You are on page 1of 18

PENDAHULUAN

Didalam tubuh terjadi beraneka ragam reaksi kimia yang merupakan bagian dan proses metabolisme. Reaksi-reaksi tersebut harus berlangsung dengan laju yang memadai, sesuai dengan kebutuhan. Namun, kedua faktor ini sering kali tak dapat ditingkatkan secara bermakna pada makhluk hidup sehingga harus ada cara lain untuk menambah kecepatan reaksi, yakni dengan melibatkan katalisator khusus yang dikenal sebagai enzim. Baik atau buruknya kinerja suatu enzim tercermin dari besar kecilnya kecepatan reaksi kimia yang dikatalisnya. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kinerja enzim ini secara kimiawi enzim merupakan protein dengan sifat-sfat khasnya. Karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi struktur molekul protein akan mempengaruhi pula kinerja enzim. Selan itu keikutsertaan zat-zat khusus yang dikenal sebagai modifer dalam reaksi enzimatik dapat memperbaiki atau sebaliknya, memperburuk kinerja enzim. Praktikum ini bertujuan untuk memperkenalkan cara untuk mengetahui kinerja enzim dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja tersebut. Praktikum tentang kinerja enzim ini terbagi menjadi dua bagian. Praktikum pertama bertujuan untuk mengetahui pH dan suhu sedangkan praktikum kedua dirancang untuk menujukkan pengaruh kadar reaktan serta pengaruh modifiaer pada kinerja enzim.

Prinsip Umum Praktikum Kinetika Enzim Kinerja enzim diukur dari kecepatan reaksi yang dikatalisnya. Kecepatan reaksi enzimatik tercermin dari berkurangnya sustrat atau bertambahnya produk per per satuan waktu. Reaksi enzimatik tidak berlangsung dalam kecepatan konstan, kecepatan akan semakin menurun seiring dengan makin berkurangnya kadar substrat .

Karena kecepatan reaksi selalu berubah, perlu ditentukan suatu kecepatan reaksi pada saat tertentu dalam perjalanan reaksi enzimatik sebagai patokan untuk menilai kinerja enzim.

Kecepatan awal (initial velocity = V0 ) adalah kecepatan reaksi enzimatik pada saat reaksi baru saja berlangsung, dengan kadar substrat yang masih belum berkurang.

Kecepatan awal reaksi dapat diketahui dengan mengukur penurunan kadar substrat atau peningkatan kadar produk selama berlangsungnya reaksi dan menurutnya sebagai kurva yang lazim dikenal sebagai progress curve, kecepatan awal adalah tangens dan sudut yang dibentuk antara garis singgung pada kurva yang ditarik melalui titik waktu reaksi

Praktikum 2 PENGARUH SUHU PADA REAKSI ENZIMATIK

A. ALAT 1. 2. 3. 4. 5. Bejana erlenmeyer Pipet volumetric 1 ml Buret Tabung reaksi ( 5 buah) Stopwatch

B. REAGENSIA 1. Larutan enzim E (saliva) 2. Larutan Nacl 3. Larutan dapar ( buffer ) dengan pH 6,5 4. Larutan substrat s 5. Penangas air ( waterbath) 6. Larutan KI-KIO3 7. Larutan Hcl 0,05 N

C. PELAKSANAAN 1. Siapkan 5 tabung reaksi beri tanda 0,5,10,15,20 2. Masukkan 6 ml Hcl kedalam masing-masing tabung 3. Ukur larutan dapar pH 7 sebanyak 7 ml 4. Ukur Nacl 0,9% sebanyak 10 ml 5. Ukur larutan substrat s sebanyak 2 ml 6. 3+4+5 di masukkan ke dalam erlenmeyer 7. Panaskan larutan dalam erlenmeyer di atas hotplate sampai suhu mencapai 70O - 80O 8. Setelah mencapai suhu di atas masukkan 2 ml larutan erlenmeyer dalam tabung reaksi bertanda 0. Kocok larutan hingga tercampur. 9. Masukkan 2 ml saliva ke dalam erlenmeyer, goyang beberapa kali, nyalakan stopwatch.

