You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas rahmat dan berkat Tuhan Yang Maha Esa karena

kami diberikan kesempatan untuk mengerjakan makalah ini. Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang cultural anthropology Nias yang memabahas tentang salah satu dari unsur-unsur kebudayaan universal yakni kesenian. Tak ada gading yang tak retak, maka makalah ini pun tidak luput dari kesalahan kami. Harap makalah ini dapat berkenan bagi para pembaca.

Bandung, 7 April 2011 Tim Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Batasan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Deskripsi singkat Masyarakat Nias Bab II Penjelasan Daerah Bab III Pendalaman Materi 3.1 Tarian dan Upacara Adat 3.2 Alat Musik 3.3 Perhiasan 3.4 Karya Seni Bab IV Penutup 4.1 Kesimpulan 4.2 Penutup Daftar Pustaka 1 2 3 3 4 4 4 5 7 7 10 11 12 15 15 15 16

BAB I PENDAHULUAN Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya Menurut Koentjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Secara umum Antropologi terdiri atas : Antropologi Fisik, dan Antropologi Budaya. Antropologi fisik membahas mengenai manusia berdasarkan Jasmaninya, sedangkan Antropologi Budaya membahas mengenai Kebudayaan pada umumnya dan berbagai kebudayaan, berbagai bangsa diseluruh dunia, bagaimana manusia bisa memiliki kebudayaan, dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang jalan. Antropologi Budaya juga membahas mengenai unsur unsur budaya. 7 unsur budaya Universal (unsur unsur budaya yang dimiliki berbagai masyarakat di seluruh dunia ) yaitu :Peralatan dan Perlengkapan ; Mata pencaharian hidup ; Sistem Kemasyarakatan ; Bahasa ; Kesenian ; Sistem Pengetahuan : Religi I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang majemuk, terdiri dari berbagai macam masyarakat yang memiliki budaya khasnya masing masing. Oleh karena itu meneliti salah satu unsur budaya yaitu kesenian yang terdapat di Indonesia sangat menarik dan menyenangkan. Tim penulis memilih kesenian yang berasal dari budaya Suku Nias. Hal ini disebabkan oleh kesenian Suku Nias yang sangat banyak, namun masih banyak masyarakat Indonesia lainnya yang belum mengenal kesenian kesenian itu.

Kesenian kesenian tersebut diantaranya : Lompat batu, tari moyo, tari perang, alat musik khas nias, dll. 1.2 Batasan Masalah Makalah ini membahas Kesenian yang berasal dari Nias diantaranya tradisi lompat batu, adat pernikahan, kerajinan tangn, alat musik, dan pakaian adat. Makalah ini juga menjelaskan deskripsi sederhana mengenai Nias dan masyarakatnya. 1.3 Tujuan Tujuan diselesaikannya makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Budaya 2. Untuk memperluas pengetahuan mengenai kesenian dari Nias 3. Untuk melestarikan kesenian Nias yang nyaris punah 1.4 Deskripsi singkat masyarakat Nias Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tan Niha" (Tan = tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrak yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

BAB II Penjelasan Daerah

abupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang berada dalam satu pulau dengan Kabupaten Nias Selatan (Kabupaten pemekaran dari 85 mil laut dari Sibolga

Kabupaten Nias) yang disebut Pulau Nias, mempunyai jarak

(daerah Provinsi Sumatera Utara.Daerah Kabupaten Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah.Luas wilayah Kabupaten Nias adalah sebesar 3.495,40 km2 (4,88 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara), sejajar dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikeliling oleh Samudera Hindia. Jumlah penduduk di Kabupaten Nias tahun 2007 adalah 444.524 jiwa.Penghasilan utama penduduknya sebagian besar masih mengandalkan dari hasil pertanian. Luas lahan potensial mencapai 81.389 hektare yang terdiri dari sawah 22.486 hektare dan lahan kering 58.903 hektare. Namum, potensi yang dimiliki itu belum memberikan hasil maksimal untuk mampu mencapai swasembada pangan. Terbukti, kabupaten ini pada tahun 1999 masih mendatangkan beras dari luar daerah sebanyak 22.323 ton. Keadaan alam Nias yang subur sangat cocok untuk budi daya tanaman karet, kelapa, kopi, cengkeh dan nilam. Karet dan kopra menjadi andalan utama hasil perkebunan. Produksi karet pada 1999 mencapai 13.624 ton, dan kopra 42.230 ton.

Selain terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah Nias juga memiliki keindahan alam yang tak kalah menariknya. Nias terkenal sebagai tempat Selancar (surfing) dan penyelaman (diving) ditambah keindahan pantai di Kepulauan Hinako (Pulau Bawa dan Pulau Asu), Sirombu. Gambar berikut adalah pantai sorake dan Langgurdi di Nias Selatan.

