You are on page 1of 35

25

BAB I I
LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Kepribadian
1. Pengertian Pengembangan Kepribadian
Dalam psikologi Barat tidak ditemukan istilah pengembangan, tetapi yang
digunakan adalah istilah perkembangan. Perkembangan adalah sebuah pemaparan
tentang kondisi manusia yang terus mengalami perubahan ke tingkat (fase) yang
lebih tinggi secara alami dan terus berputar terjadi. Sedangkan pengembangan
adalah usaha memposisikan kondisi manusia ke arah yang seharusnya dimiliki
(terjadi) ketika seseorang sudah berada pada posisi (fase) tertentu.
1

Kaitanya dengan fisik, berkaitan erat dengan peristilahan biologi, yaitu
pertumbuhan karena yang ditonjolkan adalah perkembangan fisik. Pertumbuhan
ini memang mempengaruhi perkembangan psikis, misalnya bertambahnya fungsi
otak memungkinkan anak bisa tertawa, berjalan, berbicara dan sebagainya.
Menurut Pawlik, psikologi kepribadian meneliti sifat-sifat perasaan dan tingkah
laku keseluruhan yang berbeda dengan orang lain. Psikologi kepribadian meniliti
keseluruhan struktur individu, sehingga satu sama lain tak terpisahkan, tapi
menjadi satu kesatuan. Seseorang melakukan sesuatu akan selalu dibayangi
minimal oleh dua hal, yaitu motivasi dan kekhasan pribadi, motivasi ada dalam
bentuk psikis dan kekhasan pribadi muncul dalam tingkah laku yang berbeda.
2

Adapun istilah pengembangan menunjukkan pada sesuatu yang akan
menghasilkan suatu alat atau cara yang baru, di mana selama kegiatan tersebut

1
Rafi Sapuri. Psikologi Islam: Tuntunan J iwa Manusia Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), 107.

2
Rafi Sapuri, Psikologi Islam, 108.

25

penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan.
3

Bila setelah dilakukan mengalami penyempurnaanpenyempurnaan akhirnya alat
atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya. Maka
berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut.
Dengan demikian, pengembangan kepribadian Islam adalah setiap usaha
individu dengan kekhasan daya insani yang menempuh perjalanan hidup secara
fisik dan psikis kearah kebenaran (al-haqq). Statemen ini mengandung tiga unsur
sebagai suatu keterkaitan terpadu (centered relationship), yaitu (1) kekhasan daya
insani, (2) perjalanan hidup dan (3) kebenaran.
2. Tipe Pengembangan Kepribadian I slam
Dalam pengembangan kepribadian Islam, hal yang paling utama untuk
diperhatikan adalah pengembangan qalb (hati). Hati yaitu tempat bermuara segala
kebaikan ilahiyah karena ruh ada didalamnya. Secara psikologis, hati adalah
cerminan baik buruk seseorang.
4

Dalam psikologi Islam sendiri telah dibuat dua pendekatan, yaitu
pendekatan konten dan pendekatan rentang kehidupan. Dua buah pendekatan yang
berupaya memberikan solusi pada setiap orang yang mengalami gangguan
kepribadian (personality disorder) dan juga berupaya mengembangkan setiap
pribadi yang normal (sehat fisik dan psikis) agar menjadi manusia yang lebih
tangguh dan sesuai dengan tuntunan yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis.

3
Henayat Soetopo, Wasty Soemanto. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum(Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 1993), 45.
4
Rafy Sapuri. Psikologi Islam.Tuntunan J iwa Manusia Modern. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009). 113

25

Untuk mengetahui hal-hal apa yang harus dilakukan selama hidup, maka
berikut dikutip dari Al-Quran tahap-tahap penciptaan manusia.
Allah SWT. Berfirman dalam surat al-Muminun ayat 12 16 yang
berbunyi:
)9 $)=z }# '#= O =_ #% 3
O $)=z 9# )= $)= )=9# ` $)= 9# $ $3
9# $t: O '& $)=z z# 8$7F !# m& )=:# O /3)
/ 79 F9 O /3) )9# W7?
artinya:
Aku telah ciptakan manusia dari saripati tanah(12), kemudian kami
menjadikannya gamet dalam tempat yang kokoh (13), kemudian gamet itu kami
jadikan embrio, dan embrio itu kami jadikan janin, janin itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami
menjadikannya bentuk lain. Maka maha suci Allah, pencipta yang paling baik
(14)kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati
(15) kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dihari kiamat(16).
(QS Al-Muminun: 12-16).
5


Ayat-ayat tersebut menginformasikan asal-usul manusia lengkap dengan
batasan-batasan, yaitu dibatasi oleh tanah dari segi fisik dan dibatasi oleh
kekuasaan Tuhan dari segi qalb. Manusia yang unggul adalah manusia yang
mampu mengembangkan potensi fisik dan psikis. Mencegahnya dari hal-hal yang
merusak dan mampu menyembuhkannya jika sudah terlanjur sakit.
Dalam psikologi Islam sendiri telah dibuat dua pendekatan yaitu
pendekatan Konten dan pendekatan rentang kehidupan. Dua buah pendekatan
yang berupaya memberikan solusi pada setiap orang yang mengalami gangguan

