang pergi berburu. Keduanya mendapat bu ruan burung puji. Burung puji bisa bernyayi sumpit aku sumpit, sobung damar burun g kojih, tojung dada tebal isi, tobil burit tomal lomak yang berarti dadanya teba l isi dan pantatnya tebal lemak. Maka disumpitlah burung puji itu oleh dua berad ik tadi. Dibawanya pulang untuk dimasak. Ternyata sesampainya di rumah, mereka t idak memiliki api. baiklah dik, aku akan pergi ke langit untuk meminta api , kata s i abang. Adiknya mengijinkan dan pergilah si abang itu ke langit untuk meminta a pi. Ketika si abang itu pergi ke langit, datanglah hantu gregasi suami istri ke ruma h si adik yang tinggal sendiri itu. Hantu gregasi suami istri itu langsung memak an si adik. Pada waktu si abang pulang dari langit, ia bingung karena adiknya ti dak ada di rumah. Tidak lama kemudian, datangnya hantu gregasi suami istri itu l agi untuk memakan si abang. Karena tahu bahwa hantu gregasi datang, maka si aban g naik ke pucuk pohon embawang yang sedang berbuah. Hantu gregasi yang laki-laki naik juga ke pucuk embawang itu untuk menangkap si abang, Oleh si abang hantu g regasi itu dilempari dengan buah embawang sampai terjatuh dan mati. Tidak lama k emudian, naiklah istri hantu gregasi, salah, jangan kepala yang naik dulu, harus burit (pantat) yang naik dulu kata si abang dari atas pucuk pohon embawang. Hantu Gregasi yang bodoh itupun mengikuti perintah si abang. Ketika hantu Gregasi itu naik, si abang langsung menikam hantu gregasi perempuan dengan buah embawang te pat di kemaluannya dan masuk ke dalam perut sampai berpuluh-puluh buah. Matilah si hantu gregasi. Si abang membawa pulang hantu gregasi itu dan membelah tubuh keduanya. Ia meliha t tubuh adiknya itu sudah menjadi tulang. Ia mengambil tulang adiknya dan menyus un kembali tulang-tulang itu. Setelah menyusun, ia membungkusnya dengan kain put ih dan mengambil cukoi jerungau, (cukor ulang jerungau pulang, kunyit pulang, ai r berulang-ulang). Setelah semua itu dimasak, barulah cukoi jerungau itu ditetes mulai dari kaki sampai kepala adiknya. Sampai di mulut, lalu mulut adiknya itu menguap dan berucap aham, tak nyaman tidur malam nyaman tidur siang, tidur malam tidur mimpi tidur siang tidur sekali , kata adik perempuan yang baru saja hidup la gi itu. Kata si abang, kamu bukan tidur, kamu itu mati dimakan hantu gregasi . Kata si adik. Akhirnya mereka berdua masak nasi dan mengambil burung puji yang ternyata belum busuk. Adik kakak itu memasak nasi dalam bambu dan memasukkan juga burung puji i tu. Rupanya, ketika diambil burung puji itu berubah menjadi emas, tidak menjadi nasi. Akhirnya, mereka berdua hidup kaya raya. (Dio Parman, 23 Juli 2011) (28) HANTU NEK GEGASI Pada suatu hari ada ada dua kakak beradik. Ketika kakaknya sedang menjem ur padi, adiknya bilang ke kakaknya kak, lihat dan jagalah padi, aku mau nyumpit burung . Kakaknya menjawab iya, pergilah . Lalu pergilah si adik untuk menyumpit buru ng. Ia mencoba menyumpit burung, tetapi tidak kena. Kemudian ia berjalan jauh da n tersesat. Ia tidak bisa pulang kembali ke rumahnya. Maka si adik terus berjala n jauh. Sampailah ia di sebuah gua untuk berteduh. Ia hanya berbekal tuak. Keesokan harinya, si adik yang tersesat itu melihat hantu Nek Gegasi datang. Ia sangat ketakutan melihat bentuk Nek Gegasi yang sangat besar dan menyeramkan. Ne k Gegasi masuk ke dalam gua dengan membawa tuak. Rupanya Nek Gegasi ingin minum bersama. Si adik masih berasa ketakutan. Ia mencari akal agar bisa mengalahkan N ek Gegasi.

Maka, cawan untuk ia minum tuak dilubangi di bagian bawahnya. Sehingga ketika Ne k Gegasi menuang tuaknya, tuak yang jatuh kepada adik itu akan tertumpah. Sement ara Nek Gegasi harus mengosongkan cawannya dengan meminumnya. Nek Gegasi minum s angat banyak. Ia akhirnya mabuk dan tertidur. Pada waktu Nek gegasi tidur inilah , si adik memukul Nek Gegasi dengan pentung baja. Nek Gegasi pun mati. Kakak yang kehilangan adiknya kebingunan mencari kemana adiknya pergi. Berhari-h ari ia mencari, akhirnya bertemulah ia dengan adiknya. Ketika bertemu, maka adik nya mengajak orang sekampung-kampung datang ke gua untuk memakan Nek Gegasi yang sudah mati. (Kumang, 16 Mei 2011) (29) KEJADI BAHASA BERBEDA Ada tujuh beradik yang berjalan dari Sekadau, pergi ke riam panyarak. Karena kec apaian mereka singgah di sana dan mendirikan pondok. Oleh karena kelaparan, mere ka memasak jamur kayu (kulat). Rupanya jamur yang mereka makan itu jamur yang me mabukkan. Setelah makan, mereka masing-masing mabuk dan sejak itu bahasa mereka berbeda-beda. Ada yang berbahasa Kancing k dan berbahasa lain. masing-masing merek a tidak mengerti bahasa saudaranya. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. O rang Kancing k, tetap di sini. Sementara yang lain pergi ke tempat lainnya untuk m encari kehidupan. (Dio Parman, 18 Juli 2011) (30) KERA BANGAU (kera putih) Pada suatu hari, berkumpullah kera bangau, kera hitam, dan burung tuing di pohon kayu ara yang sedang berbuah. Kera bangau dan kera biasa makan buah kay u ara itu banyak-banyak sampai kenyang. Di sisi lain, ada manusia adik beradik ( dua bersaudara) pergi untuk menyumpit atau berburu dengan sumpit. Mereka berdua juga istirahat di bawha pohon kayu ara tempat kera makan buah kayu ara. Hujan tu run sangat deras sampai malam hari. Kera biasa bertanya kepada kera bangau apa cerita kita saat ini? perut su dah kenyang . Kera bangau berkata kepada kera biasa nanti kalau saya bercerita akan bercerai mata hitam dan putih (mati), saya tidak bisa bercerita . Tetapi akhirnya kera bangau pun bercerita kepada kera biasa. Ia mengatakan bahwa manusia itu ti dak beradat. Jika memang manusia beradat, seharusnya mereka tidak kawin sedarah. Oleh karena itu, jika memang manusia itu sudah beradat maka mereka yang kawin a dik beradik harus dibunuh. Cara membunuh orang yang kawin sedarah adalah dengan menyediakan kayu yang tidak dibelah dan ditata seperti penjara, dan di kunci den gan kawat besi. Kedua orang dimasukkan ke dalam kayu itu kemudian ditenggelamkan . Mereka dibekali dengan parang timah. Jika orang itu bisa membuka kawat besi de ngan parang timah, berarti ia akan selamat dan tidak jadi mati . Adatnya adalah 3 laksa dan 3 poku bagi dua beradik yang berhubungan sampai hamil tetapi tidak j adi kawin, 5 laksa dan 5 poku jika kawin dengan paman, jika adik beradik ingin k awin tidak ada adat yang harus dibayar tetapi mereka harus menjalani hukum buang . Tetapi jika adik beradik sudah terlanjur kawin, sebagai pertimbangan harus dib ayar sekati lima (120 poku), 1 kepala beniang (tempayan besar), 1 tajau (tempaya n tinggi), 4 babi, 1 anjing, 1 kambing, 1 pukul kayu untuk memukul anjing, dan membuat pintasan aliran air sungai. Setelah selesai menceritakan adat bagi mereka yang kawin sedarah, kera b angau mengatakan bahwa jika sudah demikian berarti manusia sudah mengerti adat. Rupanya manusia yang ada di bawah kayu ara itu mendengar semua perkataan kera ba ngau. Kera bangau pun akhirnya juga tahu bahwa ada manusia di bawah mereka. Kera bangau lalu turun untuk melihat siapa yang ada di bawah. Ketika kera bangau tur un, manusia itu lalu menyumpitnya dan kera bangau akhirnya mati. Manusia itu mem bawa pulang bangkai kera itu. Di rumah, manusia itu memiliki empat anak, dua laki-laki dan dua perempu an. Ia menyuruh anak-anaknya membuat penjara dari kayu yang tidak dibelah dan me nangkap babi, anjing, dan kambing karena ia sudah mendengar cerita dari kera tad i. Ia menjalankan apa yang dikatakan kera putih karena ia merasa kawin dengan ad iknya sendiri. Lalu manusia dan istrinya itu masuk ke dalam penjara dan membawa parang timah untuk memotong kawat besi dalam penjara. Anak-anaknya dimintanya me masukkan penjara berisi dirinya ke sungai. Manusia itu pun akhirnya mati. Sebelu m mati ia menceritakan semuanya kepada anaknya. Keempat anak itulah yang menerus kan adat untuk tidak menikah dengan saudara sedarah. Sejak saat itu manusia sudah beradat memakai adat kera yang ditukar deng

an ekor. Manusia sebelum mengenal adat memiliki ekor karena makhluk yang berekor itu tidak memiliki adat. Sampai saat ini mereka yang berekor adalah orang Dayak Punan yang tinggal di daerah Cali Bukit di Ketapang. Karena mereka masih bereko r maka dianggap separuh manusia dan separuh binatang. Dikatakan bahwa mereka mas ih mencari binatang dengan menggunakan tulang dan masih memakan sesama manusia. (Dio Parman, 12 Juni 2011) (31) KURA-KURA DAN BOROK (kera) san, san, sini san kata borok memanggil kura-kura. Karena merasa dipanggil , kira-kura pun menghampiri si borok. kenapa san memanggil aku? tanya kura-kura. ay o kita menanam pisang san kata borok mengajak kura-kura. Kura-kura mau dan mereka pun memulai menanam pisang. Kura-kura menanam pisang di tanah, sedangkan si bor ok menanam pisang di batu ampar. Setelah sekian lama turun bulan naik bulan, borok menghampiri kura-kura, san, ayo kita melihat pisang yang kita tanam . Kura-kura mau dan mereka berdua pergi ke te mpat mereka menanam pisang. pisangku sudah tumbuh kata kura-kura kepada borok. Mer asa malu karena ternyata pisangnya tidak tumbuh, maka borok mengatakan kepada ku ra-kura pisangku sudah habis katanya. Ia berbohong. Beberapa bulan kemudian mereka melihat pohon pisang yang mereka tanam. san, pisan gku sudah berbuah kata monyet lagi-lagi berbohong kepada kura-kura. pisangku sudah masak, san kata kura-kura melihat pisangnya memang sudah masak. Kura-kura mencob a memanjat pohon pisangnya. Tapi baru ia mulai panjat ia sudah terjatuh. Ia coba panjat lagi dan ia terjatuh lagi. sin san, biar aku yang memanjat pisang ini kata borok. Kura-kura pun mengijinkan borok memanjat pisangnya karena memang ia tida k bisa memanjat. Dengan penuh semangat, borok itu memanjat pohon pisang. Setelah berada di atas pohon, borok langsung mengambil pisang. Tangkap dan makan , tangkap dan makan. Kura-kura di bawah pohon menunggu borok yang sedang menghab iskan pisangnya. woh san, jatuhkanlah satu untuk aku kata kura-kura. Tetapi borok tidak perduli dan ia mengatakan makin satu makin enak . Kura-kura yang terlanjur in gin makan pisang miliknya berkata lagi kepada borok kalau begitu jatuhkanlah kuli tnya saja kata kura-kura. Tetapi lagi-lagi borok tidak perduli dan ia mengatakan lagi makin kulitnya makin enak kata borok. Kura-kura yang kesl dengan borok lalu mengambil duri dan mengikat duri itu, satu ujung di dahan kayu dan ujung lain di pohon pisang. Lalu kura-kura menyanyi nyam an-nyaman berayun sungsang, tidak nyaman masak pisang, Nampak pulau jawa dari ja uh nyanyi kura-kura. Borok yang mendengar nyanyian kura-kura itu penasaran dan be rtanya apa san, pa? tanya borok. tidak ada , jawab kura-kura. Kejadian itu terulang 3 kali sampai akhirnya borok bilang bahwa ia yang akan menyanyi. Ketika borok mem buka mulutnya dan menyanyi, kura-kura menusuk tubuh borok itu dari mulut sampai pantat. Akhirnya borok pun mati. Beberapa bulan kemudian setelah borok itu mati, kura-kura mengambil tulang borok itu untuk dijadikan suling. Setelah jadi suling, bersulinglah kura-kura itu di kaki tangga tempat menjemur padi (pontan). Kura-kura itu menyanyi belang belot pa ti ajan, tulang korak mati beragan . Kura-kura itu mengulang nyanyian itu selama t iga kali. Terdengarlah nyanyian kura-kura itu oleh borok, anak borok yang sudah mati. eh, ada orang bernyanyi kata borok sambil turun dari rumahnya. oh domia kata b orok kepada kura-kura. Mendengar borok menyapa, kura-kura pun menyahut apa san? N anti dulu, aku mau menyimpan kucingku yang baru beranak dan setiap ada yang data ng akan diterkamnya . Kata kura-kura kepada borok. Kura-kura kemudian menyembunyik an suling itu di bawah tikar tempat tidurnya. Rupanya borok tahu bahwa kura-kura menyembunyikan sulingnya. Ketika kura-kura bilang bahwa ia akan mencuci beras d i sungai, maka borok mencuri suling kura-kura. Borok sudah mendapatkan suling kura-kura, ia membawanya lari ke atas pohon tapan g. Lalu borok menyanyi mear-meor pati ajan, tulang korak mati beragan . Borok menya nyikannya sebanyak 3 kali. Dari bawah, kura-kura mendengar borok menyanyi. Kemud ian ia berkata hoh, rupanya sulingku ada di atas sana, dengan apa aku harus menga mbilnya? kura-kura berbicara sendiri. Rupanya kepiting mendengar kura-kura mengel uh karena sulingnya dicuri borok, ia berkata kepada kura-kura wah, bisakah aku me nolongmu kura-kura? Ngupah aku saja san, kasih aku sebakul ampas pulut . Kura-kura bersedia mengupah kepiting dengan sebakul ampas pulut jika ia sanggup mengambil kan sulingnya.

