You are on page 1of 13

PARAMETER-PARAMETER DALAM AIR DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Limnologi

RAJIB BUSSALAM 230110090120

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2013

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih kurang perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari segi ekosistem air dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari beberapa air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk keperluan hidup. Perairan merupakan suatu tempat dimana makhluk hidup khususnya organisme akuatik melakukan proses kehidupannya dan sebagai tempat yang sangat penting bagi organisme tersebut. Suatu perairan didukung oleh faktor-faktor biotik dan abiotik yang akan saling berinteraksi satu sama lain. Perairan dapat dikategorikan beberapa jenis yang semuanya merupakan tempat yang baik untuk tempat budidaya yaitu terdiri dari laut, sungai, rawa, dan danau (Asmawi,1986). Air yang merupakan tempat hidup bagi organisme akuatik ataupun organisme lainnya haruslah memenuhi beberapa faktor-faktor yang mendukung yaitu dari segi Kimia, Fisika maupun Biologi. Dari segi kimia air sebagai pembentuk unsur-unsur hara, mineral, gas-gas terlarut dan sebagainya. Dari segi fisika air merupakan tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi organisme didalamnya. Dari segi biologi air merupakan media untuk kegiatan biologi dalam pembentukan dan penguraian bahanbahan organik (Jangkaru, 1999).

II. TINJAUAN PUSTAKA PARAMETER BIOLOGI AIR Flora ( Tumbuhan Tingkat Tinggi) Tumbuhan air atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup di air Bersih (berakar dalam lumpur dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe mikroskopik yang mengapung bebas dan berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukan kategori tersendiri yang di sebut plankton. Golongan hidrofolok cenderung melintas memotong golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari spectrum biologi (Polunin, 1994). Flora di suatu wilayah yang biasanya dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke satu sama lain di lingkungan juga. Fauna ( Hewan Tingkat Tinggi) Menurut Odum (1996), Pada perairan tawar, hewan yang paling umum mendominasi adalah hewan-hewan dari golongan hewan bertulang belakang yakni ikan. Ikan-ikan tersebut berada pada setiap lapisan perairan baik pada zona litoral dan zona limnetik. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gerak ikan. Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antara zona litoral dan limnetik, akan tetapi sebagian besar ikan-ikan menghabiskan waktunya di daerah litoral dan kebanyakan dari mereka berkembangbiak di daerah tersebut. PARAMETER KIMIA AIR pH ( Derajat Keasaman ) Air hujan pada umumnya bersifat asam akibat kontak dengan karbondioksida dan senyawa sulfur alami di udara. Sulfur dioksida, nitrogen oksida serta hasil emisi industri lainnya akan lebih meningkatkan ke asaman air hujan. Adapun air murni bersifat netral (PH 7), pada kondisi demikian maka ion-ion penyusunnya (H + dan OH) akan terdisosiasi pada keadaan setimbang (Irianto, 2005). Menurut Susanto (1991), keasaman air atau yang populer dengan istilah pH air sangat berperan dalam kehidupan ikan. Pada umumnya pH yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,7 8,6. Namun begitu, ada jenis ikan yang karena

hidup aslinya di rawa-rawa, mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat rendah ataupun tinggi, yaitu antara 4 9, misalnya ikan sepat siam. Oksigen Terlarut (DO) Menurut Mills dalam Effendi (2003), Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Menurut Zonneveld dalam Kordi (2004), Kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu di sebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah. Proses respirasi akar tanaman air yang menyerap oksigen dari udara dan melepaskan karbondioksida yang menyebabkan aerasi buruk akan terjadi akumulasi karbondioksida dan defisit oksigen. Konsekuensinya respirasi akar dan aktifitas mikrobia aerobik mutlak membutuhkan oksigen yang terlibat dalam penyediaan hara akan terganggu (Hanafiah, 2005). Karbondioksida Terlarut Proses oksidasi akan mengeluarkan gas karbondioksida terlarut yang akan di gunakan lagi oleh tumbuhhan air untuk melakukan proses fotosintesis. Bakteri aerob yang hidup dalam air juga membutuhkan oksigen dalam proses pencernaan bahan organik yang berada dalam air (Khiatuddin, 2003). Gas karbondioksida di atmosfer, bersama-sama dengan gas hidrogen monoksida (HO), gas metan (CH4) juga disebut gas-gas rumah kaca karena gas-gas tersebut ikut berperan terhadap terjadinya proses pemanasan global melalui peranannya dalam meningkatkan suhu atmosfer (Asdak, 2007). Karbondioksida sangat mudah larut dalam pelarut, termasuk air. Dalam jumlah atau kadar tertentu, karbondioksida ini dapat merupakan racun. Ikan mempunyai naluri

