Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu konsekuensi dari ledakan jumlah penduduk adalah semakin besarnya volume air limbah domestik yang harus diolah dan dibuang ke badan air. Air limbah, terutama yang mengandung ekskreta manusia dapat mengandung patogen yang berbahaya dan oleh karena itu harus dikelola dan diolah dengan baik. Kurangnya pengelolaan dan pembuangan air limbah yang memadai dapat menyebabkan morbiditas dan angka kematian yang tinggi. Air limbah di kota Karsa cipta secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ketiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah komersial). Saat ini, selain pencemaran akibat limbah industri,
pencemaran akibat limbah domestik pun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius. Di Karsa cipta, karena masih minimnya fasilitas pengolahan air buangan kota (sewerage system) mengakibatkan tercemarnya badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukan sebagai bahan baku air minum pun telah tercemar. Sedangkan di Kecamatan Ponty city, karena keterbatasan dana dan kompetisi dengan sektor pembangunan yang lain, pengelolaan air limbah biasanya menempati prioritas yang rendah. Kalaupun ada usaha pengelolaan air limbah, tidak didukung dengan teknologi dan sarana yang menunjang serta tidak direncanakan dengan baik. Sehingga air limbah menjadi permasalahan yang
serius di daerah ini. Untuk itu diperlukan perencanaan untuk pengelolaan air limbah di Kecamatan Ponty city ini. 1.2 Permasalahan Air Buangan di Kecamatan Ponty city Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat juga terjadi di Kecamatan Ponty city. Bertambahnya jumlah penduduk ini menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang timbul akibat
TEKNIK LINGKUNGAN
bertambahnya jumlah penduduk adalah bertambahnya jumlah air buangan yang dihasilkan oleh penduduk. Selain akibat bertambahnya jumlah penduduk, permasalahan yang ada sampai saat ini adalah laju perkembangan pembangunan/perdagangan di Kecamatan Ponty city sehingga berdampak pada limbah (effluent) yang dihasilkan pada setiap jenis kegiatan tersebut. Semakin lajunya perkembangan
pembangunan/perdagangan menyebabkan limbah yang dihasilkan akan semakin beragam. Hal ini mengharuskan dibuatnya sistem pengelolaan limbah yang lebih baik lagi. Sedangkan pada kenyataannya di Kecamatan Ponty city belum ada pengelolaan limbah secara terpusat, teknologi pengelolaan air limbah rumah tangga individual (On Site treatment), ataupun pengolahan semi komunal yang mengakibatkan pelaksanaan pengelolaan limbah di daerah ini tidak terlaksana dengan baik. 1.3 Rumusan Masalah Air Buangan di Kecamatan Ponty city Sistem pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat di Kecamatan Ponty city yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam tangki septik dan air limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang ke saluran umum. Sedangkan air limbah non toilet yakni yang berasal dari mandi, cuci serta buangan dapur dibuang langsung ke saluran umum. Untuk mengatasi masalah air limbah tersebut akan dilakukan suatu kajian untuk merancang bangunan pengolahan air limbah di Kecamatan Ponty city dengan cara menghitung produksi air buangan, menghitung variasi air buangan dan menentukan karakteristik air buangan. 1.4 Tujuan Perancangan Bangunan Air Buangan Tujuan utama dari perancangan bangunan pengolahan air limbah adalah 1. Untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular melalui air limbah; 2. Untuk mencegah kerusakan lingkungan serta;
TEKNIK LINGKUNGAN
3.
Untuk mengurangi konsentrasi zat-zat pencemar seperti BOD5, TSS, N dan P, fecal coliform, dan yang lainnya dalam air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima.
Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak konsep dan teknologi yang tersedia. Pemilihan sistem pengelolaan air limbah tergantung dari kondisi lingkungan lokal, situasi sosial-ekonomi, persepsi dan budaya masyarakat serta teknologi pengolahan air limbah yang tersedia. 1.5 Keluaran (output) Perancangan Bangunan Air Buangan Dengan adanya bangunan pengolahan air buangan ini akan dihasilkan keluaran (output) yang sesuai dengan standar baku mutu air buangan sehingga tidak mencemari badan air penerima serta terciptanya sanitasi lingkungan yang bersih dan sehat di Kecamatan Ponty city.
TEKNIK LINGKUNGAN
2.1
Karakteristik Fisik Kecamatan Ponty city Kecamatan Ponty City Utara merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Karsa cipta dengan luas wilayah mencapai 37,22 km2. Penyebaran penduduk di Kecamatan Ponty City Utara terlihat belum merata dimana kecamatan memiliki kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Ponty city dengan kepadatan penduduk sebesar 2.909 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik Kota Karsa cipta 2008). Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar wilayah Kecamatan Ponty city memiliki tekstur tanah bergambut dan halus. Selanjutnya, dilihat menurut penyebaran luas lereng, sebagian besar wilayah Kecamatan Ponty city masuk dalam luas lereng 0 2 persen. Jenis tanah yang banyak terdapat di daerah ini adalah jenis latosol dan aluvial dan hanya sebagian kecil jenis podsol. Rata-rata curah hujan di Kecamatan Ponty city cukup tinggi, yaitu sekitar 178 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan per bulan sebanyak 7 hari. Curah hujan yang tinggi ini dikarenakan wilayah Kecamatan Ponty city secara umum yang berdekatan dengan garis ekuator sehingga beriklim tropis dengan salah satu cirinya adalah curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan sering terjadinya banjir di daerah ini. 2.2 Sumber, Debit dan Karakteristik Air Buangan di Kecamatan Ponty city Limbah pencemaran yang akan diolah di Kecamatan Ponty city berupa limbah domestik yang berasal dari pemukiman penduduk, pasar, sekolah, toserba, bengkel, rumah makan, dll. Data jumlah sumber pencemaran di Kecamatan Ponty city serta hasil perhitungan produksi air limbah dapat dilihat pada tabel berikut.
TEKNIK LINGKUNGAN
40 32 64 32 120 40
32
192500
3 288 2551884 30 l/s 0.03 m3/s
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa total volume air limbah yang dihasilkan dan akan diolah di daerah Ponty city Dalam sebesar 0,03 m3/det. Untuk menentukan besarnya limbah yang dihasilkan pada setiap jenis kegiatan menggunakan tabel-tabel pada lampiran 1. Sedangkan perhitungan untuk menentukan debit air limbah dapat dilihat pada lampiran 2. Karakteristik limbah domestik yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan yang ada di Ponty city Dalam berupa unsur-unsur seperti BOD, N, P, TSS yang nantinya akan diolah pada instalasi air buangan. Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya beban pencemaran domestik yaitu :
TEKNIK LINGKUNGAN 5
PBP = x Q x c Dimana :
................................................................ (1)
PBP = Perhitungan beban pencemaran Q C = Koefisien transfer beban (0,3 0,8) = Debit air buangan (m3/detik) = Konsentrasi zat pencemar (mg/L)
Perhitungan untuk menentukan besarnya beban pencemaran domestik dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil perhitungan beban pencemaran domestik dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.2 Perhitungan Beban Pencemaran Domestik
BOD (mg/det) 1800 TSS (mg/det) 1800 Lemak & minyak (mg/det) 360 N (mg/det) 720
P (mg/det) 180.00000
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa beban pencemaran domestik yang paling besar di Ponty city Dalam terdapat pada BOD dan TSS yaitu sebesar 1800 mg/detik. Berikut ini akan ditampilkan grafik yang menggambarkan variasi harian air buangan domestik beserta variasi beban pencemarannya.
