You are on page 1of 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Restorasi Rigid Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi dan erosi. Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi gigi yang rusak atau mengganti gigi yang hilang, sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah, fungsi bicara, dan fungsi estetika gigi tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi telah menemukan teknik dan bahan untuk merestorasi berbagai kelainan atau kerusakan gigi khususnya yang berkaitan dengan estetika (T.R. Pitt Ford, 1993 : 61). Restorasi dapat dibagi atas dua bagian yaitu plastis dan rigid. Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian tumpatan dikerjakan pada satu kali

kunjungan, tidak memerlukan fasilitas laboratorium dan murah. Tumpatan plastis cenderung digunakan ketika struktur gigi cukup banyak untuk mempertahankan integritas dengan bahan tumpatan. Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium

dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk pasien. (T.R. Pitt Ford, 1993 : 61). Berlawanan dengan sifat bahan tumpatan plastis yang bisa dimanipulasi selama melakukan penumpatan, ada sekelompok bahan restorasi yang harus dibentuk dan diselesaikan dahulu diluar mulut sebelum ditumpatkan ke dalam gigi atau diatas gigi yang telah dipreparasi. Jika restorasinya cocok dengan kavitas yang telah dipreparasi didalam gigi disebut restorasi intrakorona, sedangkan jika cocok menutupi gigi yang telah dipreparasi disebut restorasi ekstrakorona. Sifat mekanik yang sangat baik dari bahan restorasi kelompok ini telah menyebabkan meluasnya pemakaian restorasi ekstrakorona. Dalam restorasi intrakorona bahan tersebut sedikit digunakan karena dengan bahan tumpatan plastis pekerjaan bisa lebih mudah, lebih cepat, dan jauh lebih murah. Jika pada gigi terdapat kavitas yang sangat luas, maka lebih baik menambal kavitas dengan bahan restorasi plastis yang memperoleh restorasi tambahannya misalnya dari pin, lalu membuat restorasi ekstrakorona

untuk melindungi tonjolnya yang telah lemah. Cara demikian lebih baik daripada membuat restorasi rigid intrakorona misanya inlay emas yang tidak menyediakan perlindungan yang diperlukan dan retensinya jelas tidak memadai (T.R. Pitt Ford, 1993 : 115). Retensi restorasi rigid diperoleh dari bentuk geometric preparasinya, dibantu oleh selapis tipis semen perekat yang juga berfungsi mencegah bocornya tepi tumpatan atau masuknya bakteri (T.R. Pitt Ford, 1993 : 115). Bertahun-tahun lamanya bahan yang banyak digunakan untuk restorasi rigid adalah aloi emas tuang dan kaca keramik atau porselen dental. Kedua bahan ini dalam bentuk modifikasinya dapat juga dikombinasikan sehingga memiliki estetika yang baik yang disebabkan oleh porselen dental dan mempunyai kekuatan seperti aloi metalnya, hasilnya adalah restorasi metal keramik atau sering disebut sebagai mahkota bonded porcelain (T.R. Pitt Ford, 1993 : 115). Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen fused to metal, resin komposit, dan kombinasi keduanya. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan porselen merupakan bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif yang tinggi. Porselen mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di laboratorium. Teknik restorasi rigid dibagi atas tiga metode yaitu direct, semidirect, dan indirect. Teknik semidirect intraoral merupakan pembuatan inlay/ onlay resin komposit satu kali kunjungan, resin komposit langsung ditumpatkan pada gigi, disinar dari setiap arah dan kemudian di post-cured sebelum dibonding pada gigi. Teknik semidirect ekstraoral merupakan pembuatan restorasi rigid satu kali kunjungan yang dibuat menggunakan die fleksibel dan berfungsi untuk mengoreksi kontak marginal. Teknik indirect merupakan pembuatan restorasi rigid yang dilakukan dalam laboratorium dental dengan menggunakan model dari kavitas gigi yang dipreparasi, membutuhkan tumpatan sementara dan kunjungan berulang.

