You are on page 1of 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH REFERAT Maret 2013 KONDROSARKOMA

Disusun Oleh : SARTIKA AKIB (10542 0048 08) Pembimbing/Konsulen : dr. H. ISQANDAR MASOUD, Sp.Rad

DISUSUN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2013

LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa : Nama NIM Asal fakultas Judul Referat : SARTIKA AKIB : 10542 0048 08 : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar : KONDROSARKOMA

Bahwa benar telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik di bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Maret 2013

Mengetahui,

Pembimbing / Konsulen

dr.H. Isqandar Masoud. Sp. Rad

Kepala Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

dr. H. Isqandar Masoud, Sp.Rad

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................... ..................... i LEMBAR PENGESAHAN .................................................... ..................... ii DAFTAR ISI ............................................................................ ..................... iv BAB I. PENDAHULUAN ....................................................... ..................... 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................ ..................... 2 A. EPIDEMIOLOGI ...................................................... ..................... 2 B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ................................. ..................... 2 C. DEFENISI ................................................................ ..................... 4 D. PREDILEKSI ........................................................... ..................... 4 E. ETIOLOGI ............................................................... ..................... 4 F. PATOFISIOLOGI .................................................... ..................... 4 G. DIAGNOSIS ............................................................. ..................... 5 1. Diagnosis Klinis ................................................. ..................... 5 2. Penentuan Grade dan Stage dari Kondrosarkoma ... ..................... 6 3. Pemeriksaan Radiologi ......................................... ..................... 7 a. Foto Konvensional .............................................................. 7 b. CT Scan............................................................................ 7 c. MRI 7 d. Pemeriksaan Patologi Anatomi........................................... 10 H. DIAGNOSIS BANDING ............................................................. 12 1. Osteokondroma ........................................................................ 12 2. Enkondroma ............................................................................. 13 I. PENATALAKSANAAN .............................................................. 14 1. Surgery ..................................................................................... 14 2. Kemoterapi ............................................................................... 15 3. Radioterapi ............................................................................... 15 J. PROGNOSIS ................................................................................ 15 BAB III. PENUTUP ................................................................................... 16 REFERENSI ............................................................................................... 17

BAB I PENDAHULUAN

Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang berkembang menjadi ganas. Kondrosarkoma biasanya ditemukan pada daerah tulang femur, humerus, kosta dan bagian permukaan pelvis. Tumor ini memiliki banyak ciri dan bentuk perkembangan. Dari pertumbuhan yang lambat hingga pertumbuhan metastasis yang agresif. 1,2 Kondrosarkoma dapat dibagi menjadi kondrosarkoma primer dan sekunder. Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri disebut kondrosarkoma primer. Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi keganasan dari penyakit lain seperti enkondroma, osteokondroma dan kondroblastoma disebut kondrosarkoma sekunder. Kondrosarkoma sekunder kurang ganas dibandingkan kondrosarkoma primer. Kondrosarkoma dapat diklasifikasi menjadi tumor sentral atau perifer berdasarkan lokasinya di tulang.1,3,5 Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Informasi etiologi kondrosarkoma masih sangat minimal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa radiologi dan patologi anatomi.7,8 Penatalaksanaan kondrosarkoma dapat berupa pembedahan (surgery), kemoterapi, radioterapi. Selain itu, sangat dibutuhkan juga bentuk kerja tim antara dokter dengan profesional kesehatan lainnya.7,10 Prognosis untuk kondrosarkoma ini tergantung pada ukuran, lokasi dan grade dari tumor tersebut. Usia pasien juga sangat menentukan survival rate dan prognosis dari penyakit ini. Walaupun bermetastasis, prognosis kondrosarkoma lebih baik dibandingkan osteosarkoma.4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. EPIDEMIOLOGI Kondrosarkoma lebih sering ditemukan pada pria dari pada wanita, dan tidak ada perbedaan insidens. Dari segi ras penyakit ini tidak ada perbedaan. Meskipun tumor ini dapat terjadi pada seluruh lapisan usia, namun terbanyak pada orang dewasa (20-40 tahun). Tujuh puluh enam persen, kondrosarkoma primer berasal dari dalam tulang (sentral) sedangkan kondrosarkoma sekunder banyak ditemukan berasal dari tumor jinak seperti osteokondroma atau enkondroma yang mengalami transformasi.1,4,9,11 Di Amerika Serikat, kondrosarkoma merupakan tumor terbanyak kedua dari 400 jenis tulang ganas primer dengan jumlah kasus 25% dari seluruh keganasan tulang primer dan sekitar 11% dari seluruh keganasan tulang. Setiap tahun, terdapat 90 kasus baru kondrosarkoma.8,10

