You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah dan sebagai wawasan bagi kami didalam melakukan deteksi dini pada bayi baru lahir dengan penyulit yang kemungkinan terjadi setelah bayi lahir seperti terjadi asfiksia.

B. Tujuan penulisan

Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang asfiksia neonatorum ini adalah sebagai media pembelajaran untuk persiapan mahasiswa secara kognitif, motorik dan afektif dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan asfiksia neonatorum. Dengan demikian, mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara tepat dan komprehensif sehingga dapat membantu klien proses pemulihan klien dan memperpendek masa perawatan serta memperlakukan klien anak sesuai dengan tumbuh kembangnya. C. Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas makalah ini, terdiri dari :

Bab I

: Pendahuluan

Bab II : Landasan teori Bab III : Asuhan Keperawatan Bab IV : Kesimpulan dan Saran

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASFIKSIA A. Pengertian Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005). Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000) Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001) Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

B. Etiologi Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.

Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah : 1. Asfiksia dalam kehamilan a. Penyakit infeksi akut b. Penyakit infeksi kronik c. Keracunan oleh obat-obat bius d. Uraemia dan toksemia gravidarum e. Anemia berat f. Cacat bawaan

g. Trauma 2. Asfiksia dalam persalinan a. Kekurangan O2. i. ii. Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri. iii. iv. v. vi. vii. Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta. Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta. Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.

b. Paralisis pusat pernafasan i. ii. Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps Trauma dari dalam : akibat obat bius. Sedangkan menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu : 1. Faktor ibu a. Hipoksia ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. b. Gangguan aliran darah uterus Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta. 3. Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin. 4. Faktor neonatus Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru. C. Tanda dan Gejala 1. Pada Kehamilan Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir a. Bayi pucat dan kebiru-biruan b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada c. Hipoksia d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung f. Kegagalan sistem multiorgan g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik, kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik D. Patofisiologi Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsurangsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas kembali secara teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob

yaitu glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik karena gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/ persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby) Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia) Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. 3. Asfiksia Berat

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat. Pemeriksaan apgar untuk bayi :

Klinis N i l a i Detak jantung Pernafasan Refleks saat 0 3 nafas dibersihkan Tonus otot jalan

0 Tidak ada

1 < 100 x/menit

2 >100x/menit

Tidak ada Tidak ada

Tak teratur Menyeringai

Tangis kuat Batuk/bersin

Lunglai

Fleksi ekstrimitas (lemah)

Fleksi

kuat

gerak aktif

Warna kulit

Biru pucat

Tubuh

merah

Merah seluruh tubuh

ekstrimitas biru

A s fiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai

keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)

E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto polos dada 2. USG kepala 3. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit 4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna. 5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik. F. Penatalaksanaan Medis Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi : 1. a. b. c. 2. Memastikan saluran nafas terbuka : Meletakan bayi dalam posisi yang benar Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka Memulai pernapasan :

a.

Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil

atau menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi. b. 3. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif Mempertahankan sirkulasi darah :

Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus : 1. a. Tindakan umum Pengawasan suhu

b. Pembersihan jalan nafas c. 2. a. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan Tindakan khusus Asfiksia berat Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.

10

Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas. b. Asfiksia sedang Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

BAB III TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Tempat tanggal lahir Alamat : By. Ny. S : 0 hari : laki-laki : Banjarnegara, 15 Juni 2012 : Punggelan

