You are on page 1of 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Rujukan Kesehatan Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.

Sedangkan sistem rujukan kesehatan ialah system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbale balik suatu kasus / masalah kesehatan secara vertical maupun horizontal (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, 2008 ) Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda

tingkatan. Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak dapat memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena ketserbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan. Rujukan vertikal dari tingkatan

pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila: 1. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya 2. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut 3. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang 4. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang merupakan peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan. Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang. Setiap orang yang bukan peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, sebagaimana dimaksud dapat mengikuti sistem rujukan. (Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012) Tujuan dari system rujukan kesehatan yaitu : 1. Tujuan Umum Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna 2. Tujuan Khusus a. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu: 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pertama, klinik umum di balai/lembaga pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pertama. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basib health services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua Pelayanan kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan menginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D dan memerlukan tersedianya tenaga spesialis

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik. Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sreekunder. Pelayanan sudah komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe A dan B. 2.2 Macam macam Rujukan Kesehatan Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Rujukan medik Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan - bahan pemeriksaan. Dalam kaitan ini rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita. Pelayanan dirumah sakit perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada dengan lebih berkasil guna dan berdaya guna, karena itu perlu dihindari adanya tumpang tindih antara berbagai upaya yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Di waktu yang akan datang secara bertahap bahwa pelayanan dirumah sakit baik untuk rawat jalan maupun rawat tinggal, hanya bersifat spesialistik atau sub spesialistik, karena pelayanan yang bersifat non spesialistik

atau pelayanan dasar harus dapat dilakukan di puskesmas, ditempat praktik dokter dan unit upaya setingkat.Demikian pula rumah sakit, yang dimanfaatkan untuk pendidikan calon dokter dan calon dokterspesialis, harus dapat dibatasi dan mengkhususkan diri untuk menjadi pusat pelayanan sub spesialistik tertentu dalam suatu wilayah. Dengan demikian dapat dihindari adanya tumpang tindih pelayanan sub spesialistik sejenis antara pusat-pusat dalam suatu wilayah, sehingga tercapai efisiensi pemanfaatan sumber daya yang terbatas. Selain itu masing-masing pusat harus dapat melakukan uji coba terhadap teknologi mutakhir secara lebih berhasil guna dan berdaya guna. 2. Rujukan kesehatan masyarakat Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi), rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan dapat dilakukan rujukan horizontal maupun vertical dapat dilakukan melalui wadah-wadah koordinat yang permintaan bantuan dapat diajukan dari tingkat bawah termasuk masyarakat kepada puskesmas pembantu. Jika puskesmas pembantu tidak dapat memenuhinya, maka ia akan melanjutkan kepada puskesmas dan seterusnya untuk rujukan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan, permintaan bantuan dapat juga diajukan oleh puskesmas kepada sector-sector teknis lain diluar kesehatan, seperti pekerjaan umum , pembangunan desa, peternakan, dan swasta.Rujukan ada tiap tingkatan upaya kesehatan seperti Lembaga ketahanan Masyarakat Desa di tingkat desa, badanbadan koordinasi lintas sektoral yang berada di tingkat kecamatan, kabupaten, dan

kotamadya, propinsi, atau tingkat nasional. Rujukan kesehatan tersebut diatas pada dasarnya mencakup : 1) Bantuan Teknologi Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dalam bidang kesehatan maupun yang berkaitan dengan kesehatan, dimana eselon-eselon yang mampu dapat memberikan teknologi tersebut. Teknologi yang diberikan harus tepat guna dan cukup dibiayai oleh masyarakat yang bersangkutan.Bantuan teknologi tersebut dapat berupa, antara lain : a) Pembuatan jamban keluarga dan sarana air minum

b) Pemugaran rumah

c) Pembuangan air limbah d) Penimbangan bayi untuk pengisian kartu sehat menuju sehat e) Pemeliharaan f) Perbaikan dan sarana kalibrasi peralatan kesehatan 2) Bantuan Sarana Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik sarana tertentu dalam bidang kesehatan maupun sarana yang terdapat pada sector-sector teknis lain. Bantuan sarana tersebut dapat berupa, antara lain : a) Obat b) Peralatan c) Biaya d) Bibit tanaman e) Ikan dan ternak f) Pangan untuk usaha padat karya g) Bahan bangunan dan tenaga 3) Bantuan Operasional Rujukan ini dapat berupa permintaan kepada eselon untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu yang tidak dapat diatasi oleh masyarakat sendiri . Dalam hal ini masalah tersebut harus diatasi sepenuhnya oleh eselon yang mampu. Bantuan tersebut dapat diantara lain : a. Survei epidemiologic untuk menentukanbesarnya permasalahan yang dihadapi serta metode penanggulangan yang penting sesuai dengan situasi dan kondisi daerah . b. Mengatasi wabah atau kejadian luar biasa dilapangan oleh tim gerak cepat tingkat kabupaten dan kotamadya, propinsi atau pusat. c. Membangun sarana komunikasi

