Professional Documents
Culture Documents
Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK Unand/ SMF Paru RS. DR.M. Djamil Padang
BUKU - BUKU
Robert Koch
Perkembangan TB DI INDONESIA
WHO 1962: Yogya (urban) : AFB (BTA) + : 0,7 % Malang (rural) : AFB (BTA) + : 0,39 % Tuberkulin test positif: (telah terinfeksi M. Tuberkulosis)
1 6 tahun 7 14 tahun > 15 tahun Rata rata 23,6 % 42,0 % 76,0 % 50,0 %
SURVEY
Sumatera Barat 1985 : BTA (+) pada usia > 15 tahun Pessel Kodya Payakumbuh
: 5,3 % : 18 %o : 1 %o
Faktor Imunitas tubuh sangat mempengaruhi seseorang yang terinfeksi TB menjadi menderita TB
Sebagai sumber penularan : Penderita TB Paru dengan BTA (+) pada sputumnya
Apakah seseorang akan menjadi sakit atau tidak setelah mengalami infeksi tergantung kepada:
1. 2. 3. 4. Jumlah kuman yang masuk Virulensi kuman Derajat hipersensitiviti tuan rumah Daya tahan (resistensi) tuan rumah
Kenyataannya : sebagian besar orang yang telah Terinfeksi tidak menjadi sakit
Patogenesis TB
Kuman M.tb yang terinhalasi sampai ke alvioli dapat menyebabkan terbentuknya Fokus primer di jaringan paru Kemudian Mtb melalui saluran limfe menuju kelenjer limfe regional ( hilus), terjadi peradangan ( limfangitis dan limfadenitis) Gabungan ke tiga kejadian dinamakan Komplek primer Lama waktu yang dibutuhkan sampai terbentuk komplek primer 4-6 minggu Kemudian ada 3 kemungkinan yang terjadi setelah MTb masuk: Penyembuhan secara spontan Menderita TB (TB primer ) Terjadi infeksi tapi tidak sakit Mtb dormant ( jika pertahan tubuh menurun, Mtb aktif kembali TB Reaktivasi
Saluran lymph
Komplex Primer
PATOLOGI
Ada beberapa perubahan patologi anatomi yang terjadi pada paru setelah mengalami infeksi Mikobakterium Tuberkulosis
1. REAKSI PERMULAAN
initial response
Oedema Pengerahan sel sel PMN untuk memakan dan membunuh kuman yang masuk
2. PRODUCTIVE REACTION
Merupakan gambaran yang dominan
3. EXUDATIVE REACTION
Terjadi bila
Jumlah Virulensi
Kuman
>
Pada exudativa reaction dimana tidak banyak usaha tubuh untuk melokalisirnya, sehingga infeksi meluas kesebagian besar / keseluruhan satu lobus
caseous pneumonia
PENYEMBUHAN
harus selalu diingat bahwa sebagian besar infeksi TB Paru pada manusia cenderung untuk sembuh
Secara alamiah perjalanan penyakit / proses TB Paru bisa terjadi secara bersamaan antara proses penyembuhan dan proses perluasan Akibatnya : pada seorang penderita TB Paru; pada parunya bisa terdapat :
tuberkel Caverne / cavitas Perkejuan Fibrosis kalsifikasi
Kompleks primer
TERGANTUNG KEPADA:
Meluas
Limfogen hematogen
TB PARU
Primer Post primer
TB Paru post primer : Paling banyak Sumber penularan
DIAGNOSIS TB PARU
GEJALA KLINIS
Tanpa keluhan:
Terutama pada kasus ringan atau dini Diketahui secara kebetulan
Pemeriksaan radiologi
Rutin Check up
Cepat lelah Malaise tak enak badan Anoreksia Berat badan menurun Demam Nadi cepat Keringat malam Amenorrhea
KELAINAN FISIK
Keadaan umum
Bisa baik; bahkan kadang pada kasus-kasus secara radiologis relatif sudah lanjut. Kelihatan sakit sedang. Jelek pada kasus lanjut. yang
Demam terutama pada sore hari (subfebril) Nadi relatif cepat dibanding kenaikan suhu. Nafas cepat :
Pada yang lanjut (luas) Komplikasi : - Pneumotoraks - Efusi pleura
PEMERIKSAAN FISIK
Kelainan Toraks
Bisa tak ditemukan kelainan:
Pada penyakit yang dini / kelainan minimal Kadang-kadang pada kelainan radiologis yang relatif luas.
Adanya ronkhi basah halus (krepitasi) sesudah batuk pada lapangan atas paru merupakan kelainan yang dini. Tanda-tanda konsolidasi (pemadatan) jaringan paru: Redup Fremitus meningkat Suara nafas bronkial
TERUTAMA PADA LAPANGAN ATAS PARU PADA KASUS-KASUS YANG SEDANG / LUAS
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
GAMBARAN RADIOLOGI TB PARU
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kelainan terutama pada lapangan atas paru. Bayangan bercak-bercak atau noduler. Adanya kavitas (caverne). Adanya kalsifikasi. Kelainan bilateral di lapangan atas. Kelainan menetap setelah beberapa minggu. Bayangan milier. Bayangan fibrosis.
