You are on page 1of 37

HUKUM NEWTON KEDUA DAN KETIGA Isaac Newton (1642 - 1727) dilahirkan di sebuah perkampungan Inggris di tahun Galileo

meninggal. Pada mulanya dia seorang yang sederhana dan kemudian dia bersinar menjadi seorang ilmuwan terbesar yang pernah dikenal. Di masa kecilnya dia sakit-sakitan, suka bertengkar, dan seorang yang jarang bergaul. Itulah yang menyebabkan dia tidak pernah menikah sampai akhir hayatnya. Ketika dia berusia 20 tahun, dia membeli sebuah buku astrologi di pekan raya, Dengan membaca buku tersebut dia tidak bisa memahami tentang trigonometri. Kemudian dia membeli lagi buku trigonometri. Dia tidak mengikuti pendapat geometri Euclid dalam buku Elements of Geometry itu. Dua tahun kemudian dia menemukan kalkulus diferensial. Pada tahun 1666, sebagai mahasiswa di Cambridge University dia berlibur di desa terpencil di Woolsthrope, tempat kelahirannya. Pada tahun itu dia menemukan diferensial dan kalkulus integral, membuat penemuan fundamental tentang cahaya, dan mulai memikirkan hukum gravitasi umum. Newton termasuk salah seorang yang kerap menyimpan karya-karyanya dan tidak segera menerbitkannya. Pada tahun 1687 Netwon menerbitkan buku Principia yang memuat hukumhukum dasar tentang gerak. A. Massa: Hukum Newton Kedua Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah. Akan tetapi, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya tersebut akan memperkecil laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan arah gerak benda, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga). Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat dikatakan bahwa gaya total dapat menyebabkan percepatan. Ketika kita mendorong kereta belanja, maka gaya total yang terjadi merupakan gaya yang kita berikan dikurangi gaya gesek antara kereta tersebut dengan lantai. Jika kita mendorong dengan gaya konstan selama selang waktu tertentu, kereta belanja mengalami percepatan dari keadaan diam sampai laju

tertentu, misalnya 4 km/jam. Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula, maka kereta belanja mencapai 4 km/jam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Ini menunjukkan percepatan kereta belanja dua kali lebih besar. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Selain bergantung pada gaya, percepatan benda juga bergantung pada massa. Jika kita mendorong kereta belanja yang penuh dengan belanjaan, Kereta yang penuh memiliki percepatan yang lebih lambat. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa maka akan makin kecil percepatannya, meskipun gayanya sama. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang bunyinya sebagai berikut: Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Hukum II Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam persamaan:

dimana m adalah massa benda dalam satuan kg, a adalah percepatan benda dalam satuan m/s2, dan F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda. F adalah resultan gaya yang menjumlahkan beberapa gaya pada benda. Satuan gaya menurut SI adalah newton (N). Dengan demikian, satu newton adalah gaya yang diperlukan untuk memberikan percepatan sebesar 1 m/s2 kepada massa 1 kg. Dari definisi tersebut, berarti 1 N = 1 kg.m/s2. Dalam satuan cgs, satuan massa adalah gram (g). Satuan gaya adalah dyne, yang didefinisikan sebagai besar gaya yang diperlukan untuk memberi percepatan sebesar 1 cm/s2 kepada massa 1 g. Dengan demikian, 1 dyne = 1 g.cm/s2. Hal ini berarti 1 dyne = 10-5 N.. Aplikasi Hukum II Newton pada beberapa Sistem Benda

1.

Benda pada bidang miring yang licin apabila sebuah benda diletakkan di puncak bidang miring yang licin, maka benda tersebut akan meluncur turun pada bidang miring tersebut. Saat bergerak turun benda mengalami percepatan gravitasi sehingga kecepatannya makin lama makin besar. Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda, diperlihatkan oleh gambar 2.7a. berikut:

Menurut Hukum II Newton percepatan ditimbulkan oleh resultan gaya yang bekerja dan searah dengan arah geraknya. Maka dari gambar di atas diperoleh

M g Sin merupakan komponen gaya berat pada bidang miring, yang membuat benda mengalami percepatan. Percepatan benda sepanjang bidang miring adalah: ma = m g Sin atau a = g Sin ( dibaca teta) dengan g = percepatan gravitasi = sudut kemiringan bidang 2. Sistem Katrol terdiri atas katrol, tali dan benda. Pemakaian prinsip Hukum II Newton pada suatu sistem katrol diperlihatkan oleh gambar 2.9. berikut:

Dari gambar 2.9. nampak bahwa T: gaya tegangan tali Beban m1 dan m2 dihubungkan dengan tali ringan melalui katrol: K tanpa gesekan. jika m1 < m2 Jelas m1 akan naik, m2 akan turun sesuai dengan Hukum II Newton. Pada beban m1 berlaku F = m.a T w1 = m1.a T m1.g = m1.a (arah gerak naik) pada beban m2 berlaku: F = m.a w2 T = m2.a atau m2.g T = m2.a (arah gerak turun) Jika gaya-gaya pada m1 dan m2 kita gabung, akan didapatkan T m1.g + m2.g T = m1a + m2.a m1.g + m2.g = (m1 + m2) a

B. Hukum Newton Ketiga Hukum II Newton menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya memengaruhi gerak. Selanjutnya Berdasarkan pengamatan membuktikan bahwa gaya yang diberikan pada sebuah benda selalu diberikan oleh benda lain. Sebagai contoh, seekor kuda yang menarik kereta, tangan seseorang mendorong meja, martil memukul/ mendorong paku, atau magnet menarik paku. Newton menyadari bahwa hal ini tidak sepenuhnya seperti itu. Memang benar tangan memberikan gaya pada meja, tampak seperti pada Gambar 4.9. Tetapi meja tersebut jelas memberikan gaya kembali kepada tangan. Dengan demikian, Newton

berpendapat bahwa kedua benda tersebut harus dipandang sama. Tangan memberikan gaya pada meja, dan meja memberikan gaya balik kepada tangan. Gaya yang bekerja pada suatu benda berasal dari benda-benda lain yang membentuk lingkungannya. Suatu gaya tunggal hanyalah salah satu bagian dari interaksi timbal-balik antara dua benda. Secara eksperimen diketahui bahwa jika sebuah benda melakukan gaya pada benda kedua, maka benda kedua selalu membalas melakukan gaya pada yang pertama. Selanjutnya diketahui pula bahwa kedua benda ini sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Karena itu tidak mungkin memperoleh sebuah gaya tunggal terisolasi. Dan kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi, untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah. Sifat gaya ini pertama kali diungkapkan oleh Newton dalam hukum geraknya yang ketiga : untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar dan berlawanan arah atau aksi timbal balik satu terhadap yang lain antara dua benda selalu sama besar dan berarah ke bagian yang berlawanan . Penekanan pada hukum ini adalah adanya dua benda, dalam arti gaya aksi diberikan oleh benda pertama, sedangkan gaya reaksi diberikan oleh benda kedua. Hukum ini dikenal sebagai hukum aksi-reaksi, dan secara matematis dapat di tuliskan sebagai berikut. Faksi = - Freaksi Yang menjadi penekanan dalam hukum ini adalah bahwa gaya aksi dan gaya reaksi yang terjadi adalah dari dua benda yang berbeda, bukan bekerja pada satu benda yang sama. Gaya berat dan gaya normal pada sebuah buku yang tergeletak di meja bukan merupakan pasangan gaya aksi-reaksi.