TEKNIK LINGKUNGAN
0.160 0.140 0.120 0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 waktu(jam) Debit BOD
TEKNIK LINGKUNGAN
0.045 0.040 0.035 0.030 0.025 0.020 0.015 0.010 0.005 0.000 0 5 10 15 20 25 Debit P
TEKNIK LINGKUNGAN
Produksi air limbah bervariasi menurut waktu seperti yang ditunjukkan pada grafik diatas. Agar bangunan pengolahan air buangan dapat mengolah air buangan tanpa mengalami tekanan (distress) maka perlu dilakukan perataan (equalization/balancing) beban air buangan. Perataan yang akan dilakukan berupa perataan debit dengan cara menahan air limbah di dalam tangki (equalization tank) sebelum memasuki BPAB. Data debit air buangan di kecamatan Ponty city akan disajikan pada tabel berikut.
TEKNIK LINGKUNGAN
Sumber : Hasil analisis Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa air buangan di Kecamatan Ponty city memiliki debit rata-rata sebesar 0,033 m3/detik. Dan pertama kalinya beban aliran melewati rata-rata terjadi pada jam ketiga yaitu sebesar 0,036 m3/detik. Sehingga untuk menghitung dimensi bak equalisasi dimulai dari jam ketiga.
TEKNIK LINGKUNGAN
10
Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel hasil perhitungan di atas, nilai kapasitas maksimum terdapat pada jam ke 20 yaitu sebesar 128.460 m3 sehingga didapatkan kapasitas equalization tank/basin yang telah ditambahkan 25% tinggi jagaan yaitu: 128.460+ (25% x 128.460) = 160.575 m3. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kapasitas equalization tank/basin untuk perataan debit air buangan di Kecamatan Ponty city adalah 160.575 m3.
TEKNIK LINGKUNGAN
11
2.3
Standar Kualitas Air Buangan (effluent standar) Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (lihat pada lampiran 1), kualitas air buangan effluent tidak boleh melebihi kadar maksimum. Oleh karena itu parameter standar kualitas air buangan effluent dari BPAB tidak boleh melebihi dari standar baku mutu yang ditetapkan. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, kadar maksimal parameter BOD adalah sebesar 3 mg/l, kadar maksimal COD adalah 25 mg/l, kadar maksimal TSS adalah sebesar 50 mg/l, kadar maksimal N adalah sebesar 0,06 mg/l, serta kadar maksimal P adalah sebesar 0,2 mg/l. Kadar tersebut merupakan batas baku mutu air kelas 2, dimana air dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2.4 Badan Air Penerima Sungai landak merupakan badan air penerima air buangan effluent dari BPAB. Sungai Landak memiliki lebar 8 m, kedalaman 5 m, serta debit 15 m3/detik. Karakteristik Sungai Landak yaitu airnya berwarna kecoklatan, kandungan TSS cukup tinggi. Kualitas air Sungai Landak akan diberikan pada tabel berikut. Tabel 2.4 Kualitas air Ponty city
Parameter TDS TSS BOD COD Amonium (NH3) Nitrat Nitrit Konsentrasi (mg/L) 30 57 18.5 35.7 0.25 5.93 0.06
TEKNIK LINGKUNGAN
12
BAB III ANALISA DISAIN PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAH AIR BUANGAN 3.1 Parameter Air Buangan yang Harus Diolah Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 parameter kualitas air buangan Kecamatan Ponty city belum memenuhi standar baku mutu effluent. Oleh karena itu sebelum dibuang ke badan air, air buangan perlu dilakukan pengolahan untuk menurunkan parameter kualitas air. Penurunan konsentrasi parameter tersebut harus mencapai efisiensi pengolahan sehingga sesuai dengan standar baku mutu effluent. Besarnya efisiensi dinyatakan dalam bentuk prosentase (%), dengan rumus sebagai berikut : Co - Ci Ef = Co Dimana : Ef = efisiensi proses penurunan parameter (%) Co = kosentrasi parameter saat masuk ke proses Ci = konsentrasi parameter saat keluar dari proses. Konsentrasi parameter yang dihasilkan, standar baku mutu effluent berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, serta efisiensi pengolahan yang harus dicapai dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Efisiensi Pengolahan Zat-Zat Pencemar Parameter Konsentrasi (mg/L) 60 24 12 60 Standar effluent (mg/L) (PP No. 82 Tahun 2001) 3 0.06 0.2 50 Efisiensi pengolahan 95.0% 99.8% 98.3% 16.7% x 100% (2)
TEKNIK LINGKUNGAN
13
3.2
Alternatif-alternatif Pengolahan Pendahuluan Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation. Namun, pemisahan minyak pada pengolahan awal ini tidak dilakukan karena pada umumnya rumah penduduk di Kecamatan Ponty city sudah memisahkan air limbahnya dari minyak tersebut. Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Screening berupa batangan paralel, rods atau wires grating, saringan kabel atau piringan yang dapat menyaring yang bukaannya dapat ditemukan dalam berbagai bentuk tetapi pada umumnya bukaan berbentuk bulat atau persegi panjang. Screen yang terdiri dari batangan yang disusun paralel disebut sebagai Bar Racks/Bar Screen. Bar Screen dapat menyisihkan 60 70 % volume partikel yang dapat disaring pada 1 - 4 inch (25 100 mm) screen. Dengan menggunakan bar screen pada proses awal pengolahan maka sampah-sampah kasar seperti kayu, daun-daun, plastik, kain-kain bekas dapat ditahan. Terdiri dari batangan dengan jarak antar spasi 5/8 inch atau lebih.
TEKNIK LINGKUNGAN
14
Kriteria disain bar screen yang akan digunakan sebagai berikut: Pembersihan secara manual Bentuk bulat dengan faktor Kirscmer = 1,79 Lebar batang 4 - 8 mm Jarak antar batang 25 - 50 mm Kemiringan ban ( dari horisontal ) 45o 60o Headloss max saat clogging 800 mm Headloss yang diijinkan 150 mm
Disain yang akan digunakan sebagai berikut: = 1,79 (bentuk bulat) Lebar batang 5 mm () Jarak antar batang 25 mm (b) Kemiringan bar 60o Lebar saluran = 0,688 (L) Selain menggunakan screening pada pengolahan pendahuluan, juga menggunakan grit chamber yang berfungsi untuk mengendapkan tanah kasar, pasir dan partikel kasar dari air buangan dengan kecepatan pengendapan atau specific gravity lebih besar daripada partikel organik agar tidak mengganggu proses pengolahan utama. Kriteria disain grit chamber sebagai berikut : Kecepatan di saluran (Vh) 0,15 0,3 m/detik; Waktu detensi (td) 20 60 detik; Dilakukan pengontrolan kecepatan agar tidak terjadi pengendapan SS organik; Pencucian grit untuk membersihkan SS organik bila point 4 tidak tercapai; Overflow rate = 900 x rata-rata kecepatan mengendap partikel terkecil yang akan disisihkan; Across sama dengan debit aliran (tidak termasuk ruang pengumpul pasir dan freeboard);