Kepiting pun naik ke atas pohon tapang untuk mengambilkan suling kura-kura. Kemu dian ia bernyanyi tam, katam dungkang tapang bergeser . Anak borok mendengar suara kepiting berkata kepada bapaknya pak, ada kepiting pak . Tetapi bapaknya tidak perd uli dan menjawab itu bukan kepiting, tapi dungkang tapang bergeser . Kemudian kepit ing bernyanyi lagi tam, katam dungkang tapang bergeser . Anak kepiting berkata kepa d bapaknya, pak, kepiting akan menggigit peler bapak . Belum sempat bapaknya menjaw ab kepiting sudah menggigit peler borok. Peler borok bengkak dan anaknya sibuk m encari dukun untuk mengobati bapaknya. Kepiting akan dikejar borok, ia pun terjatuh dari pohon tapang menimpa kayu tung gul bemban. Kura-kura melihat kepiting terjatuh langsung menolongnya dan bersusa h payahlah ia mengobati kepiting. Diberinya ampas pulut 1 badang sesuai dengan j anjinya. Kepiting pun sembuh. Hilang cerita kepiting, muncullah cerita borok. Anak borok mencari dukun untuk mengobat peler bapaknya. Ia kemudian datang ke se orang dukun. Di rumah, dukun itu bertanya kepada anak borok eh, mau ambil dukun k ah? tanya si dukun. Anak borok menjawab iya kek . Kemudian si dukun berkata kak, kak, makin jampi makin bengkak . Mendengar jampi-jampi si dukun, borok kemudian pergi dan berpikir bahwa tidak mungkin bapaknya sembuh pakai dukun ini. Borok pun kemudian datang ke dukun Demusau. Sampai di rumah dukun Demusau, dukun itu langsung berjampi sau, sau, makin didukun makin sebesar tajau bening nanahny a . Dukun Demusau menjampi. Mendengar jampi si dukun, anak borok kembali berpikir bahwa bapaknya tidak mungkin sembuh memakai dukun ini karena jampinya mengatakan bahwa makin di dukun bengkak peler bapaknya akan semakin sebesar tampayan tajau . Borok kembali mencari dukun. Ia pun mendatangi dukun piet (pipit). Sampai di tem pat pipit, borok langsung meminta pipit untuk mengobat bapaknya. set, set, makin didukun makin piset (kempis) . Mendengar jampi-jampi si pipit, borok yakin bahwa b apaknya akan sembuh dengan jampi-jampi si pipit. Teberebus pecah, habis ditadah pakai seneleng (bisul pun pecah nanahnya habis ditadah ke dalam tempayan). Bapak borok pun sembuh. Anak borok menjual nanah dalam tempayan itu ke Nek Kemaji. Ol eh Nek Kemaji, nanah itu dicicipi untuk memakan nasi pulut. eh, enak. Berapa harg anya? . Kata Nek Kemaji kepada borok. ditukar gendang saja nek jawab borook. Nek Kem aji menyetujui dan ia menyuruh borok memilih salah satu dari gendangnya. Borok p un memilih dan mencoba satu-satu gendang milik Nek Kemaji. Ia mengambil satu gen dang dan membunyikannya cang ding, cang ding bunyi gendang itu. Tetapi borok meras a gendang itu tidak bagus dan ia memilih gendang yang lain dan membunyikannya. du ng dung dung bunyi gendang berikutnya. nah, inilah gendang yang bagus . Borok memili h gendang itu. nek, aku pulang dulu kata borok kepada Nek Kemaji. aok , jawab si Nene k. Borok pulang sambil bergendang sepanjang jalan. Ia terus bernyayi dan memukul ge ndangnya cang ding cang ding, dedet Nek Kemaji makan nanah biji peler borok . Rupan ya Nek Kemaji mendengar nyanyian borok dan ia pun bertanya apa cu? . Tetapi borok m enyangkal dang berkata ndak nek, itu anjing nenek ikut . Nek Kemaji diam saja. teta pi tidak lama kemudian borok kembali menyanyi dan memukul gendangnya cang ding ca ng ding, dedet Nek Kemaji makan nanah biji peler borok . Kembali Nek Kemaji bertan ya kepada borok apa cu? . Borok menyangkal lagi dan mengatakan bahwa kali ini kambi ngnya yang ikut. huh huh .. seru borok sambil terus bergendang dan menyanyi. Semakin l ama nyanyiannya semakin keras dan kuat. dedet Nek Kemaji makan bisul san borok . Ne k Kemaji itupun akhirnya mendengar. keparat kau borok, tunggu nanti musim gawai . K ata Nek Kemaji dalam hati. Musim gawai yang ditunggu Nek Kemaji pun tiba. Ia mengundang keluarga borok untu k datang ke rumahnya. oh borok, Nenek buat tuak pada gawai 3 hari lagi. Datangla h ke rumah dengan membawa pancat berayat (keturunan) . Borok sekeluarga pun datang ke rumah Nek Kemaji. Tiga hari kemudian, datanglah seluruh keturunan borok. Ada yang hamil, yang tua, besar kecil, ada yang beranak, semua datang ke rumah Nek Kemaji. Kek Kemaji pun sudah siap menebang dua batang pohon pinang. Borok seketu runan diberi minum tuak oleh Nek Kemaji. Setelah semua mabuk, Nek Kemaji menyuru h mereka tidur dengan berbantal pohon pinang yang sudah ditebang tadi. Setelah s emua borok tidur berbantal pohon pinang, dengan mudahnya Nek dan Kek Kemaji memo tong leher para borok itu. Kek Kemaji melihat satu borok yang sedang hamil dan i a tidak tidur. ampun kek, jangan bunuh saya, saya mohon kepada kakek . Kek Kemaji p

un tidak tega untuk membunuh borok yang hamil itu dan membiarkannya hidup. Semen tara borok yang lain sudah habis dibunuh, dibakar bulunya, dan disalai oleh Nek dan Kek Kemaji. Dari satu borok yang hamil tadi itulah borok sampai saat ini bel um habis dan terus merusak tanaman manusia. (Kumang, 21 Mei 2011) (32) INGKAR DAN KUWAI Ingkar mengajak kuwai pergi ke gawai, ia menceritakan bahwa di gawai nanti akan banyak perempuan. Ingkar menyuruh kuwai memakai sabuk mulung, sedangkan ingkar a kan memakan sabuk lubang. oh kuwai, ayo kita pergi gawai ajak ingkar kepada kuwai. Maka pergilah mereka berdua dengan menaiki perahu berkayuh. Ingkar ada di belak ang, kuwai yang mengayuh. Tiba-tiba ada elang. kulik-kulik, jelek luan bagus kemu di kata elang. Mendengar perketaan elang, ingkar meminta bertukar dengan kuwai da n ia sekarang menjadi kemudi perahu itu. Elang berkata lagi kulik-kulik, jelek sa buk lubang , ingkar pun meminta sabuk mulung yang dipakai kuwai untuk ditukar deng an sabuk lubang yang kata elang jelek. Akhirnya sampai lah ia di tempat gawai. K uwai menyuruh ingkar naik dulu, sedangkan ia akan menunggu di perahu. Ingkar pun naik, tubuhnya dipatoki ayam. Ia kemudian turun ke perahu, sebelumnya ia menemu kan rantai dan membawanya. Ia bilang kepada kuwai bahwa tubuhnya yang luka-luka itu dicubiti gadis-gadis dan ia diberi hadiah kalung. Mendengar cerita ingkar, n aiklah kuwai. Ternyata, di sana orang-orang heboh karena kuwai naik. Ia pun habi s dipatoki ayam. Akhirnya kuwai turun ke perahu dan pulang. Sesampainya di rumah , ingkar mengajak kuwai bermain teka-teki. Kuwai menyuruh ingkar yang lebih dulu , ding grinding tulang ku . Kata ingkar memulai teka-teki. Plak , kuwai menampar ingkar . Sekarang gantian kuwai, bak belebak mata ing .. . Teka-teki ini diulangi dua kali d an ingkar dua kali pula ditampar oleh kuwai. Makanya sekarang ingkar lehernya ag ak miring (tengeng). (Maria Cos, 21 Juni 2011) *** kuwai adalah binatang sejenis bunglon atau kadal yang lehernya berbuku-buku, sedangkan ingkar adalah binatang hutan yang bentuknya seperti badannya mirip ku cing kecil dan kepalanya mirip kepala burung hantu. Kepala ingkar ini bisa menol eh 180. Sekarang ingkar ini sudah langka bahkan mungkin sudah habis. (33) LELE DAN IKAN TAPAH Pada suatu hari, lele bertengkar dengan ikan tapah. Lele berkata kepada ikan tapah, hai ikan tapah, kau besar tapi tak berkumis, sementara aku, tubuhku k ecil tapi kumisku panjang . Mendengar perkataan lele ini, ikan tapah marah dan men gejar lele. Karena ikan tapah sangat besar, lele masuk ke dalam lubang lubang su ngai sehingga ikan tapah tidak bisa masuk dan mengejarnya. Ikan tapah kemudian b ersumpah bahwa setiap ada lele di kolam atau sungai besar akan dimakannya. Sampa i saat ini, lele tidak pernah hidup di kolam besar. Kalaupun ia hidup di sungai dan bertemu dengan ikan tapah, maka ikan tapah akan langsung memakan ikan lele. (Mujiman, 19 Mei 2011) *** di sungai Kapuas, ikan lele digunakan sebagai umpan jika sedang memancing ik an tapah (34) ASAL-USUL BUAH LENGAK Ada seorang suami istri yang tinggal di sebuah rumah. Sang istri sedang hamil 3 bulan, bernama demia. Pada sudatu hari, suami ingin berlayar jauh, dan istrinya tidak boleh turut serta karena sedang hamil. Suami itu berlayar cukup lama, samp ai istrinya melahirkan. Anaknya diberi nama Demia Lengak. Ketika hamil, Demia pernah ngidam buah lengak. Ia pun meminta kepada mertuanya u ntuk memberikan lengak dengan janji akan mengembalikannya. Tetapi sampai Demia m elahirkan, ia belum memiliki lengak untuk dikembalikan kepada mertuanya. Sampai mertuanya menagih lengak yang ia berikan sebanyak 3 kali. Karena memang tidak ada lengak yang dapat diberikan kepada mertuanya, maka Demia menyusui anaknya dan menimangnya di ayunan. Di bawah ayunan disediakannya tampi . Demia menyanyikan lagu untuk anaknya, Ayun anak, akan tua anak Omban mau nagih adoh Demia Lengak Ketika lagu selesai dinyanyikan, maka buah kaki anak Demia berubah menjadi buah lengak. Demia terus menyanyikan lagu itu sampai paha, pinggang, perut, tangan, l eher, dan kepala anaknya berubah jadi lengak dan jatuh ke atas tampi yang sudah disediakan. Setelah badan anaknya habis berubah menjadi buah lengak, maka dituan gnya buah lengak itu ke dalam bakul dan diberikan kepada mertuanya. Mamak mertua

menerima dan memakan habis buah lengak jadian dari badan cucunya. Beberapa waktu kemudian, datang suami Demia dari berlayar. Ia bertanya, kemana a naknya. Demia pun menceritakan semuanya, bahwa ia pernah berhutang lengak kepada mertuanya. Karena memang Demia tidak punya lengak untuk dikembalikan, maka mert uanya pun menagih sampai 3 kali. Akhirnya ia menyanyikan lagu untuk anak perempu annya yang sudah bisa tertawa (sekitar umur 3 bulan), dan anaknya berubah menjad i lengak. setelah berubah menjadi lengak, Demia mengembalikan kepada mertuanya, dan mertuanya memakan habis lengak itu. Mendengar cerita istrinya, suami Demia m engambil parang dan pergi ke rumah mamak dan bapaknya. Di sana, mamak dan bapakn ya habis dibunuhnya. (Kumang, 10 Mei 2011) ***lengak adalah buah berwarna hitam yang digunakan sebagai bumbu ini pada acara umpan keramat. Makanan yang disajikan pada acara umpan keramat tidak boleh digo reng, bumbu utama agar rasanya sedap meskipun hanya direbus (ayam) adalah dengan dicampur buah lengak ini. (35) NEK BUJUR DAN NEK BONGKOK Di suatu kampung, ada seorang bujang yang sedang sakit. Ia sudah mecoba berbagai obat dan tidak kunjung sembuh. Pada suatu hari, ia berpamitan kepada or ang rumahnya bahwa ia akan pergi berlayar. Ia berjalan jauh ke dalam hutan. Akhirnya si bujang sakit itu sampai pada sebuah rumah tua yang atapnya sudah ber lilit akar. Rumah itu sepertinya tidak dihuni. Dari bawah rumah, si bujang sakit bertanya apakah ada orang di rumah? . Ternyata dari dalam rumah ada yang menyahut, ada kata suara nenek tua dari dalam rumah itu. kalau orang bujur, nenek bujur. Kal au orang bengkok, nenek bengkok . Katanya lagi. kemudian nenek itu juga menambahka n kalau kamu mau masak timba saja beras di tempayan. Kalau mau lauk, tangkap saja ikan di sungai . Si bujang sakit kemudian menimba beras di tempayan. Ia menimba satu canting dan memasukkannya ke dalam bakul. Ia mengulang 2 sampai 3 kali dan tetap kosong. Kar ena bakulnya terus kosong ia kemudian langsung ke sungai untuk menangkap ikan. D i sungai ia melihat banyak sekali ikan. Si bujang sakit langsung mengambil bambo o dan menganyamnya. Setelah jadi, ia pun pergi untuk menangkap ikan dengan tango kan. Ia menangkap ikan, tetapi kosong. Ia menangkap lagi dan tangokannya tetap k osong. Si bujang sakit pun heran dan ia mengeluh capek. Tangkokan pun sudah rapa t, tetapi kenapa ikan tak tertangkap juga. Si bujang sakit lalu naik ke rumah nenek. Ketika ia naik ke rumah itu, dilihatny a nenek sedang masak nasi dan lauk. Tetapi dilihatnya periuk dan kualinya hanya sebesar kulit jengkol. Kemudian si bujang bertanya wah nek, mana cukup untuk kita makan? nenek menjawab, makan saja dulu cu . Mereka pun makan. Tetapi setiap nasi da n lauk diambil, nasi dan lauk itu tidak berkurang. Si bujang pun akhirnya kenyan g. Si bujang sakit lama tinggal di rumah nenek itu. Penyakit pun semakin lama se makin sembuh. Akhirnya, si bujang sakit bilang kepada nenek itu nek, saya sudah s embuh, aku ingin pulang untuk bertemu bapak dan mamak, tapi aku tidak tahu jalan . Aku minta nenek mengantarkan aku . Nenek justru menyuruh dsi bujang mengambil bu ah kelapa dan menebang kayu purang (untuk memikul orang mati). Kelapa itu diglin dingkan dan kayu purang itu sebagai titian dan menyuruh si bujang mengikuti kema na buah kelapa itu pergi. Akhirnya kelapa itu sampai di depan tangga rumah si or ang tua bujang. (Jonai, 17 Mei 2011) ***Cerita ini dipakai dukun ketika mengobati orang sakit. Menurut kisah, jika bu jang itu ketika mengambil beras di tempayan bakulnya dapat terisi dan ketika men angkap ikan tangokannya terisi dengan ikan maka ia akan mati. Karena ternyata, i kan dan beras itu adalah semangat (roh) dari bujang itu. Ketika dukun mengobati orang, beras diikat dengan kain hitam dan diletakkan di dalam capan (tampi) yang disebut dengan rajah yang seolah-olah beras itu suami-istri. Selain itu, disedi akan sesajen atau umpan seperti pulut 3 batang, telur, ayam, lengak, kacang, tua k, daun sengkubak yang dipakai sebagai penawar. Capan tadi dipakai untuk menampi rajah sambil dipomang (bercerita Nek Bujur dan Nek Bongkok ini), kemudian dukun meludah dengan tuak. (36) NEK KUBAK DAN BUJANG SAKTI Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang bernama Bujang Sakti. Ia berladang dan menanam prenggi (labu) dan mentimun. Sekian lama Bujang Sakti menunggu tanam annya itu tumbuh. Sampai pada suatu hari ketika dirasa tanamannya sudah tumbuh,