Dengan perkataan lain, jika benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda B akan melakukan gaya pula pada benda A dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah ; kedua gaya itu terletak sepanjang garis lurus yang menghubungkan kedua benda. Perlu diingatkan bahwa gaya aksi dan reaksi selalu terjadi berpasangan dan bekerja pada benda yang berbeda. Seandainya keduanya terjadi pada benda yang sama, tentu tidak pernah ada gerak dipercepat karena resultan gaya pada setiap benda selalu sama dengan nol.

1. Contoh lain gaya aksi-reaksi jauh dalam kejadian sehari-hari adalah: Gaya tarik menarik kutub utara dengan kutub selatan magnet Gaya tarik menarik bumi dengan bulan Gaya tolak menolak antara muatan listrik muatan positif dengan muatan positif, muatan negatif dengan muatan negatif

2. Beberapa contoh Hukum III Newton dalam Kehidupan Sehari-hari : Jika kamu mendorong meja yang dengan gaya 200 newton, maka meja tersebut juga akan mendorong kamu dengan besar gaya yang sama. Duduk di atas kursi berat badan tubuh mendorong kursi ke bawah sedangkan kursi menahan (mendorong) badan ke atas. Jika seseorang memakai sepatu roda dan mendorong dinding, maka dinding akan mendorong sebesar sama dengan gaya yang kamu keluarkan tetapi arahnya berlawanan, sehingga orang tersebut terdorong menjauhi dinding. pada pistol atau senapan yang ditembakan pada Balon Udara yang bergerak pada Ikan Gurita yang bergerak dalam air. ketika kita berjalan atau berlari

Soal dan Jawaban

1. Bagaimana bunyi dari Hukum II newton dan berikan beberapa contoh aplikasi dari Hukum II Newton tersebut?

Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.

M= F/A atau F = m.a Beberapa contoh dari Hukum II Newton : - Jika ditarik dengan gaya yang sama mobil-mobilan yang massanya lebih besar (ada beban) percepatannya lebih kecil. - Mobil-mobilan yang sama (massa sama) jika ditarik dengan gaya yang lebih besar akan mengalami percepatan yang lebih besar pula. - seseorang menarik gerobak dengan kecepatan bertambah.

2. Gaya F bekerja pada sebuah benda yang massanya m, sehingga bergerak dengan percepatan a. Jika massanya menjadi kali semula dan gaya yang bekerja tetap maka percepatannya menjadi .... Jawaban : Diketahui : F = m.a F = m.a 4 F/m = a Jadi, Percepatan dari suatu gaya terhadap suatu massa adalah 4 kali dari percepatan awal.

3. Sebuah benda bermassa 4 kg diam pada saat t = 0. Sebuah gaya tunggal konstan yang horizontal (Fx) bekerja pada benda tersebut. Setelah t=3 s, benda telah berpndah sejauh 2,25 m. Berapakah besar gaya F3 ini? Jawaban : Karena gaya neto yang bekerja pada benda adalah konstan maka percepatan benda juga konstan. Percepatan benda dapat dihtung dengan persamaan (2,8) (Persamaan jarak tempuh benda yang bergerak lurus berubah beraturan) dengan v0 = 0. Maka,

4. Sebuah elevator massanya 400 kg bergerak vertikal ke atas dari keadaan diam dengan percepatan tetap sebesar 2 m/s2. Jika percepatan gravitasi 9,8 m/s2, maka tegangan tali penarik elevator adalah . . . . Jawaban : Massa elevator m = 400 kg Percepatan elevator a = 2m/s2 Menurut Hukum II Newton :

= m. a

T w = m. a T mg = m. a T = m. a + m.g = m (a + g) = 400 (2 + 9,8) = 4.720 N 5. Sebuah benda bermassa 5 kg bergerak pada bidang datar yang licin dengan kecepatan 8 m/s dan bertambah menjadi 10 m/s setelah menempuh jarak 10 m. Besar gaya mendatar yang menyebabkan pertambahan kecepatan benda tersebut adalah . . . . Jawaban : Percepatan yang dialami benda : Vt2 Vt2 V02 (10)2 (8) 2 36 a = V02 + 2 a.s = 2 a.s = 2 a(10) = 20 a = 36/20 = 1,8 m/s2 Besar gaya mendatar yang menyebabkan pertambahan kecepatan benda (F) : F = m.a = 5 kg. 1,8 m/s2

=9N

6. Bagaimana bunyi dari Hukum newton III dan sebutkan tiga contoh aplikasi dari Hukum III Newton tersebut? Jawaban : untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar dan berlawanan arah atau aksi timbal balik satu terhadap yang lain antara dua benda selalu sama besar dan berarah ke bagian yang berlawanan . contoh dari Hukum III Newton : - Jika kamu mendorong meja yang dengan gaya 200 newton, maka meja tersebut juga akan mendorong kamu dengan besar gaya yang sama. - Duduk di atas kursi berat badan tubuh mendorong kursi ke bawah sedangkan kursi menahan (mendorong) badan ke atas. - Jika seseorang memakai sepatu roda dan mendorong dinding, maka dinding akan mendorong sebesar sama dengan gaya yang kamu keluarkan tetapi arahnya berlawanan, sehingga orang tersebut terdorong menjauhi dinding.