2.2 Macam-macam Restorasi Rigid 1. Inlay Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki gigi yang rusak ringan hingga sedang. Inlay juga dapat digunakan untuk mengembalikan gigi yang retak atau patah jika kerusakan tidak cukup parah untuk memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin komposit, dan kadang-kadang dari emas. Inlay disebut juga restorasi intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai undercut. Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas. Beberapa restorasi intrakorona (inlay) yang sering digunakan adalah: a. inlay logam tuang dengan teknik direk b. inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek c. inlay porselen Bahan yang digunakan a. Logam tuang Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24 karat, 100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan kedalamnya untuk meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan yang digunakan dalam inlay emas tradisional adalah suatu aloi emas. Aloi tersebut ada yang terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada pula yang hanya mengandung 20 persen emas. Aloi-aloi lain sama sekali tidak mengandung emas tetapi hanya mengandung kombinasi-kombinasi logam-logam lain, sehingga sering disebut sebagai logam cor.

b. Porselen Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua teknik yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor dalam bahan refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi sekali tanpa mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan cairan sampai menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay atau ke dalam permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar dalam tungku pembakaran sampai partikel-partikel porselennya menyatu. Proses diulang beberapa kali hingga restorasi menjadi berbentuk dan berwarna seperti yang diinginkan. Model refraktori kemudian dibuka,biasanya dengan sand blasting atau glass bead blasting. Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang layak cor ke dalam mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca ini kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang akan mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan dibakar untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan restorasi keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya tidak akurat), tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya. Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen yaitu : a. Kekuatan Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada amalgam, komposit, atau semen ionomer kaca dan mempunyai kesanggupan melawan kekuatan tensil yang lebih besar. Oleh karena itu, bahan ini merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi yang telah melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau kurang sudah cukup dibandingkan dengan ketebalan minimal amalgam yang 3mm. Sifatnya yang kuat walau dalam potongan tipis juga membuat bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona seperti onlay, dan mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada aloi logam yang digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang memungkinkan tepi restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik. Untuk itu, preparasi diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi agar ujung logam nya bisa tipis. Di pihak lain, porselen mempunyai kekuatan kompresif yang tinggi tetapi rendah dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini relative getas dalam potongan tipis, paling sedikit sampai bahan ini disemenkan pada gigi dan mendapatkan dukungan dari jaringan gigi. Oleh karena itu restorasi porselen jangan diberi bevel, dan

diperlukan ketebalan minimal agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen konvensional, ketebalan ini minimal sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir porselen yang tidak terkena tekanan oklusal, 0,5mm atau kurang sudah memadai. b. Ketahanan terhadap abrasi Walaupun amalgam menyerupai email dalam ketahananya terhadap abrasi, baik komposit maupun semen ionomer kaca cenderung aus dengan lebih cepat dari pada email, terutama dipermukaan oklusal. Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya dengan email dalam menahan abrasi, dan memang ada keyakinan bahwa porselen lebih resisten daripada email sehingga restorasi porselen berantagonis dengan gigi asli, gigi aslinya itu yang akan aus lebih cepat. Ini akan benar-benar terjadi jiuka pengupaman (glazing) porselen tidak sempurna atau tidak terkikis. Jika terdapat kavitas abrasi dileher gigi, komposit atau semen ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya. Kadang-kadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau inlay logam cor. c. Penampilan Emas sering merupakan bahan yang paling disukai untuk alasan estetika karena lebih menarik daripada amalgam dan tidak rusak seperti silikat. Selain itu, dilingkungan masyarakat tertentu, emas di anggap sebagai symbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut. Dengan di perkenalkannya bahan restorasi sewarna dengan gigi yang lebih andal, mode tersebut lambat laun menghilang dan kini relative sedikit pasien yang meminta tambalan emas. d. Versatilitas Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna. Dengan teknik indirek, restorasi oklusal dan konturaksial serta daerah kontaknya dapat di bentuk dengan akurat di laboratorium. Jika restorasi tuang di buat pada pasien yang harus juga di buatkan gigi tiruan sebagian lepas, bidang pemandu, dudukan test,dan reciprocal ledge dapat sekaligus di bentuk pada restorasinya sewaktu dalam tahap laboratorium. e. Biaya Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam tuang dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu yang harus dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien.