2.3 Pembinaan Sistem Rujukan Kesehatan Dalam melaksanakan peran sebagai rujukan kesehatan, perlu adanya wewenang dan tanggung jawab dalam melakukn pembinaan pada system rujukan kesehatan itu sendiri, yaitu :

1. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama. 2. Kepala dinas kesehatan provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua. 3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat ketiga. 4. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota mengikutsertakan asosiasi perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan. 5. Dalam rangka melakukan pengawasan, Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kabupaten/kota dapat mengambil tindakan administratif sesuai dengan kewenangan masing-masing. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada no 5 (lima) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau pencabutan izin praktik tenaga kesehatan dan/atau izin fasilitas pelayanan kesehatan. (Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012) Kegitan monitoring, evaluasi, pencatatan dan pelaporan : 1. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan organisasi profesi. 2. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan oleh perujuk maupun penerima rujukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012) Dalam membina system rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Regionalisasi. Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan system rujukan. Pembagian

wilayah ini didasarkan atas pembagian wilayah secara administrative, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi atau mudahnya system rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat system rujukan mendapat arus penderita secara merata. Tiap tingkat unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan disalurkan

dalam system rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu. 2. Penyaringan (screening) Penyaringan oleh tiap tingkat unit kesehatan. Tiap unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan disalurkan dalam system rujukan. Penderita yang dapat melayani oleh unit kesehatan tersebut, tidak perlu dikirim ke unit lain yang lebih mampu. 3. Kemampuan unit kesehatan dan petugas. Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam petugas dan peralatannya.Walaupun demikian diharapkan mereka dapat melakukan keterampilan tertentu. Khususnya dalam perawatan ibu dijabarkan keterampilan yang masing-masing diharapkan dari unit

kesehatan, beserta petugasnya.

2.4 Rujukan Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari upaya kesehatan secara menyeluruh yang penyelenggaraannya terintegrasi secara lintas program dan lintas sektoral. Rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut (gimul), dilaksanakan melalui pelayanan medik gigi dasar sampai dengan spesialistik. Banyak faktor yang mempengaruhi terselenggaranya rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut, antara lain faktor lingkungan, geografi, transportasi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Tujuan umumnya adalah terwujudnya suatu tatanan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merata, terjangkau ,bermutu, berdaya guna dan berhasil guna. Sedangkan tujuan khususnya, agar mantapnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di setiap jenjang

pelayanan kesehatan yang berlaku. Terwujudnya alur (arus) rujukan medik gigi dan rujukan kesehatan gigi. Sasaran sistem upaya rujukan gigi dan mulut ialah setiap institusi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. 1. Rujukan Medik Gigi : a. Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan pemulihan (model rahang) b. Rujukan spesimen, untuk pemeriksaan penunjang /tambahan. c. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); mendatangkan atau mengirim

tenaga/ahli yang kompeten untuk memberikan dan mendapatkan bimbingan pengetahuan dan ketrampilan kesehatan gigi dan mulut (gimul). 2. Rujukan Kesehatan Gigi : a. Bantuan teknologi berupa teknologi tepat guna, cukup sederhana, dapat dikuasai dan dilksanakan, serta terjangkau masyarakat. Contoh: cara menyikat gigi yang baik dan benar, bentuk-bentuk sikat gigi yang benar. b. Bantuan sarana berupa alat-alat, buku-buku, brosur, poster-poster, leaflet-leaflet. c. Bantuan operasional berupa dana operasional dan pemeliharaan peralatan kesehatan gigi dan mulut, terutama pada unit pelayanan kesehatan terdepan di poli gigi

puskesmas. ( Pedoman Rujukan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Direktorat Kesehatan Gigi, Dirjen Pelayanan Medik, Depkes RI, Jakarta, 1994, hal. 2-3)

You might also like