You are on page 1of 14

Pengujian Efek Anti Diare

I.

TUJUAN Mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang

disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan dan metode transit intestinal. II. PRINSIP 1.Penginduksian oleh oleum ricini. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji khasiat antidiare adalah metode castor oil induced diarrhea atau metode proteksi terhadap diare oleh oleum ricini. Prinsip dari metode ini adalah kandungan utama dari oleum ricini, yakni trigliserida dari asam risinoleat akan mengalami hidrolisis di dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserida dan asam risinoleat dapat menginduksi diare , kemudian diare tersebut dapat dihambat oleh obat antidiare 2. Metode pengujian antidiare secara transit intestinal Efek obat anti diare dalam menghambat gerak peristaltik usus dapat ditandai dengan terhambatnya aliran tinta cina yang melewati usus.

III.

TEORI Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau

setengah cairan (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya, normalnya 100200 ml/tinja (Hendarwanto, 1996). Pada diare, tinja mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal. Tetapi apabila mengeluarkan tinja normal secara berulang tidak disebut diare (Andrianto, 1995). Dengan kata lain, diare merupakan keadaan buang air besar dengan banyak cairan (mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Diare sebenarnya adalah proses fisiologis tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme (virus, bakteri, parasit dan sebagainya) atau bahan-bahan makanan yang dapat merusak usus agar tidak menyebabkan kerusakan mukosa saluran

cerna. Diare dikatakan meningkat ketika frekuensi meningkat dengan konsentrasi tinja lebih lembek atau cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu 7-14 hari (Sunoto, 1996). Berdasarkan jangka waktu terjadinya,diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. Diare Akut adalah : Diare yang terjadi sampai dengan 7 hari, kemudian diare berlanjut atau berlangsung hingga 8-14 hari. Diare Kronis adalah : Diare yang terjadi lebih dari dua minggu, di Indonesia lebih banyak diare akut disbandingkan diare kronis yang menyerang penderitanya.(Fitria,2010). Menurut data badan Kesehatan Dunia (WHOWorld Healt Organitation ) Penyakit diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Yang membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun . Di Indonesia Diare merupakan penyakit pembunuh balita nomor dua setelah penyakit ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Sementara UNICEF ( Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk urusan Anak ) Memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena terserang diare .Sedangkan di Indonesia, setiap tahun kurang lebih dari 100.000 balita meninggal dunia karena terjangkit diare (Fitria,2010). Diare atau mencret adalah tinja yan encer dengan frekwensi 4 (empat) kali atau lebih dalam sehari. Hal tersebut kadang disertai muntah ,badan lesu atau lemah,panas, tidak nafsu makan,darah dan lender dalam satu kotoran (Zahroadiva,2012). Rasa Mual dan muntah muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus secara tiba tiba menyebabkan,diare,muntah ,tinja berdarah,demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan badan (Zahroadiva,2012). Selain itu penderita diare dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut serta gejala gejala lain. Seperti flu agak demam. nyeri otot atau kejang dan sakit kepala.Gangguan parasit dan parasit kadang kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau mengakibatkan demam tinggi, Diare seringkali disertai dehidarasi (kekuranga cairan) Dehidarasi Ringan hanya menyebabkan bibir kering.Dehidarasi Sedang kulit
2

keriput,mata dan ubun ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan ) Sementara Dehidarasiberat bisa berakibat fatal,biasanya menyebabkan shock

(Zahroadiva,2012). Kelompok obat yang sering kali digunakan pada diare adalah: 1. Kemoterapeutik untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan funazolidon. 2. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni: a. Zat-zat penekan peristaltik (antimotilitas) sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu dan alkaloidnya, derivatderivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergik (atropin, ekstra belladonna). Adapun mekanisme kerja obat-obatan ini adalah menstimulasi aktivasi reseptor pada neuron menterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Loperamid merupakan opioid yang paling tepat untuk efek lokal usus karena tidak menembus sawar otak. Oleh karena itu loperamid hanya menimbulkan sedikit efek sentral dan tidak menimbulkan efek ketergantungan (Tjay dan Rahardja, 2002). b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam semak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan aluminium (Tjay dan Rahardja, 2002). c. Adsorbensia, misalnya yang pada permukaannya dapat menyerap

(adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan) (Tjay dan Rahardja, 2002). 3. Spasmolitika,yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium (Tjay dan Rahardja, 2002).