TEKNIK LINGKUNGAN 15
Tinggi grit (hgrit) = 10 20 cm. Selain grit chamber, digunakan juga bak pra-sedimentasi (bak pengendap
pertama) dan tangki aliran rata-rata (TAR). Fungsi dari bak pengendap pertama adalah untuk menurunkan kadar solid yang terdapat dalam air buangan dengan cara mengendapkannya secara gravitasi. Kriteria design bak pengendap pertama sebagai berikut: Waktu detensi (td) = 1,5 2,5 jam ; tipikal 2 jam Over flow rate pada aliran rata-rata ( 32 49 ) m3/m2 hari pada aliran maksimum ( 80 120 ) m3/m2 hari Beban pelimpah (weir loading) = ( 125 500 ) m3/m2 hari Kedlaman bak (3 5)m Sumber: Metcalf Eddy, 1979 Perbandingan panjang dan lebar ( 3 5 ) : 1 Kemiringan dasar / slope ( S ) : 1 2 % Efisien penyisihan SS : ( 50 75) % Efisien penyisian BOD : ( 25 40 ) %
Fungsi dari tangki aliran rata-rata adalah untuk mengatasi fluktuasi aliran, fluktuasi beban BOD dalam air buangan menjadi rata-rata. Kriteria design Talud : 3:1 Kedalaman minimum ( 1,5 - 2 ) meter Free board 1 meter Design Talud : 3 : 1 Kedalaman minimum = 2 m Free board 1 m System TAR yang digunakan yaitu in line, artinya TAR berada dalam sistem ini pencampuran mass loading dapat dijamin lebih baik
TEKNIK LINGKUNGAN
16
3.3
Alternatif-alternatif Pengolahan Kedua (utama) Pada dasarnya, pengolahan tahap kedua ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung yaitu pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zatzat pencemar dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Proses-proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, filtration, activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter. Pengolahan yang akan digunakan untuk mengolah air buangan di Kecamatan Ponty city menggunakan activated sludge untuk menurunkan kandungan BOD dan phosphor. Unit ini dipilih karena tingkat pengolahan lebih baik, fleksibilitas operasional lebih tinggi, koagulan (kapur) yang digunakan lebih murah. Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif (activated sludge) yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif (activated sludge) terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85% - 90% (dibandingkan 80% - 85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90% 95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4 - 6 jam). Efisiensi pengolahan lumpur aktif
(activated sludge) ini sangat sesuai dengan besarnya beban BOD yang akan diolah yaitu sekitar 95% sehingga unit proses ini dipilih sebagai pengolahan (utama) air buangan di Kecamatan Ponty city. Proses kontak-stabilisasi dapat pula
TEKNIK LINGKUNGAN
17
sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kriteria desain lumpur aktif (activated sludge) adalah sebagai berikut: Volatile Suspended Solid (VSS) yang akan masuk reaktor diabaikan Ratio Food/ Mikroorganisme (F/M) = (0,2 - 0,6) kg BODs/kg MLVSS; Volumetric Loading = 0,8 2,0 kg BODs/m3; Mean all Residance time = 5 15 hari; Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) = 3000 6000 mg/l; V/Q Waktu detensi (td) = 4 9 jam; Ratio resirkulasi (R) = 0,25 1,0; Kedalaman tangki aerator = 3 5 jam; Free Board = 0,3 0,6 m; Konsentrasi O2 = 1 2 mg/l; Volume Udara = 0,5 2 ft3/gall; Kandungan BOD5 dan TSS dalam effluent 20 mg/l
3.4
Alternatif-alternatif Pengolahan Ketiga Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logamlogam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation. Pengolahan lanjutan yang akan digunakan setelah activated sludge adalah sedimentasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan
TEKNIK LINGKUNGAN
18
dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). 3.5 Alternatif-alternatif Pengolahan Lanjutan (optional) Dari rangkaian pengolahan air buangan akan menghasilkan limbah baru yang berupa lumpur. Lumpur yang terbentuk sebagai hasil ketiga tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill. Penanganan lumpur ini dilakukan melalui proses dewatering, yaitu proses penyisihan sejumlah air dari lumpur dengan tujuan untuk mengurangi volume lumpur dengan cara pengeringan. Metode dewatering yang digunakan adalah menggunakan unit sludge drying bed, yaitu bangunan untuk penampungan lumpur yang akan diproses secara alamiah dengan pengeringan menggunakan sinar matahari. Pada unit ini, dewatering terjadi karena evaporasi dan drain (peresapan). Pada musim kemarau, untuk mencapai kadar solid 30 - 40 % diperlukan waktu 2 4 minggu. Unit sludge drying bed terdiri dari : Bak/bed yang ukurannya disesuaikan. Pasir dengan tebal 15 25 cm. Kerikil dengan tebal 15 30 cm. Drain, di bawah kerikil untuk menampung resapan air dari lumpur. Luas sludge drying bed dapat dihitung dengan persamaan berikut: A = K (0,01 R + 1,0).(3)
TEKNIK LINGKUNGAN
19
Dimana: A = luas per kapita, ft2/kap. K = faktor yang tergantung pada tipe digestion K = 1,0 untuk anaerobik digestion K = 1,6 untuk aerobik digestion R = hujan tahunan, in. Hasil lumpur yang telah diolah dapat diaplikasikan sebagai pupuk organik dan dijual di pasaran atau pertanian dan perkebunan.
TEKNIK LINGKUNGAN
20
Berikut merupakan diagram alir unit-unit pengolahan air buangan di Kecamatan Ponty city :
Inffluent
Sreening
Grit Chamber
Bak Pengendapan
Equalisasi
Activated Sludge
Effluent
Gambar 3.1. Diagaram Alir Unit Pengolahan Air Buangan Kecamatan Ponty city
TEKNIK LINGKUNGAN
21
BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN AIR BUANGAN 4.1 4.1.1 Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Pendahuluan SUMP WELL Fungsi dari Sump Well adalah untuk menampung air buangan dari saluran induk sebelum dilakukan pemompaan. Perencanaan saluran pengumpul tergantung pada sistem pemompaan yang berkaitan dengan adanya fluktuasi air buangan dan waktu detensi atau lamanya air buangan berada dalam sumur tersebut. Kriteria design (Porter. H. W waste water system engineering, 1978) - Waktu detensi 10 menit agar tidak terjdi pengendapan dan dekomposisi air buangan - Panjang sumur disesuaikan dengan ruang pompa yang dibutuhkan - Lebar sumur tergntung dengan kedalaman/ketinggian air buangan - Tinggi muka air pa dumur pengumpul harus beada dbawah ujung pipa induk air bungn agar tidak terjadi alir balik Design Direncanakan waktu detensi = 5 menit Direncanakan lebar sump well = 7 m Perhitungan - Volume bak = Qmin x td = = 6 m3 - Kedalaman muka air minimum berdasarkan perhitungan perhitugan screew pump, H1 = 0,553 m =