Bencana tsunami (2004) dan gempa bumi berskala besar (2005) menempatkan Nias jadi pusat perhatian nasional dan dunia. Selama masa rehabilitasi berbagai program pembangunan dilakukan. Banyaknya kunjungan lembaga dan wisatawan dari berbagai negara telah mempromosikan Nias secara tidak langsung. Bagai kurva bergerak dinamis mengarah ke atas, demikianlah aktivitas kehidupan Nias saat itu. Tetapi lima tahun pasca bencana terlalui, kenyataannya perekonomian Nias belum bisa terdongkrak. Realitas ini mendorong perlunya terobosan baru untuk menggeliatkan kehidupan Nias.

BAB III Pendalaman Materi Nias merupakan daerah yang kaya kebudayaan. Berikut adalah berbagai macam kesenian dari Nias 3.1 Tari tarian Dan Upacara Adat :

3.1.1 Tradisi lompat Batu

Tradisi Lompat Batu atau Fahombo yaitu tradisi yang dilakukan oleh seorang pria yang mengenakan pakaian adat setempat Nias dan meloncati susunan batu yang disusun setinggi lebih dari 2 (dua) meter. Konon ajang tersebut diciptakan sebagai ajang menguji fisik dan mental para remaja pria di Nias menjelang usia dewasa. Setiap lelaki dewasa yang ikut perang wajib lulus ritual lompat batu. Batu yang harus dilompati berupa bangunan mirip tugu piramida dengan permukaan bagian atas datar. Tingginya tak kurang 2 (dua) meter dengan lebar 90 centimeter (cm) dan panjang 60 cm. Para pelompat tidak hanya sekedar harus melintasi tumpukan batu tersebut, tapi ia juga harus memiliki tekhnik seperti saat mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. 3.1.2 Adat Perkawinan Nias

Pada masa dahulu, perkawinan di NIAS telah ditentukan dari sejak anak kecil ( ditunangkan ). Perkawinan di NIAS umumnya dilakukan dalam system mengambil isteri diluar clan/fam ( marga-nya = System exogam ). Di Nias berlaku adat eksogami mado dalam batas batas tertentu.Artinya; seseorang boleh kawin dengan orang se-madonya( semarganya ) asalkan ikatan kekerabatan leluhurnya sudah mencapai 10 angkatan keatas ( 10 generasi ). Proses perkawinan di NIAS berjalan menurut peradatan daerah wilayah hukum adat ( fondrako ) masing masing negeri ( Banua ) yang dipimpin oleh seorang Salawa/Sanuhe Bw adalah sebutan mahar dalam sistem adat perkawinan di Nias. Etimologi bw adalah hadiah,
7

pemberian yang cuma-cuma. Dalam perkawinan adat Nias ada tiga pihak yang memiliki peran penting tetapi dalam posisi yang berbeda. Ketiga pihak itu adalah: (1) soroi tou, (2) sowat atau sonuza (keluarga pihak penganten perempuan), dan (3) uwu nono alawe (pihak saudara laki-laki dari ibu (calon) penganten peremuan keluarga dari sibaya penganten perempuan. 3.1.3 Fame Fegero (Membagi Makanan) Arti sesungguhnya adalah membagi makanan sebagai bukti kepedulian dan menyatakan kasih kepada tetangga atau saudara baik yang dekat maupun saudara yang jauh sekalipun. Fame Fegero misalnya ketika ada acara sebuah keluarga dan memotong ayam atau ternak lainnya dalam acara tersebut, maka tradisi membaginya ke tetangga (saudara) sebagai bukti pengikat persaudaraan yang dalam. Sekalipun hanya sedikit sekali bagian yang bisa di bagi, namun tetap harus ada. Suatu waktu kelak keluarga yang lain juga membalasnya sedemikian rupa. 3.1.4 Lae-lae Balo Mbanua, artinya ketika ada pesta di desa itu maka tentu ada jamuan makan dan memotong ternak untuk merayakannya. Tradisi Nias, semua keluarga wajib membaginya sesuai porsi kedudukan adat secara adil dan tidak boleh ada keluarga yang terlewatkan. Lae-lae Balo Mbanua itu adalah tradisi yang menghargai semua sesama warga sebagai anggota dalam komunitas di desa itu. Jika, Lae-lae balo Mbanua untuk keluarga kami tidak ada, tentu saya akan pertanyakan, jika tidak bisa dipertanggungjawabkan maka akan menjadi sumber perpecahan (Aboto Mbanua haboro Lae-lae Balo Mbanua). Dalam membagi makanan juga harus berurut dan tidak boleh salah panggil nama. 3.1.5 Huo-huo hada, Tata krama berbicara adat yang sopan santun dan penuh dengan wibawa. Orang Nias sudah meniru gaya pidato dalam menyampaikan sambutannya dalam setiap pesta apapin di Nias. Seharusnya tata caranya dirubah dan tetap mempertahankan gaya HUO HUO HADA NIAS, NIFAEMA-EMA LI. Pantun Nias sangat indah dan mengandung ilmu pengetahuan sosial, budi pekerti yang tinggi, namun tradisi itu telah sedikit memudar.