ia pergi ke ladang untuk melihat tanamannya itu. Ia pun kaget karena ternyata ta namannya habis. sepertinya tanamanku habis dimakan landak kata Bujang Sakti. Ia pu n kemudian masuk ke dalam salah satu lubang yang ada di ladangnya. Ia terus masu k ke dalam lubang landak itu. Ia jalan merayap terus sampai pada lubang yang aga k besar dan sampai ia bisa berdiri dengan lutut. Ternyata lubang itu sampai pada sebuah rumah, bukan lubang landak. bolehkah saya masuk , kata Bujang Sakti. Tetapi orang yang ada di dalam rumah itu t idak menyahut. Kemudian Bujang Sakti mencabut rumput dan melemparkannya. Ternyat a lemparan rumput Bujang Sakti itu menancap di telinga Nek Kubak, si pemilik rum ah. Dari telinga itu keluar tabuan, naming, dan arau yang semua adalah binatang penyengat berbisa. Tetapi Nek Kubak tetap tidak memperdulikan Bujang Sakti. Bujang Sakti pun mengambil rumput dan melemparkannya lagi. Kali ini rumput itu m enancap di telinga Nek Kubak yang satu lagi. Barulah Nek Kubak menyahut panggila n Bujang Sakti yang bertanya bolehkah saya naik? Nenek siapa? . Kemudian Nek Kubak mengijinkan Bujang Sakti masuk ke rumahnya. Nek Kubak memberi Bujang Sakti makan an berupa nasi dan lauk. Bujang Sakti bertanya kepada Nek Kubak, nenek tinggal se ndiri? Anak nenek mana? Nek Kubak bercerita bahwa ia memilik 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Semua itu berwujud macan dan saat ini sedang pergi mengayau ( berburu kepala) karena ini musim pengayau. ladang saya habis dimakan landak nek , kata Bujang Sakti kepada Nek Kubak. Tapi Nek Kubak menjawab bukan landak yang ambil, nak. Itu buahmu ada di loteng. Ambillah dan bawa pulang . Tetapi Bujang Sakti tidak mau mengambil buahnya. Ia memberikanny a kepada Nek Kubak. Nek Kubak lalu menyuruh Bujang Sakti bersembunyi. Ia bilang bahwa jika nanti anaknya datang akan berbahaya karena ia akan menerkamnya. Datanglah rombongan macan dari berburu manusia. Ketika sampai rumah, ia mencium ada bau manusia di rumahnya. tidak ada manusia di sini , kata Nek Kubak. Tetapi mac an-macan itu tetap yakin bahwa di rumahnya ada manusia. Bujang Sakti pun akhirny a keluar dari persembunyiannya. Ia mengatakan bahwa ia ingin kawin dengan macan perempuan yang bungsu. Rupanya macan bungsu itu juga mau dengan Bujang Sakti. Ak hirnya macan bersaudara itu memberikan tantangan kepada Bujang Sakti. Macan itu menyediakan banyak piring untuk dimakan Bujang Sakti. Salah satu dari piring-pir ing itu adalah piring calon istrinya. Jika ia salah ambil piring, maka macan itu akan menerkamnya. Bujang Sakti bingung dan takut salah pilih. Akhirnya, ada see kor lalat yang menghampiri Bujang Sakti. jangan khawatir Bujang, nanti aku akan a da di tepi piring istrimu . Bujang Sakti pun berterimakasih kepada lalat karena te rnyata lalat itu benar ada di piring istrinya. Ia pun berhasil melewati tantanga n pertama. Berikutnya macan bersaudara memberikan satu tantangan lagi. Yaitu Bujang Sakti h arus tidur di kelambu istrinya. Jika ia sampai salah masuk, macan akan memangsan ya. Bujang Sakti kembali kebingungan karena takut salah. Akhirnya, datanglah kun ang-kunang. Ia bilang bahwa di mana ada kunang, itulah kelambu istrinya. Bujang Sakti terselamatkan lagi oleh kunang-kunang yang menunjukkan di mana kelambu is trinya. Terakhir, macan memberikan tantangan kepada Bujang Sakti untuk melubangi tiang d inding jurung (pondok tempat menyimpan padi) dengan tombak sampai tembus. Kali i ni Bujang Sakti benar-benar bingung dan susah karena tidak mungkin tombak bisa m enembus tiang dinding jurung. Akhirnya datanglah bantuan dari badung (kumbang ba u yang dapat melubangi kayu). Ia sanggup bekerja untuk Bujang Sakti. Badung yang akan melubangi tengah kayu. Sebagai tanda, ia menyuruh Bujang Sakti menusukkan tombaknya ke bagian tiang yang berwarna merah. Sampai pada waktunya, macan bersa udara itu tidak ada yang mampu menembus tiang penyangga dinding. Ada yang hanya satu ruas jari, dua ruas jari, dan hanya satu kepalan tangan. Akhirnya, Bujang S akti mampu menembuskan tombaknya ke tiang penyangga dinding. Setelah melewati tiga tantangan dan berhasil melewatinya, Bujang Sakti pun dapat mengawini macan bungsu. Mereka mendapatkan dua anak laki-laki dan perempuan. Se kian lama ia tinggal di lubang tempat Nek Kubak itu tinggal. Sementara istri dan saudara-saudaranya masih tetap terus mengayau untuk berburu kepala. Pada suatu hari, Bujang Sakti punya piker ingin pulang ke dunia manusia. Ia meny ampaikan keinginannya itu kepada Nek Kubak. Saat itu istri dan saudara-saudarany a sedang pergi mengayau. jika ingin pulang, pulanglah sekarang. Nanti jika macan

pengayau datang akan berbahaya karena mereka akan membunuh siapa yang dijumpainy a . Bujang Sakti pun berpamitan pulang. Nek Kubak membekali Bujang Sakti kain sele ndang penggendong 7 helai untuk menggendong kedua anak Bujang Sakti. Ketika Bujang Sakti baru saja pergi, macan bersaudara yang masih kelaparan datan g. Ia ingin memangsa Bujang Sakti dan anaknya. mana manusia itu? tanya salah satu macan kepada Nek Kubak. sudah pulang , jawab Nek Kubak. Tiba-tiba pasukan macan itu mengejar Bujang Sakti yang pergi bersama anaknya. Bujang Sakti mengetahui bahwa ia dikejar macan. Ia pun lari sekencang-kencangnya . Macan dapat meraih selendang untuk menggendong anak Bujang Sakti, sampai ketuj uh helai selendang itu habis. Akhirnya Bujang Sakti mengapit kedua anaknya di ke tiaknya. Bujang Sakti dan anaknya sampai diujung lubang dan bisa keluar. Kemudia n Bujang Sakti menutup lubang itu sehingga macan-macan tadi tidak bisa menangkap nya. kita bercerai , kata Bujang Sakti kepada istrinya yang ada di dalam lubang. bai klah, tetapi jika pada waktu gawai kalian tidak memberitahu kami, kami akan data ng dan memangsa manusia yang bergawai, jika manusia bergawai memberi tahu kami, berarti mereka adalah keturunan Nek Kubak dan kami tidak akan memangsanya Kata ma can bungsu. Bujang Sakti pun menyanggupi. Sejak saat itu sampai sekarang setiap kali gawai selalu memberitahu Nek Kubak, N ek Bakau, anak Nek Lacai. Umpan (makan) yang diberikan adalah babi, ayam, pulut , tuak. Serapahnya adalah ini umpan untuk kamu, Nek Kubak, Nek Bakau, anak Nek La cai, yang ada silakan diambil tetapi yang tidak ada jangan dicari. Jaga Kampung selama gawai, tidak ada orang sakit, tidak ada orang berkelahi . (Dio Parman, 20 J uni 2011) (37) DEMIA DUA BERADIK Ada seorang dua bersaudara, adiknya bernama Idi. Kakaknya ingin minta kepada adi knya benih padi. Tetapi adiknya tidak mau memberikan dalam jumlah banyak, dan ha nya memberikan dalam jumlah yang sedikit. Kakak menerimanya, dan menaruhkan di d alam sebuah kantong yang diikat dengan tali. Di tengah jalan, ada seekor anjing yang menggigit tali kantong itu. Lalu benih tumpah dan berhamburan. Si kakak mem ungut benih padi itu dan menanamnya. Ia menanam padi sesuai dengan adat masyarakat Dayak Kancing k. ia menyiapkan benih , lalu nebas, nebang, dibakar, nugal, dan membersihkan padi dari semak-semak. Ke tika musim panen tiba, tidak habis-habis padi yang ia panen sampai sebanyak tuju h lumbung. Pada suatu hari, datanglah saudaranya. Ia bertanya, siapa yang punya lumbung ini? sambil ia mununjuk lumbung pertama, kakaknya menjawab milik kita . Kemudian ia menu njuk lumbung kedua, dan bertanya ini lumbung siapa? kakaknya menjawab milik kita . Te rus adiknya bertanya siapa yang memiliki beras sebanyak tujuh lumbung itu. Adiknya tidak percaya karena ia merasa hanya memberikan sedikit benih. Akhirnya mereka menyelenggarakan gawai besar untuk mengambil semangat padi dengan nyapat taun. (Kumang, 16 Mei 2011) (38) PAK ALUI BERISTRI DUA Pada suatu hari istri Pak Alui menyuruh Pak Alui pergi memancing. Maka b erangkatlah Pak Alui. Ketika ia sedang berjalan, sampai di tengah hutan terjadi hujan lebat. Pak Alui berteduh di bawah sebuah mahligai (menara tinggi). Ia meng gigil kedinginan. Karena ia sangat menggigil, sarung parangnya bergoyang-goyang menyenggol tiang mahligai. Di sisi lain, di lantai paling atas mahligai itu ada seorang bidadari be rnama Dayang Peteri yang sedang menunggu kekasihnya, seorang anak raja. Kekasihn ya berjanji akan datang suatu hari nanti. Jika tiang mahligai itu berbunyi, ia m enyuruh Dayang Peteri itu turun karena berarti ia telah datang. Dayang Peteri mendengar tiang mahligainya berbunyi. Maka ia pun turun ka rena merasa kekasihnya telah datang. Melihat ada Dayang Peteri turun, Pak Alui b erlari. Dayang Peteri yang bingung pun lari juga mengejar Pak Alui. Mereka lari kehutan berkejar-kejaran. Ketika sudah merasa kelelahan, Pak Alui bertanya kepad a Dayang Peteri kenapa mengejar saya? tanya Pak Alui. Karena merasa sudah terlanju r mengejar jauh, maka Dayang Peteri meminta Pak Alui mengawininya. Maka kawinlah mereka. Pak Alui lupa dengan istri pertamanya, ia dan Dayang Peteri membangun s ebuah pondok di belah hulu Raja Kenyayan. Pada suatu ketika, Pak Alui dan istrinya sedang berada di sungai. Busa s

abun bekas mereka mencuci terhanyut di sungai dan diketahui oleh hulubalang raja . Datanglah hulubalang untuk melihat siapa orang yang ada di hulu itu. Para hulu balang itu melihat ternyata yang ada di hulu itu Pak Alui dan Dayang Peteri yang sangat cantik. Laporlah mereka kepada raja bahwa Pak Alui ada di hulu dengan is trinya yang sangat cantik. Mendengar berita ini, raja menyuruh anak buahnya mema nggil Pak Alui datang. Pak Alui pergi ke istana raja. Di sana, raja menyampaikan bahwa raja mem inta Pak Alui pergi ke hutan untuk mencari harimau yang beranak muda. Raja bilan g bahwa harimau itu akan digunakan untuk teman bermain anaknya. Pak Alui tidak b erani melawan perintah raja. Ia pun pulang dan menangis ke istrinya. matilah aku , kata Pak Alui kepada istrinya. Istrinya bertanya apa sebab Pak Alui menangis. I stri Pak Alui mengatakan bahwa Pak Alui tidak akan mati, dan memberikan cincin c intamani kepada Pak Alui. Maka pergilah Pak Alui ke hutan. Di hutan, Pak Alui bertemu dengan harimau. Ketika akan menerkam Pak Alui , tiba-tiba harimau itu membatalkannya dan bertanya kepada Pak Alui, apa alasan dia ke hutan. Padahal tentunya Pak Alui tahu bahwa jika ia pergi ke hutan maka h arimau akan memangsanya. Pak Alui menceritakan bahwa ia disuruh raja mencari har imau yang beranak muda, katanya akan dipakai mainan raja. Harimau pun mengerti b ahwa sebenarnya raja ingin Pak Alui mati. Maka harimau itu mencarikan harimau y ang beranak muda dan mengantarkan Pak Alui pulang. Sampai di depan istana raja, hulubalang heran melihat Pak Alui berhasil dengan s elamat membawa harimau beranak muda. Ketika akan menyerahkan harimau kepada raja , raja takut dan menyuruh Pak Alui mengembalikan harimau itu ke hutan. Pak Alui pun mengembalikan harimau itu ke hutan. Beberapa waktu kemudian, raja memanggil Pak Alui lagi. Kali ini raja menyuruh Pa k Alui pergi ke hutan lagi untuk mencari harimau berkepala tujuh. Raja dan hulub alangnya mengantar Pak Alui dengan kapal besar ke sebuah pulau kosong. Ketika Pa k Alui sudah turun dari kapal, raja dan hulubalangnya pergi meninggalkannya. Kap al raja sudah pulang. Pak Alui pun berjalan sendirian ke dalam hutan. Ia menemuk an sebuah rumah dan di dalamnya ia melihat ada seekor naga. Melihat Pak Alui dat ang, naga pun bertanya apa tujuan Pak Alui datang ke pulai yang tidak berpenghun i itu. Pak Alui menceritakan bahwa ia disuruh raja mencari naga berkepala tujuh. Naga pun tahu bahwa raja ingin Pak Alui mati. Setelah bermalam di rumah naga it u, naga menyuruh Pak Alui memasukkan tangannya ke dalam mulut naga untuk mengamb il cincin di dalam perutnya. Pak Alui mendapatkan satu cincin lagi yang digunaka n untuk menangkap naga berkepala tujuh. Pak Alui pun ke tepi pulau dengan seekor naga berkepala tujuh. Tetapi ka pal raja sudah tidak ada, dan Pak Alui pulang dengan naik ke punggung naga. Keti ka sampai di hadapan anak buah raja, mereka semua tidak mau menerima naga itu ka rena takut dan menyuruh Pak Alui mengembalikannya. Pak Alui pun mengembalikan an ak raja itu. Beberapa waktu kemudian, raja menyuruh Pak Alui datang ke istana lagi. K ali ini raja menyuruh Pak Alui datang ke surga, untuk bertanya bagaimana kabar b apak dan mamaknya di surga. istri raja menuruh landak membuat lubang kubur untuk Pak Alui itu bisa tembus ke bawah rumahnya. Maka pada hari yang sudah ditentuka n, Pak Alui dikubur di dalam tanah, diberi minyak dan dibakarlah Pak Alui. Lalu setelah membakar kuburan Pak Alui, raja datang ke istri Pak Alui untuk mengajakn ya pulang. Istri Pak Alui tidak mau karena merasa Pak Alui belum mati. Ia memint a raja menunggu 1 malam. Besok harinya, datanglah Pak Alui dengan membawa surat dan kue satu keranjang. I si surat itu adalah bahwa kabar bapak dan mamak sangat bahagia, di surga itu ban yak makanan enak. Bapak mama Pak Alui menyuruh Pak Alui cepat ke surga jika ingi n hidup enak. Raja pun penasaran, ia ingin ke surga dengan melewati lubang yang dibuat Pak Alui. Maka kuburan yang sudah ditutup tanah itu dibuat lubang lagi. m asuklah raja dengan semua anak buahnya. Kemudian ditimbun tanah dan minyak, lalu Pak Alui membakarnya. Matilah raja dan semua anak buahnya. Pak Alui menyisakan satu anak raja yang sangat cantik dan mengawininya. Pak Alui kawin dua. (Dio Sar man, 26 Mei 2011) (39) PAK ALUI DAN ANAKNYA Pada suatu hari, Pak Alui mengajak anaknya (Alui) berburu ke hutan. Alui

