You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PEDIKULOSIS

22.48 | Label: asuhan kepewatan

Pedikulosis ialah infeksi kulit atau rambut padamanusia yang disebabkan oleh pedikulus (termasuk family pediculidae), selain menyerang manusia, penyakit ini juga menyerang binatang, oleh karena itu dibedakan pediculus humanus dengan pediculus animalis. Pediculus ini merupakan parasit obligat artinya harus menghisap darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup. A. Pengertian Infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis (mengenai daerah-darah yang berambut) Infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat pediculus humanis (Arif Mansjoer, 2002) B. Klasifikasi 1. Pediculosis Kapitis a. Definisi Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var capitis (Ronny P Handoko) Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut pediculus humanus capitis pada kulit kepala. (Brunner & Suddarth) Tuma betina akan meletakkan telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur ini akan menetas menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturitasnya dalam tempo 2 minggu. b. Etiologi

JANTAN.

BETINA

Infeksi kulit ini disebabkan oleh pediculus humanus var capitis. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan. Kondisi hygiene yang tidak baik, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang relative susah dibersihkan (rambut yang sangat panjang pada wanita). c. Epidemiologi Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan dan betina, yang betina dengan ukuran panjang 1,2-3, mm dan lebar kurang lebih panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya sedikit. Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin keujung terdapat yang lebih matang. d. Cara penularan Melalui perantara benda: Pakaian Sisir Sikat yang dipakai bersama Wig Topi Perangkat tempat tidur yang terinfeksi e. Pathogenesis Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Gatal tersebut timbul karenapengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan kedalam kulit waktu menghisap darah. f. Gejala klinis tuma paling sering ditemukan di sepanjang bagian posterior kepala dan di belakang telinga.

Telur tuma ini dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang berbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut. Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan yang dilakukan untuk menghiulangkan gatal seringkali menimbulkan infeksi bakteri sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Infestasi tuma lebih sering ditemukan pada anak-anak dan orang yang berambut panjang. Gejala yang muncul: Rasa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Karena garukan, dapat terjadi erosi, ekskioriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta) Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika)dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk. g. Diagnosis banding Tinea kapitis Pioderma (impetigo krustosa) Dermatitis seboroika h. Prognosis Prognosis baik bila hygiene diperhatikan i. Pengobatan Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi sekunder. Menurut kepustakaan, pengobatan terbaik ialah secara topical dengan malathion 0,5 % atau 1 dalam bentuk losio atau spray caranya: malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit. Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur. Obat tersebut sulit didapat Di Indonesia obat yang mudah didapat dan cukup efektif adalah krim gama benzene heksaklorida (gameksan=gammexan) 1 %. Cara pemakaiannya adalah: setelah dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain adalah zil benzoate 25 %, dipakai dengan cara yang sama. Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, infeksi sekunder dionati dulu dengan antibiotic sistemik dan topical. Dan kemudian disusul dengan pemberian oabat dia atas dalambentuk shampoo. Hygiene merupakan syarat agar tidak terjadi residif. 2. Pedikulosis Korporis a. Definisi Infestasi kutu pedikulosis humanus korporis pada badan (Ronny P Handoko) b. Etiologi Pediculus humanus var corporis mempunyai jenis kelamin, yakni jantan dan betina, yang betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira setengah panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama dengan yang ditremukan pada kepala. c. Epidemiologi Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan hygiene yang buruk, misalnya penggembala,disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut penyakit vagabond. Hal ini disebabkan karena kutu

tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah. Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai baju tebal serta jarang dicuci. d. Cara penularan Melalui pakaian Pada orng yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat melekat padarambut tersebut dan dapat ditularkan melalui kontak langsung. e. Pathogenesis Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal ini diebabkan oleh pengaruh liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap darah. f. Gejala klinis Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan pada badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. g. Diagnose banding Neurotic excoriation h. Prognosis Baik dengan menjaga hygiene i. Pengobatan Krim gameksan 1 % yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24 jam, setelah itu penderita disuruh mandi. Jika masih belum sembuh diulangi 4 hari kemudian. Obat lain adalah emulsi benzyl benzoate 25 % dan bubukn malathion 2 %. Pakaian agar direbus atau disetrika, maksudnya untuk membunuh telur atau kutu. Jika terdapat infeksi sekunder diobati dengan antibiotic secara sistemik dan topical. 3. Pedikulosis pubis a. Definisi Pediculosis pubis adalah infeksi rambut di daerrah pubis dan di sekitarnya karena phthirus pubis. Pediculosis pubis dulu dianggap phthirus pubis secara morfologis sama dengan pediculus, maka itu dinamakan pediculus pubis. Ternyata morfologi keduanya berbeda, phthirus pubis lebih kecil dan pipih. b. Etiologi Kutu ini juga mempunyai jenis kelamin, yang betina lebih besar daripada yang jantan. Panjang sama dengan lebar 1-2 mm. c. Epidemiologi Penyakit ini menyerang orang dewasa dan edapat digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual (P. H. S. ) Serta dapat pula menyerang jenggot dan kumis Infeksi ini juga bias terjadi pada anak-anak, yaitu di alis atau bulu mata (misalnya blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala. d. Cara penularan Umumnya dengan kontak langsung e. Gejala klinis Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal ini dapat meluas kedaerah abdomen dan dada, di situ dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut macula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjangn dan susah untuk dilapaskan

karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut. Black dot yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitamini merupakan krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening. f. Diagnosis banding Dermatitis seboroika Dermatomikosis g. Prognosis Gejala gatal yang ditimbulkan sama dengan proses pada pedikulosis. h. Pengobatan Krim gameksan 1 % Emulsi benzyl benzoate 25 % yang dioleskan kemudian didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian jika belum sembuh. Sebaiknya rambut kelamin dipotong Pakaian dalam direbus atau disetrika Mitra seksual juga harus diperiksa jika perlu diobati.

ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Biodata b. Anamnesa yang berkaitan dengan pedikulosis Keluhan atau gejala yang dirasakan. Sejak kapan gejala dirasakan. Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Apakah pasien pernah mengalami gatal-gatal di sekitar kulit kepala, badan, dan pubis. Apakah pasien pernah pinjam-meminjam alat mandi, handuk, baju, sisir, bantal, kasur, topi kepada orang lain atau anggota keluarga. Identifikasi aktifitas pasien selama di rumah. Riwayat penggunaan obat (bagaimana pengobatan sebelumnya) c. Pemeriksaan fisik Kepala Kulit kepala: ditemukan telur-telur di rambut pada oksiput dan di atas telinga (biasanya terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa) Ditemukan impetigo sekunder dan furunkulosis. Badan Terlihat jalur bekas garukan sejajar, perubahan-perubahan urtikaria, dan papula erithematosa yang awet, lesi tampak jelas punggung. Ditemukan kutu-kutu yang biasanya terdapat pada lipatan-lipatan pakaian dan jarang sekali di kulit. Pubis Rambut pubis atau paha dihuni oleh beberapa buah telur (nits) saja atau sampai tak terhitung jumlahnya Ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang merupakan titik-titik darah terhisap dalam kutu dewasa

ataupun bagian kotorannya. d. Pemeriksaan penunjang Pedikulosis capitis Diagnose pasti adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicarai di daerah oksiput dan temporal, telur berwarna abu-abu dan berkilat. Pedikulosis corporis Diagnose pasti adalah menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian. Pedikulosis pubis Dilakukan pemeriksaan dengan perhatian khusus terhadap kemaluan kalau perlu dengan menggunakan kaca pembesar, biasanya ditemukan telur atau kutu bentuk dewasa. 2. Diagnose keperawatan a. Gangguan rasa nyaman (gatal) berhubungan dengan infeksi kutu. b. Gangguan body image berhubungan dengan adanya penyakit (pedikulosis). c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya infeksi berat pada kulit. d. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan risiko penularan. e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit, penyebab, pengobatan, dan pencegahan. 3. Intervensi keperawatan a. Diagnose 1 Tujuan : pasien dapat merasakan kenyamanan (rasa gatal berkurang). Intervensi : Kaji kondisi kulit kepala, badan, pubis. Anjurkan agar kulit pasien tetap kering. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan pakaian, alat mandi, tempat tidur dan sisir. Anjurkan untuk membersihkan kepala atau rambut minimal 2xseminggu Anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal tetapi diusap Kolaborasi medis untuk pemberian obat untuk mengatasi gatal. b. Diagnose 2 Tujuan : pasien dapat menerima perubahan yang ada pada dirinya NOC : citra tubuh criteria hasil : 1. Mengidentifikasi kekuatan personal 2. pengakuan terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh 3. menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh 4. memelihara hubungan social yang dekat dan hubungan personal Skala : 1. Tidak pernah 2. jarang 3. kadang-kadang 4. sering 5. positif NIC : penampilan citra tubuh Intervensi : 1. Beri motivasi untuk menerima keadaan dirinya 2. beri penjelasan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan 3. jelaskan pentingnya perawatan kulit termasuk kepala, badan, dan pubis 4. berikan motivasi tentang percaya diri dan mencegah isolasi social

c. Diagnose 3 Tujuan : pasien terhindar dari kerusakan kulit NOC : pengendalian risiko Criteria hasil : 1. Memantau factor risiko dari perilaku dan lingkungan yang memperaparah kerusakan integritas kulit 2. mengikuti strategi pengendalian risiko yang dipilih 3. mengenal perubahan status kesehatan 4. pasien mempunyai kulit yang utuh. Skala : 1. Tidak pernah 2. jarang 3. kadang-kadang 4. sering 5. konsisten NIC : surveilans kulit Intervensi : 1. Lakukan pengkajian kondisi kulit secara rutin 2. anjurkan untuk menjaga kulit agar tetap bersih 3. anjurkan untuk tidak menggaruk daerah yang gatal untuk mencegah terjadinya luka 4. anjurkan pasien untuk menggunakan sabun antiseptic 5. kolaborasi medis untuk mencegah infeksi berlanjut d. Diagnose 4 Tujuan : pasien dapat memelihara kesehatan dengan mencegah penularan Noc : perilaku sehat Criteria hasil : 1. Tidak terjadi penularan 2. mengidentifikasi potensial risiko 3. menyusun dan mengikuti strategi untukmemksimalkan kesehatan 4. berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan NIC : pedoman system kesehatan Intervensi : 1. Ajarkan pada pasien semua barang, handuk, perangkat tempat tidur yang mengandung kutu atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya suhu 54 o C atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infestasi ulang 2. ajarkan pada pasien, keluarga bahwa perabot, permadani, dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan vacuum cleaner 3. ajarkan pada pasien agar sisir dan sikat rambut harus di desinfeksi dengan shamppo 4. beritahu pada semua anggota keluarga yang berhubungan dengan dengan pasien untuk diobati 5. anjurkan pada keluarga untuk tidak menggunakan sisir pasien.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius

You might also like