You are on page 1of 15

PRINSIP PEMBERIAN OBAT Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah KDPK II Dosen Pembimbing : Dian Samtya

S.ST

Disusun Oleh Kelompok 2 Kelas 2 A :

1. Adelia Nur Ayu S.H 2. Desiyanti Mustari 3. Eka Miftakhul Jannah 4. Elza Oktavianty P 5. Gerry Widyaning Tryas 6. Khusnul Khotimah 7. Linda Levyantika 8. Natali Khrisna 9. Nur Azizah 10. Retno Sulistio 11. Rima Hemamalini M.S 12. Sartika Rantetasik 13. Silvie Septian R. 14. Yeni Nur Irawati

(1214315401002) (1214315401007) (1214315401010) (1214315401015) (1214315401018) (1214315401023) (1214315401026) (1214315401031) (1214315401034) (1214315401039) (1214315401042) (1214315401047) (1214315401050) (1214315401055)

STIKES MAHARANI MALANG PRODI DIII KEBIDANAN 2013


Page | i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Alloh SWT, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PRINSIP PEMBERIAN OBAT.

Kemudian sholawat beriring salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW dan segenap keluarga beserta para sahabat sekalian.

Kami harapkan makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan kita semua.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing kami dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan datang. pendidikan dimasa yang akan

Malang, 04 April 2013

Page | ii

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ........................................................................................................... i Kata Pengantar........................................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................................... iii Bab I Pendahuluan ..................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1 1.3 Tujuan .................................................................................................................. 1 Bab II Pembahasan .................................................................................................... 2 2.1 Konsep Pengertian Obat ...................................................................................... 2 2.2 Penggolongan Obat ............................................................................................. 2 2.3 Cara Penyimpanan Obat ...................................................................................... 9 2.4 Ciri-Ciri Obat Rusak............................................................................................ 10 2.5 Cara Memusnahkan Obat .................................................................................... 10 Bab III Penutup.......................................................................................................... 11 3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 11 3.2 Saran .................................................................................................................... 11 Daftar Pustaka ........................................................................................................... 12

Page | iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidan bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Bidan juga harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas/dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Adapun prinsip-prinspi pemberian obat yang benar meluputi 6 hal, yaitu : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. Benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat. Benar obat memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diresepkan berdasarkan kategori perintah pemberian obat, yaitu :perintah tetap (standing order), perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah stat (segera). Benar dosis adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu. Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan. Benar dokumentasi meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis dan tanda tangan atau insial petugas. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana konsep pengertian obat? 2) Bagaimana penggolongan obat ? 3) Bagaimana cara penyimpanan obat ? 4) Bagaimana ciri-ciri obat rusak? 5) Bagaimana cara memusnahkan obat? 1.3 Tujuan 1) Mahasiswa dapat memahami konsep pengertian obat dari berbagai pengarang 2) Mahasiswa dapat memahami pengolongan-pengolongan obat 3) Mahasiswa dapat memahami cara penyimpanan obat yang benar pada rumah saki, BPS, puskesmas 4) Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri obat rusak 5) Mahasiswa dapat mengetahui cara memusnahkan obat
Page | 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Obat Menurut Toyib Romadhon, Amd.Kep Obat adalah campuran zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia ataupun hewan. Menurut Maryam, Amd.Keb Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk digunakan penetapan diagnosa cegah, mengurangi, sembuhkan penyakit pada manusia atau hewan. Menurut Prof. Dr. Rudi Syarief Sumadilaga Obat adalah suatu zat kimia yang mempengaruhi proses proses hidup . Menurut Dr . Med. Ahmad Ramali Obat adalah sebagai senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit.

