You are on page 1of 3

MEMAKNAI ULANG IDUL ADHA

Setiap kali hari raya Idul Adha (Idul Qurban) datang, Rasulullah saw membeli dua ekor domba yang gemuk, bertanduk, dan berbulu putih bersih. Nabi saw mengimami shalat dan berkhutbah. Sesudah itu, Rasulullah mengambil seekor dari domba itu dan membaringkan domba tersebut seraya berkata, Ya Allah, terimalah ini dari Muhammad dan umat Muhammad. Lalu Sang Nabi menyembelih hewan tersebut dengan tangannya sendiri. Sesudah itu, membaringkan domba yang lain seraya berdoa, Ya Allah, terimalah ini dari umatku yang tidak mampu berkurban. Sebagian dari dagingnya dimakan oleh Rasulullah saw dan keluarganya. Sisanya semuanya dibagikan kepada orang miskin. Riwayat ini terdapat dalam kitab hadis karya Ahmad, Ibn Majah, Abu Dawud, Al-Turmudzi dan lain-lain yang bisa dicek dalam kitab Nayl AlAwthar. Berdasarkan hadis tersebut, para ulama menetapkan bahwa ibadah qurban sebagai sunnah muakkadah (sunnah yang sangat penting). Dari riwayat tersebut tergambarkan bahwa di dalam Islam, daging qurban tidak diperuntukkan untuk Tuhan. Tidak sekerat daging pun yang diberikan pada Tuhan. Karena Tuhan tidak makan apapun termasuk daging. Al-Quran menegaskan dalam surat Al-Hajj (22) ayat 37: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya hanyalah ketakwaanmu. Lebih lanjut, daging kurban sebagiannya boleh dinikmati oleh pelaku kurban, dan sebagian besarnya untuk bisa dinikmati oleh fakir miskin. Qurban berasal dari kata qarruba yang berarti mendekat. Maka beribadah qurban adalah melaksanakan perintah Allah dengan maksud mendekatkan diri pada-Nya untuk menyembelih hewan kurban pada hari yang telah ditentukan (10-13 Zulhijjah), dengan niat yang ikhlas kemudian membagikan sebagian besar dagingnya kepada yang membutuhkan. Nyatalah bahwa qurban yang secara harfiah berarti mendekat atau mendekatkan tersebut, ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mendekatkan diri kepada sesama manusia, khususnya mereka yang susah yang berada dalam kesulitan dan sengsara. Ibadah qurban mencerminkan pesan Islam bahwa Kita hanya dapat dekat dengan Tuhan, bila Kita mendekati saudara-saudara kita yang berkekurangan. Islam tidak memerintahkan Kita untuk menyembelih hewan di altar pemujaan, atau di dalam hutan, atau di tepi lautan dan sungai, lalu Kita serahkan seluruhnya kepada Tuhan. Allah swt dalam surat Al-Hajj (22) ayat 28 berseru, Lalu makanlah sebagian dari dagingnya dan beri makanlah (dengan bagian yang lainnya) orang fakir yang sengsara. Bila kita memiliki kenikmatan, kita disuruh berbagi kenikmatan dengan orang lain. Bila puasa mengajarkan kita untuk merasakan lapar seperti orang-orang miskin, maka ibadah qurban mengajak orang-orang miskin untuk merasakan kenyang seperti Kita. Demikian ungkapan menarik dituliskan secara jelas oleh Prof. KH. Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktual.