yang kuat dalam mendeteksi kadar karbondioksida dan akan berusaha mengghindari daerah atau area yang kadar karbondioksidanya tinggi (Lesmana, 2005). Alkalinitas Kapasitas air tawar di tentukan oleh alkalinitas karbonat dan secara umum di gambarkan sebagai setara dengan mg/liter kalsium karbonat (Irianto, 2005). Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Kesadahan Menurut untung (2002), kesadahan air menunjukkan tingkat kandungan mineral seperti kalsium, magnesium dan seng di dalam air. Jika kandungan unsur-unsur mineral tersebut tinggi maka air tersebut termasuk keras (hardness). Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH. Ca dan Mg Kesadahan umum atau "General Hardness" merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan. Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk menganalisis pengaruh litologi terhadap komposisi kimia air tanah. Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya pengaruh pelarutan litologi dalam air.

PARAMETER FISIKA AIR Salinitas

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. Brotowidjoyo (1995), reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh kadar air, air juga mempengaruhi distribusi dan lama hidup ikan serta orientasi migrasi. Kadar garam yang terkandung dalam air dapat juga mempengaruhi regulasi osmotik dan menentukan banyaknya telur-telur ikan dalam kolam budidaya atau mempengaruhi reproduksi ikan. Suhu Suhu suatu perairan sangat dipengaruhi oleh musim, lintang dan ketinggian dari permukaan laut. Waktu dalam suatu hari dan sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari perairan. Menurut pernyataan Boyd Suhu perairan yang optimal yaitu kisaran 25 32 C. Menurut Irianto (2005), organisme air memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Hal ini terbukti dari jumlah plankton yang banyak terdapat pada daerah yang beriklim sedang dibandingkan dengan daerah yang beriklim panas yang mempunyai jumlah plankton yang sedikit. Pada perairan yang terdapat pada iklim yang panas proses perombakan berlangsung dengan cepat sehingga planktonplankton yang dihasilkan didaerah tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mencapai jumlah yang besar. Selain itu juga, Suhu mempunyai kadar oksigen yang terlarut mengalami kejenuhan oksigen (Asmawi, 1986). Kedalaman

Dilihat dari kedalamannya, suatu perairan dapat dibedakan menjadi dua zona atau mintakat yakni zona litoral yang dangkal dan masih bisa ditembus oleh cahaya matahari, zona profundal merupakan zona yang tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Kedua zona ini merupakan bagian dari zona benthal (Barus, 2002). Kecerahan, Kekeruhan dan Warna perairan Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007). Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagian cahaya yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang diungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau oleh cahaya. TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR ( AIR LIMBAH ) Kebijakan pengelolaan kualitas air dengan menganjurkan pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) sering dikritik sebagai teknologi sunset, yakni teknologi yang kuno dan hampir tenggelam. Namun demikian, hanya cara inilah yang bisa dilakukan apabila belum dapat menerapkan teknologi yang bebas limbah. Melalui pembangunan IPAL pada setiap pabrik / industri, diharapkan kualitas air limbah yang dibuang ke alam akan menjadi lebih baik bahkan bisa lebih baik dari ambang bakumutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Efek berikutnya berupa kualitas air di lingkungan (badan air) akan selalu terjaga dan bebas dari pencemaran. Teknologi pengolahan limbah cair (air limbah) yang telah dikembangkan dewasa ini secara garis besar dibagi menjadi 3 metode pengolahan, yaitu (a) pengolahan secara fisika, (b) pengolahan secara kimia dan (c) pengolahan secara biologi. Dalam prakteknya ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi, tergantung dari karakteristik limbah yang diolah.