Pemilihan obat yang tepat untuk diare tergantung pemeriksaan fisik yang teliti. Pengobatan yang spesifik harus diberikan untuk disentri amoeba dan basiler. Dehidrasi harus dicegah atau diatasi dengan memberikan cairan elektrolit. Antibiotik umumnya tidak diberikan kecuali infeksi oleh V. cholera, S. typhi, S. shigae, S. flexneri atau ada tanda penyebaran sistemik misal demam (Neal,2005). Pengobatan simtomatik dengan opiat atau loperamid bermanfaat untuk mengurangi hebatnya diare. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa obat-obat ini dapat menimbulkan efek samping seperti distensi abdominal, dll (Neal,2005). Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein menstimulasi aktivasi

reseptor pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus (Neal,2005). Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek local pada usus karena tidak menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid hanya mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan (Neal,2005). Terapi Rehidrasi. Larutan oral yang mengandung elektrolit dan glukosa diberikan untuk mengoreksi dehidrasi berat yang dapat diakibatkan oleh infeksi akibat organisme toksigenik. Terapi ini lebih penting daripada terapi dengan obat, terutama pada bayi dan pada diare karena infeksi Antibiotik. Berguna hanya untuk infeksi tertentu, misalnya kolera dan disentri basiler berat, yang diterapi dengan tetrasiklin (antibiotic spectrum luas) . Kuinolon, tampaknya efektif melawan patogen diare yang paling penting (Neal,2005).

IV.

ALAT DAN BAHAN A. Alat 1. Gunting Bedah 2. Jarum Pentul 3. Meja Bedah 4. Pinset 5. Pisau Bedah 6. Penggaris 7. Sonde oral B. Bahan 1. Loperamid HCL (0,6 dan 0,12 mg/mL 2. PGA 2% 3. Tinta Cina C. Hewan Percobaan 1. Mencit putih jantan 3 ekor

V.

PROSEDUR Disiapkan 3 ekor mencit sebagai hewan percobaan, kemudian mencit

dikelompokkan menjadi 3 kelompok dan diberi tanda agar mudah dikenali. Kelompok kontrol diberi PGA 2%, Kelompok uji Loperamid dosis I dan dosis II. Pada menit ke-45, semua hewan diberikan tinta cina 0,1Ml/10g mencit, secara oral. Pada menit ke-65 semua hewan dikorbankan dengan dislokasi tulang leher. Kemudian bedah perut mencit, usus dikeluarkan secara hati-hati sampai teregang. Usus yang sudah teregang diukur panjang usus yang dilalui norit dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) dan panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum. Lalu dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terdapat panjang usus seluruhnya. Hasil-hasil pengamatan disajikan dalam tabel dan grafik. Evaluasi hasil pengamatan secara statistuka dengan metode ANAVA.

VI.

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Panjang Usus Kelompok x Kontrol 1 Uji I Uji II Kontrol 2 Uji I Uji II Kontrol 3 Uji I Uji II Kontrol 4 Uji I Uji II
27,2 19,5

Mencit y 70 63 62,4 60 62 62 58 62,3 54,5 56 56,5 -

Rasio

0,3885 0,309

38 10 21 31 9,3 33,8 16,3 13 8 -

0,608 0,167 0,335 0,5 0,16 0,542 0,29 0,23 0,14 -

Grafik
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2

kontrol uji 1 uji 2

. 0.1
0 kelompok 1 kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4

Keterangan: karena pada kelompok empat mencit uji 1 mati maka di pakai rasio rata-rata dari keseluruhan pada grafiknya.