Pertama untuk preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepasan restorasi setelah dibuat di laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan oleh dokter gigi dan peteknik gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan biaya yang beberapa kali lebih mahal dari pada restorasi plastisnya yang setara. f. Penyemenan Faktor yang lemah pada setiap restorasi yang di semenkan adalah penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun masih mempunyai celah beberapa micrometer (10-16 mikrometer) dari dinding kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan demikian bergantung seluruhnya pada semen. Secara ringkas, keuntungan dan kekurangan inlay dirangkum di bawah ini: a. Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan biasa b. Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa. c. Lebih sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi yang diambil d. Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding tambalan biasa. Indikasi inlay : 1. 2. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan (pegangan), misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu untuk dibuatkan Rest Seat, untuk gigi tiruan. 3. 4. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak cusp Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami kerusakan akibat adanya karies sekunder 5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang) 6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit (pada gigi belakang). Kontraindikasi inlay : 1. Frekuensi karies tinggi 2. OH pasien jelek 3. Permukaan oklusal yang berat

Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat emnjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching. 4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin keberhasilan kliniknya. 5. Preparasi subgingival yang tajam Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan. Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang paling sering bagi setiap restorasi Indikasi: a. Inlay logam tuang direct Teknik inlay logam tuang secara direct hanya dapat diterapkan pada kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam tuang tidak termanfaatkan dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam tuang direct yang dibuat dan ini pun biasanya diindikasikan bersama-sama dengan beberapa restorasi lain. b. Inlay logam tuang indirect Teknik indirect memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi yang lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga melindungi tonjol gigi dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa disebut onlay. Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay indirect adalah sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan gigi hilang. c. Inlay porselen Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang dan lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh karena itu, porselen cocok untuk permukaan oklusal gigi posterior yang restorasinya luas dan penampilannya diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di permukaan bukal yang terlihat baik di gigi anterior maupun posterior. Porselen tidak sekuat logam

tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui sistem etsa asam tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit Macam-Macam Inlay 1. Bahan Inlay Logam antara lain: a. Emas b. Duro silver c. Accolite d. Caves Indikasi inlay logam: 1) Untuk karies yang besar dan dalam, terutama yang meluas sampai aproksimal. 2) Sebagai penyangga dari bridge. 3) Gigi yang mengalami abrasi yang luas atau karies yang lebar meskipun dangkal. 4) Pada kasus dimana diperlukan: Perlindungan terhadap jaringan periodontal. Kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga. Menghindari penimbunan sisa makanan.

Konta indikasi inlay logam: 1) Oral hygine pasien yang buruk. 2) Pasien dengan insiden karies yang tinggi. 3) Pasien muda di bawah usia 10 tahun.

2. Bahan Inlay Non Logam: a. Porselen

Keuntungan: Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi. Permukaan licin seperti kaca. Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik. Kerugian: Ketahanan terhadap benturan rendah. Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas. Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus. b. Komposit

2. Onlay Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay MOD merupakan jenis restorasi yang tepat. ( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544) Indikasi : 1. 2. Pengganti restorasi amalgam yang rusak. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan lingual.

3. 4. 5. 6.

Restorasi karies interproksimal gigi posterior. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat. Abrasi gigi posterior yang luas Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian bukal dan lingual masih sehat

7. 8. 9.

Memperbaiki fungsi oklusi Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups Mahkota klinis masih tinggi

10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding bukal dan lingual masi utuh. Indikasi yang populer bagi onlay adalah menggantikan restorasi amalgam yang rusak. Juga berguna untuk merestorasi lesi karies yang mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri utama dari restorasi ini adalah mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan dengan gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan periodontal yang sangat membantu. (Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544) Onlay merupakan modifikasi dari MOD inlay dimana telah terjadi kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran oklusal. Biasanya lebih luas dari inlay dan menutupi salah satu atau lebih tonjol gigi tersebut.

Kontraindikasi : 1. Dinding bukal dan lingual rusak 2. Mahkota klinis yang pendek

3. OH buruk 4. Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun) 5. Insidensi karies tinggi Kelebihan onlay : 1. Menutupi sebagian / seluruh permukaan oklusal sehingga memperbaiki fungsi oklusi. 2. Tekanan oklusal onlay bisa diteruskan merata ke jaringan gigi. 3. Tekanan pada onlay lebih menyatu 4. Mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan dengan gingival

