You are on page 1of 12

MAKALAH PERISTIWA PERISTIWA KEJIWAAN

Oleh :

Iwan Fauzi

(201010420311050)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012

PERISTIWA PERISTIWA KEJIWAAN PENGANTAR manusia merupakan makhluk yang berjiwa, dan kenyataan ini kiranya tidak ada yang membantah; dan kehidup-an kejiwaan itu direfleksikan dalam tingkah laku, aktivitas manusia. Sudah sejak dari dahulu kala para ahli telah membicarakan masalah ini, antara lain oleh Plato, Aristoteles, sebagai ahli-ahli pikir pada waktu itu yang telah membicarakan mengenai soal jiwa ini. Kalau manusia mengadakan intro-speksi kepada diri masing-masing, memang dapat dimengerti bahwa dalam dirinya, manusia merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah, berfikir kalau menghadapi sesuatu masalah, ingin membeli sesuatu kalau membutuh-kan sesuatu barang, semua ini memberikan gambaran bahwa dalam diri manusia berlangsung kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas kejiwaan. Kemampuan jiwa dibedakan atas 3 golongan yang besar, yaitu: kognisi, yang berhubungan dengan pengenalan, emosi, yang berhubungan dengan perasaan, konasi, yang berhubungan dengan kemauan. 1. PERSEPSI merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau bisa juga disebut proses sensoris. Namun prose situ tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapa lepas dari proses penginderaan, proses pengindraan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian persepsi : Josep A. Devito Persepsi adalah Proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Philip Goodacre dan Jannifer Follers Persepsi ialah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan. Contoh persepsi : ketika ada orang yang sedang menangis, orang akan mempersepsikan dia nangis karena sedih, tapi ada juga yang mengatakan menangis karena bahagia, bahkan ada juga yang mengatakan menangis karena terharu. Proses pegindraan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung

sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, kulit pada telapak tangan sebagai alat perabaan, yang kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957). Stimulus yang diindra itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diinderakan itu, dan proses ini disebut persepsi. Dengn demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi suatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterprestasikan (Davidoff, 1981). Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel, 1969) dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan obyek (Branca, 1964). Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya dan juga keadaan diri sendiri (Davidoff, 1981). PROSES PERSEPSI Stimulus Individu Reseptor Sistem Saraf Pusat Persepsi Kesan Disadari Otak (pusat kesadaran)

MACAM PERSEPSI 1. Persepsi terhadap obyek (lingkungn fisik)

Persepsi terhadap lingkungan fisik kadang disebut juga ilusi perceptual, yaitu persepsi yaitu persepsi yang mengecoh alat-alat indera yang selanjutnya akan berdampak pada persepsi kita.Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda akan membuat persepsi kita berbeda atas suatu obyek. 2. Persepsi terhadap Manusia. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSEPSI Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat dating dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menuruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. Perhatian

Untuk menyadaria alat untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. JENIS-JENIS PERSEPSI Persepsi visual Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari. Persepsi auditori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. CONTOH : ketika ada bayi menangis, orang mengatakan ingin digendong, ingin makan, atau ingin buang air kecil. Persepsi perabaan Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. CONTOH : orang mengatakan bulu kucing halus, tetapi ada juga yang mengatakan bulu kucing tidak halus. Persepsi penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. CONTOH : banyak orang yang mengatakan bunga mawar wangi, tetaoi ada juga yang tidak.

Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

CONTOH : ada yang mengatakan mangga muda manis, tetapi ada juga yang mengatakan asem, bahkan tidak berasa. KONSISTEN DALAM PERSEPSI a. Konsistensi bentuk

Pengalaman memberikan pengertian bahwa uang logam itu bulat. Hal tersebut sebagai persepsi, yaitu bahwa uang logam itu bulat, disimpan dalam ingatan seseorang. Kalau seseorang melihat uang logam dalam keadaan miring, maka akan kelihatan bahwa uang logam itu tidak bulat. Namun orang akan selalu berkata -- dan ini sebagai hasil persepsi-- bahwa uang logam itu bulat, sekalipun yang dilihat uang logam pada posisi tidak miring tidak bulat. Ini berarti bahwa hasil persepsi itu tidak semata-mata ditentukan oleh stimulus secara objektif semata, tetapi individu yang mempersepsi ikut aktif dalam hasil persepsi. Inilah yang disebut knsisternsi bentuk dalam persepsi. b. c. Konsistensi warna Konsistensi ukuran