7. Sebuah buku referensi yang tebal memiliki berat 20 N ketika benda di Meja anda. Hitunglah massa dan beratnya ketika buku tersebut berada di permukaan bulan. Percepatan gravitasi di permukaan bulan g bulan=1,62 m/s2. Jawaban : Di Bumi g bumi = 9,8 m/s , sehingga massa benda di bumi m bumi sama dengan

Karena mssa sebuah benda merupakan besaran yang nilainya tetap, maka massa benda di bulan sama dengan massa buku di Bumi. M bulan = M bumi M bulan = 2,04 kg Berat buku di di bulan W bulan dihitung dengan persamaan W bulan = M bulan . g bulan W bulan = (2,04 kg) (1,,62 m/s2) W bulan = 330 N Tentu saja, arah berat buku tetap ke bawah (ke pusat bulan)

8. Sebuah benda jatuh bebas dari gedung yang tingginya 5 meter dari permukaan tanah. Di tanah dibuat lubang dengan kedalaman tertentu dan diisi dengan pasir sampai rata dengan permukaan tanah. Jika benda tersebut mendarat dan masuk ke dalam pasir sedalam 0,5 meter dari permukaan tanah. Berapakah gaya yang diberikan oleh tanah tersebut?(massa benda = 50kg) Jawaban : Gerak I Vt2 = V02 + 2gh Vt2 = 0 + 2 x 10 x 5 Vt = -10 m/s (kebawah)

Gerak II

Vt2 = V02 + 2ah 0 = 100 + (2x0,5)a

a = -100 m/s2 F = m.a = 100 x 25 = 2500 N

9. Sebuah benda bermassa 6 kg bergerak pada bidang datar yang licin, kecepatan benda berkurang dari 25 m/det menjadi 9 m/det setelah bergerak selama 4 detik. Besar dan arah gaya mendatar yang bekerja pada benda adalah . . . . Jawaban : Vt = V0 + a.t 9 = 25 + a. 4 -16 = 4 a a = -4 m/det2 F = m. a = 6 kg. (-4 m/det2) = -24 N Tanda negatif berarti arah gaya berlawanan dengan arah gerak.

10.

Diketahui sebuah balok massanya = 2 kg, didorong oleh gaya k = 20 N di atas bidang

mendatar yang licin. Gaya k tersebut membentuk sudut = 30 0 terhadap bidang mendatar, percepatan gravitasi dianggap g = 10 m/s2. Tentukan : a. Percepatan balok b. Gaya normal yang dilakukan oleh bidang datar pada balok Jawaban :

a. Gaya resultan pada arah sumbu X Fx = m.a

K cos = m. a 20 cos 300 = m. a

20.

= 2. a

=a

m/s2

b. Gaya resultan pada arah sumbu Y Fy =0

N w k sin = 0 N mg k sin = 0 N 2. 10 20 sin 300 = 0 N 20 20 (1/2) = 0 N 20 10 = 0 N = 30 Newton Jadi, gaya normal oleh bidang datar pada balok = 30 Newton

D. CARA STATIK MENGUKUR GAYA

Dalam Bagian sebelumnya, gaya didefinisikan dengan mengukur percepatan yang ditimbulkannya pada benda standar yang ditarik oleh pegas yang terentang Cara ini disebut pengukuran gaya dengan cara dinamik. Walaupun cukup memadai untuk digunakan sebagai definisi cara ini kurang praktis untuk dipakai dalam pengukuran gaya. Metode pengukuran gaya yang lain didasarkan atas pengukuran perubahan bentuk atau ukuran benda yang dikenai gaya (pegas, misalnya) dalam keadaan tanpa percepatan. Cara ini disebut sebagai cara statik untuk mengukur gaya. Gagasan metode statik ini menggunakan kenyataan bahwa jika suatu benda, yang dikenai beberapa gaya, tidak mengalami percepatan, maka jumlah vektor semua gaya yang bekerja padanya haruslah sama dengan nol. Ini tidak lain daripada isi hukum gerak yang pertama. Sebuah gaya tunggal yang bekerja pada benda akan menimbulkan percepatan; percepatan ini dapat dibuat sama dengan nol jika pada benda ditambahkan gaya lain yang sama besar dan berlawanan arah. Pada kenyataannya benda diusahakan tetap dalam keadaan diam. Jika kemudian kita definisikan suatu gaya sebagai gaya satuan, maka berarti kita sedang mengukur gaya. Sebagai gaya satuan dapat diambil rnisalnya, tarikan bumi pada benda standar di suatu tempat tertentu. Alat yang biasa digunakan untuk mengukur gaya dengan cara ini adalah neraca pegas. Neraca ini terdiri dari sebuah pegas-spiral dengan penunjuk skala pada salah satu ujungnya. Gaya yang dikenakan pada neraca akan mengubah panjang pegas. Jika benda seberat 1,00 N digantungkan di ujung pegas, pegas akan memanjang sampai tarikan pegas pada benda sama besar tetapi berlawanan arah dengan beratnya. Pada tempat skala yang ditunjuk oleh penunjuk kiys beri tanda "gaya 1,00 N." Dengan cara yang sama, pada pegas neraca dapat digantungkan benda seberat 2,00-N, 3,00-N dan seterusnya, dan kepada masing-masing kita berikan tanda skala yang sesuai di tempat yang ditunjukkan oleh penunjuk. Dengan cara inilah pegas tersebut ditera (dikalibrasi). Dianggap bahwa gaya yang bekerja pada pegas selalu sama jika penunjuk skala menunjuk tempat yang sama. Neraca yang telah ditera ini sekarang dapat digunakan bukan hanya untuk mengukur tarikan bumi pada suatu benda, tetapi juga untuk mengukur gaya lain yang tidak diketahui. Secara diam-diam, hukum ketiga telah digunakan dalam cara statik ini, karena kita anggap bahwa gaya yang dilakukan oleh pegas pada benda sama besar, dengan gaya yang dilakukan oleh benda pada pegas. Gaya yang disebut terakhir ini yang akan diukur. Hukum pertama juga digunakan di sini, karena dianggap bahwa F sama dengan nol bila a sama

dengan nol. Perlu diingatkan lagi di sini bahwa jika percepatan tidak sama dengan nol, rentangan pegas yang ditimbulkan oleh benda seberat W tidak akan sama dengan rentangan pada a = 0. Malah jika pegas dan benda W yang diikatkan itu jatuh bebas karena pengaruh gravitasi, sehingga a = g, pegas sama sekali tidak akan bertambah panjang, dan tegangannya akan sama dengan nol.