5
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985,

25

kepribadian (personality disorder) dan juga berupaya mengembangkan setiap


pribadi yang normal (sehat secara fisik dan psikis) agar menjadi manusia yang
lebih tangguh dan sesuai dengan tuntunan yang terdapat dalam al-Quran dan
Hadist.
a. Pendekatan Konten
Pengembangan kepribadian Islam menurut pendekatan konten, dapat
ditempuh melalui tiga tahap. Pertama, tahapan permulaan (al-bidyah). Pada
tahapan ini fitrah manusia merasa rindu kepada khaliqnya. Ia sadar bahwa
keinginan untuk berjumpa itu terdapat tabir (al-hijb) yang menghalangi interaksi
dan komunikasinya, sehingga ia berusaha menghilangkan tabir tersebut. Kedua,
tahapan kesungguhan dalam menempuh kebaikan (al-mujhadah). Pada tahapan
ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat, untuk
kemudian ia berusaha secara sungguh-sungguh dengan cara mengisi diri dengan
perilaku yang mulia, baik yang dimunculkan dari kepribadian mukmin, muslim
maupun muhsin.
Tahapan kedua ini harus ditopang oleh tujuh pendidikan dan olah batin
(riydhat al-nafs), sebagai berikut:
1. Musyrathah, yaitu menetapkan syarat-syarat atau kontrak pada jiwa agar ia
dapat melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan.
2. Murqabah, yaitu mawas diri dan penuh waspada dengan segenap kekuatan
jiwa dan pikiran dari perilaku maksiat, agar ia selalu dekat kepada Allah.

25

3. Muhsabah, yaitu intropeksi, membuat perhitungan atau melihat kembali


tingkah laku yang diperbuat, apakah sesuai dengan apa yang disyaratkan
sebelumnya atau tidak.
4. Muqabah, yaitu menghukum diri karena dalam perniagaan rabbani selalu
mengalami kerugian. Dalam aktifitasnya, perilaku buruk individu lebih
dominan daripada yang baik.
5. Mujhadah, yaitu berusaha menjadi baik dengan sungguh-sungguh, sehingga
tidak ada waktu, tempat dan keadaan untuk main-main, apalagi melakukan
perilaku yang buruk.
6. Mutabah, yaitu menyesali dan mencela diri atas perbuatan dosanya dengan
cara (1) berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi, dan (2)
melakukan perilaku positif untuk menutup perilaku negatif.
7. Muksyafah, yaitu membuka penghalang (hijab) atau tabir agar tersingkap
ayat-ayat dan rahasia-rahasia Allah. Muksyafah juga diartikan jalinan dua
jiwa yang jatuh cinta dan penuh kasih sayang, sehingga masing-masing
rahasia diketahui satu dengan yang lain.
6

Ketiga, Tahapan merasakan (al-Mudzqt). Pada tahapan ini seorang
hamba tidak sekadar menjalankan perintah Khaliq-nya dan menjauhi larangan-
Nya, tetapi ia merasa kelezatan, kedekatan, kerinduan bahkan bersamaan
(maiyyah) denganNya. Tahapan ini disebut juga tajalli.
7

6
Rafy Sapuri. Psikologi Islam.Tuntunan J iwa Manusia Modern. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009). 116
7
Yaitu Allah Swt menampakkan asma, sifat-sifat, bahkan dzatnya.

25

b. Rentang Kehidupan
Untuk menjelaskan upaya-upaya pengembangan kepribadian, hanya
dipilih fase kehidupan dunia dari tiga fase besar yang ada. Pemilihan ini karena
hanya pada fase ini ikhtiyar dan usaha manusia dapat dilakukan.
1. Fase pra konsepsi, yaitu fase perkembangan manusia sebelum masa
pembuahan sperma dan ovum.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian fase ini adalah:
a. Mencari pasangan hidup yang baik
b. Segera menikah secara sah setelah cukup umur dan telah disepakati oleh
berbagai pihak.
c. Membangun keluarga yang saknah (damai sejahtera) diatas prinsip cinta-
kasih (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) dengan landasan iman dan
takwa.
d. Senantiasa berdoa kepada Allah Swt, agar diberi keturunan yang baik
(durriyah thayyibah), terutama ketika memulai persetubuhan.
2. Fase pra-natal, yaitu fase perkembangan manusia yang dimulai dari
pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran.
Upaya-upaya pengembangan kepribadiannya yang diperankan oleh orang
adalah sebagai berikut:
a. Memelihara lingkungan psikologis yang sakinah, rahmah dan mawaddah,
agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal.
b. Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi
ibu, agar janinnya mendapat nr hidayah dari Allah Swt.

25

c. Berdoa kepada Allah Swt, terutama sebelum empat bulan dalam


kandungan, sebab masa-masa itu hukum-hukum perkembangan akan
ditetapkan.
3. Fase neo-natus, dimulai kelahiran sampai kira-kira minggu ke empat.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini yang dilakukan
oleh orang tua adalah:
a. Membacakan adzan di telinga kanan dan membacakan iqamah di telinga
kiri ketika anak baru dilahirkan.
b. Memotong aqiqah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan seekor kambing
untuk bayi perempuan.
c. Memberi nama yang baik, yaitu nama yang secara psikologis
mengingatkan atau berkorelasi dengan perilaku yang baik.
d. Membiasakan hidup yang bersih, suci dan sehat.
e. Memberi Asi sampai usia dua Tahun.
4. Fase kanak-kanak (al-Thifl), yaitu fase yang dimulai usia sekitar tujuh tahun.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah:
a. Menumbuhkan potensi-potensi indera dan psikologis, seperti pendengaran,
penglihatan dan hati nurani.
b. Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang
baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul, penyesuaian diri dengan
lingkungan dan berperilaku.
c. Pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan
keimanan, melalui metode cerita dan uswah hasanah (contoh yang baik).