Baik dalam konsisten bentuk ,konsisten warna, maupun konsisten ukuran memberikan gambaran bahwa dalam seseorang mempersepsi sesuatu tidak hanya akan ditentukan oleh stimulus secara objektif semata, namun apa yang ada pada diri orang yang bersangkutan akan ikut menentukan hasil persepsi, termasuk pengalaman. 2. FANTASI (khayalan) Fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengn kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau kedepan, kekeadaan-keadaan yang akan mendatang. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi : 1. Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan fantasinya. Misalnya seorang pelukis yang sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya, seorang pemahat yang sedang memahat arca atas dasar daya fantasinya. 2. Secara tidak sadar, yaitu apabila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak. Anak sering mengemukakan hal-hal yang bersifat fantastis, sekalipun tidak ada niat atu maksud dari anak untuk berdusta. Misalnya seorang anak memberikan berita yang tidak sesuai dengan keadaan senyatanya, sekalipun ia tidak ada maksud untuk berbohong. Dalam hal ini anak dengan tidak disadari dituntut oleh fantasinya. Fantasi memungkinkan kita mengikuti seorang pengarang atau pencerita dalam ceritanya,mersakan apa yang dirasakan pengubah lagu, dan mengikuti apa yang diciptakan, baik oleh seorang seniman maupun oleh seorang cerdik pandai. Dengan demikian dapat kita bedakan antara Fantasi Pencipta dan Fantasi Terpimpin.

Fantasi menciptakan atau kreatif adalah bentuk atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Misalnya seorang seniman berkhayal membuat lagu dan dinyanyikan didepan orang banyak atau anak-anak berhayal bisa membuat pesawat terbang. Fantasi terpimpin adalah bentuk atau jenis fantasi yang dituntut oleh pihak lain. Misalnya seorang yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang diihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaran film itu, sehingga dengan demikian fantasinya dituntut atau dipimpin oleh film tersebut. Dilihat dari caranya orang berfantasi, fantasi dapat dapat dibedakan menjadi : Fantasi yang mengabtraksi, yaitu cara orang berfntasi dengan mengabtraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan dipakailah bahan apersepsi yaitu lapangan. Fantasi yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi dengan cara mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya anak belum pernah lihat harimau. Yang telah mereka kenal kucing, maka kucing dipergunakan sebagai bahan apresiasi untuk memberikan pengertian mengenai harimau. Dalam berantasi harimau, dalam bayangannya seperti kucing, tetapi besar. Fantasi yang mengkombinasi,yaitu cara orang berfantasi dimana orang mengkombinasikan pengertian-pengertian atau bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangakutan. Berfantasi tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tapi badannya badan ikan. Jadi ada kombinasi anatara badan manusia dengan badan ikan. 3. ILLUSI dan HALUSINASI Menurut Prof. Willy F. Maramis DSJ halusinasi adalah suatu persepsi sensori yang salah tanpa rangsangan dari luar yang sebenarnya, mungkin karena gangguan emosi atau stress (reaksi histerik, deprivasi sensorik), psikosa fungsional atau keracunan (obat, alkohol, halusinogen) dan dapat terjadi pada setiap indra.Tapi yang sering terjadi adalah halusinasi auditorik (pendengaran) dan halusinasi Visual (penglihatan), halusinasi auditorik lebih sering terjadi karena adanya gangguan jiwa, sedangkan halusinasi visual biasanya terjadi karena pengaruh zat halusinogen seperti alkohol, narkoba dan perubahan molekuler neuron otak. Ilusi adalah sebuah kondisi mempersepsikan berbeda terhadap sebuah obyek, sebagai contoh mengapa ketika anda melihat sebuah permainan sulap sebenarnya anda sedang mengalami ilusi, pesulap melakukan tehnik membuat sebuah obyek dipersepsi berbeda oleh seseorang. Dedy Corbuizer menyebut dirinya sebagai seorang Mentalis Illusionis, David Coperfield menganggap dirinya sebagai seorang Ilusionis sejati bukan seorang Halusionis. Ada yang beranggapan bahwa ilusi terjadi karena ada rangsang sedangkan halusinasi terjadi tanpa ada rangsang, dengan pendapat ini tentu untuk orang awam pengertiannya menjadi sulit dicerna meskipun sebenarnya maksud atau pengertiannnya benar, untuk menyederhanakan arti maka halusinasi adalah merasa melihat obyek tanpa benar - benar ada obyek.