2. Identitas penanggung jawab Ibu : Ny. S : 38 tahun : karyawan pabrik : SMA : Islam : Punggelan

Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Alamat Ayah

: Tn. H : 36 tahun : Karyawan : SMA : Punggelan

3. Keluhan Utama By. Ny. S mengalami asfiksia

11

12

4. Riwayat penyakit Sekarang By. Ny. S dengan jenis kelamin laki-laki lahir secara sectio caesar karena serotinus , KPD -, ketuban berwarna hijau keruh, bayi dengan BB = 2100 gram, PB= 41 cm, LK= 31 cm, LD = 27 cm, LILA = 8 cm. Terdapat lubang anus dan mekonium sudah keluar. 5. Riwayat penyakit keluarga Ny. S mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga atau menurun seperti hipertensi, DM, hepatitis, dan tidak ada riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS. 6. Riwayat Masa lalu 1.a. Jumlah ( gravida ) : 1 b. Hasil ( Paritas ) :1

c. Kesehatan selama kehamilan : Ny. S mengatakan selama hamil mengalami mual dan muntah sampai umur kehamilan 4 bulan. d. Obat-obatan yang digunakan : Ny. S mengatakan selama hamil hanya minum obat-obatan dari bidan seperti tablet Fe dan vitamin.

2. Persalinan a. Tipe melahirkan : Ny. S melahirkan secara sectio caesar.

b. Tempat melahirkan : operasi SC di RSUD Banjarnegara

3. Kelahiran a. Berat dan panjang badan : 2100 gram dan 41 cm b. Kondisi kesehatan : By. Ny. S mengalami BBLR dengan IUGR dan asfiksia. c. Skor APGAR : 3-5.

4. Penyakit, Operasi, atau cedera sebelumnya. Ny. S mengatakan baru kali ini mengalami operasi dan sebelumnya tidak pernah mengalami cedera.

13

5. Alergi Ny. S mengatakan tidak alergi terhadap makanan, bintang, tanaman, atau produk rumah tangga.

6. Genogram

Ket : : laki-laki

: perempuan

: klien : hubungan

7. Obat-obatan - Vitamin K - zalf mata oxytetracyclin - injeksi PP cc

8. Imunisasi Bayi Ny. S belum mendapat imunisasi.

9. Pertumbuahan dan perkembangan

14

By. Ny. S dengan BB = 2100 gram, Nangis merintih, Gerak aktif kurang atau lemah B. PENGKAJIAN FISIK a. Keadaan Umum : Lemah b. Antropometri BB : 2100 gram PB : 41 cm LK : 31 cm LD : 27 cm LILA : 8 cm

c. Reflek-reflek fisiologis 1. Reflek Moro : lemah 2. Tonus/aktivitas : tonus otot lemah, aktivitas kurang aktif, menangis merintih. 3. Fontanel anterior : lunak dan sutura sagitalisnya tepat. 4. Mata berkedip : pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya. 5. Menghisap lemah dan menggenggam lemah. d. TTV S : 35 oC RR : 70 x/m N :168 x/m e. Kulit Warna kulit By. Ny. S pucat, turgot kulit jelek, halus, keriput, teraba dingin. f. Struktur aksesori Rambut sedikit, warna hitam, dan tekstur lembut, CRT tidak kembali dalam 2 detik, tedapat lanugo. g. Nodus Limfe Tidak ada pembesaran nodus limfe. h. Kepala

15

Fontanel anterior lunak, kepala simetris, UUB rata dan berkeringat, bentuk kepala bulat. i. Leher Tidak terdapat lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tirooid. j. Mata Bentuk mata simetris, bersih, konjuntiva agak pucat , strabismus tidak ada. k. Telinga Telinga sejajar, kotor terapat darah. l. Hidung Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, tidak mengeluarkan sekret, menggunakan pernafasan cuping hidung. m. Mulut Mulut bersih, mukosa bibir merah kehitaman, tidak terdapat lesi. n. Dada I : Bentuk asimetris,menggunakan otot bantu pernafasan P : Pekak dari intercosta kedua kelima diatas batas sternum kiri sampai garis midklavikula P : Timpani pada intercosta kelima kiri bawah A : Bunyi nafas ronkhi o. Jantung I : dinding dada asimetri P : ruang intercosta ke 2 dextra para sterna S2 terdengar lebih keras daripada S1

p. Abdomen I : bentuk simetris A :bunyi timpani pada lambung, tonus kuat P : tidak teraba pembesaran kelenjar hepar atau limpa.