pun mau, maka Alui dan Pak Alui berangkat bersama. Ketika sudah sampai hutan, P ak Alui melihat ada babi hutan. Tetapi Alui tidak melihatnya. Pak Alui pura-pura mencoba senapannya dan menembakkan senapannya ke arah babi hutan itu. Tiba-tiba terdengar suara binatang roboh. Alui langsung bilang ke bapaknya pak, babi mati pak , kata Alui. Tetapi Pak Alui bilang bahwa itu bukan babi mati tetapi kelepah n ibong jatuh. Alui tidak percaya dan bilang lagi kepada bapaknya pak, babi pak . Tet api lagi-lagi pak Alui bilang bahwa yang jatuh itu bukan babi. Alui pun mulai ta hu bahwa bapaknya pura-pura tidak mengetahui dan sengaja membohonginya. Setelah sampai sore tidak menemukan buruan apa-apa, Pak Alui mengajak Alui pulan g. Sampai di rumah, Pak Alui mengeluh kepada istrinya bahwa ia capek dan tidak m endapatkan buruan apa-apa. Tetapi, tanpa sepengetahuan Pak Alui, Alui cerita kep ada mamaknya (Mak Alui) bahwa sebenarnya Pak Alui mendapatkan buruan babi. Tetap i pura-pura tidak mengetahui dan sengaja tidak membawanya pulang. Malam harinya, ketika Mak Alui dan Alui sudah tidur, Pak Alui mengendap-ngendap pergi ke hutan untuk mengolah babi hutan tadi. Tetapi rupanya Alui dan Mak Alui hanya pura-pura tidur. Mereka pun membuntuti kemana Pak Alui pergi. Mak Alui dan Alui pun tahu bahwa Pak Alui pergi ke hutan untuk memakan babi hutan itu sendir i. Ketika Pak Alui sedang mengolah babi hutan itu, Mak Alui dan Alui menakut-nakuti Pak Alui dengan suara kuang-kuang kuik kuik, minta kepala babi kata Mak Alui dan A lui menakuti Pak Alui dengan bersuara hantu hutan. Pak Alui yang penakut pun lan gsung melemparkan kepala babi ke semak-semak tempat anak dan istrinya menakutiny a. Kemudian diulangi lagi kuang-kuang kuik kuik, minta kaki babi , Pak Alui melempa rkan kaki babi. Begitu seterusnya sampai babi hutan itu habis dilempar. Sampai di rumah, Mak Alui dan Alui langsung mengerja babi hutan itu dengan dibu atnya salai, kasam, dan dibakar. Setelah masak, Mak Alui dan Alui pun makan keny ang-kenyang. Ia menyimpan kasam dan salai daging babi itu di atas dapur. Pak Alu i pun pulang dengan perut kelaparan. Ia kemudian makan hanya nasi tanpa lauk. Ti ba-tiba ketika Pak Alui sedang makan, dari atap rumahnya menetes kuah kasam. Ia pun berkata asa asa kasam semalam . Mak Alui yang mendengarnya langsung bertanya ke pada Pak Alui. Tetapi Pak Alui berkata tidak ada apa-apa. Tetapi ia mengulanginy a lagi karena kuah kasam itu menetes dipiringnya lagi. Istrinya pun bertanya lag i, dan akhirnya Pak Alui pun mengaku dan menceritakan apa yang terjadi. Mak Alui dan Alui pun juga bercerita bahwa yang menakuti Pak Alui adalah mereka. (Maria Cos, 27 Juli 2011) (40) PAK ALUI DAN HANTU RAYA Ada sebuah keluarga yang terdiri dari tiga beranak (sepasang suami istri dan satu anak). Anak keluarga itu namanya Alui, bapaknya dipanggil Pak Alui dan ibunya dipanggil Mamak Alui. Pada suatu hari, Pak Alui pamit kepada istrinya un tuk berlayar. Istrinya mengijinkan Pak Alui untuk pergi berlayar untuk mencari h idup. Beberapa waktu lamanya, ternyata Pak Alui tidak juga pergi. Rupanya Pak Alui menunggu istrinya lengah. Tanpa sepengetahuan istrinya, Pak Alu i naik ke atas parak (papan di atas tungku dapur yang biasa dipakai untuk menyim pan barang). Pak Alui diam di atas tempat itu untuk memakan pisang yang disimpan istrinya. Setelah berhari hari dikira Mak Alui pergi berlayar, ternyata ketahua n bahwa Pak Alui ada di atas dapur sedang memakan pisang. Marahlah Mak Alui ke P ak Alui. Setelah dimarahi Mak Alui, Pak Alui lari ke hutan. Di hutan ia berjalan. Setelah berjalan jauh, ia menemukan sebuah pondok. Pak Alui mengintai pondok itu dan be rtanya tanya rumah siapa yang ada di tengah hutan itu. Ternyata yang ada di dala m pondok itu adalah hantu yang bernama Hantu Raya. Hantu Raya duduk di dalam seb uah lesung yang bawahnya berlubang sambil memakan pisang. Pak Alui melihat hantu Raya itu sambil makan pisang sambil berak. Sementara Pak Alui yang juga kebanya kan pisang tidak bisa berak. Maka pulanglah Pak Alui. Pisang yang dimakan Pak Alui adalah pisang kerak yang jika kebanyakan makan jadi tidak bisa berak. Sementara pisang yang dimakan hantu raya adalah pisang yang b isa buat berak orang yang kebanyakan makan. Ketika Pak Alui pulang, hantu Raya i tu mengikuti Pak Alui karena ingin memakan Pak Alui. Begitu sampai rumah, pak Al ui langsung naik ke atas parak dan memasang pisang lagi. Begitu melihat bahwa Pa k Alui langsung naik ke atas parak, hantu Raya tidak jadi memakan Pak Alui karen

a ia menyangka bahwa Pak Alui berteman dengan hantu parak. Ceritapun selesai. (B enson, 18 Mei 2011) (41) PAK ALUI DAN RUSA Pak Alui sedang mencari rebung di hutan si tepi sungai. Ketika ia sedang berada di dalam hutan, ada rusa yang masuk ke dalam sampannya. Karena sedang kekenyanga n maka rusa itu tertidur. Pak Alui kembali dari hutan dan melihat rusa sedang tertidur di dalam sampannya. Pak Alui tidak membangunkan rusa itu tetapi langsung mengayuh dayungnya membawa rusa itu pulang. Ketika memasuki kampungnya. Para tetangga yang sedang berada d i sungai meneriakinya, apa yang dibawa, Pak Alui? , sambil berbisik Pak Alui menjaw ab rusaa . Terus ia menyusuri sungai menuju rumahnya. Sepanjang itu pula para tetang ga terus meneriakinya menanyakan apa yang dibawa oleh Pak Alui. Setelah sekian l ama ia kesal menjawab pertanyaan tetangga sambil berbisik, maka ketika ada tetan gga yang bertanya Pak Alui, sedang bawa apa? pak Alui langsung berteriak dan menja wab Rusakk!! . Seketika itu pula rusa terbangun, karena terkejut dan bingung rusa a khirnya mencebur ke dalam sungai. Pak Alui sangat kecewa dan menciumi air sungai . Biarpun tidak bisa merasakan masakan rusa paling tidak bisa merasakan baunya , ka ta pak Alui. (Nek Gulek, 7 Mei 2011) (42) PAK BELALANG AHLI NUJUM Pak Belalang hidup di sebuah kampung yang dipimpin oleh seorang raja, ia memiliki anak yang bernama Belalang, sehingga ia dipanggil Pak Belalang. Dari n egeri yang jauh, ada seorang raja yang ingin membunuh raja di negeri Pak Belalan g. Setiap kali raja itu datang ke negeri Pak Belalang, ia selalu memberikan teka -teki untuk ditebak oleh rakyat di negeri Pak Belalang. Jika ada pertanyaan yang tidak terjawab, maka raja di negeri Pak Belalang akan dibunuh. Pada suatu hari, raja dari negeri jauh itu ingin datang ke negeri Pak Be lalang. Ia membawa rombongannya naik ke kapal yang besar. Pada malam harinya, ka rena kapal yang sangat besar tidak bisa ke tepi maka mereka mengadakan rapat men genai teka-teki yang akan diberikan kepada rakyat di negeri Pak Belalang. Raja d an semua hulubalangnya berkumpul dalam kapal di tengah laut. Pak Belalang yang m engetahui hal ini, menaiki sampan dan mendayung sampannya pelan-pelan untuk mend engarkan apa yang dibicarakan raja dan hulubalangnya. Dari dalam kapal terdengar oleh Pak Belalang perbincangan dua prajurit t entang teka-teki yang akan diberikan raja esok hari. Teka-tekinya adalah raja me nyediakan kayu sepanjang 5 meter yang diletakkan secara melintang di atas kayu y ang panjangnya juga 5 meter. Nanti harus ditebak mana pangkal dan ujung kayu itu . Prajurit mengatakan bahwa yang berat adalah pangkal kayu dan yang ringan adala h ujung kayu. Mereka tidak sadar bahwa pembicaraan mereka didengarkan oleh Pak B elalang. Setelah mengetahu jawaban dari teka-teki esok hari, pulanglah Pak Belal ang. Besok harinya, raja pun turun dari kapal yang besar. Ia membawa pertanya an untuk di jawab seluruh negeri. Jika tidak bisa, maka raja di negeri Pak Belal ang itu akan dibunuh. Raja menyampaikan bahwa ia memiliki dua kayu sepanjang 5 m eter yang disusun secara melintang. Rakyat negeri Pak Belalang harus menentukan mana pangkal dan ujungnya. Semua tidak ada yang tahu, hanya Pak Belalang yang be rani menjawab. Ia menjawab bahwa pangkal adalah yang berat dan ujung adalah yang ringan. Jawaban Pak Belalang benar, dan raja itu memberi Pak Belalang hadiah ua ng. Raja pun pulang. Beberapa hari kemudian, raja dan rombongannya datang lagi dengan kapal y ang besar. Pada malam sebelum ia turun memberikan teka-teki, raja dan hulubalang nya kembali rapat di dalam kapal di tengah laut. Pak Belalang pun kembali naik s ampan pelan-pelan untuk mendengarkan apa yang akan dipertanyakan oleh raja besok . Raja besok akan membawa 2 induk ayam yang masing-masing memiliki 12 ekor anak ayam. Kesemua ayam itu akan dilepas, dan akan ditanyakan siapa induk dari masing -masing anak ayam itu. Pak Belalang mendengar bisik-bisik dari prajurit lagi, ba hwa anak ayam akan menempel diinduknya masing-masing. Setelah tahu jawaban ini, Pak Belalang pun pulang tanpa diketahui siapa-siapa. Keesokan harinya, raja itu turun dari kapalnya untuk memberikan teka-tek i kepada seluruh rakyat di negeri Pak Belalang. Raja mengeluarkan 2 induk ayam d an 24 ekor anak ayam. Raja bertanya siapa induk dan anak dari masing-masing ayam

