Professional Documents
Culture Documents
Kelas : B Kelompok : 2
Kartika Larasati Kartika Wulandari Khayunda Tiara Lady Andrea Lia Khairunnisa Linda Wibi Sri Handayani Lirgaty Wideaztyarini Al Fatah M. Adityo Imam Maesa Uswa Eastyqoma Marsha Rindu Ckinthana Marha Shabrina Mega Prawita Sari 2008-11-079 2008-11-080 2008-11-081 2008-11-082 2008-11-083 2008-11-084 2008-11-085 2008-11-086 2008-11-087 2008-11-088 2008-11-089 2008-11-090 Melisa Mettasari Puspa Wardoyo Miranti Mita Agustin Syukur Mohammad Maulana Nik Ahmad Fahmi Norazila Mohomed Ali Nor Farizza Bte Khairil Anuar Nur Anisah Bte Mohd Ishadi Nur Izan Bazlina Bte Aznordin Nur Izanti Bte Mohd Surai Nur Khalilah Bt. Ramli Nur Syafirah Bte Mohmad Nor 2008-11-091 2008-11-092 2008-11-094 2008-11-095 2008-11-096 2008-11-102 2008-11-104 2008-11-105 2008-11-107 2008-11-108 2008-11-109 2008-11-110 2008-11-111
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Fakultas Kedokteran Gigi Tahun Ajaran 2010 / 2011
Bab I
Pendahuluan
Infeksi adalah masuknya kuman patogen atau toksinnya kedalam tubuh manusia serta menimbulkan gejala penyakit, sedangkan inflamasi adalah reaksi lokal dari tubuh terhadap adanya infeksi/iritasi dalam berbagai bentuk. Penyakit itu sendiri timbul setelah mengalami beberapa proses fisiologi yang telah dirubah oleh kuman yang masuk. Sehingga tubuh mengadakan reaksi atau perlawanan yang disebut peradangan/inflamasi. Peradangan adalah reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut dan sel-sel darah dari darah yang bersirkulasi kedalam jaringan interstitial pada daerah yang cederaatau yang mengalami nekrotik. Peradangan akut adalah reaksi segera dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Tanda tanda pokok peradangan adalah dolor (rasa sakit), rubor (merah), kalor (panas), tumor (pembengkakan) dan fungsio laesa (perubahan fungsi). Secara harfiah abses merupakan suatu lobang yang berisi nanah dalam jaringan yang sakit. Abses ini merupakan suatu lesi yang bagi tubuh sulit ditangani karena kecenderungannya untuk meluas dengan mencairnya lebih banyak jaringan, kecenderungan untuk menggali dan resistennya terhadap penyembuhan. Sebenarnya jika sudah terbentuk suatu abses, maka sulit mengirimkan agen-agen teurapetik kedalam abses itu melalui darah.
Bab II
Isi
2.1. Dental Abses
2.1.1. Definisi
Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya lobang yang berisi nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan. Dental abses artinya abses yang terbentuk didalam jaringan periapikal atau periodontal karena infeksi gigi atau perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk merusak jaringan periapikal, tulang alveolus, tulang rahang terus menembus kulit pipi dan membentuk fistel.
2.1.2. Etiologi
Abses gigi terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam gigi. Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu bakteri coccus aerob gram positif, coccus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negatif. Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakterigakteri tersebut dapat menyebabkan karies dentis, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen. Abses dental ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, karies dentis, invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophilis influenzae), inpaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi goyang.
Nafas berbau busuk. Kelenjar leher bengkak. Sebagian rahang bengkak (sangat serius). Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil Denyut nadi cepat/takikardi Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise) Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis
2.1.6. Prognosis
Prognosis dari dento-alveolar abses adalah baik terutama apabila diterapi dengan segera menggunakan antibiotika yang sesuai. Apabila menjadi bentuk kronik, akan lebih sukar diterapi dan menimbulkan komplikasi yang lebih buruk dan kemungkinan amputasi lebih besar.