10. Pada saat mencapai menit ke 5 masukkan 2 ml campuran erlenmeyer ke dalam tabung reaksi bertanda 5. Lakukan juga pada menit ke 10,15,dan 20. 11. Tambahkan 1 ml larutan I2 kedalam setiap tabung reaksi, kocok hingga tercampur. Lalu baca nilai transmittan dengan spektrofotometer.

D. BAGAN ALIR Siapkan 5 tabung reaksi beri tanda 0,5,10,15,20.

Masing-masing tabung reaksi diisi dengan 6 ml Hcl

Ukur larutan dapar pH 7 sebanyak 7 ml

Ukur Nacl 0,9% sebanyak 10 ml

Ukur larutan substrat s sebanyak 2 ml

3+4+5 di masukkan ke dalam erlenmeyer

Panaskan larutan dalam erlenmeyer di atas hotplate sampai suhu mencapai 70O 80O

Setelah mencapai suhu di atas masukkan 2 ml larutan erlenmeyer dalam tabung reaksi bertanda 0. Kocok larutan hingga tercampur.

Masukkan 2 ml saliva ke dalam erlenmeyer, goyang beberapa kali, nyalakan stopwatch.

Pada saat mencapai menit ke 5 masukkan 2 ml campuran erlenmeyer ke dalam tabung reaksi bertanda 5. Lakukan juga pada menit ke 10,15,dan 20.

Tambahkan 1 ml larutan I2 kedalam setiap tabung reaksi, kocok hingga tercampur. Lalu baca nilai transmittan dengan spektrofotometer

E. GAMBAR SKEMATIS

Dapar pH 7 7 ml+NaCl 0,9% 10 ml+ substrat 2 ml

5 TABUNG REAKSI DI ISI HCL 0,05 N 10 ML

Masukkan 2 ml enzim ke dalam erlenmeyer, jalan kan stopwacth

2 ml larutan dalam erlenmeyer masukkan dalam tabung 0

Panaskan di atas waterbath hingga suhu 70oC-80oC.

Pada menit ke 5 masukkan 2 ml

Tambahkan I2

Baca absorban pada spektrofotometri visibel.

F. HASIL PRAKTIKUM Absorban = Log

Presentase substrat yang di cerna pada menit t = 100% -

x 100 %

SUHU 0Oc

WAKTU 0 5 10 15 20

TRANSMITTE 39 39 36 31 35 34 40 38 40 40 53 34 30 30 27

ABSORBAN 0,4089 0,4089 0,4437 0,5086 0,4559 0,4685 0,3979 0,4202 0,3979 0,3979 0,2757 0,4685 0,5229 0,5229 0,5686

% SUBSTRAT 0% 0% -8,51 % -24,38 % -11,49 % 0% 15,07 % 10,31 % 15,07 % 15,07 % 0% -69,93 % -89,66 % -89,66 % -106,24 %

35OC

0 5 10 15 20

80OC

0 5 10 15 20

40.00% 20.00% % SUBSTRAT YANG TERCERNA 0.00% 5' -20.00% SUHU 0OC -40.00% -60.00% -80.00% -100.00% -120.00% SUHU 35OC SUHU 80OC 10' 15' 20'

WAKTU (MENIT)

G. PEMBAHASAN Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi enzimatik juga sangat berpengaruh terhadap suhu. Karena enzim adalah protein yang jika pada suhu tinggi dapat mengalami denaturasi. Kenaikan suhu akan menyebabkan kecepatan suatu reaksi kimia akan menjadi bertambah besar, disebabkan karena energi kinetik dari molekulmolekul yang bereaksi semakin besar. Molekul saling bergerak dan saling bertumbukan satu sama lainnya, jika ada molekul substrat menumbuk molekul enzim yang tepat maka akan menempel pada enzim. Tempat menempelnya substrat disebut sisi aktif. Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul produk. Setelah terbentuk produk, enzim kemudian dilepaskan yang kemudian bebas membentuk kompleks dengan substrat yang lain. Enzim sebagai protein akan mengalami denaturasi jika suhunya dinaikan. Akibatnya daya kerja enzim menurun. Pada suhu 450C efek predominannya masih memperlihatkan kenaikan aktivitas sebagaimana dugaan dalam teori kinetik. Tetapi lebih dari 450C menyebabkan denaturasi ternal lebih menonjol dan menjelang suhu 550C fungsi katalitik enzim menjadi punah (Gamman & Sherrington, 1994). Hal ini juga terjadi karena semakin katalitik suhu semakin naik pula laju reaksi kimia baik