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI Sistem muskuloskeletal tersusun dari tulang, kartilago, sendi, bursa, ligamen dan tendon. Kartilago normal ditemukan pada sendi, tulang rusuk, telinga, hidung, diskus intervertebra dan tenggorokan. Kartilago tersusun dari sel (kondrosit dan kondroblast) dan matriks. Kondroblas dan kondrosit memproduksi dan mempertahankan matriks. Matriks terdiri dari elemen fibrous dan substansi dasar. Matriks ini kuat dan solid tetapi lentur.5,6 Pada orang dewasa, kartilago tidak mendapat aliran darah, limfe atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang membasahi kartilago. Proses ini dihambat dengan adanya endapan garam-garam kalsium. Akibatnya sel-sel kartilago tua yang terletak di batas diafisis mengalami kekurangan nutrien dan mati.5,6 Osteoklas kemudian membersihkan kondrosit yang mati dan matriks terkalsifikasi yang mengelilinginya, daerah ini kemudian diinvasi oleh osteoblas-osteoblas yang berkerumun ke atas dari diafisis, sambil menarik jaringan kapiler bersama mereka. Penghuni baru ini meletakkan tulang di sekitar bekas sisa-sisa kartilago yang terpisah-pisah sampai bagian dalam kartilago di sisi diafisis lempeng seluruhnya diganti oleh tulang. Apabila proses osifikasi telah selesai, tulang di sisi diafisis telah bertambah panjang dan lempeng epifisis telah kembali ke ketebalan semula.

Kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung epifisis lempeng.5,6,7 Ada tiga jenis kartilago yaitu: kartilago hialin, kartilago elastis dan fibrokartilago. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial Kartilago ini memegang peranan penting dalam membagi beban tubuh. Kartilago ini tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar substansi dasar. Substansi dasar terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel kartilago. Proteoglikan sangat hidrofilik sehingga memungkinkan menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban berat. Kartilago hialin terletak pada epifisis tulang panjang. 5,6,7

Gambar 1. Anatomi Tulang Panjang, Femur dilihat dari ventral, potongan melintang melalui tengah tengah corpus femoris dilihat dari distal, potongan frontal melalui bagian distal dilihat dari ventral. (Dikutip dari kepustakaan 14)

C. DEFINISI Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang berkembang menjadi ganas.1,3,10

D. PREDILEKSI

Berdasarkan bentuk tulang, kondrosarkoma dapat mengenai tulang pipih dan bagian epifisis tulang panjang. Kondrosarkoma dapat terkena pada berbagai lokasi namun predileksi terbanyak pada lokasi proksimal seperti femur, tibia, pelvis, dan humerus. Selain itu dapat pula mengenai rusuk, tulang kraniofasial, sternum, skapula dan vertebra. Tumor ini jarang mengenai tangan dan biasanya merupakan bentuk keganasan atau komplikasi dari penyakit lainnya.1,3,7,8
Gambar 2. Predileksi

E. ETIOLOGI Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Informasi etiologi kondrosarkoma masih sangat minimal. Namun berdasarkan penelitian yang terus berkembang didapatkan bahwa kondrosarkoma berhubungan dengan tumor-tumor tulang jinak seperti enkondroma atau osteokondroma sangat besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi kondrosarkoma. 1,7,12