3.1.6 Tari Maena Maena sebuah tarian yang sangat si el dan sederhana, tetapi mengandung makna

kebersamaan, kegembiraan, kemer iahan, yang tak kalah menar iknya dengantarian-tarian yang ada di Nusantara. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu -satunya adalah terletak pada rangkaian pantun pantun maena (fanutun maena), supaya bisa sesuai dengan event dima na maena itu dilakukan. Pantun maena (fanutun maena) biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutun maena, sedangkan sya ir maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai anehe s maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang -ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun -pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahas a Nias (amaedola/duma-duma), Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa ) maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan (fangowalu), pesta (falwa/owasa/folau r i), bahkan ada maena Golkar pada pemilu tahun 1971 (niasonline.net), 3.1.7. Maluaya (tari perang)

Terdapat diseluruh daerah Nias. Di bagian utara namanya B aluse. Tarian tersebut ditarikan minimal 12 orang pr ia, dan bila lebih maka leb ih baik. Pada umumnya lebih 100 orang, gerakannya sangat kuat. Maluaya in PP Batu berbeda dengan Nias lainnya, di PP Batu para wanita juga turut menar i. Tarian Maluaya ditarikan pada upacara pernikahan untuk masyarakat kelas atas, penguburan dan pesta untuk menyambut pendatang baru.

3.1.8 Forgaile
Adalah sebuah tarian khas Nias Selatan yang ditarikan oleh wanita untuk mengekspresikan rasa hormat dan untuk menyambut tamu khusus dan memberikan mereka sirih tradisional. Di bagian utara dinamakan Mogaele dan dapat ditarikan oleh wanita dan pria. 3.1.9 Foere

Adalah sebuah tarian yang yang menampi lkan lebih dari 12 orang penari wanita, diiringi dengan seorang penyanyi. Tarian ini merupakan bentuk dari penyembahan untuk berakhirnya kematian dan bencana. 3.1.10 Fanarimoyo Adalah sebuah tarian yang ditarikan Nias Selatan dan Utara oleh 20 penari wanita, kad angkadang ditarikan oleh penari pria. Di bagian Utara tari ini dinamakan Moyo. Tarian ini dimulai dengan gerakan seperti elang terbang dan ditampilkan untuk acara hiburan. Tarian ini menggambarkan seorang gadis yang jarus menikahi pria yang tidak dicintai nya. Dia berdoa supaya menjadi seekor elang yang dapat terbang. 3.1.11 Mandau Lumelume Adalah sebuah tarian dengan tujuan untuk memanggil roh. Tarian ini hanya ada di PP Batu. 3.1.12 Famadaya Hasijimate (Siulu) Adalah sebuah upacara pemakaman bagi keturunan raja di Ni as Selatan. Di dalam upacara ini, tarian Maluaya ditarikan dibawah pimpinan desa Shaman, peti mati diukir dari batang kayu pohon dan ukiran kepalanya dihiasi dengan sebuah batang kayu untuk

memperlihatkan dasarnya setelah itu jenazah tersebut dikuburkan.

3.2 Alat musik Khas Nias


3.2.1 Dolidoli Adalah sejenis gamelan yang terbuat dari kayu atau bambu.

10

3.2.2 Garamba Adalah gong besar dan sangat penting dalam musik tradisional nias.

3.2.3 Fondrahi Adalah sebuah drum kecil yang t erbuka disatu sisinya, bentuk yang lebih besar dinamakan Gondra.

3.3 : Perhiasan khas Nias 3.3.1 Zolo-zolo


Kalung leher keluarga bangsawan yang terbuat dari batu -batu kaca yang telah disusun hingga membentuk lingkaran dengan diameter 25,5 cm.

3.3.2 Tola
Gelang ini terbuat dari gading gajah sehingga disebut Tlazaga atau Tlagaza (tulang atau gading gajah). Sering juga dibuat dari kerang (kima), kayu, bambu dll. Tetapi tetap disebut tlazaga meskipun terbuat dari bahan yang lain. Tinggi 6,7 cm, tebal 3,1 cm dengan diameter 8,0 cm.