2.2 Penggolongan Obat 2.2.1 Berdasarkan jenisnya: 1) Obat Bebas dan obat Bebas terbatas 2) Obat Keras 3) Obat Psikotropika dan Narkotika 2.2.1.1 Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut obat OTC = Over The Counter) dan dijual secara bebas karena aman untuk pengobatan

Page | 2

sendiri, biasanya digunakan untuk pengobatan penyakit ringan, misalnya diare. Obat bebas terdiri dari atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas apotik, bahkan di warung , tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi vitamin (Livron B Plex,) Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing =

peingatan).yakni obat obatan yang ddalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotik, tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (antimo), anti flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertenda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut : P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk obat kumur, jangan ditelan. P.No. 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P.No. 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Dalam keadaan dan batas-batas tertentu, misalnya: sakit yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri. Obat yang dipergunakan adalah golongan obat bebas terbatas yang mudah diperoleh masyarakat. Obat bebas terbatas hampir sama dengan daftar G,hanya jumlahnya terbatas dan dapat diperoleh tanpa resep. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk tidak sekali sekali melakukan uji coba obat sendiri terhadap obat obat yang seharusnya diperoleh dengan mempergunakan resep dokter. Apabila menggunakan obat obatan yang mudah diperoleh tanpa menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas Terbatas, selain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin beredardengan

Page | 3

pencantuman nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan,terdapat hal hal yang perlu diperhatikan,diantaranya : a. Kondisi obat apakah masih baik atau sudah rusak, b. Perhatikan tanggal kadaluarsa (masa berlaku) obat, c. Membaca dan mengikuti keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur atau selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang Indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan), d. Kontra indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak

diperbolehkan),efek samping (yaitu efek yang timbul,yang bukan efek yang diinginkan),dosis obat (takaran pemakaian obat),cara penyimpanan obat,dan informasi tentang interaksi obat.

2.2.1.2 Obat Keras Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya. Obat ini bila dipakai melebihi dosis dapat menyebabkan keracunan dan kematian. Menurut Staatsblad No. 419 Tahun 1949 yang dimaksud obat keras yaitu obat obatan yang tidak digunakan untuk keperluan teknik,yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,memperbagus,mendesinfeksikan dan lain lain, tubuh manusia,baik dalam bungkusan maupun tidak,yang ditetapkan oleh secretaries van staat. Menurut Kepmenkes RI No. 633/Ph/62/b tentang penetapan obat keras,yang termasuk daftar obat keras : a. Semua obat yang pada kemasan luarnya disebutkan bahwa obat tersebut hanya boleh diserahkan dengan resep dokter b. Semua obat yang dipergunakan secara parenteral,baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain,dengan jalan merobek jaringan. c. Semua obat baru,terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis, bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.

Page | 4

d. Yang dimaksud dengan obat baru disini yakni semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan daftar obat keras atau yang belum pernah diimpor atau digunakan di Indonesia. Obat obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin,penisilin, dan sebagainya), serta obat obatan yang mengandung hormon obat kencing manis, obat penenang,dan lain lain. Resep resep yang menulis obat obat keras dapat dilayani di apotik. Obat keras diproduksi di industri farmasi yang mempunyai ijin. Selain itu, yang harus diperhatikan pada obat keras adalah dosisnya. Untuk resep resep yang melebihi dosis maksimum dibelakang jumlahnya harus di paraf oleh dokter. Maksud dari paraf ini adalah kalau terjadi sesuatu dari obat itu,maka tanggung jawab ada pada dokter. Resep resep obat keras masih dapat diulang. 2.2.1.3 Psikotropika dan Narkotika Obat obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal yang dapat menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan hanya boleh diserahkan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah. Pelayanan penjualan obat golongan psikotropika dan narkotika harus berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung narkotika diberi tanda merah dibawah nama obatnya dan dicatat nomer resep, tanggal penyerahan, nama dan alamat penderita, nama dan alamat dokter, serta jumlah obat yang diresepkan. Apotik tidak boleh mengulang penyerahan obat narkotika atas dasar salinan resep. Untuk golongan pethidin dan turunannya harus menyerahkan fotokopi KTP. a. Psikotropika Psikotropika adalah zat/ obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku. Serta akan menimbulkan halusinansi (mengkhayal),ilusi,gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Page | 5

b. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan pengaruh pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,rangsangan semangat halusinasi atau timbulnya khayalan khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainnya. Macam-macam narkotika : a. Alkaloid kokain dan turunannya kakoin diperoleh daro tanaman coca, bersal dari Erithroxylon cocca b. Cannabis (ganja) dari Cannabis indicae. Selain dain dan biji juga dipakai olahan seperti getahnya. c. Golongan Papaver samniverum (candu) d. Zat-zat sintesis, seperti: morfin, petidin HCL, methadone HCL, dextromoramid tatrar, dll. 2.2.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat Obat diigolongakan menjadi lima jenis, yaitu : 1) Obat bekerja terhadap penyakit, misal penyakit, contoh : bakteri atau mikroba (contoh: antibiotik) 2) Obat yang bekerja mencegah keadaan patologis dari penyakit, contoh : serum, vaksin 3) Obat yang menghilangkan gejala penyakit = sympomatic, misal gejala penyakit nyeri, contoh analgetik, antipiretik 4) Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang kurang. Contoh : vitamin, hormon 5) Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yangtanpa zat berkhasiat untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh : aqua proinjection Selain itu, oabat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan anthihipertensi, cardiaca, diuretik, hipnotik, sedatove , dll. 2.2.3 Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaian Obat dibagi dua golongan, yaitu :
Page | 6

1) Obat dalam, misalnya obat-obta peroral. Contoh : antibiotik, acetaminophen. 2) Obat topikal, untuk pemakaian luar badan. Contohnya sulfur, antibiotik 2.2.4 Berdasarkan Cara Pemberian 1) Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut. Contoh: serbuk, kapsul, tablet, sirup 2) Perektal, oabat yang diberikan atau dimasukkan melalui rektal/rektum. Diberikan untuk orang yang tidak bisa menelan karena muntah-muntah atau jika ingin mendapatkan efek yang lebih cepat atau supaya tidak dipengaruhi oleh asam lambung, enzim lambung, maupun kerja dari hati. Contoh : supositoria, lakrif 3) Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendir dan masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi. Contoh : taplet hisap, hormon-hormon 4) Parenteral, obat suntik melalui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikab secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial. 5) Langsung ke organ, contoh : intrakardikal 6) Melalui selaput perut, intra peritoneal. 2.2.5 Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya 1) Sistemik, masuk ke dalam sistem peredaran darah diberikan secara oral 2) Lokal, pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misal pada kulit, hidung, telinga, mata.

2.2.6 Berdasarkan Daya Kerja atau Terapi Obat dibagi menjadi dua golongan : 1) Farmakodinamik : oabat-obat yang bekerja mempengaruhi fisiologi tubuh seperti menambah/mengurangi/reaksi-reaksikimia dalam tubuh,contoh

Hormon dan Vitamin


Page | 7

2) Kemoterapi : obat-obat yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, biasanya obat itu mempunyai daya kerja yang kombinasi. 2.2.7 Berdasarkan Asal Obat dan Cara Pembuatannya Ada dua,yaitu : 1) Alamiah, yaitu berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral atau dari manusia a. Dari tumbuh-tumbuhan atau nabati, contohnya : obat tradisional yang terdiri dari tanaman yang dibentul menjadi ramuan (jamu). Tumbuhtumbuhan berkhasiat sulit ditentukan dosisnya, untuk itu dilakukan isolasi terhadao zat berkhasiatny. Contoh : jamur menghasilkan

antibiotik, digitalis mengandung glikosida jantung, kina mengandung kinidin, kelapa menghasilkan zat tambahan seperti oleum cocos, kacang tanah menghasilkan oleum arachidis. b. Dari mineral, contoh: vaselin dan parafin untuk pembuat salep, talcum/silikat dsb untuk serbuk tabur. c. Dari manusia, biasanya zat-zat yang berhubungan dengan pembekuan darah, contoh : plasma, albumin, fibrinogen dan darah itu sendiri ( untuk transfusi ). 2) Sintetik (biosintetik) Bila dibandingkan,obat yang diperoleh dengan cara alamiah kurang praktis, hasil sedikit dan kurang murni. Sedangkana cara sintetik memberi hasil sebaliknya yaitu hasil banyak dan lebih murni. Cara sintetik menggunakan reaksi kimia organik, misalnya : minyak gandapura (metil salisilat) yang merupakan hasil reaksi dari metanol + asam salisilat.