yang di katalis maupun tidak. karena itu pada suhu 400C larutan tidak ada gumpalan yang menyebabkan enzim rusak, sedangkan pada suhu 1000C akan terbentuk gumpalan-gumpalan yang menunjukkan enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya berkurang. Enzim memiliki suhu optimum yaitu sekitar 180C-230C atau maksimal pada suhu 400C, karena pada suhu 450C enzim akan terdenaturasi. H. KESIMPULAN Dari data praktikum dapat disimpulkan suhu sangat berpengaruh pada aktivitas kerja enzim, pada suhu kamar (350C) didapat kurva berniali (+) dimana ada reaksi enzimatik. Pada suhu 0oC, enzim akan diinaktivasi, tetapi tidak benar-benar rusak dan kemampuan enzim dalam mencerna substrat menurun. Pada 80o C enzim akan terdenaturasi hingga kemampuannya hilang, dapat dilihat dari hasil grafik yang menurun.

Praktikum 3 PENGARUH MODIFIER PADA REAKSI ENZIMATIK

A. ALAT Bejana erlenmeyer Pipet volumetric 1 ml Buret Tabung reaksi ( 5 buah ) Stopwatch

B. REAGENSIA Larutan enzim B Larutan NaCl 0,09 % Larutan HgCl2 Larutan dapar ( buffer ) dengan pH 6,5 Larutan substrat s Larutan KI-KIO3 Larutan HCl 0,05 N

C. PELAKSANAAN Siapkan 5 tabung reaksi beri tanda 0,5,10,15,20 Masukkan 10 ml Hcl kedalam masing-masing tabung Ukur larutan dapar pH 7 sebanyak 6 ml Ukur 6 ml NaCl ukur substrat 3 ml 5 tetes HgCl2 3+4+5+6 di masukkan ke dalam erlenmeyer, digoyang ad tercampurkan 8. Pipet 2 ml dari larutan erlenmeyer masukkan dalam tabung ke 0 9. Masukkan 2 ml saliva ke dalam erlenmeyer, goyang beberapa kali, nyalakan stopwatch. 10. Pada saat mencapai menit ke 5 masukkan 2 ml campuran erlenmeyer ke dalam tabung reaksi bertanda 5. Lakukan juga pada menit ke 10,15,dan 20. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

11. Tambahkan 1 ml larutan I2 kedalam setiap tabung reaksi, kocok hingga tercampur. Lalu baca nilai transmittan dengan spektrofotometer. D. BAGAN ALIR Siapkan 5 tabung reaksi, beri label 0 , 5, 10, 15, 20.

Isi masing- masing tabung dengan 10 ml HCl

Masukkan 6 ml dapar pH 7, 6 ml NaOH, 3 ml substrat dan 5 tetes HgCl2 dalam erlenmeyer goyang-goyang ad Tercampur

Pipet 2 ml dari larutan di atas, masukkan tabung reaksi 0.

Masukkan 2 ml enzim ke dalam erlenmeyer, nyalakn stopwatch

Pada menit ke 5 masukkan 2 ml larutan dalam erlenmeyer yang telah di beri enzim ke dalam tabung reaksi 5, lakukan hal selanjutnya hingga menit ke 20.

Tambahkan 1 ml I2 dalam masing-masing tabung, lalu baca absorbansi pada spektrofotometer visibel.

