You are on page 1of 9

TEKNIK TERAPI KASUS SUBJEK

: Behavioral Therapy Imaginal Floading : Pelecehan Seksual di Jalan : ~ Nama ~ Umur ~ Jenis Kelamin ~ Pekerjaan = Ika (nama disamarkan) = 23 Tahun = Perempuan = Mahasiswi = 18 Februari 2013 jam 16.35 = 19 Februari 2013 jam 19.00 = 21 Februari 2013 jam 13.00

TANGGAL TERAPI

: ~ Terapi ke-1 ~ Terapi ke-2 ~ Terapi ke-3

NARASI KEJADIAN : Kejadian ini berlangsung pada waktu malam hari sekitar jam 20.30 WIB saat Ika ini mengantar teman pulang ke rumahnya dengan menggunakan motor si Ika. Selama perjalanan Ika dan temannya tersebut melewati jalan yang sepi. Saat perjalanan pulang tersebut Ika ini diikuti oleh dua orang laki-laki menggunakan motor berboncengan. Dua orang laki-laki tersebut mengikuti Ika sampai di dekat rumah teman Ika tersebut, namun Ika merasa bahwa ada sebuah motor yang mengikutinya dari belakang. Sampai dirumah teman Ika ini dan saat teman Ika ini sudah masuk ke dalam rumah, kemudian Ika ini meneruskan perjalanan untuk pulang kerumahnya, Ika melihat bahwa pengendara sepeda motor yang mengikutinya tersebut sudah tidak ada, maka Ika melanjutkan perjalanan untuk pulang. Namun ditengahtengah perjalanannya menuju rumah, dua orang laki-laki ini ternyata diam-diam terus mengikutinya dari belakang dan tanpa disadari oleh Ika tersebut, dan tiba-tiba dua orang tersebut berada di samping motor Ika tersebut dan kemudian melakukan tindakan asusila kepada Ika dan kemudian pergi meninggalkan Ika sambil mengacungkan jari tengah kepada Ika tersebut. Sehingga setelah kejadian ini, Ika saat

mengendarai motor dan selalu merasa ketika ada motor yang ada di belakangnya kemudian berada di samping motornya, Ika ini selalu merasa takut dan juga cemas kalau kejadian tersebut akan terulang kembali.

PROSES TERAPI Imaginal flooding didasarkan pada prinsip dan prosedur yang sama kecuali cara menghadapkan klien dengan stimulus yang membuat mereka cemas adalah dengan cara membayangkan. Kelebihannya adalah tidak adanya batasan kondisi yang diperlukan sebagai stimulus. Banyak gangguan kecemasan yang disebabkan oleh kondisi yang tidak mungkin untuk dihadapkan kembali secara langsung baik secara etika dan alasan praktis. Paparan stimulus yang lama dan intens bisa menjadi cara yang efektif dan efisien untuk mengurangi kecemasan. Dari segi etika, klien perlu mendapatkan informasi yang cukup mengenai paparan stimulus yang intense dan lama sebelum mereka menyetujui metode terapi. Sangat penting bagi mereka untuk tahu bahwa kecemasan ini akan sering mereka alami sebagai salah satu cara untuk mengurangi hal itu. Klien perlu mendapatkan gambaran mengenai pro dan kontra serta stress temporal yang akan mereka alami agar mereka dapat memberikan keputusan. Sebelum dilakukan sesi terapi menggunakan teknik imaginal flooding ini, terapis harus membina hubungan baik dengan klien dengan cara berbincang-bincang hal-hal yang bersifat umum (missal : nama,tempat tinggal , hobi, riwayat hidup maupun isu-isu yang masih hangat di media) sampai klien merasa nyaman dengan terapis. Terapi ke 1 Terapi yang pertama ini dilakukan pada tanggal 18 Februari 2013 pukul 16.35 WIB bertempat di rumah kos terapis yang telah dikondisikan dengan ruangan yang berukuran 4 x 4 m yang jauh dari keramaian, klien ditempatkan pada tempat yang telah dikondisikan dengan ruangan yang sepi. Klien duduk pada

a.