OBAT 1 KONTROL (PGA2%) LOPERAMID DOSIS I (0,12mg/20g BB) LOPERAMID DOSIS II (0,24mg/20g BB) JUMLAH 1,3055 0,608 0,309 0,3885 2

RASIO 3 0,16 4 0,23

JUMLAH RATA-RATA

0,167

0,9455

0,236

0,335

0,542

0,14

1,326

0,3315

0,5

0,29

1,398

0,3495

1,022

0,992

0,37

3,6695

1. Dosis Pemberian Obat a. PGA 2% (mencit ke-1) Mencit1 : 23,5/20 x o,5 = 0,58 mL b. Loperamid Dosis I (mencit ke-2) Mecit 2 : 23,4/20 x 0,5 = 0,56 mL c. Loper2amid Dosis II (0,48 mg/20g BB) (mencit ke-3) Mencit 3 : 18,7/20 x 0,5 = 0,46 mL

2. Dosis Pemberian Tinta Cina a. Mencit ke-1 0,1/10 x 23,5 = 0,235 mL b. Mencit ke-2 0,1/10 x 23,4 = 0,224 mL
7

c.

Mencit ke-3 0,1/10 x 18,7 = 0,187 mL

Perhitungan dengan tabel ANAVA Hipotesis: Ho : 2P = 0 ; rata-rata setiap perlakuan memberikan efek anti diare yang relatif sama terhadap mencit H1 : rata-rata setiap perlakuan memberikan efek anti diare yang berbeda Statistik uji : = 5 % = 0,05 Ry = (0,9455+1,326+1,398) 2 4x3 Ay = (0,9455) 2 + (1,326) 2 + 1,398)2 - 0,824 4 = 1,151 0,824 = 0,328 y2 = 0,38852 + 0,3092 + ..... + 0,232 + 0,142 = 1,482 Dy = y2 Ry Ay = 1,482 0,824 0,328 = 0,330 Untuk tabel ANAVA : k ni (ni 1) =3 = 12 =9

= 0,824

Tabel Anava Sv Rata-rata Antar kelompok Dalam kelompok Jumlah dk 1 2 9 12 JK 0,824 0,328 0,330 1,482 KT 0,824 0,331 0,349 0,857 Fhit

Untuk perlakuan: F0,05 (2,9) = 4,26 4,26 > 0,857 F tabel F hitung, maka Ho diterima. Artinya, rata-rata setiap perlakuan (PGA, Loperamida dosis I, maupun Loperamida dosis II) memberikan efek anti diare yang relatif sama terhadap mencit.

VII.

PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini dilakukan uji terhadap obat anti diare. Adapun tujuan

percobaan ini adalah mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan dan metode transit intestinal. Pada percobaan ini yang pertama kali dilakukan adalah dengan pembagian kelompok hewan pecobaan yang pada praktikum kali ini adalah mencit menjadi 3 kelompok. Kemudian alat- alat yang akan digunakan disiapkan diantaranya adalah alat bedah, meja bedah, sonde oral mencit, penggaris, dan timbangan. Lalu bahan yang dibutuhkan adalah hewan percobaan (mencit putih), Loperamid HCl (0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL), tinta cina, dan aquadest. Kemudian mencit diberi tanda agar tidak tertukar saat dilakukan pengamatan. Lalu mencit ditimbang untuk melakukan perhitungan terhadap dosis obat yang akan diberikan. Dosis obat berbanding lurus dengan berat badan mencit sehingga apabila ada perbedaan berat badan, dosis yang diberikan pun harus berbeda agar memberikan efek yang sesuai. Mencit yang digunakan haruslah mencit yang telah dipuasakan sebelumnya karena apabila tidak dipuasakan kemungkinan tidak tepatnya pengamatan semakin besar karena
9