PENERAPAN HUKUM GERAK NEWTON Hukum Newton kedua menyatakan bahwa jumlah vektor semua gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan massanya dikalikan dengan percepatannya. Karena itu langkah pertama pemecahan soal adalah: (1) Kenali benda mana yang geraknya harus ditinjau menurut soal. Sumber kesalahan utama yang sering terjadi adalah kurang jelasnya mana yang telah atau seharusnya dipilih sebagai "benda." (2) Setelah dapat memilih "benda"-nya, perhatikan sekarang "lingkungannya," karena benda-benda lingkungan ini (bidang rniring, pegas, tali, bumi dan sebagainya) melakukan gaya pada benda. Kita harus mengenal sifatsifat gaya ini. (3) Langkah berikutnya, pilihlah kerangka acuan (inersial) yang sesuai. Pilih titik asal dan arah (orientasi) sumbu-sumbu koordinat sedemikian rupa sehingga menyederhanakan perhitungan selanjutnya sebanyak mungkin. (4) Kemudian buatlah diagram-gaya untuk benda saja secara terpisah, gambarkan kerangka acuannya dan semua gaya yang bekerja pada benda. Diagram ini disebut diagram benda-bebas. (5) Akhirnya gunakan hukum Newton kedua bagi masing-masing komponen gaya dan percepatan. Contoh-contoh berikut memperlihatkan metode analisis yang digunakan dalam pemakaian hukum-hukum gerak Newton. Masing-masing benda diperlakukan seolah-olah sebagai pertikel dengan massa tertentu, sehingga gaya-gaya yang bekerja padanya dapat dianggap bekerja pada satu titik. Massa tali dan katrol dianggap dapat diabaikan. Beberapa contoh yang dipilihkan nampaknya terlalu sederhana dan dibuat-buat, tetapi sesungguhnya itu adalah purwarupa (prototype) bagi banyak keadaan nyata yang menarik; dan yang lebih penting lagi, metode analisis yang digunakan ini - yang terutama harus dimengerti - dapat diterapkan untuk semua masalah mekanika klasik yang modern dan rumit termasuk pengiriman pesawat ruang angkasa ke Mars.

Sebagai Contoh:

Sebuah beban W digantungkan dengan menggunakan tali. Pandanglah simpul pada titik temu ketiga tali sebagai "benda." Benda ini tetap diam walaupun padanya bekerja tiga gaya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9b. Andaikan besar salah satu gaya diberikan, bagaimanakah kita dapat memperoleh besar gaya-gaya yang lain? Gambar 9. (a) Sebuah beban digantung dengan tali. (b) Diagram benda bebas yang memperlihatkan semua gaya yang bekerja pada simpul. Tali dianggap tidak bermassa.

FA, FB dan F C adalah semua gaya yang bekerja pada benda. Karena benda tidak dipercepat (benda dalam keadaan diam), FA + FB + FC = 0. Dengan memilih sumbu-x dan y seperti pada gambar, persamaan vektor di atas dapat dituliskan sebagai tiga persamaan skalar, yaitu, menurut Persamaan 2. FAx + FBx = 0, FAy + FBy + FCy = 0, Persamaan ketiga, untuk sumbu-z, adalah FAz = FBz = FCz = 0. Karena semua vektor terletak pada bidang x-y, sehingga tidak ada komponen-z nya. Dari gambar kita lihat bahwa FAx = -FA cos 300 = -0,866FA, FAy = FAx sin 300 = 0,500FA dan FBx = FBx cos 450 = 0,707FB, FBy = FB sin 450 = 0,707FB FCy = - FC= -W,

karena tali C hanya meneruskan gaya dari ujung yang satu ke titik-temu di ujung yang lain. Substitusikan hasil-hasil ini ke dalam persamaan semula, maka kita peroleh - 0,866 FA + 0,707FB = 0 0,500FA + 0,707FB - W = 0 Jika diberikan salah satu harga di antara ketiga gaya ini, maka dua harga yang lain dapat diperoleh dengan memecahkan persamaan di atas. Misalnya, bila W = 100 N, kita peroleh FA = 7 3,3 N dan FBx = 8 9,6 N. Sebagai contoh: Misalkan kita ingin menganalisa gerak sebuah balok di atas bidang miring. (a) Kasus statik, memperlihatkan sebuah balok bermassa m yang diikat dengan tali pada

dinding vertikal dan diam di atas bidang miring licin, dengan sudut kemiringan terhadap horizontal adalah 0. Gaya-gaya yang bekerja pada balok. FAx adalah gaya yang bekerja pada balok oleh tali; mg adalah gaya pada balok oleh bumi, yaitu beratnya; dan F2 adalah gaya pada balok oleh bidang miring. F2 disebut gaya normal dan berarah normal (tegak lurus) kepada bidang singgung (bidang kontak) karena tidak ada gaya gesekan antara kedua permukaan itu. Jika seandainya ada gaya gesekan, maka F2 akan mempunyai komponen yang sejajar bidang miring. Karena kita ingin menganalisa gerak balok, maka kita tinjau Semua gaya yang bekerja pada balok. Balok juga melakukan gaya pada benda-benda lain di sekelilingnya (tali, bumi, permukaan bidang miring), sesuai dengan prinsip aksi-reaksi; tetapi gaya-gaya ini tidak mempengaruhi gerak balok, karena mereka tidak bekerja pada balok. Misalkan dan m diberikan. Bagaimanakah cara menentukan FAx dan F2? Karena balok tidak dipercepat, kita dapatkan FAx + F2 + Mg = 0 Gambar 10. (a) Balok ditahan oleh tali di atas bidang miring licin. (b) Diagram benda-bebas yang menunjukkan semua gaya yang bekerja pada balok. Sumbu-x kerangka acuan baik dipilih sepanjang bidarig miring dan sumbu-Y tegak lurus kepadanya. Dengan pilihan ini

hanya satu gaya mg yang harus diuraikan menjadi komponen-komponennya. Kedua persamaan skalar untuk memecahkan persoalan diperoleh dengan menguraikan mg sepaniang sumbu-x dan y, yaitu F 1 - mg sin = 0, dan - Mg COS = 0 Jika m dan diberikan, maka F1 dan F2 dapat dihitung. (b) Kasus dinamik. Misalkan kemudian tali kita potong sehingga gaya F1, yaitu tarikan tali pada balok, menjadi hilang. Gaya resultan pada balok tidak lagi sama dengan nol, balok akan dipercepat. Berapakah percepatannya? Dari persamaan 2, kita ketahui F x = m.ax dan F y = m.ay. Dengan menggunakan hubungan ini dapat kita peroleh F2 - mg Cos = m.ay = 0, Dan yang menghasilkan - mg sin = m.ax ay = 0, ax = -g sin

Percepatan balok berarah sepanjang bidang miring turun ke bawah dengan besar g sin .

Gambar 11. Sebuah balok ditarik sepanjang meja licin Gayagaya yang bekerja pada balok ditunjukkan dalam gambar.

Sebagai Contoh: Tinjaulah sebuah balok bermassa m yang ditarik sepanjang bidang datar licin oleh gaya horizontal P. FN adalah gaya normal yang dikerjakan pada balok oleh lantai licin dan W adalah berat balok. (a) Jika massa balok adalah 2,0 kg, berapakah gaya normalnya? Dari hukum kedua dengan ay = 0, kita peroleh Fy = m.ay atau FN - W = 0

Sehingga,

FN = W = m.g = (2,0 kg)(9,8 M/S2) = 20 N.