Contoh : Seorang klien berusia 35 tahun bernama Tn M merasa mendengar bisikan - bisikan yang mengatakan "kamu jelek, kamu jahat, kamu gak bisa apa - apa", ketika di evaluasi di lingkungan tidak ada saksi yang mendukung bahwa mereka mendengar suara seperti yang didengar Tn. M. Sedangkan Ilusi terjadi ketika anda melihat sebuah sendok dibengkokkan, sendok tersebut tidak benar - benar bengkok tetapi oleh sang magician kita di ilusikan sehingga melihat sendok tersebut menjadi bengkok. Tenik ilusi ini yang membuat segala hal mustahil menjadi masuk akal. Bagaimana dengan orang yang melihat hantu? ada dua versi yang muncul, dia memiliki indra ke enam atau dia berhalusinasi. Untuk mengukurnya maka jika dia merasa memiliki indra ke enam maka orang dengan kemampuan indra ke enam pula dapat melihat sama persis dengan orang yang mengatakan melihat hantu, dikatakan halusinasi jika hanya dia yang melihat hantu dan orang yang memiliki indra keenam tidak menemukan dan tidak melihatapa - apa. Halusinasi dan ilusi maupun melihat hantu bisa diukur dan dievaluasi, sehingga akan sangat mudah membedakan mana ilusi, mana halusinasi, mana yang memiliki indra ke enam. Dengan mengetahui perbedaan 3 fenomena tersebut maka kita lebih mudah mendeteksi apakah seseorang tersebut mengalami halusinasi atau memang dia seorang paranormal. Seorang paranormal yang merasa melihat hantu akan didukung oleh paranormal lain yang juga melihat hantu, sedangkan seorang penderita halusinasi hanya dia yang melihat hantu sedangkan paranormal atau orang dengan indra ke enam tidak merasakan dan melihat apa - apa. Jika menderita halusinasi maka harus diterapi seperti penderita halusinasilainnya. Orang dapat mengamati atau dapat mempersepsi suatu atas dasar stimulus yang diterima. Dalam memberikan interpretasi atau dalam mengartikan stimulus itu individu kadang-kadang mengalami kesalahan. Kesalahan dalam memberikan arti terhadap stimulus yang diterima disebut illusi. Jadi Illusi merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Misalnya tonggak dikira sebagai orang yang sedang berdiri. Jadi disini terdapat kesalahan objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus itu diartikan sebagai orang yang sedang berdiri. Ilusi terjadi karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set) dari individu. 4. MEMORI (ingatan) Memori adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah : menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan. Contoh: ingatan ketika jatuh, ingatan ketika mempelajari suatu buku.

Ada banyak klasifikasi ingatan berdasarkan durasi, alam, dan pengambilan sesuatu yang diinginkan. Pada dasarnya ingatan dapat dibagi pada dua kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.

A. Ingatan eksplisit Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi. Kegunaan dari ingatan eksplisit adalah untuk informasi sosial dan identitas, penggambaran otobiografi, aturan sosial, norma, harapan. Beberapa ciri dari ingatan eksplisit adalah : B. Berkembang belakangan / bias kortikal Bias hemisfer kiri Hippocampal / dorsal lateral Memiliki konteks atau sumber ingatan yang jelas

Ingatan implisit

Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian rangsang respon. Kegunaan dari ingatan implisit adalah tempat skema kelekatan, transference, dan super ego. Beberapa ciri dari ingatan implisit adalah : Berkembang lebih awal / bias subkortikal Bias hemisfer kanan Berpusat pada Bebas dari konteks atau tidak memiliki sumber atribusi atau pelabelan

Dalam memori ada tiga tahapan : 1. Penyusun kode (encoding), dimana dalam tahap ini pesan yang diperoleh dari gejala fisik mengalami transformasi menjadi semacam kode yang dapat di terima ingatan. 2. Penyimpanan ( Storage ) atau mempertahankan informasi yang telah tersusun.

3. Pengingatan kembali (Retrieval), yakni proses dimana informasi yang telah tersimpan dikeluarkan kembali sesuai kebutuhan. Misalnya belajar malam karena besok akan ujian, sehingga apa yang dipelajari dapat dikeluarkan ketika mengerjakan soal. Sifat-sifat daya ingat : Cepat, artinya dalam waktu singkat dapat memahami suatu hal tanpa kesulitan. Setia, artinya kesan yang telah diterimanya akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah, melainkan akan tetap cocok dengan keadaan ketika ia pertama kali menerimanya. Teguh, artinya dapat menyimpan pasan dalam waktu lama, tak mudah lupa Luas, artinya dapat menyimpan kesan yang banyak Siap, artinya dengan mudah dapat memproduksi kesan