. Setelah tidak ada yang bisa menjawab, Pak Belalang yang sudah mengetahui jawab annya mengatakan bahwa anak dari induk ayam itu adalah anak-anak ayam yang berad a di dekat induknya. Pak Belalang benar, dan ia mendapatkan hadiah dari raja itu . Raja pun pulang untuk menyiapkan teka-teki terakhir. Untuk ketiga kalinya, raja dan hulubalang mengadakan rapat di tengah lau t. Seluruh prajuritnya berkumpul untuk merundingkan apa yang teka-teki yang haru s dipecahkan oleh rakyat negeri Pak Belalang. Malam hari itu hujan turun dengan lebatnya disertai dengan badai kencang. Pak Belalang sudah berangkat untuk kemba li menguping apa yang dibicarakan oleh mereka di kapal. Tetapi karena hujan leba t dan badai yang kencang, Pak Belalang tidak bisa sampai di kapal itu dan ia akh irnya pulang dalam keadaan demam. Kali ini Pak Belalang tidak tahu apa teka-teki yang akan diberika raja. Keesokan harinya, raja dan seluruh hulubalang berkumpul untuk memberikan teka-teki terakhir kepada rakyat di negeri Pak Belalang. Sebelum menyampaikan t eka-tekinya, raja itu mengatakan bahwa jika tidak ada yang bisa menjawab teka-te ki itu maka raja di negeri Pak Belalang akan dibunuhnya dan kerajaan akan dikuas ainya. Setelah itu, raja mengeluarkan sebuah kotak dan rakyat di negeri Pak Bela lang harus menebak apa isi di dalam kotak itu. Seluruh rakyat bingung dan tidak ada yang bisa menjawab, raja pun khawat ir dan merasa nyawanya terancam. Raja memanggil Pak Belalang yang biasanya bisa menebak. Pak Belalang yang kali ini tidak tahu sama sekali karena tidak dapat me nguping ia menangis memanggil nama anaknya, belalang matilah aku sekarang belalang .. . Raja yang membawa kotak itupun kaget karena ternyata pak Belalang bisa menjaw ab pertanyaan raja, karena isi di dalam kotak itu adalah belalang. Kali ini Pak belalang mendapatkan hadiah dari dua raja sekaligus. Satu dari raja yang membawa teka-teki, dan yang satunya dari raja yang merasa nyawanya diselamatkan oleh Pa k Belalang. Sejak itu Pak Belalang dikenal dengan nama Pak Belalang ahli nujum. (Silvanus Ecak, 22 Mei 2011) *** di hampir setiap daerah di Kecamatan Meliau, seseorang akan lebih terkenal d engan nama anak pertamanya. Begitu juga dengan cerita-cerita Pak Alui dan Pak Be lalang, sebenarnya Alui dan Belalang adalah nama anaknya. (43) PATI LUKAI Pada jaman dulu, ada orang tua yang memasang bubu (alat untuk menjebak ikan). Es ok harinya, ia melihat di bubu-nya terlihat ada bekas telapak kaki anak kecil. S ampai hari ketujuh, ikan yang dijebaknya selalu tidak ada. Pada suatu hari, oran g tua itu mengintip dan melihat ada anak kecil itu datang. Ketika anak kecil itu akan mengangkat bubu, orang tua dan anak kecil itu berkelahi. Orang tua itu ham pir kalah. Orang tua itu melihat ada akar riang yang berbunyi kretag-kreteg. Aka r itu diikatkan ke kaki dan tangan anak kecil bernama Lukai ini. Orang tua itu b ilang ke anak kecil kalau kamu tidak diam, tulang kamu akan hancur, dengar saja i tu bunyinya , mendengar bunyi akar riang itu, Lukai yang takut karena menyangka ya ng berbunyi adalah tulangnya. Orang tua itu membawa Lukai pulang ke rumah dan memeliharanya. Pada suatu hari, orang tua mengajak Lukai ke ladang untuk bakar. Tetapi jika pokok kayu itu dibak ar sampai hangus, Lukai menangis. Akhirnya batang kayu itu dipikul dibuang oleh Lukai. Sekian lama, naik tahun turun tahun, akhirnya Lukai ini dijadikan kawan o leh manusia untuk membersihkan ladang ketika akan ditanam baru. Pada suatu hari, ada yang menggurau Lukai bahwa orang tua yang memelihara Lukai ini sudah mati. Mendengar bahwa orang tua angkatnya sudah mati, Lukai pun bunuh diri. Setelah orang tahu bahwa Lukai sudah mati karena bunuh diri, maka orang ya ng mengguraunya itu dikenai pati atau adat untuk mengganti nyawa Lukai itu. Babi beberapa ekor, 8 laksa 8 poku, kepala diganti tempayan tajau, ekornya diganti t empayan paning. Sampai sekarang pati untuk Lukai ini masih disimpan orang Kancing k di Sarek, deka t Sekadau. Sampai sekarang, hantu Lukai ini dipercaya dapat diundang untuk memba ntu orang membersihkan ladang dengan jaminan makanan yang sangat banyak. Ladang akan bersih dengan waktu yang sangat singkat. (Dio Parman, 23 Juli 2011) (44) PELANDUK DAN BURUNG BELATUK Adalah tentang seekor pelanduk yang kehausan dan berjalan ke sungai. Dalam perja lanan ia mendengar ada suara duk.. duk.. duk . Karena bingung, pelanduk mencari sum

ber bunyi itu. Kancil tidak menemukan suara bunyi itu, sampai ketika ia mendonga kkan kepala dan melihat ada seekor burung belatuk yang sedang membuat rumah deng an paruhnya di atas pohon yang sangat tinggi. Pelanduk menyapa burung belatuk hei burung belatuk, kenapa kamu membuat rumah tinggi sekali . Si burung belatuk menja wab bah, ini cuma tempat singgah sementara . Si pelanduk merasa sakit hati dengan j awaban si Pelanduk yang sombong. Maka si pelanduk mencari akal untuk membalas si belatuk. Keesokan harinya, di pelanduk berjalan sangat cepat melewati rumah si belatuk. K arena penasaran, si belatuk bertanya kepada si pelanduk, kenapa ia lari sangat c epat, mau kemanakah. Si pelanduk menjawab mau ke tanah Jawa . Si belatuk menjawab ta nah Jawa kan jauh, dan ini sudah sore hari . Maka si pelanduk menjawab ini juga sud ah pulang-pergi (bolak-balik) . Maka si belatuk giliran yang sakit hati. (Mujiman, 6 Mei 2011) (45) PELANDUK NAIK KUMPANG Pada suatu hari, demia ingin menanggok ikan. Pergilah ia ke sungai denga n membawa tanggokan. Ia menanggok ke hulu, menanggok ke hilir. Tanpa terasa, dem ia sudah jauh berjalan. Ia melihat sebuah pohon kumpang. Ia bergumam ei, seandain ya saja ada yang mau memanjatkan kumpang untuk aku . Pelanduk mendengar dan bertan ya kepada demia kenapa kau demia? , tanya pelanduk. aku ingin ada yang memanjatkan p ohon kumpang itu untuk aku , jawab demia. Pelanduk berkata kepada demia aku tahu bah san . Kemudian pelanduk memanjat pohon k umpang itu. Sambil menunggu pelanduk memanjat pohon kumpang, demia bernyanyi cang anok-anok, naik buah kumpang, mata mpah bintang tarang, rambut upa Rajang sunsa ng . Pelanduk bertanya kepada demia apa san? . tidak ada , kata demia yang terus bernyan yi sampai tiga kali. Setelah merasa cukup, demia meminta pelanduk turun. Demia membawa buah kumpang i tu pulang. Sampai di rumah, Nek Dogak pun datang dan bertanya kepada demia, dai d ai, dari mana kau dapat buah kumpang sebanyak ini, demia? . Demia pun menjawab aku bah tadi menyuruh pelanduk memanjatnya . Nek Dogak rupanya juga ingin. Ia pun memb uat bemban untuk membuat tanggok dan membelahnya menjadi empat. Nek Dogak pun pergi ke sungai untuk nanggok (mencari ikan). Nek Dogak mendapat i kan, tetapi dibuangnya. Lalu ia nanggok lagi dan dapat lintah hidung dan diambil nya. Lama ia berjalan, sampailah ia melihat pohon kumpang. Lalu Nek Dogak meniru kan demia, ia berguman dai dai dai kira ada orang manjat kumpang untuk aku . Tidak lama kemudian, ada yang menyahut oh, tahu bah aku, tapi kamu nyanyi untuk aku kata pelanduk. Nek Dogak menjawab tahu am . Pelanduk pun mulai memanjat, dan nek Dogak mulai bernyanyi. cang anok-anok naik b uah kumpang mata terbelolok kaki cungkir . Pelanduk yang mendengar nyanyian Nek Do gak lalu berkata, salah san, salah . Tetapi Nek Dogak terus mengulangi nyanyian itu . Pelanduk marah karena tahu yang dimaksud dalam nyanyian Nek Dogak itu adalah d irinya. Kemudian pelanduk menghujani Nek Dogak dengan buah kumpang. Nek Dogak ba lik marah dan menunggu pelanduk turun. Ketika pelanduk turun, Nek Dogak langsung membunuhnya. Nek Dogak membawa daging pelanduk itu ke rumah. Sampai di rumah, ia langsung men cincang daging itu. Demia datang, apa yang kau cincang itu, Nek? tanya demia kepad a Nek Dogak. Secara jujur Nek Dogak menjawab bahwa yang dicincangnya itu pelandu k. Demia terkejut dan bertanya kenapa kau bunuh dia, nek? . Nek Dogak menjawab karen a dia jahat sama aku, dia melempari aku . Demia bertanya lagi kepada Nek Dogak dima na kau simpan tulangnya, nek? . sudah aku buang di tempat babi mandi (prongkan) , jaw ab Nek Dogak. Demia pergi mencari tulang pelanduk itu dengan membawa tanggokan. Demia pun mena nggok ke sana kemari mencari tulang pelanduk. Setelah dapat, demia lalu membuat tutuh (kayu untuk membuat tali) dari tulang pelanduk itu dan dibuatnya menjadi kain. dong dang jai kain gengang , dong dang, jadi kain mulong . Dibawa pulang kain-ka in itu dan menjemurnya. Nek Dogak datang dan melihat kain-kain yang dijemur demia. dari mana kau dapat ka in bagus-bagus begini, demia? tanya Nek Dogak kepada demia. ini bah, pemberian kak ek nenekku dulu , jawab demia. Ah, bohong kau demia, kakek nenekmu dulu sama sepert i aku, miskin (bangsat merejat) kata Nek Dogak tidak percaya dengan perkataan dem ia. Kemudian Nek Dogak mengancam demia bilang demia, dimana kau dapat ini, kalau

kau tidak bilang nanti kau aku pantap dengan parang pasok blitar ancam Nek Dogak. Akhirnya demia bilang bahwa ia membuat kain itu dari tulang pelanduk. Nek Dogak pun ingin mengikuti demia. Ia meminjam tutuh demia dan memulai membuat kain sambil mengikuti langkah-langkah demia. Ia bermantra dang-dang jadi genggan , dang dang jadi kain bulong . Tetapi tutuh itu tidak berubah menjadi apa-apa. Nek Dogak marah dan membuang tutuh domia tadi kembali ke pemandian babi (pongkan). (Veronica Rupina, 30 Mei 2011) (46) KANCIL TERJEBAK LUBANG Suatu saat, pelanduk terjebak di dalam lubang, dan ia yang mengetahui bahwa itu adalah jebakan manusia untuk menangkap binatang. Ia tidak kehabisan akal. Ketika ada rusa di sekitar lubang, pelanduk pun memanggilnya. Ia mengatakan kepada rus a bahwa sebentar lagi langit akan runtuh, ia menunjukkan awan yang berjalan seba gai bukti bahwa sebentar lagi langit akan runtuh, oleh karenanya ia bersembunyi di dalam lubang itu. Rusa melihat ke langit, dan ia merasa ketakuatan dan memint a pelanduk berbagi tempat untuk rusa bersembunyi. Pelanduk bersedia, tetapi kare na lubangnya hanya cukup untuk satu binatang saja, pelanduk berusaha untuk dapat berdiri di atas rusa dengan alasan untuk melindungi rusa. Begitu pun waktu babi datang, pelanduk juga melakukan hal yang sama ketika ia menipu rusa. Akhirnya b abi juga merasa ketakutan melihat awan berjalan dan ia meminta pelanduk dan rusa untuk berbagi tempat. Dengan berusaha keras, akhirnya pelanduk dapat berdiri di atas tubuh babi dan rusa meloloskan diri dari jebakan manusia. Sementara rusa d an babi nasibnya harus berakhir di dalam lubang itu sampai manusia pemasang jeba kan itu datang menjemputnya. (Mujiman, 9 Mei 2011) (47) PENYEBAB GAJAH TIDAK ADA DI PULAU KALIMANTAN Awal kisahnya adalah kencil berlayar ke pulau Jawa dari pulau Kalimantan. Dari K alimantan ia membawa daun kayu kubung untuk berlindung dan bulu landak. Di Jawa , kancil yang datang dari Kalimantan menantang gajah untuk lomba menendang kayu sampai tembus. Gajah bersedia karena ia yakin akan menang. Kancil meminta gajah untuk lebih dulu menendang, tetapi balok kayu itu tetap tidak tembus. Ketika gil iran kancil, kancil meminta waktu seminggu dengan alasan ia pasti kalah. Gajah m enyanggupinya. Selama seminggu, kancil mencari akal untuk dapat mengalahkan gajah dengan dapat menendang balok kayu sampai tembus. Maka kancil mencari kumbang tahi untuk memin ta bantuannya. Kumbang tahi adalah salah satu kumbang yang selalu melubangi poho n dan memakan kotoran. Kancil meminta kumbang melubangi balok kayu dan berjanji akan memberikan imbalan berupa kotoran segerobak. Kancil memberikan waktu seming gu untuk kumbang itu mengerjakan tugasnya. Selama seminggu itu pula kancil mengu mpulkan kotorannya untuk diberikan kepada kumbang tahi. Setelah seminggu, kancil yang pesanannya dari kumbang sudah jadi menunggu datang nya gajah dengan bernyanyi dan bersiul-siul. Gajah datang berserta teman-temanny a untuk menertawakan si kancil. Kemudian kancil menendang balok kayu yang dalamn ya sudah dilubangi oleh kumbang tersebut, dan tembuslah kayu itu dengan tendanga n satu kaki kancil yang kecil. Gajak terkejut dan marah karena ia kalah dengan k ancil. Maka ia dan teman-temannya akan mendatangi pulau Kalimantan dan menghancu rkan semua kancil yang ada. Kancil melarang gajah dan pasukannya untuk datang ke Kalimantan, karena raja di hutan Kalimantan sangat besar dan jahat. Untuk membuktikannya kancil menunjukkan daun bunga kubung dan bulu landak ke gajah. Ia mengatakan bahwa daun bunga kubu ng yang lebih besar dari telinga gajah sebagai telinga rajanya, dan bulu landak sebagai bulunya. Padahal gajah yang memliki telinga lebar dan badan besar saja h anya memiliki bulu yang halus. Apalagi jika telinganya lebih besar dan bulunya l ebih besar, pasti tubuh raja di Kalimantan lebih besar. Oleh karenanya gajah tak ut untuk datang ke Kalimantan, sehingga tidak pernah ditemukan gajah di hutan Ka limantan. (Mujiman, 8 Mei 2011) (48) RAJA PODI Ada demamang (orang laki-laki) dua beradik. Si abang mengajak adiknya u ntuk berburu. Adiknya bersedia dan mereka pun berjalan berburu. Mereka berjalan sampai sore hari dan belum mendapatkan buruan. Kakaknya pun mengajak adiknya pul ang. Tetapi di tengah jalan, anjing mereka menyalak ke arah atas bukit. Kakaknya menyuruh adiknya melihat k etas bukit, mungkin ada babi hutan. Adiknya tidak ma