3. Mahkota Vinir Sebagian Veneer yaitu melapisi permukaan gigi dengan bahan restorasi yang menyerupai warna gigi asli. Veneer diindikasikan pada gigi yang berubah warna oleh karena : obat tetrasiklin, fluor yang berlebihan, rokok dan umur. Indikasi : 1. Fraktur pada sebagian mahkota. 2. Karies yang besar, khusunya apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior. 3. Kavitas permukaan labial yang besar atau klas V, khususnya apabila berhubungan dengan karies aproksimal atau restorasi klas II. 4. Pit yang hipoplastik. 5. Perubahan warna (staining tetrasiklin). 6. Gigi-gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang konus). 7. Diperlukan perubahan pada posisi aksial kurang dari 1 mm. 8. Atrisi yang berat, abrasi, atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi atau kemungkinan seluruh rahang). 9. Diperlukan penutupan menyeluruh untuk retainer jembatan. Kontraindikasi : 1. Kebersihan mulut serta motivasi yang buruk. 2. Gigi dengan tambalan yang besar. Gigi mungkin telah ditambal berulang kali dan memperlihatkan vitalitas yang kecil apabila dibandingkan dengan gigi-gigi sebelahnya serta gigi-gigi antagonisnya. Gambaran radiografi memperlihatkan kalsifikasi saluran akar serta pembentukan dentin sekunder.

3. Pasien berusia di bawah 18 tahun di mana pada gambaran radiografi menunjukkan rongga pulpa yang masih lebar. 4. Gigi yang sangat pendek karena fraktur sebagian besar mahkota.

Kelebihan: 1. Reduksi jaringan gigi minimal 2. Memperbaiki estetis dan anatomis Kekurangan: 1. Harga mahal dibanding komposit

4. Mahkota Penuh Full crown adalah suatu restorasi yang terbuat dari logam campur yang dituang dan dipasang menyelubungi seluruh permukaan gigi bagian mahkota.

Full metal crown Indikasi Mahkota Penuh: 1. Pilihan terakhir apabila mahkota sebagian tidak dapat menggantikan fungsi gigi yang hilang. 2. Gigi molar dan gigi premolar, namun tidak menutup kemungkinan un-tuk gigi anterior-posterior yang lain. 3. Gigi yang telah direstorasi besar tetapi dipertanyakan mutunya. 4. Gigi yang mempunyai karies yang sangat luas. 5. Gigi yang sangat pendek dan tidak member resistensi kecuali dengan mahkota penuh.

Kontraindikasi Mahkota Penuh 1. Oral Higiene yang buruk. OH yang buruk dapat menggagalkan restorasi.

Kelebihan : 1. Mahkota penuh sangat kuat. Kekurangan : 1. Mahal. 2. Banyak membuang struktur sehat gigi. 3. Mahkota penuh dari logam merupakan isolator panah yang buruk dan estetiknya buruk.

5. Mahkota Pasak Mahkota adalah restorasi rigid sebagian/ seluruh mahkota yang disemenkan. Rekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya lebih besar daripada gigi yang sehat. Mahkota pasak merupakan restorasi pada gigi yang telah mengalami perawatan saluran akar yang sebagian besar mahkota giginya rusak oleh karena karies, trauma, dll sehingga retensi utama terletak pada saluran akar. Diperlukan untuk merestorasi gigi anterior yang sudah tidak mempunyai cukup jaringan gigi untuk mendukung restorasi sederhana atau suatu mahkota. Mahkota pasak mempunyai pasak yang pas dengan saluran akar dan menyediakan retensi bagi restorasi yang ada di mahkota tetapi tidak untuk memperkuat gigi. Kerusakan mahkota gigi asli yang cukup parah akan menimbulkan masalah retensi. Pada gigi posterior, dan kadang-kadang pada gigi anterior, masalah ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak dentin untuk retensi inti amalgam atau komposit. Meskipun demikian, pada kebanyakan kasus karies sudah mengenai pulpa, dan gigi yang sudah dirawat saluran akar, khususnya pada gigi dengan akar tunggal yang lurus. Keadaan ini sebaikknya harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengisian saluran akar sehingga dapat digunakan tehnik pengisian yang memungkinkan digunakannya saluran akar membantu retensi. Ini umumnya berarti bahwa 1/3 saluran

akar diisi dengan point endodontic dan bahan pengisi , 2/3 saluran akar dengan bahan yang dapat dikeluarkan nantinya tanpa mengganngu pengisian apikal.

Indikasi: 1. Gigi vital/ non vital 2. Sudah tidak bisa ditambal lagi 3. Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi 4. Jaringan periodontal sehat 5. Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak 6. Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada bagian mukosa palatal. 7. Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian masih mampu menerima beban mahkota pasak itu sendiri 8. Akar gigi masih bagus. Kontraindikasi: 1. 2. Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota karena adanya periodontitis kronis 3. 4. 5. Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal iritasi Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai perforasi. Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded.

You might also like