(b) Berapa gaya P yang dibutuhkan agar balok mendapat kecepatan horizontal 4,0 m/s dalam 2,0 s mulai dari keadaan diam? Percepatan ax diperoleh dari

Dari hukum kedua, Fx = m.ax atau P = m.ax, sehingga P = m.ax = (2,0 kg)(2,0 m/s2) = 4,0 N. Sebagai Contoh: Sebuah balok bermassa m, di atas bidang datar licin, ditarik oleh tali tidak bermassa. Pada ujung yang lain setelah melalui katrol digantungkan benda bermassa m2. Katrol dianggap licin dan tidak bermassa, fungsinya hanya untuk membelokkan arah tegangan tali di titik itu. Karena tali tidak bermassa, besar tegangan sepanjang tali sama (lihat Contoh 2). Tentukan percepatan sistem dan tegangan tali. Misalkan kita pilih m, sebagai benda yang akan dipelajari geraknya. Gaya-gaya pada balok ini, dianggap sebagai partikel diperlihatkan dalam Gambar 7b. Tegangan tali menarik balok ke kanan; m1g adalah tarikan bumi pada balok, berarah ke bawah dan FN gaya vertical yang bekerja pada balok dari bidang licin. Gambar 12 (a) Dua massa saling dihubungkan melalui sebuah tali; m1 di atas meja licin, m2 tergantung bebas. (b) Diagram benda-bebas untuk gaya-gaya yang bekerja pada m1 (c) Diagram yang serupa untuk m2.

Balok hanya mengalami percepatan dalam arah-x saja, sehingga a1y= 0. karena itu dapat kita tuliskan FN - m1g = 0 = m1.a1 .. (7)

dan

T = m1.a1

Dari persamaan ini dapat disimpulkan bahwa F N = m1.g. Kita tidak mengetahui berapa T, sehingga a, x belum dapat dihitung. Untuk menentukan T, harus kita tinjau gerak balok m2. Gaya-gaya yang bekerja pada m2. Karena tali dan balok dipercepat, tidak dapat disimpulkan bahwa T sama dengan m2g. Seandainya T sama dengan m2g, maka resultan gaya pada m2 sama dengan nol, keadaan ini hanya mungkin bila sistem tidak dipercepat. Persamaan gerak untuk balok yang tergantung adalah M2g - T = m2a2y .(8) Arah tegangan tali berubah pada katrol dan, karena panjang tali tetap, jelas bahwa a2y = a1x sehingga untuk percepatan sistem dapat kita nyatakan dengan a. m2g T= m2a,(9) dan T = m1a. Keduanya menghasilkan m2g = (m1 + m2)a,..(10) atau

dan

yaitu percepatan sistem a dan tegangan tali T.

Perhatikan bahwa tegangan tali selalu kurang dari m-2g; hal ini nampak jelas dari persamaan 11 bila dituliskan dalam bentuk

Juga nampak bahwa a selalu kurang dari g, percepatan gravitasi, kecuali jika m sama dengan nol. yang berarti tidak ada balok sama sekali di atas mein dan kita peroleh a = g (dari persamaan 10). Dalam hal ini T = 0 (dari Persamaan 9). Persamaan 10 dapat diartikan dengan sederhana sebagai berikut. Untuk sistem massa m1 + m2 gaya netto yang tidak memiliki imbangan adalah m 2g. Karena itu dari F = ma dapat langsung diperoleh persarnaan 10. Agar contoh ini lebih khusus lagi, misalkan m1 = 2,0 kg dan m2 = 1,0 kg, sehingga

dan

Sebagai Contoh: Tinjau dua benda bermassa tidak sama, yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol licin dan tidak bermassa. Misalkan m2 lebih besar daripada m1. Tentukanlah tegangan tali dan percepatan benda-benda tersebut. Pilih arah ke atas bagi percepatan bertanda positif. Jika a adalah percepatan m1, maka percepatan m2 haruslah - a. Gaya-gaya yang bekerja pada m 1 dan m2 diperlihatkan dalam Gambar 8b dengan T menyatakan tegangan tali. Persamaan gerak untuk m1 adalah T- m1g = m1a dan untuk m2 adalah T - m2g = -m2a. Dengan menggabungkan kedua persamaan ini, diperoleh

dan

Sebagai contoh, jika m2 = 2,0 slugs dan m1= 1,0 slug, a = (32/3,0) kaki/s2= g/3 T = (4/3) (32) slug kaki/s2 = 43 pon.

Besar gaya T selalu di antara berat benda yang bermassa m1 (32 pon, dalam contoh di atas) dan berat benda bermassa m2 (64 pon, dalam contoh di atas). Memang seharusnya demikian, karena untuk mempercepat m1 ke atas, T harus lebih besar dari m1g, dan agar m2 dipercepat ke bawah m2g harus lebih besar dariT. Hal khusus, jika m1 = m2, diperoleh a = 0 dan T = m1g = m2g, yaitu hasil statik, seperti yang kita harapkan. Gambar 8c memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada katrol yang tidak bermassa tersebut di atas. Jika katrol diperlakukan sebagai partikel, maka semua gaya dapat dipandang bekerja pada titik pusatnya.

Gambar 12. (a) Dua benda bermassa tidak sama digantungkan dengan tali melalui sebuah katrol (mesin Atwood). (b) Diagram benda-bebas untuk m1 dan m 2 (c) Diagram benda bebas untuk katrol katrol dianggap tidak bermassa.

P adalah tarikan ke atas yang menyangga katrol dan T adalah tarikan ke bawah pada katrol dari masing-masing bagian tali. Karena katrol tidak memiliki gerak translasi, maka P = T + T = 2T Seandainya kita kesampingkan anggapan katrol tidak bermassa dan kita berikan massa m1 padanya, maka pada titik tumpu katrol harus dimasukkan pula gaya ke bawah mg. Juga akan kita lihat nanti bahwa gerak rotasi katrol menyebabkan tegangan tali pada masing-masing bagian tali tidak sama. Gesekan pada poros penumpu katrol juga mempengaruhi gerak rotasi katrol clan tegangan tali. Sebagai Contoh: Tinjau sebuah elevator yang bergerak vertikal dengan percepatan a. Kita ingin menentukan gaya yang diberikan oleh seorang penumpang pada lantai elevator. Percepatan ke atas diambil positif dan ke bawah negatif. Jadi percepatan positif di sini berarti bahwa elevator sedang naik ke atas dengan laju makin bertambah besar atau elevator sedang turun ke bawah dengan laju makin berkurang. Sebaliknya, percepatan negatif berarti elevator sedang naik dengan laju berkurang, atau turun dengan laju bertambah. Menurut hukum ketiga Newton, gaya yang dilakukan oleh penumpang pada lantai akan selalu sama. besar dan berlawanan arah dengan gaya yang dilakukan oleh lantai pada penumpang. Karena itu dapat kita hitung gaya aksinya ataupun gaya reaksinya. Jika gaya pada penumpang yang digunakan berarti kita memechkan gaya reaksinya, sedangkan bila gaya pada lantai yang digunakan, kita memecahkan gaya aksinya. Berat penumpang sesungguhnya adalah W dan gaya yang bekerja padanya dari lantai, disebut P, merupakan berat semu penumpang (apparent weight) dalam elevator yang dipercepat. Gambar 13. (a) Seorang penumpang berdiri di atas lantai elevator. (b) Diagram benda bebas untuk penumpang.