u karena capek, tetapi kakaknya tetap menyuruhnya. Si adik pun menaiki bukit unt uk mencari babi hutan yang digonggongi anjing, ternyata sampai sana ia tidak men jumpai apa-apa. Ia berjalan sampai tersesat. Sampai malam hari ia tidak menemukan jalan pulang. Si adik ini kemudian berjumpa dengan seorang bujang yang sedang mandi. Si adik menyapa bujang itu dan ia menceritakan bahwa ia dan kakaknya sedang berburu kemudian tersesat. Ia ingi n menumpang menginap di rumah si bujang yang sedang mandi. Si bujang mengatakan bahwa ia bersedia memberikan tumpangan menginap dan ia mengajak si adik itu mand i. Setelah mandi si bujang menyuruh orang di rumahnya memasak banyak-banyak nasi dan sayur karena akan ada tamu. Setelah makanan semua siap, si adik disuruhnya makan kemudian bujang menggelarka n tikar dan mempersilakan si adik naik ke atas untuk beristirahat. Kata Si Bujan g, ia akan rapat bersama tamu-tamunya. Kemudian si adik naik ke atas dan mengint ip tamu-tamu yang datang dan mendengarkan semua yang dibicarakan. Si bujang itu didatangi tamu yang berkulit putih, kulit kuning, kulit hijau, kul it hitam , dan kulit lain yang berjumlah tujuh orang. Setelah semua berkumpul, m aka mulailah mereka rapat. Si bujang mengawali bertanya, siapakah diantara tamutamu itu yang sanggup menanggung anak manusia seumur hidup. Ia bertanya kepada r aja timun, bagaimana jika raja timun yang menanggung anak manusia seumur hidup. Raja timun tidak sanggup karena ia hanya hidup 3 bulan kemudian akarnya sudah ma ti. Kemudian si bujang bertanya kepada raja jagung, dan raja jagung mengatakan bahwa ia sama dengan timun. Bujang bertanya kepada raja kacang, tetapi raja kaca ng mengatakan bahwa bijinya hanya sedikit. Kemudian ke kondur, kondur tidak sang gup. Begitu juga dengan gambas. Kemudian bujang bertanya kepada raja ubi. Raja u bi bilang bahwa ia sebenarnya sanggup karena ia mampu bertahan 2-3 tahun. Tapi i a tidak berani jamin karena terkadang baru berisi sudah dihabiskan binatang angk is, landak, dan babi hutan. Karena tidak ada raja tanaman yang sanggup menanggung anak manusia, maka raja pa dilah yang harus menanggung anak manusia. Tetapi anak manusia harus tahu bahwa s ebelum membuat ladang mereka harus pamit kepada semua raja, raja tanah, raja kay u, raja akar, dan semua raja yang berjumlah 444 dan disebut dengan ngusuk ngawah . Tetapi raja padi juga mengatakan bahwa jika memang manusia tidak tahu bahwa me reka harus pamit kepada raja-raja itu ya bagaimana lagi , kata raja padi. Setelah selesai rapa, barulah si adik tahu bahwa yang menumpanginya menginap ada lah raja padi. (Jonai, 17 Mei 2011) (49) RARONG Pada suatu hari ada seorang Domia yang sedang mencari ikan dengan tangok an. Ia mencari ikan ke hulu ke hilir, ke hulu ke hilir, terus bolak-balik sampai tersesat. Ia terus berjalan ke dalam hutan dan menemukan sebuah rumah. Dari baw ah Ia mengatakan bolehkan saya menginap , ada jawaban dari atas rumah. Dari suarany a, didengar suara kakek-kakek yang mengatakan tentu saja boleh, tidak ada cucu ca ri cucu, tidak ada anak cari anak . Kemudian Domia naik ke atas rumah itu. Ketika Domia sudah di rumah itu, ternyata kakek tadi tidak ada wujudnya. Badanny a tidak pernah tampak dan hanya suaranya yang terdengar. Dialah Kakek Rarong, ya ng kata orang tua jaman dahulu dia sangat kaya raya, tetapi selalu tinggal di at as parak (papan di atas tungku). Kakek Rarong mengatakan kepada Domia, kalau mau masak, masak nasi, beras tungkir, beras Kaman, beras ganjong, yang aku a da . Lalu D omia masak beras tungkis. Kemudian kakek Rarong mengatakan lagi, jika mau buat sa yur, sayur nangka, nangka muda, nangka tua, nangka masak, yang aku a..da . Domia k emudian memasak sayur nangka muda. Kakek Rarong mengatakan lagi, kalau mau motong ayam, ayam jantan, ayam betina, ayam ngeram, ayam bertelur, ayam mengandung tel ur, yang aku a..da . Lalu Domia masak ayam yang mengandung telur. Setelah memasak, Domia mengantuk dan ingin tidur di tikar halu, tikar prampandani, tikar kasar, tikar pandan, yang akek adaaaa Domia memakai tikar prampandani. Sudah kenyang, Do mia ngajak kakek Rarog makan. Kakek Rarong tidak mau makan karena sudah kenyang makan cecak bengkarong. Lalu Domia bersiap siaga bikin api semutut dalam kelambu sehingga tampak terang Rarong kira Domia sudah tidur lalu Rarong pun turun masu k ke dalam kelambunya dikiranya Domia masih ada dengan maksud mau makan Domia. R upanya DOmia sudah pergi membawa peti perhiasan pakaian Rarong. Sesampainya di r umah Domia, Domia membuka petinya tiba-tiba datanglah Nek Dogak melihat sambil b

erkata dai.. dai.. dai.. dimana kau beli pakaian sebagus ini DOmia? Domia menjaw ab ah, ini punya nenek kakekku dulu. Bohong kau, benar, kata Domia. Kau bohong, kata DOgak. Dogak tetap tidak percaya. Kalau kau tidak bilang, aku pantap pakai parang poso belitar. Kata Dogak. Akhirnya DOmia mau mengatakan yang sebenarnya. Lalu Nek Dogak pun pergi mengambil bemban dibelah empatnya dibikin tanggok kemud ian lalu pergi menanggok seperti Domia. Ketemulah dia pada sebuah jamban. Ah, in i mungkin jamban yang kata Domia itu. Lalu, Dogakpun naik dia bertanya, boleh ng ga naik? Rumah hantu kah rumah manusia aku naik saja. tentu saja boleh, kata Rar ong. Lalu, Rarong pun mengatakan pada DOgak sama persis dengan dikatakan pada DO mia. Disuruhnya makan kalau mau nyayur nyayur nangka muda, nangka tua, nangka ma sak, yang kakek ada. Dogak nyayur nangka masak. Mau lauk ayam, ayam bertelur, ay am beranak, ayam dara, ayam mengandung telur, yang kakek ada.. kata rarong. Nek Dogak nyayur ayam bertelur. Nek Dogak tidak pandai akal seperti Domia, disuruh R rong tidur Dogak langsung tidur ngampar tikar pandan. Kemudian digantungnya kela mbunya. Sudah tidur belum dogak? Kata rarong. Belum, kata dogak. Lagi-lagi raron g mengulang, tidur belum dogak? Ngapa nanya-nanya aku? Mau memperistri aku sini, mau makan aku sini, lalu rarong pun turun diterkamnya dogak, sekali dogak ke at as, sekali dogak ke bawah, akhirnya dogak capek lama kemudian dogak pun kecapeka n dengan letih lelah dia pulang ke rumahnya. Tanpa membawa sepeser apapun. (Vero nica Rupina, 13 Juni 2011) (50) ASAL USUL POHON SAGU Pada jaman dahulu ada dukun yang sangat mujarab. Ia sering datng untuk mengobati orang sakit. Biasanya, ia datang dijemput dan diantarkan ketika pulang. Pada su atu saat, dukun itu tidak diantarkan pulang oleh kerabat orang yang sakit. Akhir nya, dukun yang membawa alat pengobatan berupa gendang, gong, dan lain-lain pula ng sendiri. Karena terlalu berat beban yang ia bawa dalam keranjangnya, maka duk un itu sempoyongan dan terjatuh di rawa. Akhirnya, dukun itu tenggelam dan berub ah menjadi pohon sagu. (Kumang, 10 Mei 2011) ***di Lubuk Piling, Selampok, dan Kuala Rosan, sagu lebih dimanfaatkan daunnya u ntuk atap, daripada batang pohonnya untuk makanan. (51) SI BONGOL Bongol adalah anak tunggal dari sepasang suami istri. Ia tinggal bersama bapak d an mamaknya. Ketika sudah dewasa, Bongol sangat mencintai istri raja dan sangat ingin menikahi istri raja itu. Suatu hari, istri raja itu meninggal. Bongol yang masih sangat menginginkan istri raja itu sangat terpukul. Ia melihat mayat istr i raja itu dikubur di pemakaman. Bongol mendugal kuburan istri raja itu dan memb awanya pulang. Ia menidurkan mayat istri raja itu di atas tilam di dalam kelambu . Lama-kelamaan mayat istri raja itu pecah dan berbau busuk. Mamak Bongol marah be sar karena bau yang sangat menyengat di dalam rumah dan minta Bongol menguburkan kembali mayat istri raja itu. Bongol yang mencium bau busuk tersebut menuruti p ermintaan mamaknya. Suatu hari Bongol ada di rumahnya. Tanpa sengaja, mamaknya kentut yang berbau bu suk. Lalu Bongol marah dan mengubur mamaknya hidup-hidup. Mamaknya akhirnya mati . Sekian lama, bapaknya yang sedang membuat bubu (alat untuk menangkap ikan) tibatiba kentut dan berbau busuk. Bongol dengan marah mengubur bapaknya hidup-hidup. Kini bapak dan mamaknya mati. Suatu saat, Bongol sendiri kentut dan berbau busuk. Saat itu dia bilang matilah a ku . Dia mengubur dirinya sendiri. Tetapi ia tidak mengubur semua tubuhnya. Ia meny isakan lubang hidung dan mulutnya menghadap ke udara tepat di bawah pohon jambu raja. Anak raja ingin mengambil pohon jambu dan memanjat pohon jambu. Ketika ia mengin jak hidung bongol, maka didengarnya suara aduh.. dari bawah. Anak raja bingung, da n mencari sumber suara itu. Akhirnya setelah diketahui bahwa yang menjadi sumber suara itu adalah Bongol, maka diangkatlah Bongol dan diberi penjelasan secara l engkap. (Kumang, 10 Mei 2011) (52) SI KURAP Ada seorang laki-laki yang badannya berkurap dan buruk rupa dam dipanggi l Si Kurap. Meskipun Si Kurap buruk rupa, ia memiliki istri yang sangat cantik.

Kelebihan Kurap adalah bahwa ia memiliki kesaktian. Pada suatu ketika, raja ingin memiliki istri Kurap. Ia meminta Kurap unt uk menyerahkan istrinya. Kurap tidak mau karena istrinya sangat cantik. Raja pun meminta istri Kurap untuk mau meninggalkan Kurap dan kawin dengan raja. Tetapi istri Kurap tidak mau karena ia merasa sudah bersuami. Raja memiliki banyak hulunambal (hulubalang). Raja itu meminta para hulubalangny a untuk datang menemui Kurap. Raja mengirimkan uang sebanyak tujuh peti untuk di tukarkan dengan istrinya. Berangkatlah para hulubalang ke rumah Kurap dengan mem bawa tujuh peti berisi uang. Sampai di rumah Kurap, istri tidak mau ditukarkan d engan uang. Tetapi si Kurap tidak bisa bicara karena uang yang berjumlah tujuh p eti. Kurap diam saja ketika istrinya diikat kaki dan tangannya pada sebuah kayu lalu dibawa ke tempat raja. Kurap sangat bersedih hatinya karena istrinya sudah tidak ada di sampingnya lagi . Lalu Kurap membuat bubu untuk menangkap ikan. Setiap hari ia mendapatkan segal a ikan. Sampai pada suatu hari ia menemukan seekor anak ular naga. Ia membawa pu lang anak ular naga itu dan berniat akan memakannya dengan sambal. Tetapi begitu sampai rumah, anak ular naga itu tidak mau disembelih dan minta dipelihara. Kur ap pun memelihara anak ular naga itu. Ular naga itu dipelihara dengan baik oleh Kurap. Ia memberikan ular naga itu mak anan berupa ikan setiap harinya. Semakin besar, Kurap mengganti makanan ular nag a itu dari ikan menjadi ayam. Semakin besar Kurap memberikan kambing untuk dimak an ular naga sebagai pengganti ayam. Semakin besar lagi, akhirnya ular naga hany a kenyang dengan memakan kerbau dan Kurap masih memberinya makan. Pada suatu hari Kurap mengeluh karena uang pemberian raja untuk menukarkan istri nya yang berjumlah tujuh peti sudah habis untuk makanan ular naga. Maka Kurap be rkata kepada naga bahwa ia akan melepaskan ular naga itu di sungai. Ular naga itu menolak dan meminta Kurap naik di atas tubuhnya. Kurap menuruti pe rmintaan naga itu dan mereka berjalan menyusuri sungai. Setelah sekian lama meny usuri sungai, mereka melewati gua-gua dan keluar masuk lubang. Sampailah mereka di tempat bapak asli si naga yang berwujud naga raksasa. Naga raksasa itu bahagia ketika melihat naga membawa manusia. Naga raksasa sudah tidak sabar untuk memakan Kurap. Begitu naga raksasa akan memangsa si Kurap, an ak naga melindungi dan mencegah bapaknya memakan Kurap. Anak naga itu menceritak an bahwa selama ini Kurap yang mengasuh naga dari kecil sampai sudah besar. Ia j uga mengatakan bahwa jika saja tidak ada Kurap, pasti ia akan sudah mati. Menden gar cerita anaknya, naga raksasa gagal memangsa si Kurap. Naga raksasa justru bingung mau memberikan apa untuk membalas kebaikan Kurap yan g sudah memelihara anaknya. Ia kemudian memberikan sebuah cincin cintamani kepad a Kurap. Cincin itu dapat mewujudkan apa saja yang diinginkan oleh Si Kurap. Set elah mendapatkan cincin cintamani, Kurap pun pulang. Kurap pulang menempuh perjalanan panjang. Di tengah perjalanan ia berhenti untuk beristirahat. Ia merasa lapar dan meminta kepada cincin cintamaninya. Langsung muncul nasi. Ia minta air datang air, minta buah datang buah, apa yang dia minta selalu terwujud. Ketika Kurap melanjutkan perjalanan, ia bertemu dengan hantu hutan yang membawa rantai. Kurap mengamati rantai yang dibawa oleh hantu hutan itu. Jika hantu huta n berkata ikat , maka rantai itu akan bergerak ikat sana, ikat sini dengan sendirin ya. Kurap pun ingin memiliki rantai itu. Ia meminta kepada hantu hutan, tetapi h antu itu tidak mau memberikan rantainya. Kurap menawarkan cincin cintamaninya un tuk ditukarkan dengan rantai hantu itu. Melihat cincin cintamani, hantu hutanpun mau menukarkan rantainya dengan cincin si Kurap. Berjalanlah si Kurap dengan membawa rantai yang mengikat sana ikat sini dengan s endirinya. Setelah sekian lama dalam perjalanan, ia berhenti untuk beristirahat. Kurap merasa perutnya lapar. Tetapi ia bingung karena tidak ada lagi benda yang bisa dimakan. Ia teringat dengan cincin cintamaninya yang sudah ditukar dengan rantai. Di tengah kelaparan, Kurap bertemu dengan burung cap-cap. Kurap meminta bantuan burung cap-cap untuk mengambilkan cincin cintamani yang sudah ditukarkannya deng an rantai milik hantu hutan. Burung cap-cap bersedia membantu Kurap dan pergilah ia ke tempat hantu itu berada. Burung capcap melihat hantu itu sedang tertidur

