You are on page 1of 8

FARMAKOLOGI A. Tujuan : Mampu membuat racikan pulveres yang tepat dosisnya.

. Mengetahui interaksi obat dengan sediaan cair dan padat. Mengetahui interaksi krim dengan salisilat 20% Mampu memilih sediaan farmasi yang cocok untuk penderita. B. Alat dan Bahan : Alat 1. Lumpang 2. Sudip dari gunting foto rontgen 3. Kertas perkamen pembungkus serbuk/puyer 4. Kapsul 5. Timbangan Analitik 6. Gelas ukur Bahan 1. Asam mefenamat tablet (500mg) 2. Ephedrin Sulfat tablet (25mg) 3. GliserilguaikolaT (100mg) 4. CTM tableT 4mg) 5. OBH 6. Saccharum lactis tablet 7. Biokrim 8. Acidum salicylicum C. Percobaan Percobaan I dr. Andy Alfarisi SIP : 0279918 Jl. Cempaka Putih Tengah I No. 1 Tlp. (021) 42889138 Jam Praktek : setiap hari kerja

Jam Praktek : setiap hari kerja Jakarta, 4 Juli 2009 R/ Ephedrin sulfat 5 mg GG 25 mg CTM 1 mg Sacch lactis qs m.f Pulv.dtd No. X S t.d.d. pulv I Pro : An. Salim Umur : 4 tahun Berat Badan : 15 kg Alamat : Jl Sahabat No. 15 Perhitungan dosis : Penderita 4 tahun Ephedrin : 0,8-1,6 mg/kgBB/hari (3-4 x/hari) 1 mg x 15 kgBB = 15 mg/hari GG : n/12+n (dosis dewasa) 4/12+4 = 4/16 = x 100 mg = 25 mg/hari Dosis Ephedrin sulfat 5 x 10 = 50 mg (2 tablet) GG 25 x 10 = 250 mg (2,5 tablet) CTM 1 x 10 = 10 mg (2,5 tablet) Alat dan Bahan Mortir Sudip Timbangan Analitik Kertas perkamen 10 bungkus

Ephedrin sulfat 5 mg GG 25 mg CTM 1 mg Sacch lactis Teknik Percobaan 1. Persiapkan alat dan bahan. 2. Lakukan penimbangan jumlah seluruh tablet dengan timbangan analitik. 3. Campurkan semua tablet pada mortir (gerus hingga halus). 4. Berilah Sacch lactis (secara merata) secukupnya (sesuai hasil penimbangan) 5. Bagi menjadi 10 bungkus secara merata pada kertas perkamen menggunakan sudip 6. Masukkan ke dalam plastik klip dan tulis aturan pemakaian Hasil Observasi Pada penimbangan jumlah semua tablet didapatkan hasil 1,5 mg, sehingga penambahan sacch lactis sebesar 3,5 mg. Dalam pemberian dosis obat selalu disesuaikan dengan usia dan berat badan pasien. Percobaan II Interaksi OBH dengan Ephedrin dan GG Jakarta, 4 Juli 2009 R/ Ephedrin 125 mg (5 tablet) GG 1 g (5 tablet) m.f.pulv Adde OBH 50 ml S 3 dd 10 ml Alat dan Bahan

Mortir Gelas ukur Pengaduk Ephedrin sulfat 125 mg GG 1 g OBH 50 mg Teknik Percobaan 1. Persiapkan alat dan bahan. 2. Campurkan Ephedrin dan GG pada mortir (gerus hingga halus). 3. Masukkan campuran tersebut ke dalam OBH 50 ml yang telah diukur dengan menggunakan gelas ukur. 4. Aduk campuran tersebut secara merata 5. Tunggulah beberapa saat, perhatikan interaksi obat yang terjadi. Hasil Observasi Didapatkan adanya pengendapan pada dasar gelas ukur karena ternyata campuran ephedrin dan GG tidak larut dalam OBH (cair) , sehingga dalam proses penggunannya perlu dilakukan pengocokan terlebih dahulu. Percobaan III Interaksi Krim dengan Salisilat 20% R/ Ac. Salicylicum 10% Biocream 5 g tube No.I m.f. cream S ue malam hari Alat dan Bahan Mortir Timbangan analitik