F. PATOFISIOLOGI Patofisiologi kondrosarkoma primer maupun sekunder adalah terbentuknya kartilago oleh sel-sel tumor tanpa disertai osteogenesis. Sel tumor hanya memproduksi kartilago hialin yang mengakibatkan abnormalitas pertumbuhan tulang dan kartilago. Secara fisiologis, kondrosit yang mati dibersihkan oleh osteoklas kemudian daerah yang kosong itu, diinvasi oleh osteoblasosteoblas yang melakukan proses osifikasi. Proses osifikasi ini menyebabkan diafisis bertambah

panjang dan lempeng epifisis kembali ke ketebalan semula. Seharusnya kartilago yang diganti oleh tulang di ujung diafisis lempeng memiliki ketebalan yang setara dengan pertumbuhan kartilago baru di ujung epifisis lempeng. Namun pada kondrosarkoma proses osteogenesis tidak terjadi, sel-sel kartilago menjadi ganas dan menyebabkan abnormalitas penonjolan tulang, dengan berbagai variasi ukuran dan lokasi.4,7,8 Proses keganasan kondrosit dapat berasal dari perifer atau sentral. Apabila lesi awal berasal dari dalam tulang itu sendiri dinamakan kondrosarkoma sentral sedangkan kondrosarkoma perifer apabila lesi dari permukaan tulang seperti kortikal dan periosteal. Tumor kemudian tumbuh membesar dan mengikis korteks sehingga menimbulkan reaksi periosteal pada formasi tulang baru dan soft tissue.7,8

G. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.8 1. Diagnosis Klinis 7,8,11 Manifestasi klinis kondrosarkoma ini sangat beragam. Pada umumnya penyakit ini memiliki perkembangan yang lambat, kecuali saat menjadi agresif. Berikut adalah gejala yang bisa ditemukan pada kondrosarkoma: a. Nyeri Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan. Sekitar 75% pasien kondrosarkoma merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang. b. Pembengkakan Pembengkakan lokal biasa ditemukan. c. Massa yang teraba Teraba massa yang diakibatkan penonjolan tulang.

d. Frekuensi miksi meningkat Manifestasi klinis ini ditemukan pada kondrosarkoma di pelvis. Namun semua manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap kondrosarkoma. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan.

2. Penentuan Grade dan Stage dari Kondrosarkoma 8,11 Grade(G) dilihat dari agresif tidaknya tumor tersebut. Disebut grade rendah (G1) apabila jinak dan grade tinggi (G2) bila agresif. Penilaian grade kondrosarkoma dapat juga melalui pemeriksaan mikroskopis. Pada grade rendah biasanya sel tumor masih mirip dengan sel normal dan pertumbuhannya lambat serta kemungkinan metastase sangat kecil. Pada grade tinggi, sel tumor tampak abnormal dengan pertumbuhan dan kemampuan metastase yang sangat cepat. Kebanyakan kondrosarkoma itu berada pada grade rendah. Grade tinggi kondrosarkoma lebih sering akibat rekurensi dan metastase ke bagian tubuh yang lain. Yang termasuk grade rendah adalah kondrosarkoma sekunder sedangkan yang termasuk grade tinggi adalah kondrosarkoma primer. Tujuan penentuan stage ialah mendeskripsikan ukuran dan mengetahui apakah sel tumor ini telah bermetastase di luar lokasi aslinya. Untuk lokasi anatomi, dituliskan (T1) jika tumor tersebut berada di dalam tulang dan (T2) jika di luar tulang.

Berikut ini adalah penentuan stage kondrosarkoma: 5,11 - Stage 1A merupakan tumor grade rendah di dalam tulang - Stage 1B merupakan tumor grade rendah di luar tulang yang meliputi soft tissue spaces, nervus dan pembuluh darah. - Stage 2A merupakan tumor grade tinggi di lapisan keras tulang. - Stage 2B merupakan tumor grade tinggi di luar tulang yang meliputi soft tissue spaces, nervus dan pembuluh darah.

- Stage 3 merupakan tumor grade rendah-tinggi, bisa di dalam atau di luar tulang namun telah mengalami metastase.