TEKNIK LINGKUNGAN
22
- Kedalaman muka air pada saat maksimum o = - Kedalaman muka air pada saat rata-rata o = 4.1.2 Screw Pump Adapun fungsi dari screw pump adalah untuk menaikkan air buangan dari sumur pengumpul ke unit pengolahan selanjutnya. Digunakan screw pump dengan pertimbangan: Mampu untuk memompa cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi berdasarkan tinggi muka air pada inletnya. Dengan demikian tidak diperlukan sistem pemompaan secara berangkai seperti halnya bila menggunakan pompa sentrifugal untuk mengatasi adanya fluktuasia debit Mampu menaikkan / mengankat cairan sampai ketinggian 9 m Kriteria Design - Kapasitas maksimum (Q) = 265 m3/menit - Head total maksimum = 9 m - Sudut kemirigan Screw = = (22 39)o - Putaran Screw (n) = (20-100) rpm - Efisiensi pompa ( ) = ( 70 78 ) % Sumber: toishima pump MFG Co LTD. Screw Pump, Japan Ukuran pompa yang digunakan disesuaikan dengan debit air buangan pada keadaan maksimum untuk setiap periode design
TEKNIK LINGKUNGAN
23
Design Digunakan screw pump 900 mm sebanyak 2 buah ( 1 operasi, 1 cadangan) Kapasitas pompa = 9,72 m3/menit
Banyak putaran screw = 54 rpm H2 Sudut kemiringan Efisiensi pompa = 5,2 m = 35o = 70 %
Perhitungan: Qmax = 0,042 m3/detik = 2,52 m3/menit Kapasitas pompa = 9,72 m3/menit Kapasitas pompa diperoleh dari tabel karakteristik pump dan dapat dilihat pada lampiran 3. Taraf muka air pada saluran pengumpul
Taraf muka air maksimum pada bagian outlet screw pump Tinggi muka air minimum = = = Total head (H) H = = = Daya pompa = = = 12,02 kW
TEKNIK LINGKUNGAN
24
4.1.3
SALURAN PEMBAWA Fungsi : Menyalurkan air dari screw pump ke bars screen dan untuk
Data : Q maksimum : 0,042 m3/detik Q rata_rata Q minimum DESIGN Direncanakan kecepatan pada saat debit maksimum 0,6 m/detik Slope saluran : 0,001 m/m n manning : 0,013 PERHITUNGAN Rumus Manning :
b = 2y A=b.y = 2y . y = 2y2 A = A = 2y2 0,070 = 2y2 y2 = 0,035 y = = 0,187 m b = 2y = = 0,374 m Jadi lebar saluran = 0,374 m
TEKNIK LINGKUNGAN 25
Tinggi muka air pada saat maksimum = 0,187 m Pada saat debit minimum (0,020 m3/detik)
) ( ( (
) ) )
Dengan cara trial dan error, diperoleh Y1 = 0,25717 m Check kecepetan pada saat minimum vmin = Jadi kedalaman air pada saat minimum Free Board = 20% dari Qmaks QFB
TEKNIK LINGKUNGAN
26
( ( ( ( ) ) )
Dengan cara trial dan error diperoleh Y2 = 0,0953 m Jadi tinggi saluran = tinggi muka air pada saat maksimum + tinggi free board = 0,87 + 0,0953 = 0,282 m Jadi, tinggi saluran = 0,282 m
4.1.4
BARS SCREEN Berfungsi untuk menyaring benda-benda kasar yang terbawa dalam
aliran seperti plastik, kayu, kertas, dll. Screening juga ditujukan untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan pada pompa, value, peralatan sludge removal dan unit pengolahan selanjutnya. KRITERIA DESIGN - Pembersihan secara manual - Bentuk bulat dengan faktor Kirscmer = 1,79 - Lebar batang 4 - 8 mm - Jarak antar batang 25 - 50 mm - Kemiringan ban ( dari horisontal ) 45o 60o - Headloss max saat clogging 800 mm
TEKNIK LINGKUNGAN
27
- Headloss yang diijinkan 150 mm DESIGN - = 1,79 (bentuk bulat) - Lebar batang 5 mm () - Jarak antar batang 25 mm (b) - Kemiringan bar 60o - Lebar saluran = 0,688 (L) Perhitungan ( ) ( )
Jadi jumlah batang 12 buah Jumlah bukaan o Lebar bukaan total Panjang kisi terendam - Pada saat maksimum
TEKNIK LINGKUNGAN
28
Veocity head Pada saat maksmum ( Pada saat minimum ( Head loss - Pada saat maksimum ( ) (
Ketinggian muka air setelah melewati bars screen Y1 = Y2 + HL Y2 = Y1 x HL Y2 = tinggi muka air setelah bars Y1 = tinggi muka air sebelum bars H2 = head loss - Pada saat maksimum
TEKNIK LINGKUNGAN
29
Check kecepatan = 4.1.5 COMMINUTOR Berfungsi untuk memotong benda-benda padat menjadi berukuran yang sama besarnya (homogen ). Hal ini dimaksudkan agar : Tidak mempengaruhi proses selanjutnya, misalnya pemompaan Partikel diskrit tidak mengendap pada grit chamber Penentuan jenis dan ukuran comminutor berdasarkan pada debit maksimum air buangan. Tabel 2.2 Ukuran dan kapasitas comminutor No 7B 10 A 15 M 25 M 25 A 36 A 54 A Ukuran Motor 1/4 1/2 3/4 1 1/2 1 1/2 2 Kapasitas (mgd) Controlled Dischange Free Discharge 0 - 0,35 0 - 0,3 0,17 - 1,1 0,17 - 0,82 0,4 - 2,3 0,4 - 1,4 1,0 - 6,0 1,0 - 3,6 1,0 - 11,0 1,0 - 6,5 1,5 - 25,0 1,6 - 9,6 Desain ditentukan oleh jenis pekerjaan
Sumber : Elwyn. E. Seelye, Design, John Willey Sons, Inc. New York, London, Sydney
TEKNIK LINGKUNGAN
30
Diketahui : debit maksimum = 0,042 m3/detik = 0.324 mgd Jenis comminutor yang akan digunakan adalah controlled discharge type no 36A dengan ukuran motor 2 dan kapasitas pengolahan 1,5 25 mgd tau 0,0657 1,095 m3/det.
4.1.6
GRIT CHAMBER dan ALAT UKUR PARSHALL FLUME Fungsi Grit Chamber : Memisahkan pasir atau kerikil yang terbawa
dalam air dengan kecepatan pengendapan atau specific gravity lebih besar daripada partikel organik agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Pemisahan pasir/grit ini bertujuan untuk : - Melindungi peralatan mekanik dan pompa dari abrasi - Mencegah terjadinya clogging pada pipa - Mencegah efek penyemenan pad dasar dari sludge digester dan bak pengendap pertama - Mengurangi akumulasi dari material inert pada bak aerasi dan sludge digester Kriteria Design - Diameter pasir > 0,2 mm - Kecepatan horizontal (VH) = 0,5 1 feet/s atau 0,15 0,3 m/det - Kecepatan pengendapan untuk partikel 0,2 mm = 51 inci/mnt - Over flow rate = 900 x Vs gallon/ft2/day - Waktu detens 20 60 dtk Sumber : Elwyn. E. Seelye, Design, John Willey Sons, Inc. New York, London, Sydney DESIGN - Direncanakan 3 buah bak grit chamber (2 bak beroperasi, 1 cadangan ) - Kecepatan horizontal 0,3 m/dtk atau 1 fps - Digunakan alat ukur parshall flume yang berfungsi untuk mengatasi kecepatan horizontal yang tidak konstan akibat adanya fluktuasi yang menyebabkan kedalaman air buangan pada pengendapan pasir yang berubah-rubah dengan mengatur kedalaman air pada bak pengendap pasir (grit chamber)
TEKNIK LINGKUNGAN 31