25

5. Fase tamyz, yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan yang baik dn
yang buruk, yang benar dan yang salah.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
a. Mengubah persepsi konkret menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya
persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat, dan sebagainya.
b. Pengembangan ajaran-ajaran normatif agama melalui institusi sekolah,
baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
6. Fase balgh, yaitu fase dimana usia anak telah sampai dewasa.
Upaya-upaya perkembangan kepribadian pada fase ini adalah:
a. Memahami segala titah (al-khitb) Allah Swt. Dengan memperdalam ilmu
pengetahuan
b. Menginternalisasikan keimanan dan pengetahuannya dalam tingkah laku
nyata, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga, komunitas
sosial, alam semesta maupun pada Tuhan.
c. Memiliki kesediaan untuk mempertanggung jawabkan apa yang
diperbuat, sebab pada fase ini seseorang telah memiliki kesadaran dan
kebebasan penuh terhadap apa yang dilakukan.
d. Membentengi diri dari segala perbuatan maksiat dan mengisi diri dengan
perbuatan baik, sebab masa puber merupakan masa dimana dorongan
erotis mulai tumbuh dan berkembang dengan pesat.
e. Menikah jika telah memiliki kemampuan, baik kemampuan fisik maupun
psikis

25

f. Membina keluarga yang sakinah


g. Mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang bermanfaat bagi diri
sendiri, keluarga, sosial dan agama.
7. Fase azmal-umr atau syuykh, yaitu fase kearifan dan kebijakan dimana
seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral,
spiritual, dan agama secara mendalam.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah :
a. Transinternalisasi sifat-sifat rosul yang agung, sebab nabi Muhammad
Saw. diangkat menjadi rosul berusia 40 tahun.
b. Meningkatkan kesadaran akan peran sosial dengan niatan amal saleh
c. Meningkatkan ketaqwaan dan kedekatan kepada Allah Swt.
d. Mempersiapkan diri sebaik mungkin, sebab usia-usia seperti ini mendekati
masa-masa kematian.
8. Fase menjelang kematian, yaitu fase di mana nyawa akan hilang dari jasad
manusia.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah :
a. Memberikan wasiat kepada keluarga jika terdapat masalah yang perlu
diselesaikan, seperti wasiat tentang pengembalian hutang, mewakafkan
sebagian hartanya untuk keperluan agamanya,
b. Tidak mengingat apapun kecuali berdzikir kepada Allah Swt.
c. Mendengarkan secara seksama talqn yang telah dibacakan oleh
keluarganya kemudian menirukannya.

25

d. Bagi orang yang hidup maka diwajibkannya untuk memandikan, memberi


kain kafan, mensholati, dan mengubur jasad mayat.
8

Dengan demikian, pengembangan kepribadian Islam adalah setiap usaha
individu dengan kekhasan daya insaniyah yang menempuh perjalanan hidup
secara fisik dan psikis ke arah kebenaran (al-haqq). Statemen ini mengandung tiga
unsur sebagai suatu keterkaitan terpadu (centered relationship), yaitu kekhasan
daya insani, perjalanan hidup dan kebenaran.
B. Struktur Kepribadian I slam
Penentuan struktur kepribadian merupakan upaya tersulit dalam
perumusan teori kepribadian. Kesulitan ini beralasan sebab upaya
mempertahankan siapa dan apa hakikat manusia, sedangkan hakikat manusia
sendiri mengandung misteri yang sulit di ungkap. Validitas teori kepribadiaan
struktur, karena pada struktur itu menggambarkan totalitas manusia, yang
mencakup watak (character), sifat-sifat (traits), temperamen, bakat dan vitalitas
atau motivasi tingkah laku.
9

1. Pengertian Struktur Kepribadian Islam
Menurut James Drever, struktur adalah komposisi pengaturan bagian-
bagian komponen, dan susunan suatu kompleks keseluruhan. Pada pengertian
tersebut menunjukkan tiga elemen pokok, yaitu: pertama, struktur kepribadian
adalah suatu komponen yang mesti ada dalam setiap pribadi, yang menentukan
konsep kepribadian sebenarnya, kedua, eksistensi struktur dalam kepribadian
manusia memiliki ciri relatif stabil, menetap dan abadi. Maksud dari ciri ini

8
Abdul Mujib, Kepribadian dalamPsikologi, 396-408.
9
Abdul Mujib, Kepribadian DalamPsikologi Islam( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Persada,
2007), 53.

