You are on page 1of 15

KEGIATAN II. UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP AN.

DE DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA GIZI BURUK TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga Alamat Lengkap Sambirejo Bentuk Keluarga : Nuclear Family : Tn. L (30 tahun) : Desa Dukuh, Kelurahan Musuk, Kecamatan

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga An.De & An.Da No 1 2 3 4 Nama Tn.L Ny.S An.De An.Da Kedudukan L/P Suami Istri Anak Anak L P L L Umur 30 th 27 th 5 th 5 th Pendidikan SMP SMP Pekerjaan Wiraswasta Buruh Pasien Klinik T T Ket

Pabrik TK Pelajar T TK Pelajar T Sumber: Data Primer, November 2012

Keterangan: Dalam keluarga Tn.L yang berbentuk nuclear family, didapatkan An.De & An.Da usia 5 tahun yang menderita gizi buruk.

20

TAHAP II STATUS PENDERITA A. ANAMNESIS Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 7 November 2012, di kediaman penderita 1. Keluhan Utama : berat badan tidak meningkat 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Dari alloanamnesis didapatkan ibu dari pasien mengeluh bahwa berat badan pasien sejak lahir susah naik. Selama ini berat badan diketahui dari penimbangan di posyandu setiap bulan. Selain itu pasien sering mengalami batuk pilek dan terkadang panas setiap bulannya juga. Jika mengalami keluhan tersebut pasien tidak dibawa ke dokter, oleh keluarga hanya diberi obat sirup. Kemudian akan sembuh namun kembali kambuh bulan berikutnya. Pasien lahir secara sectio sesaria di RS Sarila Husada Sragen dengan berat lahir 1350 gr dan panjang 42 cm. Pasien tidak mempunyai riwayat kejang maupun kulit kuning. Riwayat perkembangan pasien selanjutnya cukup baik. Pasien biasa BAB + 2 kali perhari dan BAK + 5-6 kali perhari. Pasien pernah dirawat di rumah sakit pada bulan Maret 2012 setelah jatuh ketika bermain. Kemudian dibawa ke sangkal putung namun keluhan tidak membaik dan bengkak semakin membesar. Pasien kemudian dibawa ke RSUD Sragen dan difoto rontgen. Oleh dokter spesialis didiagnosis patah pada tulang lengan bawah tangan kiri. Pasien dipakaikan gips dan kontrol secara teratur setiap 1 bulan sekali. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi a. Susu b. Makanan c. Obat : (+) jika mengganti susu formula : (+) ikan laut : (-) disangkal

21

Riwayat mondok Riwayat sering batuk-pilek Riwayat kejang a. Riwayat alergi obat/makanan b. Riwayat sakit asma c. Riwayat sakit jantung 5. Riwayat Kesehatan Keluarga - Ayah - Ibu : baik : baik

: (-) disangkal : (+) 1 bulan sekali : (-) disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

6. Pemeliharaan Kehamilan dan Kelahiran - Pemeriksaan kehamilan di bidan - Frekuensi : trimester I : 1 x / bulan trimester II : 1 x / bulan trimester III : 2 x / bulan - Keluhan selama kehamilan : (-) Penderita adalah anak pertama. Lahir dengan berat badan lahir 1350 gram dan panjang badan 42 cm, lahir secara sectio secaria, umur kehamilan 9 bulan, ditolong oleh bidan desa. Ibu belum pernah mengalami keguguran sebelumnya. Setelah melahirkan ibu masih rutin membawa penderita ke posyandu terdekat. 7. Riwayat Makan Minum Anak a. Usia 0-1 bulan : ASI, minum ASI tiap kali bayi menangis atau minta minum. b. Usia 1-10 bulan : tidak diberikan ASI, karena ibu sudah bekerja. namun digantikan dengan susu formula. Pemberian susu formula sehari dua kali. Jika susu formula diganti pasien akan menimbulkan reaksi alergi. c. Sayuran dan nasi tim halus mulai diberikan saat usia 10 bulan sampai saat ini 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan susu formula.

22

B. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 7 November 2012) - Keadaan Umum - Keadaan umum - Derajat kesadaran - Derajat gizi - Tanda vital - BB - TB - Lingkar lengan atas - Lingkar kepala - Nadi - Laju nafas : - Suhu - Kulit - Kepala - Mata 28 x/ : 9 kg : 89 cm : 14 cm : 46 cm menit, kedalaman cukup, reguler, tipe : baik : komposmentis : kesan gizi baik

: 120 x/menit, regular, isi tegangan cukup torakoabdominal. : 36,7 0C peraksila : sawo matang, kelembaban baik. : Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut : bulu mata rontok (-/-), konjungtiva pucat (-/-), palpebra odem (-/-), mata cowong (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/+).

