You are on page 1of 5

RUWATAN

Ruwatan merupakan tradisi di Jawa yang dilakukan untuk menghindari dari malapetaka pada anak-anak yang dianggap kurang beruntung. Seperti halnya pada anak tunggal, dua anak laki-laki semua atau perempuan semua yang dalam tradisi Jawa dianggap kurang beruntung sehingga harus dilakukan ruwatan. Ini merupakan tradisi turun menurun yang sudah dilakukan sejak lama. Ruwatan massal di Demak sendiri dilaksanakn setiap bulan syura bertempat di Kadilangu. Proses upacara diawali dengan Keramaian Wayang Kulit dengan cerita Murwokolo. Peserta ruwatan akan menjalani berbagai prosesi yang dipimpin oleh tokoh adat setempat. Sebelum pelaksanaan ruwatan, anak-anak yang mengikuti ruwatan harus melakukan prosesi sungkeman pada kedua orang tua masing-masing. Setelah itu dilakukan penyucian diri dengan pemotongan rambut yang dialasi dengan kain jubah. Nantinya, jubah itu akan dilarung atau dibuang kelaut beberapa bulan setelah pelaksanaan ruwatan dilakukan. Peserta ruwatan biasanya mencapai hingga puluhan anak, baik yang masih remaja hingga dewasa. Selain berasal dari daerah setempat dan sekitarnya, peserta ruwatan juga banyak yang berasal dari luar kota di wilayah Jawa tengah. Prosesi Ruwatan yang diikuti oleh masyarakat umum, baik dari Demak sendiri maupun dari luar kota. Tradisi ruwatan hingga kini masih dilaksanakan masyarakat Jawa, sebagai sarana pembebasan dan pensucian manusia atas dosa maupun kesalahan yang akan berakibat tertimpa nasib buruk / kesialan didalam hidupnya. Orang-orang tersebut dikategorikan sebagai orang yang nandhang sukerto ; sehingga dipandang perlu untuk mensucikan kembali dengan mengadakan ritual ruwatan tersebut. Konon orang yang nandang sukerto ini, akan menjadi mangsa Batara Kala Menurut kepercayaan Jawa anak-anak yang dilahirkan dalam keadaan tertentu misalnya ontang anting (anak tunggal) ; Pandhawa Lima (anak lima laki-laki semua) dsb dalam menjalani kehidupnya kelak bisa tertimpa malapetaka/bernasib

buruk.Oleh karena itu harus diruwat, yaitu suatu ritual untuk menghilangkan malapetaka/ membuang sukerta (sial) atau nasib buruk tersebut.

Yang perlu diruwat, antara lain adalah : Ontang-anting : anak tunggal,baik laki-laki/perempuan

Pandhawa Lima : anak lima,laki-laki semua Anak kembar : baik kembar laki-laki,kembar perempuan maupun kembar lakilaki dan perempuan Kembang Sepasang : dua anak, kedua-duanya perempuan

Prosesi Ruwatan bertujuan untuk membuang sengkolo atau sial yang melekat pada sukerto sejak lahir. Misalnya, mereka yang terlahir sebagai anak tunggal atau disebut ontang anting. Kemudian sendang kapit pancuran yaitu tiga bersaudara dua laki-laki dan satu perempuan yang terlahir di tengah (anak kedua yang diapit). Juga sebaliknya, pancuran kapit sendang, yakni tiga bersaudara dengan dua perempuan dan satu laki-laki sebagai anak kedua. Ada pula pendowo limo atau lima bersaudara laki-laki semua. Lainnya adalah Kedono Kedini yaitu dua bersaudara lakilaki perempuan, dan kembang sepasang yakni dua anak semuanya perempuan. Selain itu uger-uger lawang atau dua anak yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Prosesi ruwatan sengaja dilakukan pada Bulan Rajab. Alasannya, selain untuk memecah kepadatan peserta ruwatan saat Syuro, juga karena Bulan Rajab dinilai sebagai bulan yang memiliki keutamaan. Tak hanya itu, Bulan Rajab dalam kalender Jawa juga sebagai bulan pertengahan dalam hitungan setahun. Yang jelas, Rajab merupakan salah satu bulan yang memiliki keistimewaan.

Nyadran Nyadran merupakan kegiatan ziarah ke makam dalam rangka mendekati bulan Ramadhan. Makam Sultan-Sultan Demak yang berada di komplek Masjid Agung dan Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu merupakan langganan para peziarah. Banyak peziarah yang berasal dari luar Kabupaten Demak berdatangan ke makam-makam tersebut, bahkan ada yang sampai menginap disana. Kegiatan nyadran diisi dengan melantukan doa-doa ke penghuni makam dan juga membersihkan makam.

GREBEG BESAR

Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya Raden Patah. Disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai sekarang, yaitu Masjid Agung Demak. Penyebaran agama Islam di pulau Jawa dimulai pada abad XV dan dipelopori oleh Wali Sanga, bahkan salah satu Wali tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga. Menurut cerita Kadilangu semula adalah daerah perdikan sebagai anugrah dari Sultan Patah kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya dalam mengembangkan agama Islam dan memajukan kerajaan Demak. Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan meng hadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada ma syarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat me lalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan / adat istiadat yang telah ada. Setiap tangal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyem belihan hewan qurban. Pada waktu itu, di lingkungan Masjid Agung Demak diselenggarakan pula keramaian yang disisipi dengan syiar syiar keaga maan, sebagai upaya penyebar luasan agama Islam oleh Wali Sanga. Sampai saat ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan.

Prosesi Grebeg Besar Demak

Dalam perkembangannya kemudian, Grebeg Besar Demak pada saat ini diramaikan dengan berbagai kegiatan, yaitu : Ziarah ke Makam Sultan Sultan Demak dan Sunan Kalijaga Pasar malam rakyat di Tembiring Jogo Indah Selamatan Tumpeng Sanga Sholat Ied Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga

Ziarah ke makam Sultan Sultan Demak & Sunan Kalijaga Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati , Muspida dan segenap pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupatenm Demak, masing-masing beserta isteri/ suami.ke makam Sultan Sultan Demak di lingkungan Masjid Agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 wib ; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.

Pasar malam rakyat di Tembiring Jogo Indah Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapang an Tembiring Jogo Indah digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan Sunan Kalijaga. Pasar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari barang barang kebutuhan se-hari - hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan, makan an/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertun jukkan / hiburan.

Selamatan Tumpeng Sanga Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak.Sebelumnya kesembilan tumpeng tersebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak.Tumpeng yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah keselamatan dan kebahagiaan dunia akhiratdari Allah SWT.

Acara selamatan tersebut diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pemba caan doa. Sesudah itu Kepada para pengun jung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi bungkus tersebut dimak udkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga. Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut. Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu Selamatan Ancakan, selamatan tersebut bertu juan untuk : Memohon berkah Kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota panitia penjamasan dapat melaksnakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga. Menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.

Sholat Ied Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan melaksanakan sholat Ied,Pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah tidak dapat lagi menampung para jamaah.karena penuh sesak dan melebar ke jalan raya, bahkan sebagaian melaksanakan sholat Ied di alun-alun. Pada kesempatan tersebut Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat Ied di Masjid Agung Demak dan dilanjutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.

You might also like