LABORATORIUM
Sputum: membuktikan adanya Mikobakterium Tuberkulosis dalam sputum sangat penting artinya untuk;
Diagnosa Menilai hasil pengobatan.
Pemeriksaan sputum:
Pewarnaan langsung Kultur (pembiakan) butuh waktu antara 4 8 minggu
DIAGNOSA TB PARU
Klinis : Anamnesa Pemeriksaan fisik Radiologis : Rontgen Foto toraks Bakteriologis : Pemeriksaan sputum BTA langsung kultur
Pemeriksaan radiologi toraks Stateskop Tidak dapat dipakai untuk Menyingkirkan kemungkinan adanya TB Paru ( tidak adanya kelaian pada pemeriksaan fisik bukan berarti TB nya tidak ada)
DIAGNOSA PASTI
Klinis (+) Radiologis (+) Bakteriologis (+) BTA Sputum langsung (+) Kultur (+)
Klasifikasi Penyakit TB
Klasifikasi TB
PENGOBATAN
Tujuan : memusnahkan kuman yang ada dalam tubuh penderita. Tapi kita tak tahu pasti kapan hal ini terjadi. Dalam prakteknya : Tujuan pengobatan membuat sekret bronkus (sputum) bebas dari kuman TB yang dibuktikan dengan hasil kultur yang negatif.
gambaran radiologis menjadi normal kembali. Keberhasilan pengobatan bukan ditentukan oleh gambaran radiologis. (walaupun kelainan radiologis menetap tidak berarti bahwa pengobatan gagal.) Adanya kelainan radiologis yang menetap menunjukkan luasnya kerusakan jaringan paru pada awal pengobatan
4. 5.
M. TB Robert Koch Sinar X untuk diagnosa TB Paru Streptomisin sebagai obat anti TB pertama PAS INH
Pengobatan TB paru baru memberikan hasil yang baik untuk pertama kalinya adalah setelah mengkombinasikan: Streptomisin + INH + PAS selama 1 - 2 tahun
kombinasi Streptomisin + INH + PAS memerlukan masa pengobatan 1 2 tahun (jangka panjang) kelemahan :
Terlalu lama Efek samping obat Harus disuntikkan (S)
Dengan ditemukannya Rifampisin dan ditemukan kembali Pirazinamid pengobatan TB paru bisa lebih pendek masanya yaitu : 6 bulan (pengobatan jangka pendek)
Banyak kombinasi obat anti TB (OAT) yang bisa dipakai, demikian juga masa pengobatannya Minimal 6 bulan dengan memakai rifampisin Kombinasi 3 4 macam OAT selama 2 bulan pertama tiap hari (fase awal) Dilanjutkan dengan INH + Rifampisin saja selama 4 bulan berikutnya (fase lanjutan)
Bisa tiap hari atau secara berkala (intermitten) 2 3 kali seminggu
OBAT-OBAT ANTI TB
1. Isoniazid = isonicotinic acid hidrazid = INH (H) - 1952 2. Rifampisin (R) 3. Pirazinamid (Z) 4. Etambutol (E) 5. Streptomisin (S) - 1944 6. Tiasetazon (T) 7. PAS = para amino salicylic acid - 1946 8. Sikloserin (Cyc)
OBAT-OBAT ANTI TB
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Protionamid (Pro) Kapreomisin (Cap) Etionamid (Eth) Viomisin (Vio) Kanamisin (Kan) Amikasin Ofloxacin ciprofloxacin
Bila seseorang telah didiagnosa sebagai TB paru, pengobatan tergantung kepada: Hasil pemeriksaan BTA Luasnya penyakit Riwayat pengobatan sebelumnya
KATEGORI I
Kasus baru TB paru BTA (+) Kasus baru TB paru BTA (-) Kasus baru TB ektra paru
Alternatif pengobatan
FASE AWAL
2 RHZE
KATEGORI II
TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya : Kambuh Kegagalan pengobatan Pengobatan tidak selesai
Kemasan OAT
Obat tunggal, Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination FDC) Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet
Melaporkan kepada dokter / petugas jika mengalami efek samping yang tidak bisa ditolerir Jangan sekali-kali menghentikan pengobatan sebelum disuruh dokter Walaupun keluhan sudah hilang semuanya, tidak berarti penyakit sudah sembuh
STRATEGI DOTS DOTS = Directly observed treatment short course. Prinsipnya : Menjamin seluruh dosis obat yang telah direncanakan dimakan oleh penderita. Idealnya : Setiap dosis obat dimakan oleh penderita di depan petugas
3
Directly Observed Treatment Short-course
63