- Hidung - Mulut

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) : mukosa basah (+) , sianosis (-), stomatitis di palatum posterior

- Telinga : daun telinga bentuk normal, sekret (-/-) - Tenggorok - Leher : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1. : bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar,kaku kuduk (-). - Thoraks : bentuk normochest, retraksi (-) Cor : Inspeksi Palpasi Perkusi : iktus kordis tidak tampak : iktus kordis teraba di kaudolateral : sulit dievaluasi

Auskultasi: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

23

Pulmo

: Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: retraksi sela iga (-) : fremitus raba dada kanan = kiri : sonor di seluruh lapang paru : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

- Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi - Ekstremitas Akral dingin


-

: dinding perut sejajar dengan dinding dada : bising usus (+) normal : timpani : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat. Sianosis Anemis

Capillary refill time < 2 detik Arteri dorsalis pedis teraba kuat - Perhitungan Status Gizi 1. Secara klinis Kepala Mata Mulut Ekstremitas Thorax 2. Secara Antropometris BB Umur TB : 9 Kg : 5 tahun : 89 cm : rambut jagung (-), susah dicabut (+) : edema palpebra (-/-), CP (-/-), cekung (-/-) : mukosa basah (-) & pecah-pecah (-) : edema akral dingin - - wasting -

: iga gambang (-)

Status gizi secara klinis : gizi kesan baik

24

BB U TB U BB TB

: 9 18 : 89 110 : 9 12,7

x 100% = 57,7 % BB/U < -3 SD (WHO, 2000) x 100% = 80,9 % TB/U < -3 SD (WHO, 2000) x 100% = 70,8 % BB/TB < -3 SD (WHO, 2000)

Status gizi secara antropometri : gizi buruk C. FLOW SHEET Tabel 2. Tabel Flow Sheet Follow Up An.De Follow up S O Tanda Vital Kepala Telinga Mata Hidung Mulut Leher Thorax 7 November 2012 Berat badan tidak seperti anak seusianya KU baik, komposmentis HR : 120 x/menit RR : 28 x/menit S : 36,7oC (per axiler) mesocephal, UUB cekung (-) bentuk normal Conjunctiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cowong (-/-) Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) Mukosa basah (+), sianosis (-) Kelenjar limfe tidak membesar Retraksi (-) Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (+) sistolik Pulmo:Suara Dasar Vesikuler (+/+), Suara Tambahan (+/+) Ronki basah basal paru, Supel, dinding perut // dinding dada, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor melambat, bising usus (+) normal Akral dingin (-) 14 November 2012 Berat badan tidak seperti anak seusianya KU baik, komposmentis HR : 108 x/menit RR : 26 x/menit S : 36,5oC (per axiler) mesocephal, UUB cekung (-) bentuk normal Conjunctiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cowong (-/-) Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-) Mukosa basah (+), sianosis (-) Kelenjar limfe tidak membesar Retraksi (-) Cor : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (+) sistolik Pulmo:Suara Dasar Vesikuler (+/+), Suara Tambahan (+/+) Ronki basah basal paru, Supel, dinding perut // dinding dada, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor melambat, bising usus (+) normal Akral dingin (-)

Abdomen

Ekstremitas

25

Asessment Terapi Monitoring

Edema (-) Sianosis (-) CRT < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat Gizi buruk - 10 Tatalaksana gizi buruk Penimbangan berat badan setiap bulan Kontrol rutin ke poliklnik anak 1. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro 2. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar 3. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang 4. Mengobati infeksi bila ada

Edema (-) Sianosis (-) CRT < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat Gizi buruk - 10 Tatalaksana gizi buruk Penimbangan berat badan setiap bulan Kontrol rutin ke poliklnik anak 5. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro 6. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar 7. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang 8. Mengobati infeksi bila ada