Pengolahan secara fisika Pengolahan limbah secara fisika pada dasarnya untuk memisahkan padatan kasar yang terapung atau melayang. Cara fisika juga dimanfaatkan untuk untuk memisahkan antara padatan dan cairan. Secara umum unit pengolah limbah secara fisika meliputi fungsi untuk penapisan (screening), pengendapan (sedimentation / presipitation), pengapungan (floatation), penyaringan (filtration), pemisahan sentrifugasi (centrifugation) dan penguapan (evaporation). Beberapa diantara unit pengolahan air limbah secara fisika yang banyak dijumpai adalah sebagai berikut : 1. Screen atau bar screen & bar rack adalah merupakan saringan benda kasar berbentuk pagar jeruji besi. Berguna untuk memisahkan padatan terapung dan melayang seperti sampah-sampah padat yang ada dalam air limbah. Untuk pengambilan sampah-sampah yang terkumpul dapat dilakukan dengan cara konvensional oleh petugas atau dengan cara mekanis yang otomatis. 2. Sedimentation / presipitation berupa unit grit chamber (bak penangkap pasir) dan clarifier / sedimentation tank (bak pemisah / pengendap) atau unit thickener (pemekatan). Unit ini berfungsi untuk memisahkan partikel utuh (discreet) seperti pasir dan juga untuk memisahkan padatan melayang (suspensi) yang sudah menggumpal. Penggumpalan pertikel susupensi ini dapat disebabkan karena proses alamiah atau proses penambahan bahan kimia atau proses biologis (lumpur aktif). 3. Flotasi atau pengapungan banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Unit pengolah air limbah dengan cara ini dikenala dengan oil separator atau greestrap. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). 4. Filtrasi atau penyaringan. Ada 3 (tiga) macam proses penyaringan yaitu filtrasi konvensional , fitrasi membran dan dewatering. Filtrasi konvesional dibedakan berdasarkan tingkat kecepatan penyaringan yaiti filtrasi lambat, filtrasi cepat. Dalam filtrasi cepat biasanya dipakai dengan sistem gravitasi atau sistem tekanan. Media untuk filtrasi konvensional yang umum digunakan adalah pasir, kerikil, arang aktif , antrasit,

zeolit. Penggunaan arang aktif, antrasit dan zeolit juga bermanfaat ganda berupa penghilangan bau dan kesadahan air (hardness). Filtrasi membran meliputi filter mikro, filter ultra, reverse osmosa dan dialisis elektris. Dewatering merupakan unit pengolah air limbah yang berfungsi untuk mengurangi kadar air (dalam lumpur limbah) berupa filter vacum rotasi, filter tekan / press dan belt press. Proses filtrasi di dalam pengolahan air limbah, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Sekarang, teknologi ini mengalami kemajuan yang pesat dan sudah banyak dipakai oleh masyarakat untuk pengolahan air minum isi ulang. Harganya juga sudah jauh lebih murah dibanding 5 10 tahun lampau. 5. Sentrifugasi merupakan teknik memisahkan padatan dengan air dengan cara pemusingan. Dikenal ada 2 (dua) macam sentrifugasi yaitu dehidrasi dan presipitasi. 6. Penguapan (evaporasi) merupakan upaya memisahkan padatan dan air menggunakan energi panas melalui proses distilasi. Cara ini tidak begitu populer untuk pengolahan limbah pabrik / industri pada umumnya. Akan tetapi mulai diterapkan untuk mengolah limbah nuklir / radiasi yang berupa cairan. Sesungguhnya pengolahan limbah dengan cara evaporasi / distilasi ini memiliki potensi yang sangat besar bila memanfaatkan energi panas dari sinar matahari. Beberapa riset yang telah dilakukan, diketahui bahwa distilasi menggunakan energi panas matahari mampu menyuling air dengan kuantitas yang beragam. Pengolahan secara kimia Pengolahan air limbah secara kimia bertujuan untuk menghilangkan partikelpartikel yang tidak mudah mengendap (suspensi dan koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan menambahkan bahan kimia tertentu, sehingga terjadi perubahan sifat. Perubahan sifat dimaksud antara lain meliputi