5. BERPIKIR Sebagaimana kita maklumi, bahwa berfikir bahwa berpikir tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia bisa saja memikirkan masalah-masalah yang muncul dari situasi dan kondisi masa kini, masa lampau ataupun masalah-masalah yang akan datang. Dalam proses berpikir itu, sebenarnya orang tidak akan diam atau pasif, tapi jiwanya aktif untuk mencari penyelesaian masalah. Untuk itu proses berpikir lebih tepat jika dikatakan bersifat dinamis, bukan statis atau pasif dan mekanitis sebagaimana sering dipersepsikan orang. Pendapat bahwa berpikir sebagai proses memecahkan suatu masalah atau problem solving merupakan pendapat psikologi modern. Pada hakikatnya berpikir merupakan hasil dari transfer of training atu latihan yang dilakukan terus-menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka logis dan kebiasaan kerja kerasnya dalam berpikir akan berakibat pada kemajuan berpikir untuk bidang lain. Misalnya seseorang anak yang cerdas dibidang ilmu pasti biasanya memiliki prestasi yang baik juga dalam ilmu bahasa. Hal ini mengandung arti bahwa kecerdasan atau prestasi ilmu tersebut merupakan kemampuan yang dapat ditransfer dalam kemampuan prestasi bahasa dan akhirnya bisa ditransfer kebidang-bidang lainnya. Adapun bentuk-bentuk berpikir bisa dibagi dalam beberapa bentuk berikut : Berpikir dengan pengalaman (rountine thinking). Dalam bentuk ini seseorang lebih banyak bergerak atau giat menghimpun pengalaman-pengalaman. Jika dihubungkan dengan berpikir sebagai proses pemecah masalah, maka proses pemecah masalah itu didasarkan pada berbagai macam pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu. Atau didasarkan pada hasil pengalaman orang lain mengenai bagaimana memecahkan suatu masalah. Berpikir Representatif. Bentuik ini sangat bergantun g ;pada ingatan-ingatan dan tanggapantanggapan saja.Tanggapan-tanggapan beserta ingatan-ingatan itu digunakan sebagai himpunan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Berpikir kreatif. Bentuk ini menekankan mengenai pentingnya menghasilkan penemuanpenemuan baru. Berpikir Reproduktif. Dalam bentuk ini kita tidak akan menemukan hal baru, tetapi hanya sekedar memikirkan kembali dan mencocokan dengan sesuatu yang telah dipikirkan sebelumnya. Berpikir Rasional. Untuk menghadapi suatu situasi dan memecahkan masalah, maka digunakan cara berpikir logis.

6. PERASAAN DAN EMOSI Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkahnya yang tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walau demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal. Jadi perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwamengenal dan bersifat subjektif. Jadi unsure-unsur perasaan ialah :

1. 2. 3.

Bersifat subyektif daripada gejala mengenal Bersangkut paut dengan gejala mengenal Perasaa dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama

Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama. Misalnya : Ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan senang dan kagum, singkatnya dia menilai bahwa lukisan itu bagus, seorang menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisn tersebut tidak menarik perhatiannya. Gejala perasaan kita tergantung pada : 1. Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar 2. Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya 3. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Maka selain factor yang mempengaruhi perasaan seperti tersebut diatas masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan sebagainya. Dalam kehidupan modern banyaklah bermacam-macam alat yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi seperti : televise, radio, film, gambar,dll. Mengenai emosi Chaplin berpendapat bahwa definisi mengenai emosi cukup bervariasiyang dikemukakan oleh para ahli psikologidari berbagai orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas general agreement bahwa Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengn perasaan yang kuat. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan prilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah atau menyingkiri terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relative singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati berlangsung dalam wakti yang relative lebih lama daripada emosi, tetapi intensitasnya kurang disbandingkan dengn emosi.

7. BELAJAR a) Penertian belajar Sikiner (1958) memberikan definisi belajar itu merupakakan suatu proses adaptasi perilaku yang progresif. Banyak factor yang mempengaruhi belajar. Maskan apabila dianalisis lebih lanjut, akan didapati beberapa masukan,yaitu masukan mentah, masukan instrument, dan masukan lingkunan. Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar.

HUBUNGAN DENGAN KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3.

Ahmadi.A,H.Drs. 1998. Psikologo Umum. RINEKA CIPTA: Jakarta Bimo Walgito,Dr.prof. 1974. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta Agus Sujanto,Drs. 2004. Psikologi Umum. BUMI AKSARA: Jakarta

Soal 1. Ada kesalahan persepsi mengakibatkan kesalahan kesan? a. Derealisasi b. Ilusi c. Halusinasi d. Dispersepsi e. Kamuflase 2. Segala sesuatu dirasakan seperti dalam mimpi a. Dipersonialisasi b. Ilusi c. Agnosia d. Dearealisasi e. Halusinasi 3. Yang termasuk Perasaan kejiwaan a. Nyeri b. Capek c. Susah d. Putus asa e. Segar

You might also like