satu kursi dan diminta untuk membayangkan proses kejadian asusila yang pernah klien alami. Klien diinstruksikan dengan membayangkan kejadian tersebut secara bertahap, sampai klien merasa cemas seperti kondisi yang pernah klien alami dahulu. Prosesnya: 1. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dan ramai dengan kendaraan. Pada saat diminta membayangkan hal yang demikian, klien meresponnya dengan tenang dan tidak terjadi apa-apa. 2. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap tetapi ramai dengan kendaraan. Pada saat diminta membayangkan kondisi tersebut, klien meresponnya dengan tenang dan biasa saja serta tidak terjadi apa-apa. 3. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dengan suasana sepi dari kendaraan. Pada saat diminta membayangkan hal tersebut klien merepon dengan tenang dan tidak terjadi apa-apa. 4. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap dan sepi dari kendaraan. Pada saat membayangkan kondisi tersebut, klien mulai menampakkan respon yang cemas dan nampak berkeringat. Pada kondisi dimana klien nampak terlihat mulai cemas, maka terapi diturunkan dengan memberikan relaksasi. Relaksasinya seperti bayangkan ketika anda sudah merasa cemas pada kondisi tersebut, ada beberapa motor dan mobil yang menyusul muncul dari belakang . sehingga kondisi jalan menjadi ramai, dan anda merasa lega. Setelah diberi relaksasi nampak kondisi klien kembali normal seperti awal terapis.

b. Terapi ke 2 Terapi yang kedua ini dilakukan pada tanggal 19 Februari 2013 pukul 19.00 WIB bertempat di rumah kos terapis yang telah dikondisikan dengan ruangan yang berukuran 4 x 4 m yang jauh dari keramaian, prosedur yang terapis lakukan sama yakni klien ditempatkan pada tempat yang telah dikondisikan dengan ruangan yang sepi. Klien duduk pada satu kursi dan diminta untuk membayangkan proses kejadian asusila yang pernah klien alami. Klien diinstruksikan dengan membayangkan kejadian tersebut secara bertahap, sampai klien merasa cemas seperti kondisi yang pernah klien alami dahulu. Prosesnya: 1. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dan ramai dengan kendaraan. Pada saat diminta membayangkan hal yang demikian, klien meresponnya dengan tenang dan tidak terjadi apa-apa. 2. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap tetapi ramai dengan kendaraan. Pada saat diminta membayangkan kondisi tersebut, klien meresponnya dengan tenang dan biasa saja serta tidak terjadi apa-apa. 3. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dengan suasana sepi dari kendaraan. Pada saat diminta membayangkan hal tersebut klien merepon dengan tenang dan tidak terjadi apa-apa. 4. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap dan sepi dari kendaraan. Pada saat membayangkan kondisi tersebut, klien memberi respon yang tenang dan tidak terjadi apa-apa, tidak seperti yang nampak pada terapi hari pertama yang memunculkan respon cemas dan berkeringat. 5. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dengan beberapa motor dan