Apabila didapatkan keterlibatan kelenjar limfa regional maka disebut N1 sedangkan N0 apabila tidak didapatkan keterlibatan kelenjar limfe regional. Jika didapatkan metastase disebut sebagai M1 dan jika tidak didapatkan metastase disebut M0. Kondrosarkoma biasa bermetastase pada paru-paru, namun dapat juga bermetastase pada tulang, liver, ginjal, payudara atau otak.

3. Pemeriksaan Radiologi

5,6,14

Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penting dalam usaha penegakan diagnosis tumor. Pada kondrosarkoma, pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan meliputi : a. Foto konvensional Foto konvensional merupakan pemeriksaan penting yang dilakukan untuk diagnosis awal kondrosarkoma. Baik kondrosarkoma primer atau sentral memberikan gambaran radiolusen pada area dekstruksi korteks. Bentuk destruksi biasanya berupa pengikisan dan reaksi eksternal periosteal pada formasi tulang baru. Scallop erosion pada endosteal cortex terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat dan permukaan tumor yang licin. Pada kondrosarkoma, endosteal scalloping kedalamannya lebih dari 2/3 korteks, maka hal ini dapat membedakan kondrosarkoma dengan enkondroma. b. CT scan Dari 90% kasus ditemukan gambaran radiolusen yang berisi kalsifikasi matriks kartilago. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan hasil lebih sensitif untuk penilaian distribusi kalsifikasi matriks dan integritas korteks. Endosteal cortical scalloping pada tumor intramedullar juga terlihat lebih jelas pada CT scan dibandingkan dengan foto konvensional. c. MRI

Humerus

On the left a lesion consisting of rings and arcs calcification in the proximal humerus. The CT shows the calcification with subtle endosteal thinning of the cortical bone

(arrows)
Gambar 3. Kondrosarkoma proximal humerus (dikutip dari kepustakaan 14)

On the left a typical broad based osteochondroma arising from the proximal humerus. The major part of the bony protrusion consist of fatty bone marrow.
Gambar 4. Kondrosarkoma proximal humerus (dikutip dari kepustakaan 14)

Femur

- Tibia

On the left a lytic ill-defined lesionin the distal diaphysis of the femur in an old patient. Notice the cortical thickening, but also endosteal scalloping (blue arrows). At closer look, there are also faintcalcification present (arrowhead).
Gambar 5. Kondrosarkoma distal femur (dikutip dari kepustakaan 14)

On the left a chondrosarcoma in the proximal tibia diaphysis. The tumor is recognized by subtle calcification in the proximal part. The distal border is not well defined. Notice endosteal scalloping at the medial side which is a hallmark of chondrosarcoma. MR better defines the extension of the lesion, MRI also demonstrates the endosteal scalloping.
Gambar 6. Kondrosarkoma Proximal Tibia (dikutip dari kepustakaan 14)

Pelvis

These radiograph reveal an irregularity of his left iliumwith soft tissue calcification, suggesting a chondrosarcoma of the pelvis.
Gambar 7. Kondrosarkoma pelvis (dikutip dari kepustakaan 14)

d. Pemeriksaan Patologi Anatomi Gambaran makroskopis pada kebanyakan tumor memperlihatkan sifat

kartilaginosa; besar dengan penampilan berkilau dan berwarna kebiru-biruan. Secara mikroskopis, beberapa tumor berdiferensiasi baik dan sulit dibedakan dengan enkondroma bila hanya berdasakan pada gambaran histologis saja. Kecurigaan kearah keganasan apabila sel berinti besar, inti multipel dalam suatu sel tunggal atau adanya beberapa kondroblas dalam satu lakuna. Diantara sel tersebut terdapat matriks kartilaginosa yang mungkin disertai dengan kalsifikasi atau osifikasi.

Klasifikasi kondrosarkoma berdasarkan patologi anatomi: 6,8,13 1. Clear cell chondrosarcoma

Gambar 8. Clear cell chondrosarcoma (dikutip dari kepustakaan 13)

Clear cell chondrosarcoma termasuk grade rendah dengan pertumbuhan yang lambat dan secara khas terdapat di epifisis tulang-tulang tubular terutama pada femur dan humerus. Sesuai dengan namanya, biopsi dari tumor ini akan menunjukkan clear cell dengan banyak vakuola besar. Akan tampak pula lobular cartilaginous di dalam clear cells, multinucleated giant cells, mitosis sedikit, dan susunan matriks menjadi sedikit disertai kalsifikasi fokal.