dan cincin cintamani diletakkan di atas peti. Burung capcap pun mencurinya dan m emberikannya kepada Kurap. Lalu segala makanan dan apa yang diinginkan kurap akh irnya tersampaikan. Kurap berjalan lagi. setelah berjalan cukup jauh, Kurap bertemu dengan hantu hut an lain yang membawa tongkat pemukul. Tongkat pemukul itu sangat sakti dan bisa memukul dengan sendirinya. Jika hantu hutan bilang pukul , maka berjalanlah tongkat itu sesuai dengan apa yang dikomandokan hantu hutan itu. Kurap terpikat dengan pemukuk itu. Ia ingin memintanya, tapi hantu hutan tidak memberikannya. Setelah menawarkan untuk ditukar dengan cincin cintamani, hantu hutan setuju memberikann ya kepada Kurap. Kurap berjalan lagi dengan memain-mainkan tongkat pemukul itu. Apa yang ingin di pukul oleh Kurap, pemukul itu pergi memukul dengan sendirinya. Setelah capek ber jalan dan bermain-main dengan tongkat pemukul itu, Kurap beristirahat. Ia merasa lapar kembali. Tapi ia tidak memiliki apapun untuk dimakan. Ia menyesal sudah m enukarkan cincinnya dengan tongkat pemukul. Kurap melihat ada engkayung (sejenis biawak) di sampingnya. Kurap menyuruh engkayung mencuri cincinnya di hantu yang memiliki tongkat pemukul itu. Engkayung berangkat ke tempat hantu hutan. Sama seperti hantu hutan yang dulu, k etika engkayung datang hantu hutan pemiliki tongkat itu sedang tidur. Cincin cin tamani berada di atas peti. Maka engkayung mencurinya dan memberikan kepada Kura p. Kurap senang sekali ketika cincinnya sudah kembali. Ia mendapatkan apa yang diin ginkannya. Makanan dan buah-buahan. Kurap berjalan pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, kabar bahwa Kurap memiliki barang istimewa sampai ke telinga ra ja. Karena penasaran, raja menyuruh prajuritnya meminta cincin cintamani miliki si Kurap. Begitu prajurit sampai di rumah Kurap, Kurap tidak mau menyerahkan cin cinnya. Istrinya dulu sudah diambil raja, sekarang ia tidak akan memberikan cinc in itu kepada raja. Jika tidak bersedia menyerahkan cincin itu, raja menantang K urap untuk berperang pada hari ketujuh. Kurap bersedia. Pada hari ketujuh, raja membawa segala pasukannya. Yaitu huak-huak baju rantai, juak-juak hulu balang, dan comp cogo tungau lunau. Tetapi Kurap hanya membawa ra ntai pengikat dan tongkat pemukul. Pasukan raja, raja sendiri, dan semua milik r aja hancur. Hanya tinggal istrinya yang tidak dibunuh oleh tongkat pemukul. Maka istrinya diambil kembali oleh Kurap. (Silvanus Ecak, 14 Mei 2011) (53) TEMPAYAN BUAYA Cerita dari orang tua jaman dahulu. Pada suatu hari, ada seseorang yang pergi ke hilir pakai perahu rakit dan kayu pengkait, sebutan orang laki-laki ada lah demamang. Dikait-kaitnya perahu rakit itu di sungai oleh demamang. Ketika su dah jauh berjalan, dari jauh demamang melihat ada orang yang melambai-lambaikan tangannya dari pinggir sungai. Orang itu berteriak san, singgah san . Demamang lalu singgah menghampiri orang yang melambaikan tangannya. Orang itu mengatakan kami sedang begawai san . Tempat orang-orang begawai itu di tepi pantai yang sangat lua s. Demamang singgah di pantai besar tempat orang begawai. Makan dan minumla h si demamang dan orang-orang yang ada di sana sampai ia puas. Tiba-tiba orang y ang mengundang itu berkata kepada demamang aku dulu san yang minum dua kupang (ca wan), kemudian ayo kita buka permainan kita . Tiba-tiba orang itu mengajak demaman g berteka-teki. Ia memulai dengan berkata langen perahu dulang lancar kepaya, sia pa culang ke culang tangkap buaya . Demamang mulai merasa ada yang tidak beres den gan teka-teki buaya itu. Lalu demamang berganti bicara ini teka-tekiku san kata de mamang. Lalu ia berucap lingang perahu lingang bedo perahu bedo, ambil serapang d engan bedo untuk numbuk punggung buaya . Mendengar teka-teki demamang, orang itu l angsung terjun ke sungai dan berubah menjadi buaya. Setelah itu demamang baru ta hu bahwa tempat ia berada adalah teluk buaya dan semua orang yang sedang begawai di sana adalah buaya. Oleh demamang Dayak itu, tempayan sisa gawai buaya itu di ambilnya dan dimasukkan ke dalam sampan. (Kumang, 21 Mei 2011) ***. Sekarang, tempayan itu ada di daerah Entuka dan tempayannya disebut tempaya n buaya. Namun demikian, orang Kancing k mengaku bahwa cerita ini adalah cerita as li milik Suku Dayak Kancing k. (54) DEMIA LOMAU

Ada demia tujuh beradik, si bungsu sangat pemalas bernama Demia Lomau. Karena sa ngat malas, oleh saudara-saudaranya disuruh pergi ke pondok. Saudara-saudara yan g lain mulai berladang. Mereka membuat ladang yang sangat besar. Sementara demia Lomau hanya membuat ladang kecil. Kakak Demia sudah mulai nebas, nebang, dan nu gal. Demia Lomau ingin meminta benih padi ke tempat saudara-saudaranya. Tetapi k arena dulu Demia Lomau adalah pemalas, maka saudara-saudaranya tidak ada yang me mberinya benih. Akhirnya demia Lomau menyuruh anjing yang badannya basah untuk b erguling di benih padi yang sedang berjemur. Setelah selesai, demia Lomau mengam bil benih padi yang menempel pada tubuh anjing dan mendapatkan benih sekitar 1 t empurung. Demia mulai menanam benih itu di ladangnya yang hanya kecil jika diban dingkan dengan ladang saudara-saudaranya. Setelah sekian lama, datanglah seorang nenek kepada saudara demia Lomau. Nenek i tu bertanya kepada saudara demia Lomau, apakah nanti jika ada teman-teman nenek itu datang mereka mau menerima? Saudara-saudara demia menjawab bahwa jika yang d atang itu orang yang kecil-kecil maka mereka akan menerimanya. Kemudian nenek it u datang ke tempat demia Lomau dan menanyakan hal yang sama. Tetapi, demia menga takan bahwa ia akan menerima nenek itu dan teman-temannya meskipun ladang demia Lomau itu tidak besar. Nenek itu bilang bahwa jika nanti ia datang, dan dibelaka ngnya ada temannya yang membawa atung tujuh buah, maka demia lomau harus mengamb il sekam, bara api, dan dihambur ke mereka. Demia lomau menyanggupi. Tiga hari berikutnya, datanglah Nek Gantung Sonok itu dengan temannya yang memba wa atung tujuh buah dengan tongkat bambu. Mereka berlagu cang gorencang cang gore ncang kol kol pek . Mereka datang ke saudara pertama demia, tetapi tidak diterima karena nenek itu membawa atung tujuh buah. Saudara demia ini takut hasil panenny a akan habis jika Nek Gantung Sonok itu ikut memanen karena ia membawa atung yan g sangat besar. Kemudian nenek itu pergi ke saudara ke dua yang juga ditolak. Sa mpai ke saudara yang keenam, saudara demia itu menolak dan menyuruh Nek Gantung Sonok datang ke ladang Demia Lomau. Ia berkata kepada Nek Gantung Sonok bahwa la dang Demia Lomau itu besar. Akhirnya datanglah Nek Gantung Sonok ke rumah demia Lomau. Demia Lomau itu mener ima nenek itu dan bilang bahwa biarpun hasilnya sedikit, ia masih mau berbagi. S ebelum mereka naik ke rumah demia Lomau, demia Lomau menghamburnya dengan sekam yang sudah bercampur dengan bara api. Lalu atung yang jumlahnya tujuh itu dijeje rnya di ladang. Akhirnya demia Lomau memanen dengan Nek Gantung Sonok itu. Nenek itu berkata sekoncing, sepenancing, setangkai, sepenabai, di depan dipanen yang dibelakang berbuah, dipanen di belakang di depan berbuah. Akhirnya, tujuh atung tadi penuh dengan padi. Akhirnya nyaman lah hidup demia Lomau itu. Ia memiliki babi, ayam, rumah, dan demamang. Ketika mau kawin, ia bilang kepada kakak-kakaknya. Tetapi kakaknya tidak ada yang percaya karena demia lomau adalah orang pemalas. Pada suatu hari, datanglah mereka ke rumah demia lomau yang sang at mewah. Terkejutlah kakak-kakaknya melihat rumah demia lomau. Setelah cukup ba bi, dimulailah acara kawin adat. kakak-kakak demia terkejut melihat ketampanan c alon suami demia lomau. Mereka semua minta demamang itu mau mengawini ketujuh se mua saudara demia lomau. Calon suami itu bilang bahwa ia mau saja, asalkan demia lomau mau. Demia lomau berkata bahwa dulunya saudara-saudara itu menolak datangnya nenek it u. Sekarang kalian mau dengan suami saya. Kakak-kakak demia itu hanya diam. Akhi rnya kawinlah demia lomai pada saat gawai selama 7 hari 7 malam. Janganlah orang yang rajin atau cerdas, orang yang malas (lomau) pun bisa hidup enak. (Dio Parm an, 22 Juli 2011) ***kisah ini diceritakan saat gawai nyopat soa untuk menghormati padi. (55) DEUDU Ada manusia yang akan mengadakan gawai. Salah satu dari mereka mengajak mereka p ergi. Pergilah mereka tujuh orang ke dalam hutan. Datanglah dua hantu. Deudu, sa lah satu dari mereka mendengar percakapan dua hantu tersebut. Salah satu dari ha ntu itu mengajak hantu satunya membuat lancang (keranda) untuk lancang Deudu kar ena manusia tidak nyapat soa tahun baru ke tahun lama. Tetapi kalau anak manusia nyapat taun, hantu tidak boleh menganggunya. Hantu itu menjelaskan tata cara ga wai nyopat soa, yaitu mendatangkan empat orang untuk bercerita. Tetapi jika mere ka tetap tidak mengadakan nyopat soa, maka hantu itu akan membunuh mereka dan me

masukkan anak manusia itu ke dalam lancang. Deudu kemudian kembali ke teman-temannya yang masih di hutan. Ia menceritakan se mua apa yang didengarnya dari hantu itu. Akhirnya ia dan teman-temannya mengajak mengadakan gawai. Mereka memasak pulut, memanggil orang empat, dan ber-ponti ya itu menyediakan delapan kayu (lempaung, sempanai, sentabar, kumpang, purang, mel ari, akar arak, dan ketimang) yang dibawa ke ujung kampung. Setelah mereka pulang dari ber-ponti, datanglah hantu untuk melancang Deudu. Dib awanya Deudu dari rumah, dan dimasukkan ke dalam lancang. Dua hantu itu merasa s angat berat memikul tubuh Deudu. Bunyi dari dalam lancang itu juga beda. Akhirny a hantu berdua itu membuka lancang itu, ternyata yang ada di dalam lancang itu a dalah kayu delapan macam. Hantu itu sadar bahwa anak manusia sudah tahu pandai, mereka sudah mengerti tentang Nyapat tahun sehingga tidak bisa hantu mengacau me reka lagi. (Dio Parman, 22 Juli 2011) *** kisah ini diceritakan saat engkata Nyopat soa pada saat pergantian tahun pad i, setelah panen sebelum mulai nebas lagi (56) AKEK RIA TEMBALANG Pada suatu musim gawai, ada dua orang bapak dan anak memasang bubu untuk menangk ap ikan. Setelah memasang bubu, ketika mudik, mereka bertemu dengan setan kuning yang menyuruh mereka berdua menyampaikan kepada Kakek Ria Tembalang bahwa jika Kakek Ria Tembalang tidak menjalankan syarat-syarat tertentu ia akan diambil dal am waktu tujuh hari. Akhirnya bapak dan anak tadi bertemu dengan Kakek Ria Temb alang dan menyampaikan bahwa mereka bertemu dengan Setan Kuning yang mengajaknya berperang dalam waktu tujuh hari lagi. Akek Ria Tembalang tidak takut dengan an caman Setan Kuning. Tetapi jika Akek Ria Tembalang berajah, tidak akan setan kun ing datang. Akhirnya Akek Ria Tembalang kembali pulang dan menyiapkan semua perlengkapan ber ajah. Setan kuning datang dengan membawa sampan besar untuk menjemput semua anak buah Ria Tembalang. Sampai di pantai, setan kuning melihat banyak sekali orang di pantai itu. Setan kuning membawa semua orang itu naik ke atas sampan. Sesampa inya di rumah setan kuning, orang-orang itu disuruhnya mandi, tetapi tidak ada y ang mau dengan alasan dingin. Mereka tidur sampai siang hari berikutnya. Tetapi ketika dilihat ternyata orang-orang itu sudah menjadi tepung. Setan kuning berpe san kepada anaknya untuk tidak mengacau anak manusia, karena mereka sudah tahu p andai berajah, bersilih, berponti, sehingga mereka tidak bisa dikacau lagi. (Dio Parman, 23 Juli 2011) ***cerita ini dikisahkan ketika berajah (57) SOMOK SENGGUYUNG Ada demamang tujuh beradik, salah satu dari mereka mengajaknya berburu. Pergilah mereka semua ke hutan untuk berburu. Setelah sekian lama berjalan, anjingnya me nggonggong ternyata yang dilihat somok (sejenis buaya kecil) sengguyung. Berjal an lagi mereka, yang dilihatnya adalah somok sengguyung lagi. Mereka tidak menga mbilnya karena kecil. Sampai ke tujuh tempat dan tujuh kali anjingnya menggonggo ngi somok sengguyung, dan baru ketujuh kali mereka mengambil somok sengguyung it u dan membawanya pulang. Masuklah ke dalam alamat mimpi, mereka telah membunuh somok sengguyung. Jika mer eka setelah bergawai tidak berajah berponti, mereka bertujuh akan mati. Mereka m enyampaikan kepada orang tuanya apa yang ada dimimpinya. Kemudian mereka bergawa i, lalu berajah dan berponti. Menyediakan delapan kayu untuk dibawa keujung kamp ung. Ketika engkata nyapat tahun, mereka mengundang orang empat untuk engkata so mok sengguyung. (Dio Parman, 23 Juli 2011) (58) DEMIA KOLE DAN IKAN BLAO Pada suatu hari ada seorang demamang yang pergi menyumpit. Ia melihat ada dua ik an lele dan blao. Ditangkapnya dua ikan itu, tetapi karena ikan lele itu badanny a licin, ia tidak dapat ditangkap. Sementara ikan blao itu ditangkap. Oleh demam ang ikan blao itu dibawa naik ke darat dan jadilah manusia, berupa perempuan yan g sangat cantik. Sama demamang, demia blao itu dijadikan istri. Mereka hidup ber sama sampai memiliki anak. Pada suatu hari, anak itu bertanya kepada ibunya tent ang asal usul ibunya keturunan dari mana. Ibunya kemudian bercerita bahwa ia ada lah keturunan ikan. Selesai bercerita, demia blao itu masuk ke dalam air lagi ka