PERHITUNGAN : Q maks Q rata2 Q min = 0,042 m3/detik = 0,033 m3/detik = 0,020 m3/detik
) )
( * *
( (
) )
+ +
A D D D
W D
A D U D
B D
F D
G D
TEKNIK LINGKUNGAN
32
Grit Chamber
Pharsall Flume
Ukuran Pashall Flume yang digunakan w A 1/3 A B C D E F G K N = 1 ft = 4 ft = 3 ft = 4 ft = 2 ft = 2 ft = 3 ft = 2 ft = 3 ft = 0,3048 m = 1,372 m = 0,9144 m = 1,343 m = 0,6096 m = 0,845 m = 0,9144 m = 0,6096 m = 0,9144 m
TEKNIK LINGKUNGAN
33
* * * *
( ( ( (
) )
) )
+ + + +
( ( ( ( ) )
) )
TEKNIK LINGKUNGAN
34
Panjang bak ( L )
- Kedalaman muka air pada saat Q max dmax = 0,540 ft = 0,16 m - Kedalaman muka air pada saat Q min dmin = 0,33 ft = 0,1 m Volume bak V =PxLxD = 2,34 x 10,70 x 0,16 = 1m3 Check waktu detensi
TEKNIK LINGKUNGAN
35
Tinggi bak grit chamber (dihitung dari permukaa ruang pasir) T = dmax + FB
Akumulasi rata-rata grit Volume pasir per hari Asumsi tinggi pasir Volume ruang pasir
4.1.7
BAK PENGENDAP PERTAMA Berfungsi untuk menurunkan kadar solid yang terdapat dalam air
buangan dengan cara mengendapkannya secara gravitasi. KRITERIA DESIGN - Waktu detensi (td) = 1,5 2,5 jam ; tipikal 2 jam - Over flow rate pada aliran rata-rata ( 32 49 ) m3/m2 hari pada aliran maksimum ( 80 120 ) m3/m2 hari
TEKNIK LINGKUNGAN 36
- Beban pelimpah (weir loading) = ( 125 500 ) m3/m2 hari - Kedalaman bak (2 5)m Sumber: Metcalf Eddy, 1979 - Perbandingan panjang dan lebar ( 3 5 ) : 1 - Kemiringan dasar / slope ( S ) : 1 2 % - Efisien penyisihan SS : ( 50 75) % - Efisien penyisian BOD : ( 25 40 ) % PERHITUNGAN Debit maksimum = 0,042 m2/detik Pada debit maksimum diambil over flow rate = 80 m3/m2. hari = 0,556 m3/m2. jam = 9,259 . 10-4 m3/m2. detik Waktu detensi : 1,5 jam Bak dibuat 3 buah ( 2 beroperasi, 1 cadangan ) m3/detik Volume bak pengendap = Qmax x td = = 113,4 m3 m2
Perbandingan panjang dan lebar bak 4:1 P:L=4:1 A = P x L = 4L2 22,68 = 4L2 L2 = 5.67 L = 2,38 m P = 4L =
TEKNIK LINGKUNGAN
37
Panjang bak yang dihitung pada kenyataannya merupakan panjang zone pengendapannya. Panjang bak sebenarnya : ( ( ) P = 19,5 m Dimensi bak pengendap : L = 2,38 m : P = 19,5 m : A = 46,41 m2 ( ) Free board direncanakan = 1 m Pada saat Qmin )
= 54 m3
Sistem Outlet Saluran pelimpah Beban pelimpah direncanakan 400 m3/m.hari = 4,63.10-3 m3/m.detik Aliran maksimum untuk 1 bak = 0,021 m3/detik Panjang saluran yang dibutuhkan
Lebar bak = 2,38 m Jumlah pelimpah yang dibutuhkan = Direncanakan lebar saluran pelimpah Direncanakan tinggi saluran pelimpah = 0,5 m = 0,3 m pelimpah
Kehilangan tekanan (head loss) pada saluran pelimpah dinyatakan dengan persamaan:
TEKNIK LINGKUNGAN
38
[( [(
( (
) (
)]
Jadi head loss yang terjadi pada saluran pelimpah : hL = 0,3 0,205 = 0,095 m Alat ukur Alat ukur yang digunakan ialah V notch standar 900 dengan jarak 20 cm dari pusat ke pusat sehingga setiap meter ambang pelimpah terdapat 5 buah V notch. Jumlah total V notch = 5 x 4,56 = Debit tiap V notch pada saat Q rata-rata
m3/detik
Dimana : Q
Cd = koefisien of discharge ( 0,584 ) H = tinggi muka air di notch ( m ) = sudut V notch ( 900 )
TEKNIK LINGKUNGAN
39
Jadi tinggi muka air pada V notch pada saat aliran rata-rata ialah 1,5 cm Debit tiap V notch pada saat alira maksimum m3/detik Dengan cara yang sama diperoleh: H = 0,003 m = 0,3 cm Jadi tinggi muka air pada V notch saat aliran maksimum adalah 0,3 cm Penyisihan Ss Diperkirakan pada bak pengendap pertama ini terjadi penyisihan ss sebesar 70% Penyisihan BOD Akibat adanya waktu detensi selama 1,5 jam akan terjadi pengurangan konsentrasi BOD yang besarnya tergantung dari over flow rate yang digunakan dalam design
Sumber: Waste Water Engineering, fair, geyer & Olun: volume 2 Dari data tabel terlihat bahwa dengan over flow rate 9,259 x 10-4 m3/det akan terjadi pengurangan BOD sebesar 22,5 %.
TEKNIK LINGKUNGAN
40
4.1.8
TANGKI ALIRAN RATA-RATA Berfungsi untuk mengatasi fluktuasi aliran, fluktuasi beban BOD dalam
air buangan menjadi rata-rata. KRITERIA DESIGN - Talud : 3:1 - Kedalaman minimum ( 1,5 - 2 ) meter - Free board 1 meter DESIGN - Talud : 3 : 1 - Kedalaman minimum = 2 m - Free board 1 m - System TAR yang digunakan yaitu in line, artinya TAR berada dalam sistem ini pencampuran mass loading dapat dijamin lebih baik PERHITUNGAN Berdasarkan gambar volume komulatif dan kecepatan pengendapan diperoleh volume bak 6400 m3 Direncanakan permukaan tangki berbentuk bujur sangkar
Talut t:a=
3:1 1:3
maka a = 3t Jadi volumelimas total = 4/3 ( 3t )2 Jika tinggi limas yang dipancung = 2 m Maka sisi alasnya = 3 x 2 x 2 = 12 m Volume limas yang dipancung = Volume limas terpancung = volume TAR Volume TAR = volume limas total volume limas dipancung
TEKNIK LINGKUNGAN 41
m3
Maka panjang sisi tangki = 2a = 49,2 m Kedalaman = 8,2 2 = 6,2 Free board = 1 m
TEKNIK LINGKUNGAN
42
Perhitungan BOD Moss loading 1. Volume tiap periode waktu dihitung dengan cara
Contoh : pada jam 4 - 5 q = 0,038 m3/detik v = 0,038 x 3600 x 1 = 136,8 m 2. BOD moss loading sebelum diekualisasi
Contoh
: pada jam 4 - 5 CBOD = 262,26 mg/L BOD moss loading = 0,038 x 262,26 x 3,6 = 35,87 kg/jam
Vsc = volume sekarang Vsp = volume sebelumnya Vi = volume masuk Vo = volume keluar x volume rata-rata Contoh : pada jam 4 - 5 Vsc = 0 + 554 418 = 136 m3 4. Konsentrasi aliran yag meninggalkan bak
mg/L
TEKNIK LINGKUNGAN
43
Contoh :
Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Debit (m3/det) 0.020 0.027 0.033 0.036 0.038 0.040 0.032 0.034 0.038 0.036 0.034 0.030 0.028 0.031 0.034 0.036 0.038 0.042 0.038 0.036 0.034 0.031 0.028 0.025
BOD (mg/L) 315.22 330.54 334.16 336.78 338.40 337.02 336.42 337.67 335.79 334.12 335.03 341.67 339.53 337.67 338.88 338.78 336.67 336.43 337.89 339.84 343.19 342.43 337.21 315.67
Removal BOD di BP 1 (mg/L) 70.92 74.37 75.19 75.77 76.14 75.83 75.69 75.98 75.55 75.18 75.38 76.88 76.39 75.98 76.25 76.22 75.75 75.70 76.02 76.46 77.22 77.05 75.87 71.03
BOD sisa yang masuk TAR (mg/L) 244.29 256.17 258.97 261.00 262.26 261.19 260.72 261.69 260.23 258.94 259.65 264.79 263.13 261.69 262.63 262.55 260.92 260.73 261.86 263.37 265.97 265.38 261.34 244.64
TEKNIK LINGKUNGAN
44
loading
melebihi nilai BOD yang masuk ke dalam tangki aliran rata-rata (TAR). Oleh karena itu, pada sistem pengolahan ini tidak perlu ditambahkan tangki ekualisasi.