25

adalah bahwa secara proses psikologis aspek-aspek yang terdapat pada


kepribadian itu memiliki sunnah yang menetap sesuai dengan irama dan pola
perkembangannya. Secara potensial masing-masing aspek kepribadian ini
menetap dan tidak ada perubahan, tetapi secara aktual aspek-aspek ini berubah
sesuai dengan lingkungan yang mempengaruinya. Pola seperti ini merupakan
sunnatullah yang ditetapkan oleh Allah Swt.; ketiga, kepribadian individu
merupakan aktualisasi dari proses integrasi sistem-sistem atau aspek-aspek
struktur yang berbentuk seperti berpikir, berperasaan, bertindak dan sebagainya.
2. Struktur Kepribadian Islam
Menurut al-Zarkal, bahwa studi tentang diri manusia dapat dilihat melalui
tiga sudut, yaitu:
1. Jasad (fisik); apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat uniknya
2. Jiwa ( psikis); apa dan bagaimana hakikat dan sifat-sifat uniknya;
3. Jasad dan jiwa (psikofisik); berupa akhlaq, perbuatan, gerakan, dan
sebagainya
Ketiga kondisi tersebut dalam termonologi Islam lebih dikenal dengan term
al-jasad, al-rh, dan al-nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau fisik manusia,
ruh merupakan aspek psikologis atau psikis manusia sedang nafs merupakan
aspek psikofisik manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh.
C. Konsep Kepribadian Siswa
1. Pengertian Kepribadian Siswa
Dalam ilmu pengetahuan (science), teori memegang peranan yang sangat
penting, karena merupakan dasar atau landasan dari ilmu pengetahuan tersebut.

25

Teori merupakan spekulasi, yaitu sesuatu yang belum terbukti kebenarannya.


Teori yang sudah terbukti kebenarannya dinamakan fakta (hasil observasi atau
verivikasi tentang dunia empiris).
Stefflre dan Matheny mengemukakan bahwa teori itu mempunyai ciri-ciri :
(a) jelas, dapat difahami, (b) komprehensif, dapan menjelaskan banyak fenomena
yang berkaitan (c) eksplisit, faktanya dapat diuji/dites, (d) persimoni, dapat
menjelaskan data secara sederhana, dan (e) dapat menghasilkan penelitian
lanjutan yang berguna.
Adapun kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin persona yang berarti
topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan:
(1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti: Saya seorang yang terbuka atau
saya seorang pendiam, (2) kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang
lain, seperti dia agresif atau dia jujur, dan (3) fungsi, seperti: fungsi-fungsi
kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti:dia baik atau pendendam.
Berdasarkan pengertian teori dan kepribadian di atas, maka istilah teori
kepribadian dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah
laku manusia beserta definisi empirisnya
Menurut Pervin teori kepribadian itu merupakan upaya untuk menjawab
pertanyaan what, how dan why. Pertanyaan what terkait dengan karakteristik
seseorang dan bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam
hubungannya dengan orang lain. seperti pertanyaan apakah dia itu jujur, ajeg,

25

dan memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi?. Pertanyaan how merujuk kepada
faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, seperti: bagaimana faktor
genetika dan lingkungan berinteraksi dalam mempengaruhi kepribadian?
sementara pertanyaan why merujuk kepada faktor motivasional individu
berperilaku, seperti pertanyaan mengapa seseorang mengalami depresi?
jawabannya mungkin, karena dia di hina orang, kehilangan orang yang
dikasihinya, atau karena dia tidak lulus ujian.
2. Aspek-aspek Kepribadian Siswa
Para ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh
psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik perilaku yang kelihatan
(overt) maupun yang tidak kelihatan (covert).
a. Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
Aspek Kognitif (pengetahuan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya
bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek
kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan, dan mengendalikan
tingkah laku.
b. Aspek Afektif, yaitu kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam
perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan,
kebutuhan, dorongan, dan element motivasi lainnya disebut aspek konatif
atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat
dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek tersebut sering disebut
aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang
menyebabkan manusia bertingkah laku.

25

c. Aspek Motorik, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia


seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.
Kepribadian seseorang itu relative konstan, namun kenyataan sering
ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh
faktor gangguan fisik dan lingkungan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian
diantaranya sebagai berikut:
a. Faktor fisik, seperti: gangguan otak, kurang gizi (malnutrisi),
mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman
keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan)
b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: krisis politik,ekonomi, dan
keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi)
dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, kriminalitas)
c. Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosional (frustasi yang
berkepanjangan), dan identifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang
berkepribadian menyimpang.
10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian siswa
Perkembangan teori kepribadian tidak terlepas dari pribadi pembangun
teori itu sendiri, pengalaman hidupnya, dan suasana kehidupan dimana dia
berada. Menurut Stefflre dan Matheny ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keragaman teori kepribadian, yaitu sebagai berikut:
a. Personal, teori merupakan refleksi dari kepribadian

10
Syamsu Yusuf, DKK. Teori Kepribadian. (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2008), 11.

25

b. Sosiologis, corak kehidupan social budaya tempat pembangun teori itu


hidup.
c. Filsafat, cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu
fenomena kehidupan.
d. Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangun teori.
Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang
menentukan perkembangan kepribadian seseorang termasuk peserta didik,
yaitu:
a. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya,
misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat
sabar, demikian juga wawasan social anak dipengaruhi oleh tingkat
kecerdasannya.
b. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil.
Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan
sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
c. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan
dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat
kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk
pada diri seseorang.
Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik, yaitu; memahami karakter
seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai
pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-