adanya makanan yang masih dicerna pada lambung atau usus mencit yang dapat mempengaruhi perjalanan zat penanda yang digunakan karena adanya pencernaan makanan. Zat penanda yang digunakan yaitu tinta cina. Tinta cina diberikan dengan maksud menandai sejauh mana perjalanan yang dapat ditempuh suatu zat pada pencernaan mencit. Tinta cina berwarna sangat pekat sehingga sangat cocok untuk digunakan pada pengamatan ini dimana akan memberikan tanda hitam pada usus mencit. Digunakan tinta cina bukan suatu karbon karena tinta cina tidak mempengaruhi dari proses penyerapan di usus mencit, akan tetapi bila suatu karbon adsorben akan mempengaruhi pengamatan karena terjadi proses penyerapan di usus. Untuk mencit kelompok 1 diberi gom arab karena merupakan kelompok pembanding (kelompok control negatif), pada menit 0. Kelompok 2 diberi obat yang akan diuji dengan dosis 1 lalu kelompok 3 diberi obat yang akan diuji dosis 2. Obat yang digunakan sebagai bahan uji yaitu loperamid dengan dosis 0,24 mg/ml dan 0,48 mg/ml. Kelompok pembanding harus dibuat agar dapat mengetahui efek obat yang diuji terhadap peristaltic usus mencit dimana nantinya panjang usus yang ditandai oleh zat penanda antara kelompok pembanding dan kelompok yang diberi obat uji. Kelompok yang diberiobat pun harus dilakukan pada 2 dosis agar mengetahui hubungan konsentrasi obat dengan efek farmakologinya dengan cara membandingkan keduanya. Semua obat diatas diberikan melalui peroral dengan cara menyonde obat tersebut melalui mulut mencit. Kemudian mencit dibiarkan sampai menit ke 45, mencit, lalu diberikan tinta cina secara peroral. Pemberian waktu selama 45 menit dimaksudkan agar efek farmakologi obat dapat tercapai ketika diberikan zat penanda, karena obat diberikan secara peroral biasanya memberikan efek yang lebih lama dibandingkan dengan obat yang diberikan secara parenteral. Kemungkinan obat diabsorpsi di dalam tubuh akan mengalami kendala dikarenakan faktor- factor seperti perbaikan yang mendasar, jumlah atau jenis makanan dalam saluran cerna, dan perusakan beberapa obat oleh reaksi dari lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran cerna dan terjadi kesalahan dalam melakukan sonde sehingga tidak semua obat ataupun tinta cina masuk kedalam system pencernaan mencit. Kerugian dari pemberian secara peroral adalah beberapa jenis obat dapat rusak oleh adanya enzim saluran cerna, perlu kerjasama dari penderita, tidak dapat dilakukan bila pasien koma, dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi

10

bioavailibilitasnya. Bioavailibilitas adalah jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh maupun aktif. Setelah 20 menit pemberian tinta cina atau pada menit ke 65, mencit didislokasi leher agar lebih mudah dalam pembedahan mencit dan pengamatan penyerapan tinta cina pada usus mencit selain itu agar mengurangi rasa sakit dari mencit dan mencegah mencit bangun kembali apabila hanya diberikan anestesi. Kemudian hewan percobaan (mencit) dibedah harus dilakukan dengan hati-hati agar usus mencit yang merupakan tujuan pengamatan tidak terganggu dan tidak terlalu mempengaruhi hasil pengamatan. Pengeluaran usus pun harus dilakukan secara hatihati dan jangan sampai usus tertarik karena ketika usus tertarik panjang usus kemungkinan akan bertambah sehingga ada perubahan pada pengukuran panjang yang akan dilakukan berikutnya. Setelah bagian abdomen dari mencit dibedah, dipotong bagian dari peritoneal hingga rectum dari mencit. Setelah itu usus dari mencit di regangkan hingga lurus, kemudian amati tanda hitam dari tinta cina sampai dimana panjangnya pada usus mencit. Lalu dilakukan pengukuran panjang usus dari lambung hingga anus yang merupakan panjang usus keseluruhan dan dari lambung hingga ketanda terakhir yang diberikan tinta cina pada usus mencit. Setelah diukur panjang dari usus yang termarker oleh tinta cina, kemudian dihitung rasionya dengan persamaan sebagai berikut: R= Keterangan: R : rasio X : Panjang usus mencit yang termarker oleh tinta cina Y : Panjang usus mencit keseluruhan Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara, yakni zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Candu dan alkaloidnya, derivat-derivat petidin ( difenoksilat dan loperamida) dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladone).