Gaya resultan yang bekerja padanya adalah P + W. Gaya diambil positif bila berarah ke atas. Dari hukum gerak kedua, kita peroleh F=ma atau P W = ma .. (13) dengan m adalah massa penumpang dan a adalah percepatannya (juga percepatan elevator). Misalkan berat penumpang 160 pon dan percepatan 2,0 kaki/s 2 ke atas. Kita dapatkan

dan dari persarnaan 13, P - 160 pon = (5,0 slugs)(2,0 kaki/s2) atau P = berat semu-nya = 170 pon. Jika gaya ini kita ukur langsung dengan meminta agar penumpang tersebut berdiri di atas timbangan pegas yang menempel pada lantai elevator (atau digantungkan dari langitlangitnya), akan kita lihat bahwa penunjuk timbangan menunjukkan skala 170 pon bagi orang yang beratnya 160 pon tersebut. Penumpang merasa bahwa ia menekan lantai dengan gaya yang lebih besar (lantai menekannya ke alas dengan gaya, yang lebih besar) dibandingkan dengan jika seandainya ia dan elevator diam. Setiap orang merasakan hal ini ketika elevator mulai bergerak ke atas dari keadaan diam. Jika percepatannya 2,0 kaki/s2 ke bawah, maka a = 2,0 kaki/s 2 dan untuk penumpang P = 150 pon. Orang yang be ' ratnya 160 pon merasa dirinya menekan lantai dengan gaya yang lebih kecil daripada jika seandainya ia dan elevator diam. Seandainya kabel pengikat elevator putus, dan elevator jatuh bebas dengan percepatan a = -g, maka P akan sama dengan W + (W/g)(-g) = 0. Penumpang dan lantai tidak saling menekan. Berat semu penumpang akan sama dengan nol, seperti yang ditunjukkan oleh skala

pegas pada lantai. Keadaan semacam ini secara populer disebut sebagai keadaan "tanpa bobot.'' Tentu saja berat penumpang itu (tarikan gravitasi padanya) tidak berubah, hanya gaya yang dilakukannya pada lantai dan reaksi dari lantai padanya sama dengan nol.

Mekanika Klasik Mekanika klasik adalah bagian dari ilmu fisika mengenai gaya yang bekerja pada benda. Sering dinamakan mekanika newton dari nwton dan hukum gerak newton. Mekanika klasik dibagi menjadi sub bagian lagi yaitu statika (mempelajari benda diam), kinematika (benda bergerak), dinamika (mempelajari benda yang terpengaruh gaya). Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari. Mekanika klasik (mekanika newtonian) menyediakan cara untuk menganalisis gerak pada benda yang relatif besar dan berkecapat tidak terlampau tinggi (jauh di bawah kecepatan cahaya), hanya akan bekerja dengan benda-benda yang berukuran relatif besar dan dengan kecepatan yang relatif kecil (jauh di bawah kecepatan cahaya). Benda-benda besar yang bergerak dengan laju dibawah laju cahaya yang merupakan daerah kerja mekanika klasik. Masalah utama dalam mekanika klasik adalah (1) diberikan sebuah partikel dengan ciri atau karakteristik tertentunya (masanya, muatannya, momen dipol magnetnya) (2) partikel ini diletakkan dalam suatu lingkungan yang telah diketahui secara lengkap dan diberikan kecepata awal tertentu kepada partike tersebut. Gaya Gesek Gaya gesek adalah gaya yang terjadi antara dua permukaan yang bergerak relatif berlawanan. Gaya gesek akan semakin berat jika permukaan benda yang saling bergesekan semakin kasar, semakin berat, dan juga luas benda tersebut. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes.

Antara permukaan lantai dan balok terdapat adhesi permukaan. Hal ini yang menyebabkan mengapa balok terasa lebih berat di dorong pada saat sedang diam dibandingkan ketika sudah mulai bergerak. Pada saat diam gaya ikat antar atom atau molekul

cukup besar, sehingga butuh gaya yang lebih besar untuk memecah ikatan tersebut. Tinjau sebuah balok yang terletak pada bidang datar yang kasar. Asal gaya gesek Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masingmasing permukaan. permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (efek lotus). Jenis-jenis gaya gesek Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti (menggeser). Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda yang berputar tegak lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek spin (spin friction). Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagaigaya Coriolis-Stokes atau gaya viskos (viscous force). 1. Gaya gesek statis Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan dengan s, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek kinetis. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya normal f = s Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya

gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis. 2. Gaya gesek kinetis Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan dengan k dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama. Gaya gesek ini terjadi pada saat benda bergerak. Besar gaya gesek kinetis ini konstan dan selalu lebih kecil dari besar gaya gesek statis maksimum. Gaya gesek yang konstan ini besarnya juga tergantung pada kekasaran permukaan benda dan lantai dan besar gaya kontak antara lantai dan benda. Semakin kasar permukaan benda atau permukaan lantainya, semakin besar pula gaya gesek kinetis. Besarnya gaya gesek kinetis ini selalu lebih kecil dari besar gaya gesek statis maksimum. Karena itu, ketika kita mendorong benda di atas permukaan yang kasar, pada saat benda belum bergerak kita harus memberikan gaya dorong yang cukup besar untuk membuatnya bergerak. Tetapi ketika benda sudah bergerak, gaya dorong kita bisa dikurangi tanpa membuatnya berhenti bergerak.