11

3.4 Karya Seni Berikut adalah karya seni yang berasal dari Nias : 3.4.1 Rumah Adat Rumah tradisional di Nias Selatan (gambar a) berbentuk segi empat memanjang ke belakang. Posisinya berimpit dan berjajar rapi memanjang. Di setiap perkampungan, deretan rumah tradisional itu dipisahkan oleh jalan desa selebar 30 meter. Ini bisa dilihat di Desa Orahili Fau, Kecamatan Fanayama; Desa Bawmataluo, Kecamatan Fanayama (pada teks asli tertulis kecamatan Teluk Dalam, redaksi); Desa Hilinawal Mazino, Kecamatan Mazin; dan Desa Botohilitan, Nias Selatan.

A a b c

Sementara itu, rumah tradisional Nias Utara (gambar b) berbentuk oval, seperti yang terlihat di Desa Sihare Siwahili di Gunungsitoli. Rumah Nias Tengah (gambar c) lebih bervariasi, mulai dari yang segi empat, memanjang, sampai rustikal. Rata-rata bagi an ruang tamu rumah tradisional dibiarkan kosong sehingga terkesan luas. Di ruang inilah berlangsung interaksi antaranggota keluarga ataupun sesama warga desa. Ketika menggelar upacara adat atau berkabung, warga berkumpul di sini. Pada dasarnya, pendirian rumah tradisional Nias tanpa menggunakan paku, hanya pas ak. Atapnya dari anyaman daun rumbia. Namun, dewasa ini ada warga yang menggantinya dengan atap seng. Khawatir mudah terbakar dan daun rumbia cepat rusak, kata warga Desa Orahili Fau, Kecamatan Fanayama, Nias Selatan. 3.4.2 Pakaian Adat (bara Oholu) Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan rba Sili untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning yang

12

dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun filosofi dari warna itu sendiri antara lain: Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Niobakola) dan pola bunga kapas (Niobowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Niohulayo/ niogna) sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit. Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere) menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian. Contoh pakaian tradisional Nias

3.4.3 Bolanafo Merupakan kerajinan tangan yang dihasilkan oleh perempuan perempuan Nias. Bolanafo berarti merangkai wadah. Bolanafo memiliki berbagai macam motif yang menarik sesuai dengan suasana, misalnya dikenal motif Niohulayo yang disebut bola Nina/bola dandrsa secara khusus dipersembahkan kepada ibu pengantin perempuan dalam pesta pernikahan sebagai penghargaan dan penghormatan tertinggi sekaligus untuk mengambil hati seorang ibu karena dia yang merawat dan membesarkan anak perempuannya dari kecil hingga saat menikah. Ada motif yang kemungkinan besar terinspirasi dari keindahan taburan bintang kecil dan bintang yang besar maka disebut bolanafo niodfi dan bolanafo niomadala. Ada yang warnanya dominan ungu, mengingatkan warna ungu tanaman sayuran terung Nias. Ada juga bermotif meliuk-liuk menggambarkan daun pakis yang tumbuh banyak di Nias atau bercorak hola-hola galit (lidah api yang sedang membara) seperti motif yang terdapat pada

13

mahkota pengantin pria. Jadi, motifnya sangat kaya dan penamaannya unik sekali karena berkaitan dengan alam dan cerita kehidupan masyarakat Nias itu sendiri. Contoh motif bolanafo :

14

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di Indonesia memiliki bermacam macam kesenian sesuai dengan daerahnya masing masing. Kesenian kesenian tersebut melukiskan bagaimana keadaan alam, keadaan masyarakat, dan adat istiadat dalam daerahnya. Perkembangan Zaman sedikit banyak mengancam kesenian dan budaya daerah Nias. O leh karena itu generasi muda di seluruh wajib melestarikan kesenian kesenian dan budaya khas Nias dan seluruh daerah lainnya di Indonesia. 4.2 Penutup Demikianlah makalah sederhana ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca mengenai budaya nias.

15

Daftar Pustaka Koentjaraningrat (2009). edisi revisi Ilmu Antropologi.Jakarta : Asdi Mahasatya Wiranata, I Gede A.B(2002). Antropologi Budaya.Bandung:Citra Aditya Bakti http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian_Adat_Suku_Nias http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias http://www.swaberita.com/2008/05/16/nusantara/lompat-batu-tradisi-nias.html http://zairifblog.blogspot.com/2010/07/perkawinan-suku-nias.html http://www.budaya-indonesia.org/iaci/Tari_Maena_%28Nias%29" http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Nias http://niasonline.net/2008/05/22/bowo-dalam-adat-nias-1/ http://www.museum.pusaka-nias.org/ http://niasonline.net/informasi/bahasa-indonesia/info-nias/marga-mado-suku-nias/ http://filiuspater.worpress.com/Sakramen Pernikahan dan Inkulturasi di Nias

16

You might also like