Edukasi

26

TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga An.De merupakan nuclear family terdiri dari seorang suami, istri, dan 2 anak. An.De merupakan pasien dalam keluarga dengan diagnosis gizi buruk. 2. Fungsi Psikologis Pasien aktif, komunikatif, dan bisa bersosialisasi dengan lingkungannya. Hubungan dengan anggota keluarga kurang saling mendukung atau memperhatikan kondisi kesehatan pasien. Permasalahan yang timbul terutama berkaitan dengan kesehatan pasien yang tidak dapat diselesaikan langsung oleh ayah dan ibu pasien. Orang tua tidak memantau hasil pertumbuhan dan perkembangan dari posyandu. 3. Fungsi Sosial Keluarga pasien hanya sebagai anggota masyarakat biasa namun sering bergaul dengan tetangga dan lingkungan sekitar serta aktif mengikuti kegiatan posyandu. Tingkat kesejahteraan penderita dapat digolongkan dalam gologan ekonomi kurang dan kondisi lingkungan rumah buruk. B. FUNGSI FISIOLOGIS Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan APGAR score. Rekomendasi APGAR score keluarga An.De = (7+8) : 2 = 7,5. Berdasarkan data di atas maka fungsi fisiologis keluarga An.De adalah sedang.

27

C. FAKTOR PERILAKU KELUARGA 1. Pengetahuan Perilaku di dalam keluarga ini dipengaruhi oleh adanya informasi tentang kesehatan yang sudah baik. Tingkat pendidikan anggota keluarga yang rendah tidak terlalu berpengaruh. 2. Sikap Keluarga ini menyadari arti pentingnya kesehatan dan berperilaku cukup untuk memenuhi standar hidup sehat namun belum sepenuhnya. Sementara dari segi sanitasi cukup baik (terbukti dengan penggunaan kamar mandi dalam rumah dengan septic tank dan sumber air yang berasal dari sumur), lantai masih beralaskan tanah dan langit-langit berupa genteng yang tidak beratap. Sikap keluarga terhadap suatu penyakit cukup positif, yakni mengusahakan kesembuhan dengan membawa anggota keluarga yang sakit ke tenaga kesehatan terdekat atau puskesmas setempat. Keluarga susah memberikan asupan gizi yang sehat dan tercukupi terhadap anak tersebut karena faktor ekonomi yang kurang. 3. Tindakan Keluarga ini kurang menyadari pentingnya arti hidup sehat. Setiap anggota keluarga ada yang sakit, keluarga pada awalnya akan memberi dukungan dan berusaha agar rutin kontrol. Namun tidak mengevaluasi kembali setelah pengobatan dan tidak tanggap terhadap dampak yang ditimbulkan dari penyakit yang diderita. Pasien selalu menghabiskan waktu sepanjang hari bersama ayah dan neneknya. Ibu pasien bekerja dari pagi hingga sore dan tidak sering bertanya / berkomunikasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan An.De. D. FAKTOR NON PERILAKU KELUARGA 1. Lingkungan Faktor lingkungan tidak memiliki pengaruh besar terhadap penyakit yang diderita pasien.

28

2. Pelayanan kesehatan Tempat pelayanan kesehatan yang dikunjungi oleh pasien bila sakit adalah puskesmas dan RSUD Sragen. 3. Keturunan Faktor keturunan tidak memiliki pengaruh besar terhadap penyakit yang diderita pasien. E. FAKTOR INDOOR Keluarga An.De tinggal di sebuah rumah dengan luas + 450 m2, tidak memiliki pagar rumah, tembok permanen, dan lantai ada yang dari semen dan tanah. Atap rumah hanya terbuat dari genteng yang tidak ditutupi langit-langit. Rumah An.De memiliki jendela yang cukup untuk ventilasi. Penerangan baik di dalam maupun di luar rumah sudah cukup baik. Rumah pasien terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang keluarga yang dilengkapi dengan TV dan kipas angin, tiga kamar tidur, gudang, satu ruang belakang, dapur, halaman untuk jemuran, dan 2 kamar mandi. Perabot rumah tangga secara keseluruhan cukup. Rumah telah memiliki kamar mandi dengan septik tank dan menggunakan sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari. F. FAKTOR OUTDOOR Rumah keluarga An.De dekat dari pemukiman lain, jalan agak kecil untuk masuk, terdapat halaman luas di depan rumah. Kemudian diapit oleh rumah tetangga yang agak berjauhan. Jalan umum di sekitar rumah berupa bebatuan dan turunan yang curam. Rumah keluarga ini cukup dekat dengan Puskesmas Sambirejo Sragen. G. DAFTAR MASALAH MASALAH MEDIS: 1. Gizi buruk 2. Gangguan tumbuh kembang

29

MASALAH NON-MEDIS: 1. Anak sulit untuk makan dan karena ada alergi maka makin sedikit pilihan makanan yang dapat diberikan. Selain itu, ibu pasien kurang telaten dalam menyuapi anaknya. 2. Beban psikis orangtua dan faktor ekonomi yang kurang.