Gaya gesek yang terjadi selama benda diam disebut gaya gesek statik. Gaya gesek statik maksimum merupakan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Gaya gesek statik maksimum : a. Tidak tergantung luas daerah kontak. b. Sebanding dengan gaya normal. fs .s N, dimana s = koefisien gesek statis

Bila F3 diperbesar sedikit saja, benda akan bergerak.

mulai bergerak F = m a fk < F4 Gaya gesek yang terjadi selama benda sedang bergerak disebut gaya gesek kinetik. fk = k N, dimana k = koefisien gesek kinetik

Gaya gesek pada bidang miring Contoh: Suatu balok bermassa 200 gram berada di bidang miring dengan kemiringan 30 terhadap bidang datar. Jika koefisien gesek statis dan kinetis antara balok dan bidang miring 0,25 dan 0,1, serta nilai percepatan gravitasi 10 m/s2, maka tentukan gaya gesek yang bekerja pada balok! Penyelesaian : Langkah 1 :

Gambarkan peruraian gayanya Langkah 2 : Tentukan gaya gesek statis maksimumnya : fsmak = s . N fsmak = s . w cos 30 fsmak = s . m . g . cos 30 fsmak = 0,25 . 0,2 . 10 . 0,9 fsmak = 0,25 . 1,8 fsmak = 0,45 N

Langkah 3 : Tentukan gaya penggeraknya : Fmiring = w sin 30 Fmiring = m . g. . sin 30 Fmiring = 0,2 . 10 . 0,5 Fmiring = 1 N Langkah 4 : Membandingkan gaya penggerak terhadap gaya gesek statis maksimumnya. Ternyata gaya penggeraknya lebih besar dibanding gaya gesek statis maksimumnya, sehingga benda bergerak. Gaya gesek yang digunakan adalah gaya gesek kinetis. fk = k . N fk = k . w cos 30 fk = k . m . g . cos 30 fk = 0,1 . 0,2 . 10 . 0,9 fk = 0,1 . 1,8 fk = 0,18 N Gaya Gesek pada Tikungan Datar dan Tikungan Miring Pada saat suatu benda bergerak di suatu tikungan ada unsur gaya sentripetal yang mengarah ke pusat lingkaran. Agar suatu benda dapat melakukan gerak melingkar dalam suatu tikungan tanpa selip atau tergelincir maka besar dari gaya gesek statisnya sama dengan gaya sentripetalnya. Fs = m . r v 2 dan fs = s . N Keterangan : Fs = gaya sentripetal (N) m = massa benda (kg) v = laju linier benda (m/s) r = jari-jari gerak melingkar pada tikungan (m) fs = gaya gesek statis (N) s = koefisien gesek statis (tanpa satuan) N = gaya normal pada benda (N)

Contoh: Sebuah mobil melaju pada sebuah tikungan datar dengan jari-jari kelengkungan 50 m. Jika kecepatan mobil 72 km/jam, tentukan koefisien gesek antara ban mobil dengan aspal jalan, agar mobil tidak selip! Penyelesaian: Langkah 1:

Pahamilah gaya yang bekerja pada benda! Langkah 2 : Gaya gesek statis senilai dengan gaya sentripetal fs = Fs s . N = m . r v 2 saat mobil di tikungan datar maka N = w s . w = m . r v 2 s . m . g = m . r v 2 s . g = R s = r g v 2 s = 50.10 202 s = 0,8

TEORI RELATIVITAS DAN KUANTUM Teori kuantum yang dikembangkan oleh Erwin Schrdinger dan Werner Heisenberg, dan teori relativitas khusus yang dibangun oleh Albert Einstein pada permulaan abad keduapuluh dapat dipandang sebagai dua teori fisika yang sangat revolusioner karena telah memperkenalkan perubahan yang sangat drastis kedalam konsepsi kita mengenai alam semesta beserta semua fenomena atau peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pemakaian ke dua teori ini telah terbukti sangat ampuh untuk menjelaskan berbagai masalah fisika fundamental yang belum terpecahkan sampai akhir abad kesembilan belas. Teori kuantum dikembangkan setelah mengamati bahwa benda mikroskopik seperti atom dan molekul, mempunyai perilaku yang sangat berbeda dari perilaku benda makroskopik yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataannya, perilaku sebuah benda mikroskopik selalu didasarkan pada prinsip ketakpastian (Heissenberg

uncertainty principle) dan pada tafsiran kemungkinan (probability interpretation) yang sama sekali tidak berlaku untuk sebuah benda makroskopik. Teori relativitas khusus dibangun berdasarkan pemikiran bahwa ruang dan waktu memainkan peranan yang sama pentingnya untuk menjelaskan tiap-tiap peristiwa yang terjadi dalam alam semesta ini. Teori ini sangat sesuai digunakan untuk sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan yang sangat besar. Teori medan kuantum (quantum field theory) yang merupakan gabungan dari teori kuantum dengan teori relativitas khusus telah berhasil menjelaskan banyak sekali proses yang melibatkan partikel elementer. Teori ini, yang dirumuskan sebagai sebuah teori medan gauge (gauge field theory) memungkinkan para ilmuwan fisika untuk memahami ke tiga interaksi fundamental yang menentukan perilaku partikel-partikel elementer yakni, interaksi kuat (strong interaction). Hasil-hasil yang sangat mengagumkan yang dicapai oleh teori medan gauge ini adalah sebagai berikut : 1. Penemuan arus netral lemah (weak neutral current) 2. Penjelasan mengenai terbentuknya massa partikel elementer melalui pengrusakan simetri secara spontan (spontaneously broken symmetry). 3. Pembangunan sebuah model unifikasi dari interaksi elektromagnetik dengan interaksi lemah oleh Glashow, Weinberg dan Salam (GWS mode). Model unifikasi ini dikenal sebagai model electroweak (electroweak model). 4. Pembangunan berbagai model teory unifikasi agung (GUT grand unified theory) yang menggabungkan ke tiga interaksi fundamendal tersebut. 5. Membuka kemungkinan untuk membangun sebuah teori medan kuantum yang menggabungkan fermion dan boson yang dikenal sebagai teori supersimetri. 6. Pembangunan model supersimetri unifikasi agung sebagai sebuah teori medan gauge lokal yang memasukkan gravitasi. Model ini dikenal sebagai model supergravitasi. Dalam teori medan kuantum, semua partikel elementer diperlakukan sebagai sebuah benda titik. Benda titik ini menghasilkan divergensi yang sepenuhnya tidak dapat interaksi elektromagnetik (electromagnetic interaction), interaksi lemah (weak interaction) dan