perubahan keasaman (pH), perubahan dari tidak bisa mengendap menjadi bisa mengendap, perubahan dari beracun menjadi tidak beracun, dll. Bahan kimia yang biasa digunakan untuk pengolahan air limbah antara lain kapur, tawas, ferichlorida, PAC, kaporit, PK (kalium permanganat), hidrogen peroksida, asam sulfat, dll. Penggunaan bahan kimia tersebut dalam pengolahan air limbah secara kimia, terutama untuk kepentingan sebagai berikut : 1. Netralisasi, upaya ini pada dasarnya adalah untuk mengatur keasaman (pH) menjadi netral (pH mendekati nilai 7). Untuk pengaturan keasaman air limbah, bahan kimia yang lazim digunakan adalah larutan kapur (CaCO3) dan asam klorida (HCl). Netralisasi dibutuhkan sebagai persyaratan untuk pengolahan tahap berikutnya, misalnya koagulasi & flokulasi atau untuk pengolahan cara biologi. Netralisasi dalam pengolahan cara biologi dimaksudkan untuk mengatur keasaman dan menghilangkan bahan beracun. 2. Koagulasi & flokulasi adalah proses pencampuran bahan kimia kedalam air limbah melalui pengadukan dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi proses destabilisasi pada partikel melayang (suspensi dan koloid). Selanjutnya akan terbentuk gumpalan (flok) dan akhirnya dapat mengendap. Bahan kimia yang dipakai untuk proses ini dikenal dengan sebutan koagulan, antara lain berupa tawas (Al2[SO4]3), Ferichlorida (FeCl3), Ferosulfat (FeSO4) PAC (Poly Aluminium Chlorida). Keberhasilan proses koagulasi & flokulasi ini sangat dipengaruhi oleh (a) jenis konsentasi pencemar (partikel) pada air limbah, (b) dosis koagulan, (c) kecepatan dan lama pengadukan, (d) keasaman (pH) air limbah dan (e) temperatur air limbah. 3. Oksidasi dan/ atau reduksi, misalnya diterapkan untuk krom heksavalen (Cr6+), sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3 ], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5 ). Penghilangan bahan organik beracun pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl ), kalsium permanganat, aerasi, ozon, hydrogen peroksida. Oksidasi tidak hanya dilakukan dengan bahan oksidator kimia seperti klor (Cl), kalsium permanganat, aerasi, hidrogen peroksida, tetapi bisa menggunakan udara yang dikontakkan dengan air limbah (aerasi), atau menggunakan cara elektrolisis (electro coagulation), ozonisasi, sinar ultra violet, teknologi plasma. Ozonisasi, ultra

violet dan teknologi plasma dewasa ini juga telah berkembang pesat, sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam upaya pengelolaan kualitas air. 4. Adsorbsi dimaksudkan untuk menjerap senyawa-senyawa tertentu. Misalnya penggunaan karbon aktif, dilakukan untuk menghilangkan senyawa aromatic (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air limbah tersebut. Disamping menggunakan karbon aktif, adsorbsi bisa juga menggunakan alumina aktif. 5. Penukar ion (ion exchanger) bermanfaat untuk menghilangkan ion Ca atau Mg. Air yang akan di olah dialirkan melalui kolom yang berisi resin penukar atau resin penukar anion, atau resin penukar kation, atau zeolit. Pengolahan secara biologi Air limbah yang mengandung pencemar organik biodegradable (bisa diurai oleh jasad renik) sangat tepat apabila diolah dengan cara biologi. Pengolahan secara biologi memiliki kelebihan yakni murah dan efisien. Kendatipun yang diolah oleh jasad renik hanyalah bahan organik biodegradable, tetapi ternyata bahan-bahan non biodegradable dan bahan non organik seperti logam berat juga bisa terkurangi bahkan hilang bila konsentrasi tidak terlalu tinggi. Berkurangnya konsentrasi bahan non organik dalam air limbah yang diproses dengan cara biologi, adalah melalui mekanisme terjerap oleh flok (gumpalan) yang terbentuk oleh pertumbuhan koloni bakteri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa proses pengolahan dengan cara biologi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob. Proses aerob berarti bahwa penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang dalam aktivitasnya memerlukan kehadiran oksigen (O2). Sebaliknya, proses anaerob berarti dilakukan oleh bakteri yang aktivitasnya tidak memerlukan oksigen. Pertumbuhan bakteri dalam proses penguraian bahan pencemar organik dibedakan dalam dua kelompok yakni (a) pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan (b) pertumbuhan lekat (attached growth). Atas dasar keberadaan oksigen dan pertumbuhan bakteri dalam proses pengolahan air limbah, maka pengolahan secara biologi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan tersuspensi) dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat). Proses lumpur aktif memiliki