16

q. Genetalia Jemis kelamin laki-laki. Alat kelamin lengkap: testis 1, scrotum 2, dan penis 1. r. Punggung dan Ekstremitas Tulang belakang simetris, tidak mampu menahan ( melawan benda karena pasien lemah, mobilitas tulang hanya bisa bergerak ke samping kanan kiri.

C. PENGKAJIAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON a. Pola Persepsi managemen kesehatan Ny. S mengatakan sangat mementingkan kesehatan dan selama hamil Ny. S rutin memeriksakan kehamilannya. b. Pola Nutrisi Metabolik Ny. S mengtakan selama hamil mengalami penurunan dalam nafsu makan tetapi mencoba memenuhi nutrisi dengan baik. By. Ny. S belum diberikan ASI eksklusif maupun makanan tambahan hanya diberikan PASI melalui NGT sebanyak yang diindikasikan. c. Pola Eliminasi Saat dikaji : By. Ny. S BAB sedikit berupa mekonium. d. Pola Aktivitas dan Latihan Saat dikaji : By. Ny. S gerakannya lemah, reflek berkurang. e. Pola Kognitif- Perseptual By. Ny. S dapat membuka mata, tidak ada masalah dalam penglihatan. f. Pola Istirahat tidur By. Ny. S lebih sering tidur dan bergerak atau merintih jika popoknya penuh dengan BAB atau BAK. g. Pola Konsep diri- persepsi diri Ny. S mengatakan cemas dan khawatir dengan kondisi anaknya sekarang ini. h. Pola Peran dan Hubungan Ny. S mengatakan tidak ada masalah/ gangguan hubungan terhadap anggota keluarganya Ny. S merasa bersalah karena sebagai ibu belum bisa merawat bayninya. i. Pola Produksi/ seksual

17

Ny. S lebih fokus pada kesehatan anaknya terlebih dahulu karena ini merupakan anak pertama yang ditunggu-tunggu selama 11 tahun. j. Pola pertahanan diri Ny. S mengatakan apabila ada masalah dalam rumahtangganya Ny. S dan suaminya saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan dan menemukan jalan keluarnya. k. Pola Keyakinan dan Nilai Ny. S mengatakan semua anggota keluarganya menganut agama islam dan tidak ada tekanan dalam keyakinan, tidak ada pantangan dalam agama selama sakit.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG GDS 50 g/dl

E. TERAPI - Infus IVFD D10% 6 tpm ( mikro ) - Infus KaEn 10 tpm ( mikro) - Injeksi ampicilin 2x100 mg - Injeksi genta 1x10 mg - Injeksi diazepam 0,4 ( jika kejang )

18

F. ANALISA DATA No 1. Hari/Tgl Data Fokus Pathway asfiksia Problem Etoilogi

Jumat, 15 DS : Juni 2012 DO : By.Ny.S tidak langsung menangis,

Ketidakefektifan Hiperventilasi pola nafas

janin kekuranagan ( 00032) O2 dan kadar nafas cepat, gerak CO2 meningkat kurang aktif. -terlihat retraksi Janin tdk bereaksi terhadap rangsangan Ketidakefektifan pola nafas Nafas cepat

dinding dada. -RR : 70 x/m - N : 168 x/m

2.

15-6-12

DS : DO : A : BB = 2100 gr PB = 41 cm LK = 31 cm LD = 27 cm LILA = 8 cm B:C : -turgor kulit jelek - sianosis - tampak kurus - menghisap lemah D : PASI lewat NGT

Asfiksia Reflek menghisap in adekuat Kebutuhan nutrisi menurun Nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh Nutrisi kurangdari Faktor biologis (kemampuan

kebutuhan tubuh menghisap lemah ) ( 00002)

19

3.