Ac. Salicylicum 10 % Biocream 5 g Teknik Percobaan 1. Persiapkan alat dan bahan. 2. Letakkan kertas perkamen dengan kalibrasi 0 pada timbangan analitik. 3. Timbang terlebih dahulu Biocream sebanyak 5 g, kemudian dengan cara yang sama timbang asam salisilat sebanyak 1 g. 4. Campurkan Biocream dan Ac. Salicylicum pada mortir (aduk hingga merata). 5. Perhatikan interaksi obat yang terjadi. 6. Bandingkan biocream setelah dicampur dengan asam salisilat dengan biocream yang tidak dicampur dengan asam salisilat. Hasil Observasi Dari hasil percobaan kelompok kami, setelah dilakukan pencampuran asam salisilat 20% dengan biocream, tidak terdapat air yang keluar sehingga krim tidak pecah. Dibandingkan dengan biocream yang tidak dicampur. D. Pertanyaan 1. Pada penutup R/ biasanya diparaf oleh dokter, kapan ditutup dengan tanda tangan? Jawab : Ketika dokter memberikan resep yang tidak sesuai dengan dosis yang diberikan dan obat yang mengandung narkotik. 2. Apa yang menjadi pertimbangan dokter memberikan obat untuk anak dalam bentuk serbuk? Jawab : Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang dipadatkan. Anak-anak lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk karena anak-anak sukar

menelan obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan dalam sediaan serbuk. 3. Apa yang dimaksud dengan potensiasi dan sinergisme? Jawab: Potensiasi adalah peningkatan satu agen oleh agen lainnya sehingga efek kombinasinya lebih besar dari jumlah efek masing-masing agen bila digunakan sendiri. Sinergisme adalah kerja yang saling berhubungan atau kooperasi pada bagian dua struktur atau obat atau lebih. 4. Bagaimana mekanisme kerja asam mefenamat dan piroksikam? jawab: Keduanya merupakan obat anti inflamasi non-steroid yang mekanisme kerjanya serupa dengan aspirin terutama bekerja melalui penghambatan biosintesis prostaglandin. OAINS merupakan penghambat siklooksigenase yang reversible. Selektivitas terhadap COX-1 dan COX-2 bervariasi. Penggunaan OAINS dapat mengurangi peradangan dengan menurunnya pelepasan mediator dari granulosit, basofil, dan mast cell. OAINS menurunkan kepekaan pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T, dan melawan vasodilatasi. Perbedaan yang terlihat antara asam mefenamat dengan piroksikam yaitu, piroksikam lebih efektif dalam menghambat COX-1 sedangkan asam mefenamat lebih efektif menghambat COX-2. 5. Beda kerja Ephedrin dengan salbutamol? jawab: Mekanisme kerja keduanya adalah melalui stimulasi reseptor 2 di trachea (batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan (ATP) yang kaya energi menjadi (cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek bronchodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells.

Ephedrin Derivat adrenalin ini memiliki efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan bertahan lebih lama (4 jam) sehingga bronkorelaksasi oleh efedrin lebih lemah tetapi berlangsung lebih lama. Efedrin bekerja pada reseptor , 1, 2. Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan melalui penglepasan NE endogen. Ephedrin dapat diberikan secara oral maka banyak digunakan sebagai obat asma (bebas berbatas tanpa resep) dalam berbagai sediaan populer, walaupun efek sampingnya membahayakan. Resorpsinya baik dan dalam waktu 1 jam sudah terjadi bronchodilatasi. Di dalam hati, sebagian zat dirombak ekskresinya terutama lewat urin secara utuh. Salbutamol Melalui reseptor 2, menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh darah otot rangka. Derivat isoprenalin ini merupakan adrenergik pertama (1986) pada dosis biasa memiliki daya kerja yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor 2. Salbutamol memiliki daya bronchodilatasi yang baik serta efek lemah terhadap stabilisasi mastcell, sehingga efektif mencegah maupun meniadakan serangan asma. Dewasa ini obat ini sudah lazim digunakan dalam bentuk dosis-aerosol berhubung efeknya pesat dengan efek samping yang lebih ringan daripada penggunaan per oral. 6. Bagaimana aturan dalam menuliskan resep racikan? Jawab : Bila dokter menulis serbuk bagi, dapat ditulis dengan cara, yaitu: a. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk lalu dibagi menjadi beberapa bungkus b. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat beberapa bungkus. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan etiket yang benar (Untuk tiap puyer tidak melebihi 1 g). Pelayanan resep didahului dengan proses skrining resep, meliputi pemeriksaan kelengkapan resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap terdiri dari nama, alamat dan NIP dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap

penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter. E. Kesimpulan Pada percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan percobaan diantaranya ketersediaan alat maupun kesalahan dalam melakukan prosedur. Untuk melakukan percobaan sesuai dengan prosedur hendaknya dalam perlakukan dilakukan secara cermat dan teliti. D ipos kan oleh SARINAH RY NA on Kam is , 16 Jun i 2011 di 01:19 L abel: T ER APEU T IK

You might also like