You are on page 1of 12

INDEKS PRODUKTIVITAS RELATIF (IPR) KOTA BEKASI Mata Kuliah : Perencanaan Wilayah

Disusun oleh : KELOMPOK 10 RIZKY ASTIATI SUGITA HAFIZ DANISWARA FADILLA FITRIANA RIDHAN NURALIZA (150610100097) (150610100098) (150610100094) (150610100106)

Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian 2012

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanawataala karena berkat rahmat serta hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad Sawlawlohualaihiwasalam beserta para sahabat-Nya.

Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah. Pada makalah ini penyusuhun membahas megenai Indeks Produktivitas Relatif kota Bekasi. Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, maka dari itu kami senantiasa meminta kritik dan saran dengan senang hati yang sifatnya membangun guna perbaikan makalah ini.

Penyusun,

Jatinangor, Oktober 2012

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................ Daftar Isi ...................................................................................................................... BAB I Pendahuluan .......................................................................................................................... BAB II Isi ........................................................................................................................ BAB III Kesimpulan ............................................................................................... Daftar Pustaka

BAB I
Pendahuluan

Indeks Produktivitas Relatif (IPR) IPR merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks analisis pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, dengan menghubungkan kontribusi (share) suatu sektor terhadap PDRB dengan share tenaga kerja sektor yang bersangkutan. IPR sangat berguna dalam pengambilan kebijakan atau strategi pembangunan, khususnya dalam memotret proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri.

Gambar di atas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Kota Bekasi didominasi oleh sector di atas, masing-masing berkontribusi secara signifikan terhadappembentukan output ekonomi daerah (PDRB). Dari sisi ketenagakerjaan, hasil analisis serapan tenaga kerja pada perusahan skala sedang (perusahan yang memilikikaryawan/tenaga kerja sebanyak 2599 orang) dan perusahaan skala besar (perusahaan yangmemiliki karyawan/tenaga kerja diatas 100 orang) menunjukkan bahwa perusahaan di bidangindustri menyerap tenaga kerja paling besar yaitu 68,71%, disusul perusahaan di bidangperdagangan sebesar 13,84%, urutan selanjutnya adalah perusahaan di bidang jasaperusahaan dan pelayanan kesehatan masingmasing menyerap tenaga kerja sebanyak 13,84% dan 6,03%. Sedangkan untuk perusahanperusahan di bidang lainnya sepertilembaga pendidikan, keuangan, pariwisata/hiburan, bangunan dan jasa-jasa lainnya hanyamampu menyerap tenaga kerja di bawah 5%

BAB II
Pembahasan

Sektor basis ekonomi adalah sektor yang berperan dalam perkembangan ekonomi wilayah. Dengan kata lain sektor basis ekonomi adalah kunci dalam mendorong pertumbuhan wilayah. Indentifikasi sektor basis ekonomi. Kota Bekasi memiliki penggerak utama perekonomian dalam sektor: 1) pertanian, 2) industri, 3) listrik, gas dan air minum dan 4) perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan uraian di atas, maka posisi Kota Bekasi memiliki karakteristik sebagai berikut: Aspek struktur ekonomi hampir sama dengan Jakarta Utara, Tangerang Aspek sektor basis memiliki kemiripan dengan Tangerang, Depok, Bogor Berdasarkan karakteristik di atas, maka Kota Bekasi cenderung memiliki hubungan horisontal dengan Kota Depok, Tangerang dan Bogor serta Jakarta Utara. Hubungan tersebut jika tiada inovasi dan diversifikasi maka akan terjadi hubungan kompetisi bukan komplemen.

Kependudukan

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Konsep penduduk menurut Badan Kependudukan dan Catatan sipil: penduduk adalah orang yang mempunyai KTP dan atau mempunyai KK (beridentitas) Penduduk Kota Bekasi tahun 2009 menurut Dinas Kependudukan dan catatan Sipil Kota Bekasi tercatat sebanyak 1.882.869 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 941.507 dan perempuan 941.362 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 100,02. Jumlah penduduk ini tersebar pada 12 kecamatan. Penyebaran tertinggi pada Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 12,77% (240.456 jiwa), Bekasi Barat 12,10% (227.810 jiwa), Pondokgede 12,08% (227.415 jiwa) dan terendah di Kecamatan Jati Sampurna sebesar 3,50% (65.816 jiwa).

Ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah masalah kependudukan yang perlu mendapat perhatian. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun turut meningkat. Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bekasi, jumlah pencari kerja terdaftar pada tahun 2008 ada 42.376 orang sedangkan pada tahun 2009 ada 45.316 orang. Sebagian besar pencari kerja tersebut adalah mereka yang berpendidikan SLTA yaitu 28.311 orang dan Akademi/Universitas sekitar 14.968 orang. Namun jumlah mereka yang diterima hanya sekitar 919 orang, 871 orang diantaranya yang berpendidikan tamat SLTA dan sebanyak 9 orang yang berpendidikan Akademi / Universitas. Dari data yang didapat dan perbandingan tenaga kerja, maka sumbangan tenaga kerja dari sektor pertanian hanya 0,045 persen saja. Sedangkan perbandingan tenaga kerja petani dengan jumlah penduduk adalah 0,0212.

Produk Domestik Regional Bruto Dalam perkembangannya perekonomian Kota Bekasi mengalami perubahan potensi ekonomi dari sektor Industri ke sektor Perdagangan dan Jasa. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bekasi tahun 2009 adalah sebesar 4,13 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,94 persen, mengalami penurunan. Sementara itu, struktur ekonomi Kota Bekasi dapat dilihat dari kontribusi sektoral terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009. Dua sektor dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Kota Bekasi yaitu sektor industri pengolahan sebesar 42,89 persen dan sector perdagangan, hotel dan restoran sebesar 30,63 persen. Sedangkan untuk sektor pertanian hanya menyumbang 0,86 persen untuk PDRB Kota Bekasi.

Perhitungan

Indeks Produktivitas Relatif (IPR) Kota Bekasi IPR ini menunjukkan tingkat produktivitas tenaga kerja pada sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang sangat berguna dalam pengambilan kebijakan/strategi pembangunan. IPR merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks analisis pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Rumus: IPRi = % ten. kerja sektor i thd seluruh tenakersektor % share Sektor I terhadap PDRB

Tahun 2007 : Sektor Pertanian

Share sektor pertanian terhadap PDRB Kota Bekasi tahun 2007 adalah 0,85% dan kontribusi tenaga kerja sektor pertanian adalah IPR pertanian = = 0,726

= 0,0117 atau 1,17%

Sektor Industri Pengolahan

Share sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kota Bekasi tahun 2007 adalah 46,29% dan kontribusi tenaga kerja sektor industry pengolahan adalah IPR industry pengolahan = Sektor Jasa = 1,85

= 0,25 atau 25%

Share sektor jasa terhadap PDRB Kota Bekasi tahun 2007 adalah 5,86 % dan kontribusi tenaga kerja sektor industry pengolahan adalah IPR industry pengolahan = = 0,21

= 0,2777 atau 27,77%

Tahun 2009 : Sektor Pertanian

Share sektor pertanian terhadap PDRB Kota Bekasi tahun 2009 adalah 0,86% dan kontribusi tenaga kerja sektor pertanian adalah IPR pertanian = = 0,36

= 0,0235 atau 2,35 %

Sektor Industri Pengolahan

Share sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kota Bekasi tahun 2009 adalah 42,89% dan kontribusi tenaga kerja sektor industry pengolahan adalah IPR industry pengolahan = = 2,04

= 0,2099 atau 20,99 %

Sektor Jasa

Share sektor jasa terhadap PDRB Kota Bekasi tahun 2007 adalah 5,98 % dan kontribusi tenaga kerja sektor industry pengolahan adalah IPR industry pengolahan = = 0,22

= 0,2652 atau 26,52 %

BAB III
Kesimpulan

Indeks Produktivitas Relatif (IPR) Kota Bekasi sektor pertanian pada tahun 2007 adalah 0,726 dan pada tahun 2009 adalah 0,36. Ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan, hal ini terjadi karena banyak beralihnya tenaga kerja ke sektor industry pengolahan dan jasa, sehingga ada kecenderungan tenaga kerja di bidang pertanian semakin menurun, sehingga produktivitas sektor pertanian juga menurun. Hal sebaliknya justru terlihat dari nilai IPR di sector Industry Pengolahan. Pada tahun 2007 IPR sector industry pengolahan adalah 1,85 dan pada tahun 2009 adalah 2,04 dengan ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja di bidang industry pengolahan meningkat. Selain itu, di bidang Jasa juga terlihat bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja meninkat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai IPR yang semakin meningkat yaitu pada tahun 2007 adalah 0,21dan pada tahun 2009 adalah 0,22.

DAFTAR PUSTAKA

http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/900 (21 October 2012) http://bekasikota.bps.go.id/ (21 October 2012) http://bekasikota.bps.go.id/images/stories/publikasi/Kota%20Bekasi%20dalam%20A ngka%20Tahun%202010.pdf (21 October 2012) http://www.scribd.com/doc/106133449/Analisa-Kebijakan-Ketenagakerjaan-KotaBekasi (21 October 2012)

You might also like