mobil. Pada saat diminta untuk membayangkan kondisi ini, klien memunculkan respon yang tenang dan tidak terjadi apa-apa. 6. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap dengan beberapa motor dan mobil. Saat membayangkan kondisi tersebut, klien memunculkan respon yang tenang dan masih tidak terjadi apa-apa. 7. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dan sepi tetapi ada satu motor dibelakang klien. Pada saat membayangkan situasi ini, klien mulai memberikan respon yang cemas, tangan gemetar, berkeringat dan nafas yang terlihat mulai terengah-engah. Pada kondisi dimana klien yang nampak terlihat mulai cemas, gemetar, nafas terengah-engah dan berkeringat, maka terapi diturunkan dengan memberikan relaksasi. Relaksasinya seperti Bayangkan jika motor satu dibelakang anda itu berjalan terus tetapi mengabaikan anda, dan akhirnya anda memasuki jalan raya yang ramai. Setelah diberi relaksasi tersebut, kondisi klien mulai nampak kembali seperti biasa. Terapi ke 3 Terapi yang ketiga ini dilakukan pada tanggal 21 Februari 2013 pukul 13.00 WIB bertempat di rumah kos terapis yang telah dikondisikan dengan ruangan yang berukuran 4 x 4 m yang jauh dari keramaian, prosedur yang terapis lakukan sama yakni klien ditempatkan pada tempat yang telah dikondisikan dengan ruangan yang sepi. Klien duduk pada satu kursi dan diminta untuk membayangkan proses kejadian asusila yang pernah klien alami. Klien diinstruksikan dengan membayangkan kejadian tersebut secara bertahap, sampai klien merasa cemas seperti kondisi yang pernah klien alami dahulu. Prosesnya: 1. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dan ramai dengan kendaraan.

c.

Pada saat diminta membayangkan hal yang demikian, klien meresponnya dengan tenang dan tidak terjadi apa-apa. 2. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap tetapi ramai dengan kendaraan. Pada saat diminta membayangkan kondisi tersebut, klien meresponnya dengan tenang dan biasa saja serta tidak terjadi apa-apa. 3. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dengan suasana sepi dari kendaraan. Pada saat diminta membayangkan hal tersebut klien merepon dengan tenang dan tidak terjadi apa-apa. 4. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap dan sepi dari kendaraan. Pada saat membayangkan kondisi tersebut, klien memberi respon yang tenang dan tidak terjadi apa-apa, tidak seperti yang nampak pada terapi hari pertama yang memunculkan respon cemas dan berkeringat. 5. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dengan beberapa motor dan mobil. Pada saat diminta untuk membayangkan kondisi ini, klien memunculkan respon yang tenang dan tidak terjadi apa-apa. 6. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap dengan beberapa motor dan mobil. Saat membayangkan kondisi tersebut, klien memunculkan respon yang tenang dan masih tidak terjadi apa-apa. 7. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang terang dan sepi tetapi ada satu motor dibelakang klien. Pada saat membayangkan situasi ini, klien memberikan respon yang tenang dan tidak terjadi apa-apa, berbeda dengan saat terapi pada hari kedua yang memunculkan respon cemas. 8. Terapis meminta klien untuk membayangkan kondisi dimana klien naik motor di jalan raya yang gelap dan sepi dan ada satu motor

dibelakang klien. Pada saat diminta membayangkan kondisi ini, klien mulai nampak berkeringat, cemas, tangan gemetar, panic dan nafasnya mulai terengah-engah. Pada kondisi dimana klien yang nampak terlihat mulai cemas, gemetar, nafas terengah-engah, panik serta berkeringat, maka terapi diturunkan dengan memberikan relaksasi. Relaksasinya seperti Bayangkan anda menemukan jalan raya yang ramai dan terang. Anda selamat sampai rumah anda. Setelah diberi relaksasi tersebut, kondisi klien mulai nampak kembali seperti biasa.

APLIKASI TEKNIK TERAPI BEHAVIORAL THERAPY IMAGINAL FLOADING

TUGAS Untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Konseling Yang dibina oleh Bapak Triyono

Oleh: Gladya Octa Primitasari Mudjiono NIM 100112400048

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI Februari 2013

APLIKASI TEKNIK TERAPI BEHAVIORAL THERAPY IMAGINAL FLOADING

TUGAS Untuk memenuhi tugas matakuliah Psikologi Konseling Yang dibina oleh Bapak Triyono

Oleh: Ajeng Ayu 120811421314 Gladya Octa P. M. 100112400048 Retno Dyah A. 100112400054

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI Februari 2013

You might also like