beragan tipe , yakni tipe konvensional /standar, aerasi diperluas (extended aeration), proses bebas bulk (lumpur tak bisa mengendap), parit oksidasi (oxidation ditch), proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sedangkan yang termasuk tipe pengolahan film biologi, antara lain saringan tetes (trickling filter), cakram biologi (RBC = Rotating Biological Contactor), aerasi kontak (contact aeration), proses filter biologi (biofilter) dan proses media unggun biologi. Proses lumpur aktif pada prakteknya adalah mengalirkan air limbah kedalam bak yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh koloni bakteri berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Koloni bakteri inilah yang disebut sebagai lumpur aktif. Koloni bakteri akan terus tumbuh membesar sehingga membentuk gumpalan (flok). Gumpalan gumpalan ini kemudian di endapkan di bak pengendap II, dengan cara mengalirkan air limbah dari bak aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk di bagian bawah bak pengendap sebagian dibuang dan sebagian yang lain dikembalikan ke bak aerasi, dan cairan yang ada dibagian atas bak pengendap akan tampak jernih. Cairan yang jernih ini adalah air limbah yang sudah bersih dari bahan organik pencemar. Reaktor pertumbuhan lekat seperti saringan tetes berupa tumpukan kerikil dengan tinggi > 2m dan air limbah dialirkan menetes dari atas. Pada permukaan batu kerikil akan tumbuh koloni bakteri, yang semakin lama semakin tebal sehingga akan terkelupas. Koloni bakteri yang terkelupas ini ditampung dalam bak pengendap II. Pengolahan air limbah dengan proses aerob cocok untuk pengolahan air limbah yang memiliki BOD < 4000 mg/lt. Meskipun sebenarnya mampu untuk mengolah air limbah dengan BOD hingga 10.000 mg/lt, tetapi memerlukan biaya energi untuk aerasi yang tinggi, sehingga dipandang tidak efisien. Air limbah dengan BOD >4000 mg/lt lebih cocok diolah dengan proses anaerob. 2. Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion) dan UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket). Tangki pencerna enaerob adalah sebuah tangki kedap udara yang dialiri air limbah. Di dalam tangki ini, air limbah mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob. Proses ini menghasilkan gas, diantaranya yang paling khas adalah gas H2S yang berbau busuk. Proses anaerob juga dapat menghasilkan gas metan, sehingga apabila dikelola dengan baik akan diperoleh gas bio yang sangat bermanfaat. UASB pada dasarnya sama dengan pencerna anaerob, perbedaannya terletak pada cara pengaliran air limbah. Pada

UASB aliran air mengarah ke atas pada tangki vertikal. Unit pengolah limbah anaerobik lainnya adalah ABR (Anaerobic Baffle Reactor). ABR sangat rentan terhadap perubahan debit limbah dan perubahan konsentrasi bahan organik secara mendadak (organic & hydrolic loading) 3. Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatip dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pasokan oksigen mengandalkan dari proses alam, yakni oksigen dari udara yang melarut kedalam air dan oksigen yang berasal dari fotosintesis tumbuhan air. Kadang lagoon disertai juga dengan aerator untuk menambah oksigen terlarut pada air (aerated lagoon) 4. Pengolahan secara irigasi (land treatment) adalah mengolah air limbah dengan cara untuk mengairi tanaman atau rumput. Air limbah yang mengandung bahan organik biodegradable berpotensi sebagai penyubur tanaman. Air limbah yang mengandung logam berat dapat digunakan untuk penyiraman hutan bambu yang berlokasi jauh dari pemukiman dan sumber air. Logam berat akan terakumulasi pada batang bambu. Selanjutnya air limbah akan mengalami proses pembersihan secara alami melalui mekanisme penguraian oleh jasad renik dan filtrasi oleh tanah dan batuan lainnya.

You might also like