E. GAMBAR SKEMATIS

5 TABUNG REAKSI DI ISI HCL 0,05 N 10 ML

F. HASIL PRAKTIKUM Absorban = Log Presentase substrat yang di cerna pada menit t = 100% KELOMPO K A WAKT U 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 TRANSMITT E 24 76 90 89 91 26 97 97 96 98 53 91 94 91 92 ABSORBANC E 0,0198 0,1192 0,0458 0,0506 0,0410 0,5850 0,0132 0,0132 0,0177 0,0088 0,2757 0,0409 0,0269 0,0409 0,0362

x 100 %
% SUBSTRA T 0% 80,77 % 92,62 % 91,83% 93,39 % 0% 97,74 % 97,74 % 96,97 98,50 % 0% 85 % 90 % 85 % 87 %

120.00% % SUBSTRAT YANG TERCERNA 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 5' 10' 15' 20' WAKTU (MENIT) KEL A KEL B KEL C

G. PEMBAHASAN Berdasarkan reaksi kimianya, ada dua macam inhibitor, yaitu inhibitor irreversible dan inhibitor reversible. Inhibitor irreversible merupakan inhibitor yang tidak dapat balik. Artinya, setelah berikatan dengan enzim, inhibitor ini tidak dapat dipisahkan lagi dari enzim. Dengan adanya inhibitor ini enzim tidak dapat bekerja lagi karena inhibitor ini bersifat merusak enzim. Sedangkan inhibitor reversible adalah inhibitor yang dapat balik. Artinya, setelah berikatan dengan enzim, inhibitor ini masih dapat dipisahkan lagi. Inhibitor reversibel terdiri dari tiga jenis, yaitu inhibitor yang bekerja secara kompetitif, non-kompetitif, dan tak-kompetitif. 1. Kompetitif Pada inihibitor kompetitif, inhibitor dan substrat

berkompetisi untuk berikatan dengan enzim. Seringkali inhibitor kompetitif memiliki struktur yang sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai contoh, metotreksat adalah inihibitor kompetitif untuk enzimdihidrofolat reduktase. Kemiripan antara struktur asam folat dengan obat ini ditunjukkan oleh gambar di samping bawah. Perhatikan bahwa pengikatan inhibitor tidaklah perlu terjadi pada tapak pengikatan substrat apabila pengikatan inihibitor mengubah konformasi enzim, sehingga menghalangi pengikatan substrat. Pada inhibitor kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak berubah, namun memerlukan konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai kelajuan maksimal tersebut, sehingga meningkatkan Km

2. Tak kompetitif Pada inhibitor tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas, namun hanya dapat dengan komples ES. Kompleks EIS yang terbentuk kemudian menjadi

tidak aktif. Jenis inhibitor ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada enzim-enzim multimerik. 3. Non kompetitif Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama. Pada umumnya, terjadi pengikatan secara kovalen dengan gugusf ungsional dari enzim. Ion-ion logam berat, seperti Ag+ dan Hg2+, dapat mengurangi aktivitas enzim. Jika ion logam berat ini berikatan dengan enzim, enzim akan mengalami denaturasi. Oleh karena inhibitor menghambat fungsi enzim, inhibitor sering digunakan sebagai obat. Contohnya adalah inhibitor yang digunakan sebagai obat aspirin. Aspirin menginhibisi enzim COX-1dan COX-2 yang memproduksi pembawa pesan peradanganprostaglandin, sehingga ia dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Namun, banyak pula inhibitor enzim lainnya yang beracun. Sebagai contohnya, sianida yang merupakan inhibitor enzim ireversibel, akan bergabung dengan tembaga dan besi pada tapak aktif enzim sitokrom coksidase dan memblok pernafasan sel.

H. KESIMPULAN Inhibitor merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat laju reaksi suatu enzim. Inhibitor bekerja dengan cara berikatan dengan enzim sehingga membuat enzim menjadi rusak atau tidak cocok dengan substratnya. Berdasarkan reaksi kimianya, ada dua macam inhibitor, yaitu inhibitor irreversible dan inhibitor reversible. Ada 3 macam jenis inhibitor reversible, yaitu inhibitor yang bekerja secara kompetitif, non kompetitif, dan unkompetitif.

Dari data hasil praktikum di dapatkan bahwa kinerja enzim dengan adanya inhibitor berupa logam berat yaitu Hg, hanya mempengaruhi sedikit aktifitas enzim. Dari hasil persen substrat yang di cerna persentase dengan penambahan inhibitor ataupun tidak hanya berbeda sedikit tapi tidak signifikan menurunkan aktifitas enzim atau mendenaturasi enzim.

You might also like