15-6-12

DS : DO : S : 35oC N : 168 x/m Akral dingin Pucat/sianosis

Gizi tidak baik

Hipotermi ( 00006)

penyakit

Metabolisme menurun

Hipotermi

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi 2. Nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis ( kemampuan menghisap lemah ) 3. Hipotermi b.d penyakit H. Intervensi

Tgl/jam 15 2012 09.40 WIB juni

Diagnosa Kep Ketidakefektif

NOC Setelah dilakukan selama By.Ny. tindakan 2x24 S jam dapat

NIC 1. Identifikasi perlunya pemasangan alat pasien

an pola nafas keperawatan b.d hiperventilasi diharapkan

mencapai indikator : a. Respiratory status : ventilation Indikator Awal dikaji Frekuensi pernafasan sesuai yg 2 4 tujuan

jalan nafas buatan 2. Keluarkan sekret

dengan batuk atau suction. 3. Auskultasi suara

nafas, catat adanya suara tambahan. 4. Atur intake untuk

20

diharapkan Bernafas mudah Tidak didapatkan suara nafas tambahan 2 4 2 4

mengoptimalkan keseimbangan cairan. 5. Monitor respirasi

dan status oksigen. ( pasang headbox)

Keterangan: 1. Severe 2. Subtansial 3. Moderate 4. Mild 5. No 15 2012 13.00 WIB Juni Nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pasien kemampuan untuk

keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan By.Ny.S dapat

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan 2. Timbang BB

b.d mencapai indikator: a. Status Nutrisi Indikator Awal dikaji Intake zat 2 gizi Intake makanan dan cairan BB Energi Keterangan: 1. Serve 2 2 4 4 2 4 4 tujuan

faktor biologis.

3. Pasang NGT 4. Beri ASI/PASI lewat NGT. 5. Monitor turgor kulit.

21

2. Subtansial 3. Moderate 4. Mild 5. No 15 2012 14.00 Juni Hipotermi b.d Setalah penyakit dilakukan selama By. Ny.S tindakan 2x24jam dapat 1. Pindahkan pasien ke tempat yang lebih hangat. 2. Monitor suhu tubuh. 3. Monitor gejala yang Tujuan berhubungan dengan hipotermi 4 perubahan kulit. 2 4 4. Monitor respirasi 4 nadi dan seperti warna

keperawatan diharapkan

mencapai indikator : a. Vital sign Indikator Awal dikaji Suhu tubuh Denyut nadi Tidak ada 2 perubahan warna kulit Keterangan: 1. Serve 2. Subtansial 3. Moderate 4. Mild 5. No 2

22

I. Implementasi dan Evaluasi Tgl/jam Diagnosa keperawatan 15 Juni Ketidakefektifan 2012 11.00 pola nafas b.d 1. Mengidentifikasi pasien DS : Implementasi Evaluasi

perlunya pemasangan alat DO : By. Ny. S tidak jalan nafas buatan. 2. Memonitor adanya langsung menangis . suara RR = 70 x/m

hiperventilasi

nafas tambahan. 3. memonitor respirasi dan DS :DO : Terdapat suara nafas tambahan.

status oksigen. 4. Memasang headbox.

DS :DO : RR = 70 x/m Nafas cepat Sianosis

DS :DO : Klien dipasang headbox dengan

saturasi oksigen 5 L

15 juni Hipotermi 2012 11.00 penyakit

b.d 1. Memindahkan

pasien

ke DS : -

tempat yang lebih hangat ( DO : Klien bergerak infant incubator) sedikit

DS :2. Memonitor suhu tubuh DO : S =35oC Akral dingin

23

DS :3. Memonitor perubahan warna DO : Warna kulit kulit putih kebiruan

DS : 17 Juni Ketidakefektifan 2012 08.30 pola nafas b.d 1. Memcatat adanya suara nafas DO : terdengar suara tambahan nafas tambahan

hoperventilasi

dalam headbox.