2. Mesenchymal chondrosarcoma

Gambar 9. Mesenchymal chondrosarcoma ((dikutip dari kepustakaan 13)

Di bawah mikroskop, selnya berbentuk lingkaran kecil/oval dari spindled neoplastic cells dengan gumpalan ireguler kromatin dan nukleoli. Terjadi peningkatan perubahan mitosis dan penipisan kartilago. 3. Dedifferentiated chondrosarcoma

Gambar 10. Dedifferentiated chondrosarcoma (dikutip dari kepustakaan 13)

Dediffentiated chondrosarcoma sekitar 10% dari seluruh tipe kondrosarkoma. Sifat khasnya adalah gabungan antara grade rendah kondrosarkoma dan proses keganasan degeneratif. Pada gambaran patologi anatomi tampak ikatan antara sel kartilago dan nonkartilago, stroma kondroid, sel kondrosit mengecil dan nukleus padat dengan disertai beberapa pembesaran.

4. Juxtacortical chondrosarcoma

Gambar 11. Juxtacortical chondrosarcoma (dikutip dari kepustakaan 13)

Juxtacortical chondrosarcoma merupakan 2% dari seluruh kondrosarkoma. Lesi umumnya terletak pada bagian metafisis femur, jarang pada diafisis.

H. DIAGNOSIS BANDING 4,8,9,11 Kondrosarkoma biasanya berasal dari tulang normal, atau merupakan perubahan ganas dari kelainan jinak seperti osteokondroma dan enkondroma. 1. Osteokondroma

Gambar 12. Osteokondroma (dikutip dari kepustakaan 14)

Osteokondroma atau eksostosis osteokartilagenus adalah pertumbuhan tulang dan tulang rawan yang membentuk tonjolan di daerah metafisis. Tonjolan ini menimbulkan pembengkakan atau gumpalan. Kelainan ini selalu muncul di daerah metafisis dan tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur, ujung proksimal tibia, dan humerus.

2. Enkondroma

Gambar 13. Osteokondroma (dikutip dari kepustakaan 14)

Enkondroma merupakan tumor jinak pada kartilago displastik yang biasanya berupa lesi soliter pada bagian intramedullar tulang dan metafisis tulang tubular. Pada foto konvensional enkondroma memberikan gambaran berupa radiolusen yang berbatas tegas di daerah medulla. Tampak pula kalsifikasi seperti cincin dan pancaran (ring and arcs) yang berbatas tegas, membesar dan menipis, khususnya pada daerah tangan dan kaki.

I. PENATALAKSANAAN 2,7,10 Penatalaksanaan kondrosarkoma merupakan bentuk kerja tim antara dokter dengan profesional kesehatan lainnya. Para radiologist, diperlukan untuk melihat faktorfaktor untuk evaluasi kecepatan perkembangan tumor, diagnosis spesifik, dan pembesaran tumor. Perawat dan ahli gizi, terlibat menjelaskan kepada pasien efek samping dari penanganan kondrosarkoma dan memberikan dorongan kesehatan makanan untuk membantu melawan efek samping tersebut. Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada beberapa hal seperti: 1. Ukuran dan lokasi dari kanker 2. Menyebar tidaknya sel kanker tersebut. 3. Grade dari sel kanker tersebut. 4. Keadaan kesehatan umum pasien Pasien dengan kondrosarkoma memerlukan terapi kombinasi pembedahan (surgery), kemoterapi dan radioterapi. a. Surgery Langkah utama penatalaksanaan kondrosarkoma pembedahan karena

kondrosarkoma kurang berespon terhadap terapi radiasi dan kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah dapat dilakukan dengan kuret intralesi untuk lesi grade rendah, eksisi radikal, bedah beku hingga amputasi radikal untuk lesi agresif grade tinggi. Lesi besar yang rekuren penatalaksanaan paling tepat adalah amputasi.