30

TAHAP IV DIAGNOSTIK HOLISTIK Pasien An.De, 5 tahun, nuclear family, dengan gizi buruk dan keterlambatan tumbuh kembang. Dari segi psikologis, pasien menjadi tidak menjadi beban pikiran orang tuanya, tetapi orang tua harus sadar dan terus berusaha untuk melakukan pengobatan dan memantau hasilnya. Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan tidak tetap, sedangkan ibu pasien bekerja sebagai buruh pabrik. Dari segi sosial, orangtua pasien hanya sebagai anggota masyarakat biasa namun sering bergaul dengan tetangga dan lingkungan sekitar serta aktif mengikuti kegiatan posyandu. Tingkat kesejahteraan penderita termasuk dalam golongan ekonomi bawah dan kondisi lingkungan rumah kurang baik. Diagnosis Biologis 1. Gizi buruk 2. Keterlambatan tumbuh kembang Diagnosis Psikologis 1. 2. Pasien aktif dan mau diajak berkomunikasi Pasien tidak menjadi beban pikiran bagi orang tuanya

Diagnosis Sosial, Ekonomi, dan Budaya 1. Orang tua pasien aktif mengikuti kegiatan di masyarakat seperti posyandu balita 2. Hubungan dengan tetangga baik 3. Kondisi rumah pasien kurang baik 4. Keluarga pasien termasuk dalam golongan ekonomi kurang.

31

TAHAP V PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF A. PEMBAHASAN Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak dengan tanda antropometri berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) <- 3 SD atau ditemukan tanda-tanda klinis seperti marasmus dan kwashiorkor. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda klinis mapun penyakit infeksi yang mendasari gizi buruk, akan tetapi ditemukan tanda-tanda antropometri mendukung. Hal ini didasari oleh jumlah asupan gizi nutrisi yang dikonsumsi masih kurang sehingga pertumbuhan pasien terganggu. Kemudian dikarenakan kurang telatennya keluarga saat memberi makan anaknya juga turut memberikan faktor. Ketidakpedulian terhadap hasil pengukuran tumbuh kembang yang didapat dari posyandu balita, ketidakingintauan mengenai apa itu gizi buruk, merupakan penyebab utama masalah status gizi pasien. Penanganan kasus gizi buruk ini memerlukan kerjasama antara keluarga terutama orang tua, dokter, bidan setempat, maupun kader KIA dan gizi untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak. Namun dalam pelaksanaannya ada beberapa masalah yang dihadapi, antara lain seperti yang telah disebutkan di atas bahwa terdapat perilaku/asuhan ibu dan anak yang tidak tekun, ketersediaan pangan rumah tangga, dan faktor ekonomi. Untuk masalah batuk pilek yang dialami setiap bulannya, pasien sudah rutin meminum obat yang dibeli dari apotek. Namun dikarenakan oleh gizi buruk tersebut, setelah sembuh pasien akan kembali mengalami batuk pilek pada bulan berikutnya dan seterusnya selama gizi buruk belum teratasi. Masalah gangguan tumbuh kembang ini dapat diberikan terapi berupa fisioterapi sebanyak 3 kali seminggu. Saat home visit, penulis telah mencoba melakukan edukasi secara langsung kepada keluarga pasien untuk: 1) lebih telaten dalam memberi

32

asupan makanan nutrisi yang sehat kepada pasien, 2) berkonsultasi kepada dokter spesialis anak dan bagian gizi di Puskesmas tentang pemilihan makanan yang aman dan tidak mahal namun bergizi dan sehat sehingga tidak membebani faktor ekonomi, 3) dalam menimbang pasien di posyandu balita agar dapat selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. B. SARAN KOMPREHENSIF 1. Promotif Edukasi kepada keluarga terutama ibu pasien untuk lebih telaten memberi asupan nutrisi untuk anaknya. Setelah menimbang anaknya di posyandu balita agar tidak mengabaikan hasil KMS dan selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. 2. Preventif Pengaturan asupan nutrisi dan vitamin untuk anak agar tidak gampang sakit. 3. Kuratif Kontrol ke dokter atau layanan kesehatan secara teratur. 4. Rehabilitatif Dianjurkan agar keluarga rajin membawa anaknya untuk menjalankan fisioterapi agar gangguan tumbuh kembangnya tidak semakin parah.

33

34

You might also like