17 Juni Nutrisi 2012 09.00

kurangdari tubuh

1.Menimbang berat badan

DS:DO : BB : 2100 gr

kebutuhan

b.d faktor biologis. 2.Monitor turgor kulit DS : DO : turgor kulit buruk,kulit keriput.

1.Memberikan PASI lewat NGT.

DS :DO : R=2 S =10

17 juni Ketidakefektifan 2012 09.30 pola nafas b.d

1. Memonitor status oksigen

respirasi

dan DS : DO : RR = 65x/m O2= 5 L

hiperventilasi

2. Memonitor

tetesan

infus DS :DO : cairan infus masuk.

IVFD D 10% 6 tpm( mikro)

24

17 juni 11.00

Hipotermi penyakit

b.d

1. Memonitor suhu tubuh

DS : DO : S =36oC

17 juni Nutrisi 2012 12.00

kurangdari tubuh

2. Memberikan NGT

PASI

lewat DS :DO : R=0 S =12

kebutuhan

b.d faktor biologis.

17 juni Ketidakefektifan 2012 14.00 pola nafas b.d

1. Memonitor

respirasi

dan DS : DO : RR = 65x/m

status oksigen.

hiperventilasi.

25

J. EVALUASI

Tgl/jam 15-6-12

No. Dx 1

Evaluasi S :O : By.Ny. S tidak langsung menangis. RR : 70x/m -Terdapat suara nafas tambahan -Nafas cepat -Sianosis A : Intervensi belum tercapai P : pertahankan intervensi

paraf

S :O : BB = 2000 gram Tugor kulit buruk A : Intervensi belum tercapai P : Pertahankan intervensi Menaikkan program sonde sesuai indikasi Monitor adanya penurunan BB Monitor turgor kulit.

S :O : S = 35oC Akral dingin Warna kulit putih kebiruan A : Intervensi belum tercapai P : pertahankan intervensi -menaikkan suhu inkubator - monitor suhu tubuh Monitor perubahan warna kulit.

26

S:O : RR : 65x/m Nafas cepat A : Intervensi belum tercapai P : Pertahankan intervensi - Monitor respirasi dan status oksigen

S:O : BB : 2000 gram Turgor kulit jelek, kulit keriput. A : Intervensi belum tercapai P : Pertahankan intervensi Memberikan makan lewat NGT. Monitor turgor kulit

S: O : S : 36oC Akral agak hangat. A : Intervensi belum tercapai P : Pertahankan intervensi - Monitor suhu tubuh .

BAB IV PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini akan dibahas kesenjangan antara teori dengan praktik lahan. Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005), sedangkan pada By. Ny.S setelah lahir tidak langsung menangis dan pernafasannya cepat sehingga disebut asfiksia sehingga dapat dikatakan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lahan. Menurut teori penyebab Asfiksia karena janin kekurangan oksigen dan terjadi peningkatan karbondioksida sehingga pada saat hamil DJJ melemah. Manifestasi klinis dari bayi baru lahir yang mengalami asfiksia menurut teori antaralain bayi pucat, usaha bernafas minimal,hipoksia,dll. Hal ini juga sama dengan yang dialami By. Ny. S yaitu warna kulit pucat atau kebiruan,nafas cepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada keseimbangan antara teori dan yang ada di lahan dalam hal Tanda & Gejala dari Asfiksia

27

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005). 2. Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. 3. Asfiksia terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat 4. Penanganan pada asfiksia yaitu memastikan saluran nafas terbuka , memulai pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah : .

28

DAFTAR PUSTAKA

L Wong.Donna,2003,Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4,EGC,Jakarta

Cecily L.betz & Linda A. Sowden.2001.Buku Saku Keperawatan Pediatri.EGC : Jakarta. Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI. Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana

Asuhan.Jakarta:EGC Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka sarwono prawirohardjo

29

You might also like