Gambar 14. Proses pembedahan (dikutip dari kepustakaan 14)

b. Kemoterapi Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk menghancurkan sel-sel kanker. c. Radioterapi Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada residu tumor, baik makro maupun mikroskopik.

J. PROGNOSIS 4,11,12 Prognosis untuk kondrosarkoma ini tergantung pada ukuran, lokasi dan grade dari tumor tersebut. Usia pasien juga sangat menentukan survival rate dan prognosis dari penyakit ini. Pasien anak-anak memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dewasa. Penanganan pada saat pembedahan sangat menentukan prognosis kondrosarkoma karena jika pengangkatan tumor tidak utuh maka rekurensi lokal bisa terjadi. Sebaliknya apabila seluruh tumor diangkat, lebih dari 75% penderita dapat bertahan hidup. Rekurensi kondrosarkoma biasa terjadi 510 tahun setelah operasi dan tumor rekuren bersifat lebih agresif serta bergrade lebih tinggi dibanding tumor awalnya.

BAB III PENUTUP

Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Di Amerika Serikat, kondrosarkoma merupakan tumor terbanyak kedua dari 400 jenis tulang ganas primer dengan jumlah kasus 25% dari seluruh keganasan tulang primer dan sekitar 11% dari seluruh keganasan tulang. Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Adapun tanda klinis dari kondrosarkoma yaitu Nyeri, pembengkakan, massa yang teraba dan frekuensi miksi meningkat. Selain itu untuk membantu penegakkan diagnosis dapat menggunakan pemeriksaan radiologis, CT-Scan dan pemeriksaan PA. Pengobatan untuk

kondrosarkoma yaitu pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Prognosis untuk kondrosarkoma ini tergantung pada ukuran, lokasi dan grade dari tumor tersebut. Usia pasien juga sangat menentukan survival rate dan prognosis dari penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi: Sistem Muskuloskeletal. 7th ed. vol 2. Jakarta: EGC, 2007. P.858. 2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. 6th Ed. Jakarta: EGC, 2000. P. 669. 3. Otto SE. Buku Saku Keperawatan Onkologi: Kanker Tulang dan Sarkoma Jaringan Lunak. Jakarta: EGC, 2003. P. 73. 4. Sylvia, Lorraine. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta :EGC, 2006. P.149 5. Meyers SP. MRI of Bone and Soft Tissue Tumors and Tumorlike Lesions, Differential Diagnosis and Atlas: Chondrosarkoma. Stutgart: Thieme, 2008. P. 368-77 6. Chandrasoma P, Taylor C. Concise Pathology: Disease of Joints&Connective Tissue. 3rd ed. USA: Appletn&Lange, 1998. p. 971-2 7. Wiesel SW, Delahay JN. Essentials of Orthopedic Surgery: Tumor of Musculoskeletal. 4th ed. Washington: Springer, 2010. P. 137-41 8. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Kondrosarkoma. Diunduh dari http://ocw.usu.ac.id/course/download/128-PATOLOGIANATOMI/patologi_anatomi_slide_kondrosarkoma.pdf. tanggal 09 Maret 2013 9. Diunduh dari http://dokmud.wordpress.com/2010/02/16/kondrosarkoma/ tanggal 09 Maret 2013 10. Diunduh dari http://id.scribd.com/doc/43271139/10/Kondrosarkoma Diakses tanggal 09 Maret 2013 11. Diunduh dari http://www.medicinesia.com/kedokteranklinis/musculoskeletal/kondrosarkoma/ tanggal 09 Maret 2013 12. Di unduh dari http://www.artikelkedokteran.com/201/masalah-histologik-mengenaichondrosarcoma.html tanggal 09 Maret 2013 13. Diunduh dari http://www.webpathology.com/image.asp?case=332&n=6 tanggal 16 Maret 2013 14. Diunduh dari http://radiopaedia.org/cases/chondrosarcoma-proximal-femur tanggal 16 Maret 2013 15. Putz, Pabst. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia, edisi 22. Jakarta: EGC, 2007. P.281

You might also like