Lebih dari itu, dalam satu keterangan hadis diberitakan suatu waktu, Abu Musa AlAsyari hadir di Masjid Nabawi, Madinah, untuk menemui Rasulullah saw yang selepas shalat selalu berupaya meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan para sahabatnya dan memberi pengarahan kepada mereka. Dalam pertemuan tersebut, sahabat yang lahir di Zabid, Yaman tersebut mendengar Rasulullah saw berkata kepada orang-orang yang hadir, Setiap Muslim harus bersedekah!. Wahai Rasul! tanya seorang sahabat. Engkau tahu, tidak semua orang punya harta. Bagaimana dia bisa bersedekah? Hendaklah dia bekerja, kemudian hasilnya untuk diri sendiri dan untuk bersedekah! jawab Rasulullah saw. Bagaimana jika dia tidak mampu bekerja? tanya orang itu lebih lanjut dan penuh rasa ingin tahu. Hendaklah dia memberikan pertolongan! jawab Rasulullah saw. Wahai Rasul! Bagaimana jika itu pun dia tidak bisa melakukannya? tanya sahabat itu tetap penuh rasa ingin tahu. Hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan menghindari kejelekan! Hal itu, bagi seorang Muslim, bernilai sama dengan sedekah! jawab Rasulullah saw. Di waktu lain, dalam suatu riwayat ketika Nabi Muhammad saw ditanya tentang amal yang paling utama beliau menjawab, Engkau masukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin, engkau lepaskan kesedihannya, engkau hibur hatinya, engkau lunasi utang-utangnya. Selain itu, di riwayat yang berbeda, seperti yang juga dikutip Prof. KH. Jalaluddin Rakhmat, dalam sebuah hadis qudsi diberitakan bahwa nanti di hari kiamat, Allah mendakwa hamba-hamba-Nya: Hai hamba-hamba-Ku, dahulu Aku lapar dan kalian tidak memberi-Ku makanan. Dahulu aku telanjang dan kalian tidak memberi-Ku busana. Dahulu Aku sakit dan kalian tidak memberi-Ku obat penawar. Waktu itu, hamba-hamba yang didakwa berkata, Ya Allah, bagaimana mungkin kami memberi-Mu makanan, pakaian, dan obat, padahal Engkau Rabb Al-Alamin (Tuhan Semesta Alam). Lalu Tuhan bersabda, Dahulu ada hamba-Ku yang lapar, telanjang, dan sakit. Sekiranya kamu mendatangi mereka mengenyangkan perut mereka yang lapar, menutup tubuh mereka yang telanjang, mengobati sakit mereka kamu akan mendapatkan Aku di situ. Terdapat juga riwayat yang menceritakan ketika Nabi Musa bertanya kepada Allah, Ya Allah, di mana aku harus mencari-Mu?, Allah menjawab, Carilah Aku di tengah-tengah orang yang hatinya hancur. Dari beberapa dalil seperti telah dipaparkan di atas tampak jelas bahwa Tuhan tidak sekedar bisa didekati hanya dengan mengisi rumah ibadah, Tuhan bisa didekati dengan mendekatkan diri pada mereka-mereka yang hatinya hancur karena ketiadaan makanan, ketiadaan pakaian dan ketidakmampuan untuk berobat. Allah menginginkan dan mengajarkan manusia untuk bersikap memanusiakan manusia. Allah lewat Rasulullah mengingatkan manusia untuk memberi dan atau menularkan kebahagiaan kepada manusia yang terampas kebahagiaanya. Untuk itulah manusia diharuskan berbagi kepada manusia lainnya. Kalau pun manusia tidak mampu untuk memberikan materi, pengetahuan dan tenaga serta kebahagiaan kepada manusia yang lain, maka mengerjakan kebajikan dan menghindari kejelekan sudah cukup bagi manusia dan itu tergolong sedekah. Sebab dengan mengerjakan kebajikan dan menghindari kejelekan, maka minimal manusia tersebut tidak memberikan kerugian bagi manusia lainnya,

bahkan bagi makhluk lainnya seperti kepada alam semesta yang rusak karena ulah manusia. Dengan ungkapan lain, ia tidak merugikan seorang dan sesuatu pun. Jadi nyatalah bahwa nilai kesempurnaan ibadah termasuk qurban memiliki keterhubungan dengan keharusan umat Islam melaksanakan aktivitas kepedulian sosial. Sebab seandainya qurban (ibadah) bila berhenti hanya sebagai ritual, maka ia tidak akan mungkin memberi makna kesalehan sosial lebih-lebih ia mustahil menjadi solusi sosial aplikatif. Oleh karenanya, dalam ajaran Islam kesadaran moral dalam bentuk pelaksanaan qurban itu harus dilanjutkan dengan bentuk-bentuk kepedulian sosial. Tegasnya secara sederhana qurban tidak sebatas hanya sekedar ibadah individual saja, melainkan juga merupakan ibadah sosial. Atau dengan ungkapan lain, qurban tidak mengajarkan pelakunya untuk saleh secara individual melainkan mendidik pelaku qurban untuk berprilaku dengan kesalehan sosial. Sayangnya secara obyektif di Negara kita dan di banyak Negara berkembang lain, ajaran Islam cenderung dipahami secara sederhana (simplifik). Masyarakat lebih asyik berputar-putar pada persoalan ritual dan seremonial, termasuk terhadap ajaran agama yang sebenarnya kental sekali dengan semangat sosialnya seperti qurban dan zakat. Keyakinan terhadap ajaran Islam yang subtansinya kewajiban sosial itu kehilangan kekuatan dan manfaatnya karena terbelenggu pada pemahaman yang sederhana. Malahan ada kecenderungan ajaran qurban tersakral sehingga terperangkap sebagai ajaran moral. Tidak ada langkah-langkah kreatif dan produktif untuk mengembangkan qurban agar menyentuh tujuan intinya. Rasulullah saw telah memberikan teladan indah dalam ibadah, namun sayang kita menjadikannya begitu kaku dan tanpa makna. Semoga tulisan singkat ini menggugah kalbu atau pikiran kaum Muslim untuk beranjak dari keterbelengguan ritual menuju tujuan inti dalam beribadah termasuk qurban. Semoga pula Islam yang begitu indah ajarannya tidak dipahami simplifik lebih-lebih oleh para pemuka agamanya. Semoga! Mudah-mudahan bermanfaat!

You might also like