Professional Documents
Culture Documents
Latar belakang
Jumlah dokter yang bukan spesialis tidak kurang dari 65.000 orang setiap tahun meluluskan sekitar 5000-6000 dokter baru
Q ui c kTi m e and a decom pr essor ar e ne eded t o see t hi s pi c t ur e.
kualitas lulusan FK dan pelayanan dokter primer sangat bervariasi PDKI bermaksud meningkatkan kualitas dokter pelayanan primer Indonesia agar setara dengan dokter pelayanan primer di negara-negara lainnya
Sejarah internasional
1923. Dr.Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah terkotak-kotak sehingga membutuhkan adanya dokter generalist 1950an masa jaya spesialistis, sangat sedikit dokter yang mau menjadi generalist 1960an awal, pemuka-pemuka generalist mulai mendengungkan pentingnya generalist sebagai suatu specialist 1966 dipublikasikannya konsep bahwa generalist merupakan suatu spesialisasi baru di tingkat primer 1969 berdiri American Board of Family Practice yang kemudian berubah menjadi American Board of Family Medicine
Textbook of Family Medicine, Rakel,2nd ed,2007
Sejarah organisasi
1978 perwakilan Indonesia berkunjung ke Philippines setelah disana
terbentuk Philippines Board of family physician
Sejarah pendidikan
5 Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya 6 Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya 7 Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum 8 Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan
9 Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Standar Kompetensi Dokter Keluarga, PDKI, 2007
Kompetensi DK
Kompetensi Dokter Keluarga
Intensifikasi
Sub Specialist
2-5 years
Specialist
3-5 years
2-5 years
MD
Profession 1,5 year + internship 1 year
Medical graduate
3,5 years
High school
Master/magister
2,5-3 years 1-2 years
Specialist
3-5 years
Family physician
2-5 years
MD
Profession 1,5 year + internship 1 year
Medical graduate
3,5 years
High school
Pendidikan Dokter Keluarga di Indonesia bukanlah pendidikan yang melalui program pendidikan spesialisasi, namun merupakan pendidikan dalam praktik di komunitas yang dipadukan dengan program P2KB.
Rencana penyelenggaraan pendidikan Dokter Keluarga di Indonesia adalah: Terjangkau, dalam pembiayaan dan tempat oleh sebagian besar dokter praktek umum di Indonesia Berkualitas, sesuai dengan kualitas dokter keluarga internasional Dapat dimonitor oleh PDKI dan organisasi lain yang berwenang Terakreditasi oleh institusi akreditasi yang dapat dipercaya Dapat diterima oleh semua pihak yang terkait Membantu pengefisienan pelayanan dan pembiayaan kesehatan di Indonesia Membantu meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia
Langkah konkrit untuk memfasilitasi program Pendidikan Dokter Keluarga untuk dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia.
1. Menyusun dan menetapkan Kurikulum Pendidikan Dokter Keluarga Indonesia
2. Menyusun dan menetapkan Standar Akreditasi Penyelenggara Pendidikan & Pelatihan Dokter Keluarga Indonesia 3. Membentuk Pusat-Pusat Pelatih dan Assesor Dokter Keluarga pada institusi-institusi pendidikan dokter yang telah mengembangkan Ilmu Kedokteran Keluarga 4. Membentuk Sistim Informasi Pelatihan Dokter Keluarga yang terhubung dengan seluruh penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi di seluruh Indonesia 5. Memberdayakan PDKI dan cabang-cabangnya untuk menjaga mutu penyelenggaraan pendidikan dokter keluarga dan pelayanan dokter keluarga di wilayahnya 6. Memfasilitasi peningkatan kolaborasi antara organisasi profesi - institusi pendididikan dokter - departemen kesehatan (tripartite) dalam hal penyelenggaraan pendidikan dokter 7. dll
Kesimpulan
Tujuan mewujudkan Dokter Keluarga di Indonesia adalah sama dengan tujuan mewujudkan Dokter Keluarga di negara-negara lain, WONCA dan WHO, yaitu meningkatkan kualitas pelayanan dokter layanan primer Pendidikan Dokter Keluarga bertujuan untuk meghasilkan Dokter Keluarga seperti yang diinginkan masyarakat Kompetensi Dokter Keluarga Indonesia adalah intensifikasi dari Standar Kompetensi Dokter yang dirumuskan oleh Konsil Kedokteran Indonesia pada tahun 2007 Walaupun program pendidikan Dokter Keluarga merupakan program pendidikan ketrampilan profesi, namun sebaiknya program tersebut tidak disebut sebagai sistim program pendidikan dokter spesialis karena harus dapat terjangkau, baik dalam hal pembiayaan maupun tempat, oleh sebagian besar (bahkan semua) dokter layanan primer di Indonesia Diperlukan kolaborasi tripartite yang terus menerus dalam mewujudkan pendidikan Dokter Keluarga dan sistim pelayanan Dokter Keluarga