4.2
Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Kedua (utama) Pengolahan biologis atau disebut pengolahan tingkat dua (sekunder)
adalah proses pengoloahan yang menerapkan aktivitas biologis. Pada dasarnya pengolahan ini digunakan untuk menghilagkan substansi organik biodegradable pada air. Pada pengolahan tingkat dua kadang-kadang terjadi pengolahan secara kimiawi yang bertujuan untuk mengurangi/menghilagkan kontaminan yang tidak dapat terurai dengan cara penambahan bahan kimia atau melalui reaksi kimia. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan tingkat satu dan tingkat dua diolah dalam unit pengolahan lumpur yang bertujuan untuk: - Mereduksi volume lumpur - Mengontrol proses pembusukan - Menstabilkan kondisi lumpur - Memanfaatkan lumpur untuk keperluan lain. PROSES PENGOLAHAN YANG DIGUNAKAN Unit-unit proses pengolahan yang digunakan dapat dilihat dari diagram alir dibawah ini:
4.2.1
ACTIVATED SLUDGE Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organic menjadi CO2 dan H2O, NH4. Dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Activated sludge berfungsi untuk mengolah air buangan melalui proses aerobik dengan bantuan mikroorganisme. Kriteria design Volatile Suspended Solid (VSS) yang masuk reaktor diabaikan Ratio food / mikroorganisme (F/M) = (0,2 0,6) Kg BOD5 / Kg MLVSS Volumetric Loading : (0,8 2,0) Kg.BOD5/m3 Mean all Residence time : (5 15) hari Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) = (3000 6000) mg/L V/Q = waktu detensi = td = (4 8) jam Ratio resirkulasi = R = 0,25 1,0 Kedalaman tangki aerator = (3 5) m Free Board : (0,3 0,6) Konsentrasi O2 = (1 2) mg/L Volume udara : (0,5 2) ft3/gall Kandungan BOD5 dan TSS dalam effluent < 20 mg/L Perhitungan Konsentrasi BOD terlarut dalam effluent a. Bagian yang terurai dari effluent biological solids. Asumsi effluent mengandung 22 mg/L biological terbiodegradable 65% BOD ultimate = 0,65 x 22 x 1,42 = 20,3 mg/L BOD dalam effluent SS = 20,3 x 0,68 = 13,8 mg/L
solids
dan
TEKNIK LINGKUNGAN
46
b. Effluent diharapkan mengandung BOD5 sebesar 20 mg/L Effluent BOD5 = influent BOD5 terlarut + BODs dalam effluent SS 20 = S + 13,8 S = 6,2 mg/L Jadi influent mengandung 6,2 mg/L BOD5 terlarut 1. Effluent TSS dan BODs dari Primary Treatment Q = 0,033 m3/det = 2851,2 m3/hari BOD5 (removal 22,5%) =641,52 kg/hari = x 1000 = 225 mg/l
2. Kuantitas lumpur yang dibuang tiap hari Y abs = dimana Y abs = observed Yield Y Kd dc = koefisien kecepatan pertumbuhan m.o = koefisien delay m.o (waktu -1) = mean cell residence time (hari)
Yobs =
Mass Volatile Woste (TVSS) Px= Yobs (So . S) Q dimana So = konsentrasi substrat Inf. ivent air buangan (mg/l) S Q = Konsentrasi substrat effluent a.b (mg/l) = debit a.b
TEKNIK LINGKUNGAN
47
Px =
Px= 618 kg/hari Asumsi MLUSS/MLSS = 0,8 Masa lumpur untuk Suspended Solid (TSS) Px(S) = = 772,5 kg/hari
3. BODs yang masuk reactor = 225 mg/l TSS = 7200 mg/l Q = 0,033 m3/dtk = 2851.2 m3/hari Influent bak aerasi ditingkatkan 5 - 10 % untuk mengatasi penetapan yang tidak pasti. Jadi BODs = 236,25 mg/l TSS Q = 735 mg/l = 0,034mg/l = 2837,6
4. Efisiensi reaktor
5. Volume Reaktor V=
( ( ) )
Dimana dc = mean cell residence time 10 hari Y = Yield pertumbuhan So = konsentrasi BODs influen S = konsentrasi MLUSS dalam bak aerasi kd = koefisien endogenasi decay
V=
( ( )
Direncanakan 4 bakaerasi
TEKNIK LINGKUNGAN
48
Volume 1 bak = 291 m3 p:l=4:1 kedalaman bak = 4,5 m A = 65 m2 L2 = 16,25 m L =4m p = 4L = 16m 4 L2 = 65 m2
Free board = 0,5 m 6. Return Sludge Rate MLSS ( Q + Qr ) = Tss dalam sludge x Qr 4500 (Q + Qr) = 10000.Qr 4500Q + 4500Qr = 10000Qr 4500Q = (10000 4500)Qr
TEKNIK LINGKUNGAN
49
= 2777,8 (1,42 x 919) = 1472,84 kg/hari Kebutuhan udara O2 dalam udara Berat jenis udara Kebutuhan udara Efisiensi diffuser Kebutuhan udara = 23,2% = 1,201 kg/m3 = = 8% = m3/hari m3/hari
Udara yang disediakan = 150% udara teoritis Total design udara = 66649,1 x 1,5 = 99973,7 m3/hari = 1666,2 m3/menit (untuk 4 bak) = 416,5 m3/menit (untuk 1 bak) 12. Volume udara yang disupply/kg BODs yang dihilangkan ( )
TEKNIK LINGKUNGAN
50
= 102.10 m3/kg Volume supply udara/m3 air buangan yang diolah m3/m3 Volume supply udara (m3/hari)/m3 volume tangki aerasi m3/m3 hari 13. Design system diffused aerator Jenis aerator yang digunakan diffuser tube Dimensi tube = 600 x 75 mm Discharge = 0,21 m3udara standar/menit/tube (7,4 cfm) Total jumlah diffuser tube/bak aerator = Dalam lebar bak aerasi dibuat 10 baris diffuser tube Jumlah diffuser tube/baris = 4 knee joint dan swing joint vertical hanger pipe / baris Maka jumlah diffuser tube/hanger pipe = 14. Head loss dalam pipa dan diffuser Faktor friksi untuk pipa pembawa udara :
Dimana: hL T = head loss, mm H2O = temperatur dalam0K = T0 (P/P0)0,283 L T0 = panjang equivalen, m = temperature udara ambient, 0K
TEKNIK LINGKUNGAN
51
P0 P hv Q D
= tekanan barometric ambient, atm = tekanan supply udara, atm = velocity head, mm H2O = aliran udara, m3/mnt = diameter pipa, m ( ) ( = 348,66 oK Tabel 3.1. Head loss dalam pipa
f (cm) 10 10 20 20 20 20 50 50 50 50 50 65
Jalur 0-a a - a' a' - b b-c c-d d-e e-f f-g g-h h-i i-j j-k
Keterangan Horizontal diffuser header Hanger pipe 26 tube Pipe Header untuk 1 hp Pipe Header untuk 2 hp Pipe Header untuk 3 hp Pipe Header untuk 4 hp
Air flow (m3/min) 2,73 5,46 5,46 10,92 16,38 21,84 43,68 87,36 131,04 174,72 218,4 436,8
Velocity (m/min) 347,58 695,19 173,80 347,59 521,39 695,19 222,46 444,92 667,38 889,84 1112,30 1316,33
f 0,024 0,021 0,022 0,020 0,018 0,018 0,016 0,015 0,014 0,013 0,013 0,012
hL (mm) 0,5000 6,2412 0,1060 0,3826 0,8108 1,3812 0,1527 0,5511 1,1677 1,9894 3,0070 4,2070
20,4967
mm mm mm mm mm mm mm mm m ft