rena malu. (Dio Parman, 23 Juli 2011) *** menurut cerita orang Kuala Rosan dan Lubuk Piling, ikan lele suka naik ke da rat untuk memakan buah kelampai. Sering kali orang menemui semak-semak berjalan sendiri. Awalnya mereka takut, tetapi setelah beberapa kali ditemui ternyata sem ak daun-daunan yang jalan sendiri itu adalah daun kering yang menempel pada tubu h ikan lele yang licin dan basah. Sekarang ikan lele sudah tidak ada yang dapat dijumpai hidup bebas di sungai. (59) ANAK CAROK (angin) Ada seorang demia yang sedang menggali leak (jahe). Tiba-tiba ada angin yang ber hembus menimpa buritnya (pantat). Lalu, demia itu hamil. Setelah cukup besar, ma ka ia melahirkan seorang bayi laki-laki. Dipeliharanya bayi itu sampai besar. Ke tika sudah cukup besar, anak itu bertanya siapa bapaknya. Ibunya menjawab bahwa ia tidak memiliki bapak. Tetapi anak itu tidak percaya, bagaimana seorang anak m anusia tidak memiliki bapak. Akhirnya ibunya menceritakan asal-usul bagaimana de mia itu bisa hamil. Bahwa ada angin yang menghembus di pantatnya ketika ia sedan g menggali leak (jahe). Lalu anak itu yakin bahwa bapaknya adalah angin. Anak i tu minta dibuatkan ketupan tujuh buah untuk dibawa sebagai bekal ia mencari bapa knya. Malam harinya, dibuatlah ketupat oleh ibunya. Esok harinya, berangkatlah anak itu mencari bapaknya. Ia berjalan di dalam hutan , terus berjalan sampai larut malam. Ia menemukan rumah. Di sana dilihatnya ada orang tua yang sedang meraut rotan. Dari bawah rumah yang berlantai bambu, anak itu menarik rotan yang sedang diraut orang tua itu. Orang tua itu bingung siapa yang menarik rotannya, kemudian melanjutkan meraut rotan lagi. Kemudian anak itu menarik rotan itu lagi. Kali ini orang tua itu berkata keras siapa yang menarik rotan ini? . Dari bawah ia mendengar ada yang menjawab saya pak, anak bapak . Mendeng ar jawaban anak itu si bapak menyangkal ia pernah punya anak. Kemudian, anak itu bercerita bagaimana ibunya dulu jadi hamil karena hembusan angin. Akhirnya anak itu disuruh naik. Dipeliharalah anak itu, diberi makan dan diasuh. Bapak itu bilang bahwa namanya carok, nama kakeknya tangkar, nama neneknya cila t. Kata bapaknya, jika ia sedang berada di rumah dan ada angin kuat, anak itu su ruh bercerita itu. Karena semua angin itu adalah nenek moyang anak itu. Angin-an gin itu tidak akan mengacau dan akan berhenti. Setelah itu, pulanglah anak itu ke rumah. Pesan bapaknya, anak itu tidak boleh m enoleh ke belakang. Setelah naik mungguk (bukit) ia menoleh ke belakang. Tiba-ti ba, datanglah angin, petir, guntur, kilat, dan semuanya. Maka anak itu ketakutan dan kembali ke rumah bapaknya. Bapaknya bilang bahwa itu sebabnya ia melarang a nak itu menoleh ke belakang. Nenek dan kakeknya akan mengikutinya. Kemudian anak itu pulang ke rumah tanpa menoleh ke belakang. Ketika ia sampai rumah, ibunya sedang akan menjemur padi. Tiba-tiba pohon pisang berguncang dan ibunya sangat ketakutan. Kemudian anak itu bercerita kepada ibun ya apa yang disampaikan bapaknya ke dia. Lalu mengambil copan untuk digantung. M aka angin tidak akan mengganggu ia dan ibunya. (Dio Parman, 28 Juli 2011) (60) DUWATA BINTANG TIGA Pada musim nugal, orang-orang akan pergi nugal. Salah satu dari mereka menyuruh anaknya yang bernama Godek mengambil tugal (alat untuk menanam padi). Ia berjal an kea rah matahari padam, dan tersesat. Ia sampai ke rumah yang sangat besar mi lik Akek Pansau. Rupanya, Akek Pansau itu memiliki anak gadis yang sangat cantik . Godek tertarik untuk mengawini si gadis. Oleh Akek Pansau, diijinkan tetapi ia memiliki syarat. Godek diharuskan pergi ke ladang untuk menanam prenggi atau la bu secara cepat. Ditanamlah prenggi oleh Godeg. Secara cepat berbuahlah prenggi itu. Akek Pansau meloloskan tes pertama ini. Besoknya disuruh oleh Akek Pansau mengambil bambu. R upanya ketika ia mengambil bambu ada bambu yang patah dan tertimpa. Godeg itu ti dak bisa melepaskan diri. Sampai ada anak perempuan Akek Pansau yang mencari God eg dan menemukannya. Perempuan itulah yang menyelamatkannya. Loloslah tes kedua si Godeg. Kali ini mereka sudah bisa bertunang. Tetapi, untuk kawin Godeg harus melewati satu kali tes lagi. Kali ini, ia harus menanam semangka yang sangat bes ar. Akek Pansau mengingatkan Godeg untuk berhati-hati. Pergilah Godeg ke ladang dan menanam semangka yang sangat besar. Semangka itu be

rbuah sangat cepat. Akek Pansau mengajak Godeg menghabiskan semangka itu. Jika t idak mampu menghabiskan semangka, maka ia tidak bisa mengawini anaknya. Akhirnya Godek tidak mampu menghabiskan semangka itu. Akek Pansau tidak jadi mengijinkan Godeg mengawini anaknya dan menyuruh Godeg kembali pulang ke rumahnya pada hari itu juga. Akek Pansau memberikan kulit semangka yang sangat besar itu untuk dipakai sebaga i sampan oleh Godeg. Pulanglah Godeg dengan menaiki kulit semangka. Sampai di te ngah laut, Godeg tenggelam. Ia terus berenang di tengah laut. Ia semakin kedingi nan. Kemudian lewatlah seseorang di laut itu, Godeg minta tolong kepada orang it u untuk dibawa ke pinggir. Tetapi orang itu tidak bisa karena ada urusan yang ha rus cepat diselesaikan di seberang. Tetapi orang itu mengatakan bahwa nanti akan ada tujuh orang yang akan menyelamatkan Godeg. Berikutnya ada tujuh orang lewat lagi, Godeg minta tolong orang-orang itu, tetapi orang-orang itu tidak bisa ka rena katanya harus segera mengejar orang yang pertama pergi tadi. Tetapi orang i tu bilang bahwa nanti akan ada orang tiga yang akan menolongnya. Lewatlah tiga o rang yang dimaksud orang-orang tadi. Godeg minta tolong kepada mereka. Tiga oran g itu bersedia menolong Godeg dengan syarat Godeg harus mengenal dulu siapa dia dan orang-orang yang sudah lewat dulu tadi. Tiga orang itu mengataka bahwa merek a adalah bintang tiga, sementara yang pertama lewat tadi adalah bintang satu, da n yang lewat kedua adalah bintang tujuh. Bintang tiga yang akan membantu manusia dugal dan menanam benih. Pada waktu fajar, benih itu dibawa ke ladang agar kena embun dan padinya akan tumbuh dengan bagus. Kemudian, sebelum menanam benih ora ng harus menyiapkan pulut, babi, dan ayam. Diantarlah Godeg ke pinggir. Godeg pulang ketemu kepada bapaknya. Ia mengatakan bahwa mereka harus membatalka n nugal besok hari. Ia harus menyiapkan segala syarat yang dikatakan oleh Bintan g Tiga tadi. Setelah itu ia harus engkata bintang tiga, kemudian nyapat soa tahu n lama dan tahun baru. Jika demikian, anak manusia berarti sudah pandai dan meng erti. (Dio Parman, 28 Juli 2011). (61) DEMIA NGGALI LEAK Ada seorang demia yang sedang menggali leak (jahe) dengan menaiki sampan. Tetapi ketika ia akan pulang, sampannya hilang. Ia kebingunan bagaimana ia harus pula ng. Ia berujar bahwa jika ada yang mau memberinya sampan akan diberinya anak yan g di perutnya. Tiba-tiba muncullah sampan di depan demia itu. Demia itu pun pula ng dengan sampan itu. Dua hari berikutnya, ia melahirkan. Ketika ia sedang di air, datanglah ikan selu ang masuk ke dalam gayung air. Ikan itu melihat ada anak kecil yang mandi. Kemud ian ikan itu pulang ke air lagi. Sekian lama, anak itu dipelihara sampai dewasa. Datang lagi ikan itu. Rupanya ikan itu disuruh oleh hantu dan bertanya bagaiman a keadaan anak itu. Besok harinya, datanglah orang ke rumah demia yang menagih p erjanjian dulu. Demia lupa pernah berjanji. Ia minta waktu tujuh hari sebelum an aknya diserahkan. Orang itu memberi waktu tujuh hari. Sampai hari ketujuh, ketik a orang itu datang, demia minta waktu tiga hari lagi. Menjelang hari ketiga, demia hanya melamun. Sampai datanglah burung cacap yang b ertanya kenapa demia diam begitu terus. Demia pun bercerita apa yang terjadi pad a dirinya. Cacap menasehati demia untuk pulang ke rumah, masak ketan, ayam, telu r, sedikit-sedikit syaratnya, membuat patung manusia dari tepung beras, dan semu a syaratnya dihanyutnya di air setelah ada orang yang engkata cerita itu. Datang lah orang yang menjemput anak itu. Kemudian, demia menyuruh orang yang datang it u untuk menuggu di pantai. Demia masih ingin membereskan rumah. orang itu menung gu sangat lama. Akhirnya datanglah orang itu menjemput demia. Berjalanlah mereka ke lubuk, ternyata ada rumah di sana. Demia pun tidur. Sama orang tua demamang yang menjemput itu, disuruhnya membangunkan demia itu untuk bangun dan makan. Te rnyata demia itu udah berubah menjadi tepung. Ibu demamang Nabau itu mengatakan bahwa anak manusia itu sudah tahu pandai berajah, besilih, beponti, jadi setan d an hantu tidak bisa mengganggu mereka. (Dio Parman, 28 Juli 2011) (62) DEMAMANG RAUNG Ada demia tujuh beradik. Ketika mereka akan memanen padi, penangkin mereka belum ada talinya. Salah satu dari mereka mengajak saudaranya untuk mencari kayu kapu ak yang dapat digunakan sebagai tali dan disebut dengan tali tup. Pergilah merek

a mencari tali itu. Mereka berniat pergi dengan meninggalkan adiknya yang paling bungsu karena khawatir adiknya tidak mampu berjalan jauh, sementara di sana tid ak ada sumber air yang bisa diminum. Tetapi adik bungsunya memaksa untuk ikut da n berjanji tidak akan haus. Berjalanlah mereka ke atas gunung untuk mencari tali kapuak. Begitu sudah sampai di atas gunung, si adik bungsu ingin minum. Padahal di sana tidak ada air. Maka demia bungsu itu memutuskan untuk mencari sumber air minum. Ia berjalan sendiri ke dalam hutan. Di sana ia menemukan daun yang sangat besar, yaitu daun kubung dan di sana ada air di dalamnya. Kemudian ia meminumnya. Setelah itu ia kembali ke saudara-saudaranya. Ketika ia kembali bertemu dengan saudaranya, saudara-saudaranya bertanya di mana demia bungsu mendapatkan air. Ia bercerita bahwa ia menemukan air di atas daun kubung. Saudaranya mengingatkan bahwa itu adalah kencing binatang. Tetapi demia bungsu menjawab bahwa air apapun yang penting sekarang ia tidak haus lagi. setel ah mendapatkan tali tup dari kayu kapuak, mereka semua pulang. Setelah sekian lama, ternyata demia bungsu itu tadi hamil karena meminum air ken cing binatang tadi. Setelah 9 bulan, akhirnya demia melahirkan anak laki-laki ya ng sangat tampan. Ketika sudah dewasa, anak itu mengundang tetangga kanan kiri u ntuk mencari siapa bapaknya. Dari langit, turunlah demamang bulan. Ketika ia sam pai di bawah, ia bertemu dengan katak. Demamang bulang itu mengambil katak (raun g) dan dibawa ke langit untuk dimasuki badan katak itu. Turunlah katak itu ke tempat gawai. Ketika melihat katak, pemuda tadi langsung m engambil parang dan akan membunuhnya. Tetapi oleh ibunya dilarang. Katak itu dia m saja di tempat sekam. Akhirnya anak itu tahu bahwa katak itu adalah bapaknya. Oleh si katak, anak itu diberinya tebu dan parang. Anak itu kemudian memakan teb u. Orang sekampung datang ke rumah anak itu untuk melihat bapak anak itu yang te rnyata adalah katak. Pada malam hari, anak itu menyuruh ibunya mengambilkan nasi untuk bapaknya. Ibu itu mengambil nasi dan meletakkannya di dalam tempurung. Kata anaknya, tidak bol eh memberi makan bapaknya di dalam tempurung gitu. Akhirnya anaknya mengambil pi ring putih untuk tempat nasi dan tempat sayur dari porcelain. Ibunya menegur, ke napa anaknya memberi makan binatang seperti itu. Tetapi anak itu menjawab bahwa meskipun binatang, jika memiliki tangan dan kaki ia tetap bapaknya dan biarpun m anusia jika bukan bapaknya ia tidak akan demikian. Kemudian katak itu bilang bahwa ia akan pulang, si anak bilang ingin ikut. Anak dan ibunya itu diam di pinggir sungai. Ketika sampan sudah ditarik, anak dan ist rinya ke dalam sampan itu. Akhirnya istri dan anaknya itu ke atas sampan. Sampai lah mereka bertiga di pantai yang besar. Mereka disuruh menunggu di pantai itu, sementara si katak akan pergi dulu. Di pantai itu ada makanan, si katak bilang b ahwa makanan itu pemberian neneknya. Tetapi ibunya tidak percaya karena nenek an ak itu ada di dalam air, katanya. Tetapi si katak menyuruh anak itu memakannya, dan dimakanlah makanan itu oleh si anak. Si katak pergi ke buntut pantai, istrinya mengintipnya. Tiba-tiba, katak itu kel uar dari sarong kataknya. Kemudian istri yang mengintipnya itu terkejut karena s i demamang sangat tampan. Ketika demamang mandi, istri itu kembali ke sampan kem udian pingsan karena masih terkejut dan akhirnya mati. Sekembalinya dari mandi, demamang raung bingung karena sarong kataknya tidak ada lagi dibawa binatang hut an. Ia melihat istrinya mati dibiarkan saja sampai badannya bengkak dan sampai t idak bengkak lagi. Kemudian ia mengambil jerungau dan si istri hidup lagi. Demam ang bulan mengambil kemenyan putih dan bulu ayam bangau. Sementara si anak berka ta, bahwa jika memang benar ia adalah anak orang langit, ia minta bukti minta je mpayan (besi segi empat) turun dari langit. Kemudian turunlah jempayan itu, melo mpatlah si katak dan si anak untuk kemudian ditarik ke langit. Si istri sedih da n terus menangis. Ia terus menangis sampai tubuhnya keluar bulu dan menjadi buru ng kuwap. Makanya, setiap kali ada bulan purnama, burung kuwap akan selalu berbu nyi kuwap, kuwap karena ia sedang merindu bulan. (Dio Parman, 28 Juli 2011)

You might also like