Kelainan ini paling banyak didapat adalah kelainan dari gingiva karena gingiva terletak pada bagian permukaan sedangkan penyebab yang paling menonjol adalah plak dan kalkulus (karang gigi). Di dalam mulut penuh dengan bakteri, yang dengan mudah akan membentuk plak. Bentuk plak tipis dan tidak berwarna, dan kadang tidak disadari bahwa plak telah terbentuk. Plak harus dibersihkan dengan menyikat gigi teratur, karena plak lama kelamaan akan mengeras membentuk kalkulus (karang gigi), pada kondisi ini hanya bisa dibersihkan oleh dokter gigi. Gejala klinis periodontal abses pada umumnya asymptomatic, walaupun sering mengarah ke abses akut. Jika abses telah menyangkut kedua-duanya pada periodontal dan jaringan sekelilingnya. Karakteristik klinis dan gejala kedua-duanya mungkin muncul secara bersamaan. Periodontal abses didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiography. Gambaran radioghrapy pada periodontal abses pada umumnya tampak radio luncent pada samping permukaan gigi, secara khas nampak di apex dari akar. Walau bagaimanapun karena lokasi anatomi, kadang-kadang tidak ada perubahan gambaran radiography, kerusakan tulang yang luas dapat terlihat. Gambaran radiography tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya pembantu diagnosa periodontal absesm karena variasi lokasi dan langkah-langkah perkembangan dari abses. Prognosis gigi pada periodontal abses tergantung pada jumlah dan jenis kerusakan tulang, posisi gigi dan abses dan mobilitas dari gigi Prognosis untuk regenerasi tulang yang mengalami infeksi akut adalah lebih baik dari pada regenerasi tulang yang mengalami lesi kronis.
2.2.1. Etiologi
Abses periodontal dapat dihubungkan dengan poket periodontal meskipun abses dapat terjadi tanpa didahului oleh periodontitis. Perkembangan suatu abses periodontal terjadi ketika poket menjadi bagian dari sumber infeksi. Penyebab terjadinya abses periodontal adalah adanya plak, kalkulus, food debris, benda asing dan pembuatan drainase yang salah yang merupakan penyebab eksogen. Bakteri plak
pada poket periodontal menyebabkan iritasi dan inflamasi, sehingga terjadi produk pus di dalam poket yang menyebabkan abses periodontal.
Etiologi periodontal abses berdasarkan ukuran dari absesnya, sulit untuk ditentukan, kemungkinan yang dapat timbul ialah karena infeksi purulent dan infeksi bakteri yang luas. Biasanya saat pemeriksaan factor penyebab,penyebab eksogen sperti tertusuk duri ikan,dan saat calculus menusuk jaringan lunak saat dilakukannya scaling, penyebabnya sudah tidak dapat dilihat,atau tidak dapat dideteksi lagi. Kantung periodontal yang berliku, khususnya berhubungan dengan defek percabangan. Hal itu menimbulkan sebuah lingkungan yang terisolasi, dan cenderung untuk membentuk sebuah abses (2) Penutupan jarak kantung periodontal dapat menambah infeksi jaringan sekitarnya yang membuat tekanan supuratif (tekanan karena terbentuknya pus atau nanah) dari kantung periodontal. Sekresi fibrin akan mengakumulasi daerah setempat dari nanah yang mendukung terjadinya penutupan jarak gingival pada permukaan gigi.(3) Perubahan komposisi dari mikroflora, bakteri, virus atau pertahanan tubuh inang dapat juga membuat lumen dari kantung menjadi tidak efisien dalam mendrainase peningkatan nanah tersebut.(4) Impaksi dari foreign body (atau benda asing) seperti serpihan bulu sikat gigi,makanan seperti tulang ikan pada jaringan gingival.(4)
Setelah prosedur seperti scaling dimana calculus terlepas dan menekan jaringan lunak juga dapat terjadi pada scaling yang tidak adekuat dimana akan membuat calculus tertanam di bagian terdalam kantung periodontal.semetara itu,resolusi dari inflamasi pada daerah kantung bagian coronal akan menghalangi dari drainase atau saluran darah normal,dan akan menjebak flora pada subgingival pada bagian dalam kantung dan akhirnya terjadi abses. (5) Pengobatan dengan antibiotic sistemik tanpa pencabutan dari subgingival pada pasien dengan periodontitis atau radang periodontal pada tingkat berat, yang membawa perubahan komposisi dari microbiota subgingival,dan nantinya akan terjadi infeksi lanjutan dan pembentukan abses.(6) Sebagai akibat dari konsekuensi dari bolong nya dinding lateral gigi, akibat alat-alat endodontik selama terapi kanalisasi akar gigi.(2) Kemungkinan predisposisi local pada pembentukan abses periodontal resorpsi eksternal akar gigi gigi yang tidak terlapisi gigi yang patah (9) factor local yang mempengaruhi akar gigi seperti robekan dari cementum (10)
(8) (11)
Periodontal pocket sering dalam dan biasanya berhubungan dengan abses itu. Ini dapat dicatat dengan pemeriksaan periodontal
Abses Periodontal Kronis: Biasanya asimtomatik meskipun kadang-kadang merupakan lanjutan dari fase akut.