Diketahui 1 atm standar = 10,34 m air Absolute supply pressure = (5,34 + 10,34) / 10,34 = 1,52 atm 16. Power yang dibutuhkan
TEKNIK LINGKUNGAN
52
[( ) Dimana : w W R
= kebutuhan power untuk masing-masing blower kW = flow dari udara, kg/det = konstanta gas, 8,314 kJ/K mole 0K = temperature inlte, 0K = tekanan inlet absolute, atm = absolute outlet pressure, atm = efisiensi mesin (70-80) %
= 149,08 kW = 202,69 Hp
4.3 4.3.1
Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Ketiga Bak Pengendap ke - II Bak pengendap kedua berfungsi untuk mengendapkan zat padat yang
terdapat pada air buangan yang sudah melalui pengolahan biologis Kriteria design Over flow rate Loading Kedalaman Weir loading bak = 16 - 32 m3/m2hari = (3 - 6) kg/m3/jam = (3,5 - 5) m = (125 - 500) m3/m2hari = (3 - 60) m
= 2 - 4 jam
1. Direncanakan dibuat 2 bak sedimentasi Q yang masuk pada bak sedimentasi = Qav = 0,034 m3/detik Aliran untuk 1 bak = 0,017 m3/detik Waktu detensi direncanakan 2,5 jam Volume bak = Q x td = 0,017 x 2,5 x 3600 = 153 m3 Direncanakan over flow rate = 32 m3/m2.hari A= ( )
A = 45,9m2 Daiameter bak = d = ( Tinggi bak = Free board = 0,5 m Total kedalaman = 3,86 m ) = 7,64 m
2. Sistem Inlet Digunakan centre feed yaitu air buangan dialirkan melalui bagian tengah bak dengan menggunakan pipa cast iron f 400 mm ( 3. Ruang lumpur Asumsi konsentrasi lumpur yang diresirkulasi = 10000 mg/L )
Qr = 0,81 x 0,1407 = 0,027 m3/detik Berat MLVSS yang dialirkan ke Activated Sludge = 27 L/detik x 10000 mg/L = 270000 mg/detik
TEKNIK LINGKUNGAN 54
= 270 gr/detik
TSS yang dihasilkan dalam bak aerasi = 1148,75 kg/hari = 13,29 gr/detik TSS pada effluent Activated Sludge = 270 + 13,29 = 283,29 gr/detik Ratio MLVSS / MLSS = 0,8 Q yang dialirkan ke Thickener Qwaste = TSSL/XR ; dimana XR TSSl TSSl = Konsentrasi lumpur yang diresirkulasi = 10000 mg/L TSSL = TSS dalam effluent Bak Pengendap II = TSS yang dikehendaki sebesar 15 mg/L = 15 mg/L x Ql = 15 mg/L x 0,034 x 103L/d = 510 mg/detik = 60 kg/hari TSSL = TSS - TSSQ = 283,29 60 = 223,9 kg/hari Qwaste =
L/d
Untuk 1 bak = 1,12/4 = 0,0625 L/d Berat SS untuk masing-masing bak = 3 gr/detik = 260 kg/hari (kadar SS = 4%)
TEKNIK LINGKUNGAN
55
Berat Lumpur = Berat jenis Lumpur = 1,03 kg/L Volume lumpur = 18007,5 = 18 m3 Volume ruang lumpur didesain dengan bentuk kerucut terpancung Dinding ruang lumpur dibuat miring (vertical : horizontal = 2 : 1) Alas = (0,5 1,5) m
1,5
0,5
Atas = (1,5 1,5) m X X/Y Y = = = ( ) =2x( =1m Volume ruang lumpur = ( = 1,08 m3 Periode pengambilan lumpur = 1,08 / 18 = 0,06 hari = 1,44 jam 4. Sistem Effluent Digunakan alat ukur Vnotch 90o Panjang effluent weir plate = d = d = x 7,64 = 24 m Jarak antara Vnotch, dari pusat ke pusat = 40 cm Jumlah pelimpah = Debit pelimpah = q0 = = 3,52 x 10-3 m3/detik Tinggi muka air pada pelimpah = h0 = * + ) )
TEKNIK LINGKUNGAN
56
=*
= 0,094 m = 9,4 cm Saluran pengumpul supernatant Bentuk segi empat L=1m v = 0,6 m/detik Weir loading = 30000 gall/hari.ft2 Panjang saluran = 2r = 87,92 m Q= = 0,2114 m3/detik Across = 0,2114 / 0,5 = 0,35 m2 Tinggi saluran =
4.3.2
Sludge Thickener Berfungsi untuk mengurangi kadar air pada lumpur sehingga dapat
mengurangi volume lumpur yang akan diolah. Kriteria design Lumpur berasal dari unit primary treatment dan secondary treatment dengan kadar lumpur Surface loading Solid loading Tinggi sludge thickener Sludge volume ratio Perhitungan : 1. Berat solid dari BP I Berat solid dari BP II Total SS yang masuk = 6088,32 kg/hari = 1148,75 kg/hari = 6088,32 kg/hari + 1148,75 kg/hari = (4 - 9) % = (400 - 900) gallon per day/ft2 = (8 - 16) lb/ft2hari = (10 - 15) ft = (0,5 - 2,0)
TEKNIK LINGKUNGAN
57
= 7237,07 kg/hari Konsentrasi solid = 5% Berat lumpur dari BP I = Berat lumpur dari BP II = Total = 121766,4 + 22975 = 144741,4 kg/hari 2. Luas permukaan thickener = Solid loading = 16 lb/ft2/day = 78,12 kg/m2.day A=
kg/hari kg/hari
m2
f bak = * + =* +
= 10,86 m Dibuat 2 buah bak Luas tiap bak = 46,32 m2 f tiap bak = 7,68 m Kedalaman bak direncanakan = 3,5 m Volume bak = A x H = = 162,05 m3 Free board = 0,6 m
TEKNIK LINGKUNGAN
58
Konsentrasi solid = = 734,75 mg/L Fixed matter = 0,7 x 734,75 = 514,325 mg/L Volatile matter = 0,3 x 734,75 = 220,425 mg/L Kadar fixed matter = * = 57,90% Kadar volatile matter Brt jnis solid campuran Brt jnis lumpur campuran = (100 57,90)% = 42,1% = (0,579 x 1,3) + (0,421 x 2,5) = 1,8052 = (0,05 x 1,8052) + (0,95 x 1) = 1,04 m3/hari L/hari +
Volume lumpur yang masuk = Volume SS yang masuk = = 4,13 m3/hari Volume air yang masuk = 139,17 4,13 = 135,04 m3/hari
Kadar lumpur effluent direncanakan mengandung 8% solid dan 92% air Berat jenis lumpur = (0,08 x 1,75) + (1 x 0,92) =1,06 Berat lumpur yang keluar = = 90463,375 kg/hari
Volume lumpur yang keluar V= Volume air = 101,62 Volume air yang keluar = 135,04 101,62 = 33,42 mg/L L/hari = 85,34 m3/hari
TEKNIK LINGKUNGAN
59
4.3.3
- Menguraikan zat organik yang volatile - Mereduksi volume lumpur - Menguraikan zat-zat beracun yang terdapat dalam lumpur Kriteria design Detention time = (10 20) hari Gas yang dihasilkan = (0,75 1,12) m3/kg Kemampuan menurunkan VSS = (40 50) % Solid Loading = (2,4 6,4) kg/m3. Hari Sumber : Syed.R.Kasim Perhitungan: 1. Berat lumpur dari thickener = 90463,375 kg/hari Volume lumpur dari thickener = 85,34 m3/hari Jumlah air yang masuk = 67,7 m3/hari 2. Dalam tangki terjadi reduksi volatile matter = 50% VM reduksi = 42,1% x 0,5 = 21,05% VM sisa = 21,05%
= 90%
Kadar sisa effluent = 10% Berat jenis Solid Berat jenis lumpur = (0,7334 x 2,5) + (1,3 x 0,2666) = 2,2 = (1 x 0,9) + (0,1 x 2,2) = 1,12
4. Berat lumpur effluent = = 72370,7 kg/hari Volume lumpur yang keluar = 72370,7 / 1,12 = 64616,69 L/hari
TEKNIK LINGKUNGAN 60