25

masing mempunyai karakter tersendiri. Keadaan atau proses belajar dan


mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal
dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama
dari peserta didik, akan tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-
muridnya.
Berdasarkan karakteristik kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa
setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak
berbicara selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi
yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidiknya dan
menganggap suatu hal yang biasa.
Kita sebagai pendidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah
kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal
tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. misalnya, anak yang suka bergurau dan
menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta
didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan
tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja
peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada
saat pelajaran, bukan suasana yang menyenangkan yang didapat melainkan
suasana tegang.
Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah
mudah tersinggung atau tidak. Bila murid tersebut tidak mudah tersinggung, kita
bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila ia mudah
tersinggung maka kita bisa menegur saat jam di luar jam pelajaran. Bila suasana

25

yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga
maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
4. Tipologi Kepribadian
Penentuan tipologi kepribadian dalam Islam, yang bersumber dari Al-
Quran dan al-Sunnah, banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut
pandang dalam melihat dan mengklasifikasi ayat atau hadist Nabi saw, tentang
kepribadian. Adapaun tipologi kepribadian di bagi menjadi dua golongan, yaitu;
Tipologi pertama dengan pola berlawanan seperti positif versus negatif
atau baik versus buruk. Dalam QS.Al-Baqarah (2): 1-20 yang berbunyi;
9# 79 =G69# = )F=9 %!# ``
=9$/ `)` =9# $ % )` %!# `` $3 &
79) $ & 7=7% z$/ /` `%` 79`& ? /
79`& ` s=9# ) %!# #`. '# `= ?& & 9
? `` Fz !# ? /=% ? ? /&
9 ># ' $9# `) $# !$/ 9$/ z#
$ / ` !# %!# #`# $ ` )
& $ ` /=% " `# !# $ `9 ># 9&
$/ #%. /3 #) % 9 #? {# #9$% $) t
s=`` & ) ` 9# 39 ` #) %
9 #`# $. # '$9# #9$% & $. # '$9# & ) `

25

'$9# 39 = #) #)9 %!# #`# #9$% $# #) #=z <)


#9$% $) 3 $) t 'J`` !# J` 5
79`& %!# #`I# '#=9# 9$/ $ Mt2 ?gB
$ #%. G` =V V. %!# %G`# #$ $= N$& $
`&!m = !# `/ .? M= 6` '3/ '`
`_ & =. $9# M= / =g 6&
## ,9# n N9# !# t 39$/ %3 99#
# /& $=. $& 9 # #) =& = #`$% 9 $ !#
=%! / /& ) !# ? . r "%

Artinya:
Alif laam miin (1). Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa (2), (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. (3), dan mereka yang beriman kepada kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.(4), mereka
Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-
orang yang beruntung (5). Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi
mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga
akan beriman.(6), Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang Amat berat.(7), di antara
manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,
pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (8), mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (9), dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta. (10), dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi. mereka menjawab: "Sesungguhnya
Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan.(11), Ingatlah, Sesungguhnya
mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar

25

(12), apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-


orang lain telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya
merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. (13), dan bila
mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami
telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah
berolok-olok."(14), Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan
mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (15), mereka Itulah orang
yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan
mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (16), perumpamaan mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (17), mereka tuli, bisu dan buta,
Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),(18), atau seperti
(orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan
kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar
suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir
(19), Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu. (20).
11


Surat Ali Imron (3):72; yang berbunyi:
M9$% $ & =G39# #`# %!$/ & ? %!# #`# _
$9# #`.# z# =9 `_
Artinya:
segolongan (lain) dari ahli kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah
(seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang
beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada
akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada kekafiran).
12


Surat Al-Araf (7) : 87 yang berbunyi;

11
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, 8-11.
12
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, 87.

25

) %. $ 6 #`# %!$/ M=& / $ `9 #`` #9$


Lm 3t !# $/ z 3t:#
Artinya:
jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk
menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, Maka
bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah
hakim yang sebaik-baiknya
13


dan al-Shaf (61): 14, yang berbunyi:
$' %!# #`# #. $& !# $. $% # ` #s=9
$& <) !# $% #t:# t '$& !# M$ $ __/
`) N. $ $' %!# #`# ? #s7'
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah
sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang
setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan
agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-
penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan
lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang,
14


disebutkan tiga tipe manusia, yaitu:

1. Tipe Mukmin, yaitu mereka yang beriman atau percaya kepada yang gaib
seperti (Allah, malaikat dan ruh); menunaikan shalat, menafkahkan rizkinya
kepada fakir miskin, yatim dan kerabat; beriman kepada kitab Allah dan
beriman kepada hari akhir. Tipe ini digolongkan sebagai tipe yang beruntung
(muflih), karena telah mendapatkan petunjuk

13
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985,235.
14
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, 930.

25

2. Tipe Kafir (ingkar), yaitu mereka yang ingkar terhadap hal-hal yang harus
dipercaya sebagai orang mukmin. Tipe seperti ini digambarkan sebagai tipe
yang sesat, karena terkunci hati, pendengaran dan penglihatannyadalam
masalah kebenaran. Siksa Allah Swt, yang pedih tentu menjadi bagian dari
kehidupan akhirnya.
3. Tipe Munafik, yaitu mereka yang beriman kepada Allah Swt, dan hari akhir,
tetapi imannya hanya di mulut belaka, sementara hatinya ingkar. Mereka ingin
menipu Allah dan orang mukmin, walaupun sebenarnya ia menipu dirinya
sendiri, sedang mereka tidak sadar. Hati mereka berpenyakit, dan semakin
parah penyakitnya karena membuat kerusakan, menambah kebodohan
bersekutu dengan setan untuk mengolok-olok orang mukmin.
Tipologi kedua dengan pola yang linear, misalnya tipe orang yang ingin
berperang di jalan Allah, sedang sebagian yang lain bertipe pelajar agar memberi
peringatan pada kaumnya. (QS. Al-Taubah (9) : 122 yang berbunyi:
$ %. `9# #`9 $2 = . % ] $
#)G9 $!# #'`9 `% #) #`_ 9) `=9 't
Artinya:
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya.
15



15
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, 301-302.