dilenyapkan. Untuk menghindari divergensi ini maka teori ini dikembangkan kedalam sebuah teori di mana partikel elementer itu dipandang bukan sebagai sebuah benda titik, tetapi sebagai sebuah dawai yang panjangnya 10-33 cm. Teori ini dinamakan teori superdawai (super string theory). Ternyata teori superdawai ini memungkinkan penggabungan medan gravitasi dengan interaksi elektromagnetik, interaksi lemah dan interaksi kuat. Karena itu, teori ini sering juga dinamakan sebagai teori dari segala sesuatu (theory of everything). Namun demikian, sampai sekarang ini belum ada satupun teori yang betul-betul dapat diandalkan untuk menggabungkan ke empat jenis interaksi itu yakni, belum ada satu teori yang secara menyakinkan mampu menjelaskan adanya gravitasi kuantum (quantum gravity). Teori kuantum dan teori relativitas khusus tersebut tidak memperhitungkan pengaruh medan gravitasi dalam semua proses fisika. Untuk menjelaskan pengaruh medan gravitasi itu maka pada tahun 1911, Einstein membangun sebuah teori gravitasi baru yang dinamakan teori relativitas umum (general theory of relativity). Dalam teori relativitas khusus dan dalam teori relativitas umum, arti dari jarak di antara dua benda dalam sebuah ruang berdimensi tiga seperti yang biasanya kita pahami harus digeneralisir kedalam sebuah interval dalam sebuah ruang-waktu berdimensi empat. Interval ini dinamakan juga metrik dari ruang-waktu itu karena bentuk dari interval ini ditentukan oleh komponen-komponen dari sebuah tensor metrik yang nilainya bergantung pada materi yang terdapat dalam ruang-waktu tersebut. Dalam teori relativitas khusus, interval ruang-waktu inilah yang digunakan untuk menjelaskan mengapa sebuah jam yang bergerak akan menunjukkan waktu yang lebih lambat dibandingkan kepada waktu yang ditunjukkan oleh jam yang diam, dan mengapa sebuah tongkat yang bergerak mempunyai panjang yang lebih pendek dibandingkan kepada panjang dari tongkat itu sewaktu diam. Dalam teori relativitas umum, interval ruang-waktu itu adalah sebuah pemecahan dari persamaan medan gravitasi Einstein di luar sebuah distribusi materi. Interval dari sebuah ruang-waktu dalam teori relativitas umum selalu mempunyai sebuah singularitas. Singularitas ini mengindikasikan keberadaan sebuah benda yang sangat masif yang dinamakan lubang hitam (black hole). Benda yang berperilaku menyerupai sebuah lubang hitam tetapi dengan arah waktu yang dibalikkan (time reversed black hole) dinamakan sebuah lubang putih (white hole).

Persamaan medan gravitasi Einstein mengandung sebuah konstanta kosmologi yang sampai sekarang masih menimbulkan berbagai macam kontroversi. Teori relativitas umum inilah yang mendasari semua model kosmologi relativistik yang menjelaskan struktur dari sebuah alam semesta berskala besar. Berdasarkan sejumlah besar hasil observasi yang didapatkan sampai sekarang maka disimpulkan bahwa alam semesta ini bersifat homogen dan isotropik. Walaupun banyak sekali model kosmologi relativistik yang telah dikembangkan para ilmuwan fisika sampai sekarang, namun menurut catatan sejarah perkembangannya semua model tersebut diilhami oleh model-model kosmologi homogen yang mula-mula dibangun oleh Einstein, de Sitter dan Friedmann. Model Kosmologi Einstein yang dikembangkan pada tahun 1916 adalah sebuah model kosmologi untuk sebuah struktur ruang waktu yang statis dan yang mempunyai kelengkungan positif yang konstan. Model ini kemudian dimodifikasi setelah Hubble menemukan bahwa alam semesta ini bukan statis tetapi terus mengembang. Model kosmologi de Sitter yang dikembangkan pada tahun 1917 adalah sebuah model kosmologi untuk sebuah struktur ruang-waktu tanpa materi dan mempunyai kelengkungan negatif yang konstan. Perlu dicatat bahwa de Sitter adalah ilmuwan pertama yang membuktikan bahwa materi tidak diperlukan untuk menghasilkan kelengkungan dari ruangwaktu. Model kosmologi Friedmann yang de Sitter. Alam semesta yang bersifat homogen dan isotropik yang paling sering dianalisis mempunyai struktur geometri yang dinyatakan oleh metrik Robertson-Walker. Metrik ini adalah sebuah pemecahan dari persamaan medan Einstein vakum dengan memilih konstanta kosmologi yang besarnya sama dengan nol. Kelahiran alam semesta seperti ini selalu diawali oleh sebuah dentuman besar (bigbang) yang terjadi pada waktu Planck, t = 10-43 detik. Metrik ini mengandung sebuah faktor skala yang dapat digunakan untuk menghitung kecepatan ekspansi dari alam semesta yang biasanya dikenal sebagai konstanta Hubble. Metrik ini juga mengandung sebuah indeks kelengkungan yang akan menentukan apakah alam semesta itu merupakan sebuah alam dibangun pada tahun 1922 dapat dipandang

sebagai sebuah model yang berada di antara model kosmologi Einstein dan model kosmologi

semesta terbuka, alam semesta datar, atau alam semesta tertutup. Hasil-hasil perhitungan menunjukkan bahwa masing-masing alam semesta ini mempunyai umur yang ordenya 10 milyar tahun. Einstein sendiri yakin bahwa alam semesta ini adalah sebuah alam semesta yang tertutup. GUT adalah satu-satunya teori yang memungkinkan kita untuk menelusuri kembali sejarah alam semesta semenjak kelahirannya pada waktu Planck. Pada waktu kelahiran alam semesta, besarnya temperatur adalah 1032 derajat kelvin dan segala sesuatu terdapat dalam bentuk radiasi. Pada waktu-waktu yang selanjutnya, terjadi pengrusakan simetri yang menghasilkan massa. Tabel berikut ini memperlihatkan kronologi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak kelahiran alam semesta, dan juga menunjukkan energi, temperatur dan besarnya ukuran dari alam semesta pada waktu-waktu yang bersangkutan. Hasil-hasil dalam tabel ini dihasilkan dari model kosmologi yang digabungkan dengan teori unifikasi agung (GUT = Grand Unified theory).

Daftar Pustaka

Budikase, E., Kertiasa, Nyoman. 1994. Fisika 2 Untuk Sekolah Menengah Umum, Fowles, G.R., dan Cassiday, G.L., 1990, Analytical Mechanics, edisi kelima, Harcourt Brace College Publisher, New York.

Halliday, Resnick, Fisika Jilid 1, 2, Terjemahan, Erlangga. Kanginan, Marten., 1999. Fisika 2000 2A, 2B, Penerbit Erlangga.

Wiladi , Ir. Drs. Hasan & Drs. kamajaya, M.Sc., 1994. Fisika Untuk SMU Kelas 2 Jilid 2 B, Grafindo Media Pratama, Jakarta.

You might also like