2.3 Cara Penyimpanan Obat

Page | 8

Cara penyimpanan obat di puskesmas : Lihat dulu di dusbuknya harus disimpan pada suhu berapa derajat 1. Tablet disimpan dilemari 2. Suntikan, imunisasi, antibiotik (oplosan), dulcolax di kulkas Cara penyimpanan obat di rumah sakit : 1. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya 2. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya 3. Mudah tidaknya meledak/terbakar 4. Tahan/tidaknya terhadap cahaya. Cara penyimpanan obat di BPS : 1. Sediakan wadah penyimpanan obat. 2. Pilah jenis obat. Hal ini bukan tanpa alasan, dengan menyimpannya sesuai fungsi, nantinya akan memudahkan ketika Anda mencarinya. 3. Simpan di tempat yang aman, namun mudah terlihat. Pastikan kotak obat selalu dalam kondisi terkunci. 4. Ada jenis obat tertentu yang harus disimpan di lemari es. 5. Jika obat dalam botol, jangan mengganti kemasannya dengan botol lain. 6. Untuk obat cair yang telah dikonsumsi sebagian, sebaiknya lapisi dengan plastik bening yang diikat. 7. Simpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar secara langsung. 8. Untuk mencegah obat tertukar, beri catatan pada masing-masing kemasan. 9. Bersihkan wadah atau kotak obat dari debu dengan kain yang bersih secara rutin. 10. Periksa kondisi obat secara berkala. Jangan lupa juga untuk mengecek tanggal kadaluarsa.

2.4 Ciri-ciri Obat Rusak

Page | 9

Ampul : Warna berubah, jika ampul putih berubah kekuning-kuningan, ED telah habis waktu. Vial : ED telah habis waktu, warna berubah biasanya ada bintik-bintik jamur, jika obat sudah di oplos dilihat tanggal akhirnya. Salep : ED telah habis waktu, warna berubah, bau berubah, wadah pot atau tube menjadi rusak. 2.5 Cara Memusnahkan Obat Memusnahkan obat di puskesmas : Dibakar : ampul, sampah2 medis, spuit, vial Ditimbun : pil, barang2 yg bisa di urai dalam tanah

Memusnahkan obat di rumah sakit : Ditimbun : jenis obat padat Enkapsulasi : jenis obat setengah padat Inersiasi : jenis obat tepung/ serbuk Saluran pembuangan air dan insinerasi suhu tinggi : jenis obat cair Tempat dihancurkan dan cairan dibuang ke saluran pembuangan air : jenuis ampul Memusnahkan obat di BPS: Dibakar : ampul, sampah2 medis, spuit, vial Ditimbun : pil, barang yang dapat diurai dalam tanah

Page | 10

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bidan bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Bidan juga harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas/dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Adapun prinsip-prinspi pemberian obat yang benar meluputi 6 hal, yaitu : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

3.2Saran

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai bidan kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.

Page | 11

DAFTAR PUSTAKA Yohana, A.C. Surahman Emma. Soeryati S. H. Imron. 2009. Farmasetika Dasar Konsep Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung : Widya Padjadjaran
Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional.. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan R I. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan


Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat bagi Tenaga Kesehatan. http://binfar.depkes.go.id/

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan R I. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas http://binfar.depkes.go.id/ Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 2006. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. http://binfar.depkes.go.id/ Ratnadita Adhelia. 2011. Tips Menyimpan Obat yang Benar dan Aman. http://health.detik.com/ http://howtobealuckyperson.blogspot.com/2012/11/cara-penyimpanan-obat.html

Page | 12

You might also like