25

sedang dalam QS Al-Baqarah (2) : 200-201, yang berbunyi:


#* G% 63 #`2$ !# /... 2$/# & & #2
$9# `) $/ $?# $9# $ `&! z# ,=z
`) $/ $?# $9# m z# m $% ># $9#


Artinya
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan
menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan)
nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di
antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
(kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di
akhirat.(200), dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami,
berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari
siksa neraka"(201).
16


dan Al-Syura (42): 20 yang berbunyi:
%. ` ^m z# 9 Om %. ` ^m $9#
? $] $ 9 z# =
Artinya:
Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah
Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia
Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat.
17


tentang tipe orang yang berorientasi pada kebaikan kehidupan di dunia saja,
kebaikan kehidupan akhirat saja, dan kebaikan kehidupan dua-duanya.
18

16
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, 48-49.
17
Al-Quran dan Terjemahannnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, 786.
18
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam..173-174.

25

Tipologi semacam ini adalah usaha untuk menggambarkan kepribadian


manusia dengan melakukan kategorisasi dan penyederhanaan terhadap berbagai
kemungkinan kombinasi kepribadian. Karena salah satu sifatnya adalah
penyederhanaan, maka apapun tipologi kepribadian sebenarnya tidak mampu
untuk menggambarkan seluruh kemungkinan kepribadian.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang
dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar,
normal atau sehat (well adjustment), di antaranya mereka banyak juga yang
mengalaminya secara tidak sehat (maladjustment). E.B. Hurlok (1986)
mengemukakan bahwa karakteristik penyesuaian yang sehat atau kepribadian
yang sehat (healthy personality) ditandai dengan.
a. Mampu menilai diri sendiri secara realistik. Individu yang kepribadiannya
sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya,
menyangkut fisik dan kemampuannya.
b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi
atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistic dan mau
menerimanya secara wajar.
c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu dapat
menilai prestasinya secara realistik dan mereaksinya secara rasional.
d. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang
bertanggung jawab.
e. Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir
dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan

25

mengembangkan diri serta menyesuaikan dengan norma yang berlaku di


lingkungannya.
f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia
dapat menghadapi situasi frustasi, depresi atau stress secara positif atau
konstruktif, tidak destruktif (merusak).
g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya.
Namun, dalam merumuskan tujuan itu ada yang realistik dan ada yang tidak
realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya
berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar. Dia berupaya untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara
mengembangkan kepribadian dan keterampilan.
h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar. Dia
bersifat respek, empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap
situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir.
i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisipasi
aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain.
j. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat
hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan.
Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor achievement (pencapaian

25

prestasinya), acceptance(penerimaan dari orang lain) dan affection (perasaan


dicintai atau di sayangi orang lain).
19

Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti
berikut:
a. Mudah marah (tersinggung)
b. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
d. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda
atau terhadap binatang (hewan)
e. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum
f. Mempunyai kebiasaan berbohong
g. Hiperaktif
h. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
i. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain.
j. Sulit tidur
k. Kurang memiliki rasa tanggung
l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat
organis)
m. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
n. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupanairah (bermuram durja) dalam
menjalani kehidupan

19
Syamsu Yusuf, DKK. Teori Kepribadian. 13-14.

25

o. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.


Hal lain yang amat penting diperhatikan semua pihak terutama
pemerintah, yaitu merebaknya dekadensi moral (kepribadian menyimpang)
dewasa ini dikalangan reamaja, seperti: penyalagunaan narkoba, minuman keras,
free sex, dan kriminalitas. Adapun faktor yang menjadi penyebabnya adalah:
a. Kurang tegasnya hukum
b. Ada anjuran penggunaan kondom
c. Bebasnya penjualan minuman keras
d. Beredarnya majalah, buku dan VCD porno
e. Tayangan televisi yang cenderung kurang mmemperhatikan nilai-nilai norma
(agama)
5. Tipe Kepribadian Dalam Prespektif Islam
Tipe kepribadian adalah sutu pengelompokan tingkah laku seseorang,baik
yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan
seseorang. sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan berasal
dari faktor keturunan dn lingkungan yang sudah terintegrasikan.
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah
tipe-tipe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami
kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar
berlangsung dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan, Tipe
kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:

25

1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat,


menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan,
ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial. sifat sosial, menyukai
pesta, memiliki banyak teman, membutuhkan teman bicara, tidak
menyukai belajar sendiri, menyukai kegembiraan, suka mengambil
kesempatan, cenderung mengambil resiko, sering bertindak sesuai situasi
dan implusif.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
mempunyai kontrol diri yang baik yaitu orangnya pendiam, tenang,
instrospektif, lebih senang membaca buku dari pada berhubungan dengan
orang lain, menarik diri, mengambil jarak kecuali kepada teman dekat,
berencana jauh kedepan, tidak mengikuti impuls yang muncul pada situasi
tertentu, tidak menyukai kegembiraan, serius, menyukai hidup yang
teratur.
20

3. Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang,
bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat,
pucat, dan gugup.
21

Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan Kepribadian
terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
a. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
b. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak
kreatif.