Gejala atau tanda diluar mulut Wajah yang simetris, bengkak, kemerahan, tidak tetap, sinus, trismus dan pemeriksaan nodus nodus limfa pada bagian leher
Tanda tanda didalam gigi termasuk pemeriksaan mukosa oral dan dentin : bengkak gingival kemerahan, adanya nyeri tekanan spontan supurasi (pernanahan secara spontan), tekanan pada bagian sinus gigi yang bergerak, peninggian dan perkusi gigi ditemukan perlunakkan (1,13)
Nilai status kebersihan gigi Periksa bagian periodontium termasuk pemeriksaan screening bagian periodontal.
2.2.4.1. Tes Radiografi (X-Ray) Radiografi bagian dalam gigi, termasuk dibagian periapical dan pandangan vertikal sisi sayap kunyahan, digunakan untuk menilai hilangnya tulang marginal dan menilai kondisi periapikal pada gigi-gigi yang terlibat. Titik gutta percha terdapat pada tembusan sinus memungkinkan untuk terdapat sumber abses. Radiografi gigi(periapikal,bitewing dan OPG) biasanya figunakan untuk mensurvey secara umum dari hilang tulang marginal pada seluruh gigi(12)
Gambaran radiologis Abses Periodontal : Gambaran radiolusen berbatas difus di sekitar akar gigi. Biasanya melibatkan penurunan (resorbsi) tulang alveolar
2.2.4.2. Test Vitalitas Pulpa Tes pulpa dengan panas atau dengan kelistrikan dapat dilakukan untuk mengukur vitalitas kinerja dari pulpa (7)
2.2.4.3. Tes Mikronial Sample dari nanah di sinus,di abses atau dari sulkus gingival dapat dikirim ke bagian mikrobiologi untuk dikultur dan diuji sentivitasnya (12)
2.2.4.4. Lainnya Pengukuran status diabetika dengan menggunakan tes gula darah acak,gula darah puasa atau glikosalisilat jika ada indikasi.(12)
2.2.4.5. Pengobatan & Perawatan Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gigi adalah mengikuti perawatan gigi. Dokter gigi akan mengobati abses dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dokter gigi akan mengeluarkan nanah (pus), dan secara menyeluruh membersihkan periodontal
pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi dengan scaling dan garis gusi untuk membantu penyembuhan dan mencegah infeksi/peradangan lebih lanjut Jika infeksi berulang, anda harus mengunjungi dokter ahli bedah untuk yang dapat membentuk kembali jaringan gusi untuk selamanya dan memindahkan periodontal pocket. Pada pengobatan periodontal abses ada beberapa langkah yaitu : Diagnosa yang benar adalah penting sebab periodontal abses mungkin juga salah diagnosa seperti periapical abses dan oleh karena itu salah therapy. Diagnosa yang bergantung pada penemuan klinis, penemuan radiography, dan pemeriksaan pulpa. Prinsip terapi pada periodontal abses yaitu menstabilkan drainase inflamasi. Drainase pada periodontal abses lebih mudah dikeluarkan, dapat menggunakan sonde tumpul. Sonde tumpul dimasukkan perlahan pada ruang periodontal gigi sampai ke tempat abses. Pada saat memasukkan sonde tumpul dibutuhkan anestesi untuk menghlangkan rasa sakit selama menjalani prosedur tersebut. Tindakan bedah dapat dilakukan dengan menginsisi gusi pada daerah periodontal untuk mempermudah drainase. Tindakan bedah ini harus dilakukan hati-hati dan menghindari kerusakan dari jaringan periodontal yang lain. Hal ini harus diperhatikan karena jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap tertanam pada tulang rahang. Jadi diusahakan insisi pada daerah periodontal tidak dilakukan secara sembarangan.