( )
E = 50% 6. Kapasitas Digester ( Dimana : B F ) = kapasitas digester (ft3) = digester VM dalam waktu t = 50%
VM = %VM = 42,1% W t = Berat solid yang dimasukkan (lb/hari) = waktu detensi (hari)
WM = kadar air rata-rata dalam digester = (92+90)/2 = 91% ( B = 38034,47 ft3 B = 1077,02 m3 )( )
TEKNIK LINGKUNGAN
61
Sumber: Parker, 1975 Dari tabel diperoleh untuk volume digester = 1358,5 m3 Kedalaman bak Diameter bak Kedalaman kerucut = 7m = 50ft = 15,24 m = 6,25ft = 1,91 m = (H x d2) + (1/3 x d2t) =( = 1393 m3 Digester heating Panas yang dibutuhkan = HR = Q.Cp.(T2 - T1) Dimana HR : Panas yang dibutuhkan (J/hari) Q : Berat sludge (kg/hari) Cp : spesifik heat lumpur (4200 J/kgoC) T2 : Temperatur digester (oC) T1 : Temperatur thickener sludge (oC) HR = 90463,375 kg/hari x 4200 J/kgoC x (30 20)OC = 0,38 x 1010 J/hari = 6780808,84 BTV/hari Panas yang hilang , HL = UAt(T2 T1) Dimana HL : Heat Loss (J/jam)/(BTV/hari) U : Koefisien heat transfer (J/detik.m2. oC)
) ( )
TEKNIK LINGKUNGAN
62
T2 : digester operating temperature T1 : temperature Temperatur diatas permukaan tanah = 75oF Temperatur diluar tangki di bawah tanah = 50oF Harga t : atap = 0,24 Tanah = 0,25 Bawah tanah = 0,18 Lantai = 0,12 m2 Luas dasar = d2 = 15,242 = 182,32 m2 Luas dinding bagian atas = x 15,24 x 2/3 x 7 = 223,31 m2 Luas dinding bagian bawah = x 15,24 x 1/3 x 7 = 111,65 m2 Luas atap = x 15,392 = 186,09 m2 (tebal dinding = 0,5)
Kehilangan panas : Atap = 0,24 x (186,09 / 0,3048) x (100 75) = 3663,18 BTU/jam Dinding bawah = 0,18 x (111,65 / 0,30482) x (100 75) = 5408,23 BTU/jam Dinding atas = 0,35 x (223,31 / 0,30482) x (100 75) = 21032,96 BTU/jam Dasar = 0,12 x (182,32 / 0,30482) x (100 75) = 5887,62 BTU/jam Total = 35991,99 BTU/jam Panas yang dihasilkan 1 lb volatile solid menghasilkan 12 ft3 gas 1 ft3 gas = 700 BTU
TEKNIK LINGKUNGAN
63
VM yang dihasilkan = 0,5 x 0,421 = 0,2105 Berat solid = 7237,07 kg/hari = 15954,84 lb/hari Panas yang dihasilkan = 0,183 x 12 x 700 x 15954,84 = 24525780,05 BTU/hari Kebutuhan panas total = kehilangan panas + kebutuhan panas = (35991,99 x 24) + 6780808,84 = 7644616,6 BTU/hari Sisa panas = panas yang dihasilkan kebutuhan panas total = 24525780,05 7644616,6 = 16881163,45 BTU/hari = 24115,94 ft3/hari Dimensi tangki gas Produk gas = 24115,94 ft3/hari Direncanakan 6 tangki Kapasitas tangki gas = 30% = 30% x (24115,94/6) = 1205,797 ft3 h = 10 ft = 3,048 m A = 120,58 ft2 f = 13,87 ft = 4,2 m
4.4 4.4.1
Perhitungan Alternatif Terpilih Pengolahan Lanjutan (optional) Sludge drying bed Berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam lumpur
Kriteria design Perioda pengeringan (10 - 15) hari Tebal lumpur (8 - 12) inchi Media bed : Tebal pasir = (8 - 12) ES UC
TEKNIK LINGKUNGAN
= 0,3 - 0,75 m =4
64
Tebal kerikil = 1 ft Perhitungan Direncanakan 6 buah sludge drying bed (5 beroperasi, 1 cadangan) Perioda pengeringan Tebal lumpur Tebal pasir = 10 hari = 12 = 30 cm = 12 = 30 cm = 81,45 x 10 hari = 814,5 m3 = - 1 inch
Volume lumpur dari digester = 81,45 m3/hari Lumpur yang masuk Luas permukaan untuk masing masing sludge drying bed As = m2 maka P = 3L
4.4.2
Mereduksi bakteri pathogen khususnya golongan coli di dalam effluent hasil pengolahan air buangan sebelum dibuang kebadan penerima. Mengurangi konsentrasi ammonia yang terdapat dalam air buangan Kriteria design Dosis kaporit (3 - 10) mg/l Kadar CaCOCl2 = 60% Pembubuhan dilakukan dengan menggunakan bak mom dengan kapasitas pembubuhan 500 cc/menit Waktu kontak 15 - 45 menit BJ kaporit = 0,8 - 0,88 kg/L
TEKNIK LINGKUNGAN
65
Menggunakan bak khlorinasi Kecepatan pada saluran bak klorinasi = (2 - 4,5) m/jam = 0,038 m/detik = 0,075 ml Perhitungan 1. Asumsi dosis yang digunakan = 10 mg/L Kebutuhan kaporit =
= 566,6 mg/detik = 0,5666 gr/detik = 33,96 gr/menit = 48,95 kg/hari 2. Kapasitas pembubuhan = 1000 cc/menit Kadar kaporit dalam larutan = = = 4%
3. Perioda pengisian direncanakan = 24 jam Kapasitas bak mom = 1000 x 24 x 60 = 1440000 cc = 1,44 m3 Ukuran bak mom =P =2m L = 1,2 m t = 0,6 + 0,2 = 0,8 m 4. Volume kaporit / hari = = 0,057 m3 Volume air pelarut = ( ) (free board)
= 0,30 m3
TEKNIK LINGKUNGAN
66
Volume kaporit + volume air pelarut = 0,057 + 0,30 = 0,357 m3 5. Dimensi bak khlorinasi Asumsi kecepatan dalam saluran (VL) = 0,06 m/detik td = 20 menit Volume bak = Q x td = 0,034 x 20 x 60 = 40,8 m3 Panjang total saluran = V x td = 0,06 x 20 x 60 = 72 m Direncanakan lebar saluran = 2 m Luas penampang saluran = Kedalaman efektif = 0,56 / 2 = 0,28 m Free board = 0,6 m Kedalaman total = kedalaman efektif + free board = 0,28 + 0,6 = 0,88 m Volume bak sebenarnya = 2 x 0,88 x 72 = 126,72 m3 Cek td = m2
Direncanakan jumlah saluran = 5 buah Jumlah belokan = 5 1 = 4 buah Panjang bak = L 72 = ((L 2) + 2 )4 + (L 1) 72 = 4L 8 + 8 + L 1 72 = 5L 1 73 = 5L L = 14,6 m
TEKNIK LINGKUNGAN
67
n = 0,015 S= H =SxL = 1,109.10-6 x 14,6 = 1,62.105 m 7. Kehilangan tekanan dalam bak (h) Vbelokan = 3 x Vlurus = 3 x 0,06 = 0,18 m/d ( )
m/m
TEKNIK LINGKUNGAN
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perencanaan ini adalah sebagai berikut : 1. Bangunan pengolahan air limbah yang direncanakan di Kecamatan Pontianak Selatan dapat menurunkan konsentrasi zat-zat pencemar yang berupa TSS, BOD5, minyak dan lemak serta phospor. 2. Konsep dan Teknologi yang digunakan dalam pengolahan air limbah di Kecamatan Pontianak Selatan disesuaikan dengan parameter pencemar yang akan diolah supaya lebih efisien.
5.2. Saran. Akan lebih baik apabila disediakan teknologi alternatif pengolahan air buangan apabila sistem pengolahan yang pertama kurang berfungsi optimal dikarenakan semua data merupakan data sekunder dan asumsi penyusun laporan.
TEKNIK LINGKUNGAN
69