20
Rafi Sapuri, Psikologi Islam, 153-155
21
M Buchori, Psikologi Pendidikan (Bandung: Jemars,182)

25

c. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar


(evasive), neurotik.
d. Dominan, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
e. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan,
menyendiri, sedih.
f. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
g. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
h. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional,
tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
i. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
j. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas,
mudah lelah.
k. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
l. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
22

D. Sikap
Sikap meliputi rasa suka dan tidak suka- penilaian dan reaksi
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan
mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial.
23

Kita seringkali mengekspresikan sikap kita dalam pernyataan opini: saya senang
dengan mata pelajaran bahasa Inggris atau bahkan saya tidak senang dengan mata
pelajaran matematika; tetapi walaupun sikap mengekspreikan perasaan.

22
Suadianto, 2009. Pentingnya mengenal Kepribadian Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar, dalam http://h2dy.wordpress.com. ( 17 Maret 2011)
23
Rita L Arkinson, Pengantar Psikologi ,jilid dua edisi kesebelas, (Batam Centre: Interaksara),
569.

25

Selain itu sikap, sikap kadang-kadang dikaitkan dengan tindakan yang kita
ambil karena objek sikap ( saya selalu mendapat nilai 90 pada waktu pelajaran
bahasa Inggris dan saya selalu dapat nilai 5 kalau mendapatkan tugas
matematika). Dengan demikian ahli psikologi biasanya memandang sikap sebagai
perilaku.
1. Konsistensi sikap
Sikap tertentu nampaknya muncul bersamaan. Sebagai contohnya,
orang yang mendukung tindakan afirmatif tampaknya orang yang sama
dengan yang mendukung undang-undang pembatasan senjata, yang
menentang hukuman mati, dan yang memegang posisi pro dalam aborsi.
Sekilas tindakan yang berbeda itu tampaknya tidak berhubungan satu sama
lain secara logika. Namun mengetahui seseorang memilikiliki salah satu
sikap itu sering memungkinkan kita menduga dengan cukup akurat sikap
lain yang dimilikinya, dan tampaknya terdapat sejenis logika yang terlibat.
Singkatnya, sikap seseorang seringkali mengikuti semacam logika internal,
tetapi tidak selalu logika formal yang kaku, dan memang inilah sejenis
psiko-logika yang diteliti oleh para ahli psikologi social.
24

2. Fungsi sikap
Sikap memiliki sejumlah fungsi psikologi yang berbeda. Orang yang
berbeda mungkin memiliki sikap yang sama karena alas an yang berbeda,
dan seseorang mungkin memegang sikap tertentu dengan lebih dari satu
alasan. Fungsi sikap bagi seseorang juga mempengaruhi bagaimana tingkat

24
Rita L Arkinson, Pengantar Psikologi ,jilid dua edisi kesebelas, (Batam Centre:
Interaksara),573.

25

konsistensi orang itu memegang sikapnya dan bagaimana tingkat


kemudahan mengubah sikap. Selama bertahun-tahun ahli teori sikap telah
mengidentifikasikan dan membahas sejumlah fungsi sikap (misalnya, Katz,
1960; Smith, Bruner, dan White, 1956; Herek; 1986), ada lima fungsi
diantaranya;
a. Fungsi Instrumental
Sikap yang kita pegang karena alasan praktis atau manfaat
dikatakan memiliki fungsi instrumental. Sikap ini semata-mata
mengekspresikan keadaan spesifik keinginan umum kita untuk
mendapatkan manfaat atau hadiah dan menghindari hukuman
Contohnya: siswa selalu aktif mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan sekolah akan tetapi pada pelaksanaanya, sikap kurang
begitu berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan tersebut karena
kurangnya kesadaran dari dirinya, dan untuk menghindari hukuman
apabila tidak ikut melaksanakan kegiatan. Seperti contoh diatas, sikap
tersebut tidak perlu konsisten. Untuk mengubah sikap tersebut, siswa
hanya perlu diyakinkan bahwa beberapa kegiatan tersebut akan dapat
memberikan manfaat yang lebih besar.
b. Fungsi Pengetahuan,
Sikap yang membantu kita memahami dunia, yang membawa
keteraturan bagi berbagai informasi yang harus kita asimilasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap tersebut adalah skemata penting yang

25

memungkinkan kita mengorganisasi dan mengolah berbagai informasi


secara efisien tanpa harus memperhatikan pada detailnya.
c. Fungsi Nilai Ekspresif,
Sikap yang mengekspresikan nilai-nilai kita atau mencerminkan
konsep diri kita dikatakan memiliki fungsi nilai ekspresif. Sebagai
contohnya, seseorang mungkin memiliki sikap positif terhadap gay
karena memegang kuat nilai-nilai tentang keanekaragaman, kebebasan
pribadi dan toleransi; orang lain mungkin memiliki sikap negatif
karena sangat memegang kayakinan religius yang melarang
homoseksualitas. Karena sikap nilai-ekspresif berasal dari nilai atau
konsep dasar seseorang, mereka cenderung konsisten satu sama lain.
d. Fungsi Pertahanan Ego,
Sikap yang melindungi kita dari kecemasan atau dari ancamana
bagi harga diri kita dikatakan memiliki fungsi pertahan ego. Konsep
pertahanan ego berasal dari teori psikoanalitik Freud. Maksudnya
individu merepresi impuls yang tidak dapat diterima dan kemudian
mengekspresikan sikap bermusuhan kepada orang lain yang dirasakan
memiliki impuls yang sama.
Menurut para peneliti, lingkungan tersebut menghasilkan individu
dengan kepribadian authoritarian individu yang patuh dan tunduk
pada orang yang mereka anggap lebih tinggi (penguasa), tetapi
merendahkan dan agresif kepada orang yang mereka anggap lebih
rendah.