Terapi yang dilakukan : Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat besarnya kerusakan tulang dan melihat prognosisnya Drainase pus Pemberian antibiotik Pembersihan plak dan kalkulus Memperbaiki kerusakan jaringan periodontal dan meningkatkan kebersihan mulut
Tahap 2 : tahap kedua yaitu pengurangan pocket untuk mengangkat jaringan granulasi yang menyebabkan abses. Biasanya dengan cara bedah flap periodontal. Hal ini dapat menyelesaikan secara efisien pada perawatan periodontal. Penyesuaian oclusal dan splinting perlu dilakukan. Jika abses telah melibatkan jaringan periodontal dan apex dari gigi, edodontic seperti halnya perawatan periodontal diperlukan untuk berlangsungnya penyembuhan. Pembersihan plaque dan kalkulus. Memperbaiki kerusakan jaringan periodontal dan meningkatkan kebersihan mulut. Tahap 3 : Terapi dengan antibiotik bila abses menyebabkan demam atau limfadenopati. Jika terdapat abses gigi, dan tidak sempat ke dokter gigi dengan segera. Dalam kasus ini, dokter dapat memberi nasihat tentang obat penghilang sakit (analgesics)
Analgesics (Painkillers) Abses gigi sangat nyeri, tetapi dapat digunakan obat penghilang sakit (analgesics), yang tersedia di apotik, untuk mengurangi nyeri ketika menunggu perawatan dari dokter gigi. Selalu membaca dan mengikuti informasi pada paket tentang berapa banyak untuk mengambil dan seberapa sering, dan hati-hati untuk penggunaan dosis maximum. Perlu diketahui bahwa obat penghilang sakit tidak bisa menyembuhkan abses gigi. Analgesics ini biasanya digunakan untuk penundaan perawatan abses gigi. Ikuti petunjuk di bawah tentang cara pemakaian analgesics dengan aman. Jangan memakai ibuprofen jika menderita asma, atau jika kamu mempunyai, atau pernah mempunyai ulcergastric. Jangan terlalu sering memakai obat penghilang sakit di satu waktu tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan dokter, perawat, healthcare profesional lainnya. Ini dapat berbahaya sebab banyak orang over-the-counter ( OTC) produk berisi obat penghilang sakit serupa, seperti paracetamol atau ibuprofen dengan atau tanpa codeine, dan terlalu banyak kombinasi produk. Ibuprofen dan paracetamol, kedua-duanya tersedia dalam bentuk sirup untuk anak anak. Aspirin tidak cocok untuk anak-anak di bawah [umur/zaman] 16 Untuk ibu hamil dan menyusui baik digunakan paracetamol Jika nyeri hebat, dokter boleh menentukan analgesics yang lebih kuat, seperti codeine fosfat. Sebagai alternatif, jika sedang mengkonsumsi codeine dosis rendah, dokter boleh menyarankan meningkatkan dosis itu. Bagaimanapun, anda tidak boleh meningkatkan dosis obat penghilang sakit kecuali jika disuruh oleh dokter.
Ada beberapa yang dapat dilakukan untuk membatasi nyeri dan tekanan pada abses gigi sampai anda dapat mengunjungi dokter gigi, meliputi : Hindari makanan dan minuman yang terlalu dingin atau terlalu panas, Makan makanan lunak, Makan dengan menggunakan sisi yang berlawanan dari abses, dan penggunaan sikat gigi yang lembut dan serat halus seperti sutra di sekitar gigi yang sakit.
Antibiotics Antibiotik untuk abses gigi digunakan untuk mencegah penyebaran infeksi, dan dapat dipakai bersama anaigesics (painkiller). Dapat diberikan antibiotik, seperti amoxicillin atau metronidazole, jika : wajah bengkak, ini menunjukkan infeksi atau peradangan menyebar ke area sekelilingnya, terlihat tanda-tanda dari infeksi berat, seperti demam atau pembengkakan kelenjar, Daya tahan tubuh menurun, seperti orang yang telah dichemotherapi, atau seperti infeksi HIV positif, Peningkatan faktor resiko, seperti diabetes millitus, dan resiko endocarditis.