11

Struktur loperamida Loperamida merupakan derivate difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap 13 susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsisekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Loperasmid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga disugaefak konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh loperamid adalah 7-14 jam. Berat badan mencit yang pertama adalah 23.5 g. Mencit kedua 22.4 g dan mencit ketiga 18.7 g. Dosis loperamid HCl yang diberikan pada mencit adalah tergantung berat badan mencit. Menghitung dosis yang diberikan dengan menggunakan rumus:

Dari hasil perhitungan mencit pertama memperoleh 0.58 mL larutan loperamid HCl, mencit kedua 0.56 mL dan mencit tiga 0.46 mL loperamid HCL yang diberikan. Dosis tinta cina yang diberikan dihitung dengan rumus:

Dari hasil perhitungan diperoleh dosis pada mencit pertama adalah 0.275 mL, mencit kedua 0.224 mL, dan mencit ketiga 0.182 mL untuk tinta cina yang diberikan.
12

Panjang usus yang termarker pada mencit pertama yaitu 9.3 cm sedangkan panjang usus totalnya adalah 58 cm sehingga diperoleh rasio 0.16. Panjang usus yang termarker pada mencit kedua adalah 33.8 cm, sedangkan panjang usus totalnya 62.3 cm sehingga rasionya diperoleh 0.542. Pada mencit ketiga panjang usus yang termarker adalah 16.3 dengan panjang usus total 54.5 cm sehinnga rasionya adalah 0.209. Dari rasio yang telah dihitung selanjutnya dapat dihitung persen inhibisi peristaltik usus dengan rumus:

Persen inhibisi merupakan pebandingan rasio dosis uji dengan rasio pada kelompok kontrol yang hanya diberikan PGA 2%. Persen inhibisi menunjukkan besarnya kekuatan loperamid HCl dalam menghambat gerak peristaltik usus yang merupakan salah satu mekanisme dalam pengobatan diare. Dari hasil perhitungan persen inhibisi yang besar yaitu pada dosis pertama yaitu 0.24 mg/mL loperamid HCl 338.75 % sedangkan pada dosis loperamid HCl 0.48 mg/mL persen inhibisinya 186.075 %. Seharusnya persen inhibisi semakin tinggi ketika dosis tinggi. Namun pada percobaan yang dilakukan persen inhibisi yang diperoleh lebih besar pada dosis yang lebih kecil. Hal ini mungkin dikarenakan volume loperamid HCl atau tinta cina yang masuk dalam sistem pencernaan tidak masuk seluruhnya yang dikarenakan adanya kesalahan pada saat menyonde. Memang pada saat percobaan mencit yang digunakan sangat aktif dan galak sehingga menyulitkan pada saat melakukan sonde. Hal ini tidak biasanya, mungkin dikarenakan mencit telah dipuasakan sehingga kelaparan. Dari hasil percobaan aktivitas suatu obat antidiare akan menimbulkan efek yang dapat menghambat diare. Obat yang diuji dalam percobaan ini yaitu loperamid HCl yang dapat menghambat diare dengan cara menekan peristaltik dari usus. Namun, aktivitas suatu obat antidiare dapat dipengaruhi beberapa faktor. Seperti, cara pemberian obat, konsentrasi suatu obat, serta faktor eksternal lain.

13

VIII. KESIMPULAN Aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare dengan berbagai mekanisme. Loperamid HCL adalah salah satu obat anti diare yang bekerja dengan cara menghambat (inhibitor) gerak peristaltik usus sehingga mengurangi frekuensi defekasi. Optimalnya aktivitas obat dipengaruhi oleh berbagai aspek lain seperti cara pemberian, konsentrasi dan jumlah obat yang diberikan.

14

You might also like