25

e. Fungsi Penyesuaian sosial,


Sikap yang membantu kita merasa menjadi bagian dari komunitas
dikatakan memiliki fungsi penyesuaian sosial. Contohnya orang yang
menahan keyakinan dan sikap pada kelompok religius atau partai
politik tertentu karena kawan, keluarga, dan tetangganya demikian isi
actual keyakinan dan sikap mereka kurang penting dibandingkan
ikatan social yang diberikannya. Sampai tingkat sikap itu memiliki
fungsi penyesuaian sosial, sikap dapat berubah jika norma social
berubah.
25

3. Sikap dan perilaku
Orang tidak dilahirkan dengan membawa sikap tertentu. Kita akan
membentuk memalui proses. Biasanya pengaruh-pengaruh yang datang ini
tercampur ke dalam pengalaman. Meskipun manusia selalu berusaha untuk
mengubah sikap orang lain, ternyata sikap tersebut sekali dibentuk sukar diubah.
Sikap mental yang sudah berkembang dengan sangat baik dalam diri seseorang
akan memberikan bentuk pada pengalaman orang itu terhadap obyek sikap
mereka.
26

Alasan utama meneliti sikap adalah berharap penelitian itu akan
memungkinkan kita memprediksi perilaku seseorang dikemudian hari. Penelitian
ini mengilustrasikan bahwa perilaku ditentukan oleh banyak faktor lain dari sikap,
dan faktor-faktor lain itu mempengaruhi konsistensi sikap dan perilaku. Salah satu
faktor yang jelas adalah tingkat kendala dalam situasi.

25
Rita L Arkinson, Pengantar Psikologi ,jilid dua edisi kesebelas, (Batam Centre:
Interaksara),576-579.
26
Linda L Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1981), 333.

25

Kita seringkali harus bertindak dalam cara yang tidak konsisten dengan apa
yang kita rasakan, sebagai pendidik, kita sering memberikan mereka ilmu dari
berbagai mata pelajaran dan itu harus diserap semuanya oleh para siswa sehingga
kadang muncul kebosanan pada diri mereka, dari sini muncul ketidaksenangan
salah satu pelajaran dari para siswa.
Pada umumnya, sikap cenderung memprediksi perilaku jika;
a. Sikap yang Kuat dan konsisten
Memprediksikan perilaku secara lebih baik dibandingkan sikap yang
lemah atau ambivalen. Hal ini di ilustrasikan dalam survey pemilihan
presiden, sebagian besar inkonsistensi sikap pemilih dengan sikap yang
lemah karena mendapatkan tekanan dari kawan dan rekan kerja yang
saling bertentangan. Ambivalensi dan konflik dapat berasal dari diri orang
itu juga. Jika kita menyukai sesuatu yang buruk bagi kita, seringkali sulit
memprediksikan perilaku.
b. Sikap yang didasarkan pengalaman langsung seseorang
Memprediksikan perilaku ketimbang sikap yang terbentuk dari
membaca atau mendengar tentang suatu masalah. Contohnya siswa yang
sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan di sekolah, sehingga
dapat memberikan pengalaman secara langsung dan akhirnya menjadi
sesuatu yang biasa karena sering dilakukan walaupun ada dari sebagian
mereka yang terpaksa. Dan hal itu telah di interpretasikan sebagai bukti
proses persepsi diri, yang dijelaskan sebelumnya, dimana sisw dapat
mengambil sikapnya dari observasi perilaku mereka sendiri.

25

c. Sikap yang berhubungan secara khusus dengan perilaku


Menurut Davidson & Jaccard, 1979, sikap ini Cenderung
memprediksikan lebih baik dibandingkan sifat yang hanya berhubungan
secara luas. Sebagai contohnya, sikap umum terhadap lingkungan dalam
salah satu keluarga berencana yang hanya berkorelasi 0.08 dengan
pemakaian kontrasepsi oral pada wanita selama rentang 2 tahun, tetapi
sikap terhadap pil khususnya berkorelasi 0,7 dengan perilaku tersebut.
27

Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting.
Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat
banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau
proses belajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak
saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan
menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal
kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap
sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara
selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang
tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidiknya dan mengaggap
suatu hal biasa. Kita sebagai pendidik, kita harus mengendalikan ego dan
menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan
bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka
bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan

27
Rita L Arkinson, Pengantar Psikologi ,583.

25

dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung
memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan
bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan
akhirnya pada saat pelajaran, bukan suasana yang menyenangkan yang didapat
melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa
tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak mudah
tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun
bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran.
Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap
hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.

You might also like