Antibiotik tidak harus digunakan untuk penundaan perawatan gigi. Anda harus mengunjungi dokter gigi jika anda mempunyai abses gigi. Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal dilakukan trepanasi untuk mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, anti inflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan abses tidak meluas dan dapat sembuh Dalam stadium serosa dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat kuku dan kompres panas, supaya abses masuk kearah rongga mulut. Dalam stadium submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi fluktuasi maka dilakukan insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam sebagai drainase, kemudian diberikan obat-obatan antibiotika, antiinflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia. Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.
Penyuluhan pada pasien tentang periodontal abses penting diberikan meliputi : Penyebab dan mekanisme kondisi ini harus diterangkan kepada pasien Antibiotic sistemik mungkin diperlukan dan harus sesuai dengan ketentuan Pasien harus kerkumur-kumur dengan air hangat setiap 2 jam
2.2.7. Komplikasi
Gigi tercabut. Infeksi kejaringan lunak (selulitis fasial, angina Ludwig). Infeksi kejaringan tulang (osteomielitis mandibula atau maksila). Infeksi ke bagian tubuh lain menyebabkan abses serebral, endokarditis, pneumonia, dll. Dapat terjadi sepsis
Bab II
Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa periodontal abses merupakan suatu inflamasi yang mengandung nanah dijaringan periodontal, yang bisa bersifat kronis atau akut. Penyebab radang yang utama pada abses akut adalah polymorphonuclear leukocyte dan pada abses kronis adalah lymphosyte. Periodontal abses ini terjadi karena beberapa factor iritasi yang menyebabkan terjadinya periodontal abses tersebut, termasuk diantaranya seperti plak, kalkulus, invasi bakteri, impaksi makanan dan trauma jaringan. Periodontal abses dapat di diagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiography, dengan pengobatan seperti antibiotic juga dengan tindakan seperti drainase maka periodontal dapat diatasi walaupun prognosanya tergantung pada jumlah dan jenis kerusakan tulang, posisi gigi dan abses dan mobilitas dari gigi tersebut.
Daftar Pustaka
1. Consensus report: Abscesses of the periodontium Ann. Periodontol pg. 83, Vol. 4. no. 1. Dec. 1999 2. Carranza FJ (1990). Glickmans Clinical Periodontology. 7 Saunders Company. 3. Dewitt GV, Cobb CM & Killoy WJ (1985) The acute periodontal abscess: microbial penetration of tissue wall. Int. J Periodontics & Restorative Dentistry I;39:51 4. Kareha MJ, Rosenberg Es & DeHaven H (1981). Therapeutic considerations in the management of a periodontal abscess with an intrabony defect. Journal of Clinical Periodontology 8; 375-386. 5. Dello Russo MM (1985). The post-prophylaxis periodontal abscess: etiology and treatment. International Journal of Periodontics and Restorative Dentistry1; 29-37. 6. Helovuo H, Hakkarainen K & Paunio K (1993). Changes in the prevalence of subgingival enteric rods, staphylococci and yeasts after treatment with penicillin and erythromycin. Oral Microbiology and Immunology 8; 75-79. 7. 8. Jacobsen P. Restorative Dentistry- an integrated approach. Wright, 1998 Chen RJ, Yang JF & Chao TC (1990). Invaginated tooth associated with periodontal abscess. Oral Surgery Oral Medicine Oral Pathology 69; 659. 9. Goose DH (1981). Cracked tooth syndrome. British Dental Journal 150; 224-225.
th
10. Ishikawa L, Oda S, Havashi I & Arakawa S (1996). Cervical cemental tear in older patients with adult periodontitis. Case reports. J Periodontol 67,15-20 11. Yusof VZ & Ghazali MN (1989). Multiple external root resorption. Journal of the American Dental Association 118; 453-455.
12.
Wilson TG, Kornman KS, Newman MG. Advances in Periodontics. Quintessence Publishing Co, Inc 1992
13. Ainamo J, Barmes D, Beagrie G, et al. Development of the World Health Organization (WHO) Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN). Int Dent J 32:281, 1982.
14. http://dewisuminar.blogspot.com/ 15. http://www.scribd.com/doc/37840170/Abses-Periodontal 16. http://www.scribd.com/doc/13081270/Abses-Gigi 17. http://adi-along.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses/ 18. http://shehae.blogspot.com/2009/01/penyebaran-infeksi-pada-jaringan_28.html