You are on page 1of 6

PENYELIDIKAN WABAH

Bag. II PENYELIDIKAN WABAH - Pengertian - Bentuk Wabah - Langkah-langkah dl Penyelidikan - Kegiatan dl Penanggulangan Wabah I. PENGERTIAN Pada beberapa referensi dapat ditemukan istilah KLB (Kejadian Luar Biasa), Out Break, Letusan, Epidemi yang pengertiannya sama dengan WABAH Wabah dapat diartikan sebagai ; Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang biasanya pada waktu & daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka Dalam pengertian lain dituliskan ; Timbulnya suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemilogis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Termasuk kejadian kesakitan / kematian yang disebabkan oleh penyakit menular maupun yang tidak menular & kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit. wabah sangat penting untuk mendapat perhatian segera karena wabah bukan saja jumlah penderita yang banyak (meningkat) tetapi juga mengancam keselamatan/jiwa penderita. Dengan jumlah penderita yang banyak maka kematian juga dapat terjadi dalam jumlah yang banyak. Disamping itu, risiko untuk mengalami sakit bagi masyarakat yang lain menjadi tinggi. Sehingga wabah akan mengancam katentraman masyarakat, mengganggu stabilitas social, keamanan, roda ekonomi, politik, dll. Sehingga peristiwa wabah harus segera diatasi sehingga ancaman yang mungkin terjadi dapat diminimalisir, atau bila mungkin dihilangkan. Pada kondisi-kondisi tertentu, setiap penyakit akan mengalami peningkatan baik peningkatan jumlah penderita maupun peningkatan luas wilayah. Namun demikian tidak semua peristiwa tersebut dapat disebut wabah. Beberapa Ketentuan suatu penyakit dapat disebut wabah ; 1. Kesakitan/kematian suatu penyakit menunjukkan kenaikan > 3 X selama > 3 kurun waktu berturut-turut 2. Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukkan kenaikan > 2 X lipat dibandingkan dengan sebelumnya dalam waktu yang sama 3. Angka rata-rata bulanan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan > 2 X dibanding tahun sebelumnya. 4. Case Fatality rate menunjukkan kenaikan > 50% dibanding dengan sebelumnya 5. Proporsional Rate penderita baru menunjukkan kenaikan > 2 X 6. Khusus Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS a. Setiap kenaikan jumlah penderita didaerah endemis, sesuai dengan ketentuan di atas b. Terdapat > 1 penderita/kematian di daerah yang telah bebas penyakit tersebut, minimal 4

minggu berturut-turut 7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok Masyarakat 8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya tidak ada 9. Beberapa penyakit yang dialami > 1penderita : a. Keracunan makanan b. Keracunan pestisida Dilihat dari ketentuan tersebut, terlihat bahwa peningkatan penderita mudah untuk dinyatakan wabah. Hal ini disebabkan karena penangan kasus yang sifatnya wabah akan ditangani secara tuntas (melibatkan program maupun sector terkait) untuk mencari penyebab mengapa terjadi wabah berdasarkan variable epidemiologi (agent, host dan environment). Bila penderita tidak berada dalam status wabah, maka penanganan penderita ditangani berdasarkan prosedur penanganan penderita ; periksa, berikan obat. Sedangkan factor penunjang kenapa sakit, dll. tidak dicari. Sehingga tidak mengherankan kalau penyakit tersebut kejadiannya berulang-ulang di masyarakat. Penanganan kasus dengan status wabah tidak selamanya bisa dilakukan karena batasan tentang kapan kejadian penyakit tersebut dapat dinyatakat wabah tidak selamanya terpenuhi. Penyakit yang berpotensi wabah tetap terjadi di masyarakat, dengan berbagai factor risiko penyakit tersebut sewaktu-waktu dapat berobah menjadi wabah. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka dikembangkan klinik sanitasi pada setiap puskesmas, walaupun belum semua Puskeskasmas mengembangkan kegiatan tersebut. Kegiatan klinik sanitasi ini dimaksudkan untuk memantau potensi kejadian penyakit pada setiap penyakit yang terjadi dimasyarakat dengan mengamatai keadaan agent, host & environment. Misalnya, kejadian penyakit diare ; Penderita yang datang di puskesmas, setelah di poliklinik penderita tersebut dirujuk ke klinik sanitasi untuk dilakukan wawancara/investigasi. Selanjutnya, dilakukan kunjungan rumah/wilayah untuk melihat potensi yang ada berkaitan dengan penyakit diare (investigasi). Arahan / penyuluhan diberikan pada masyarakat/keluarga penderita tentang potensi yang ada dan bagaimana upaya yang harus dilakukan agar potensi tersebut tidak berkembang menjadi ancaman. Walaupun sudah diketahui bahwa kejadian penyakit tersebut adalah wabah, namun yang mempunyai kewenangan untuk mengumumkan kejadian tersebut hanyalah Menteri Kesehatan. dengan pertimbangan dampak yang mungkin terjadi bila dinyatakan wabah Pada daerah endemic, berbicara mengenai wabah berarti berbicara mengenai jumlah penderita yang meningkat/banyak. Beberapa peristiwa kejadian penyakit tidak berbentuk wabah, pada periode-periode tertentu kejadiannya dalam bentuk wabah. Seandainya peristiwa penyakit merupakan suatu pilihan maka tentu kita akan memilih bentuk endemic saja bila disbanding dengan wabah. Tidak semua peristiwa kejadian penyakit berbentuk endemic ataupun wabah. Kenapa suatu wabah bisa terjadi ?. beberapa alasan kenapa wabah bisa terjadi. Wabah Terjadi karena : 1. Terdapat kuman penyakit pada waktu sumber penularan yang berada pada kondisi lingkungan yang rentan 2. Adanya mekanisme penularan

3. Kerentanan sekelompok masyarakat berdasarkan ciri epidemiologi (daya tahan tubuh) 4. Sistem pelayanan kesehatan dengan kondisi & sikap tanggap yang lemah terhadap upaya penanggulangan. II. BENTUK WABAH Epidemic Type : 1. Common source epidemic : Epidemik yang biasanya ditularkan/disebabkan oleh suatu perantara (misalnya ; makanan, air atau fomite lain yang digunakan oleh penderita). Bila banyak penderita yang terkena secara serentak, akan terdapat kesamaan yang relatif masa inkubasi 2. Propagated epidemic : Epidemik yang ditularkan/disebabkan oleh/manusia /hewan dengan cara kontak langsung atau tidak langsung kepada manusia/host lainnya. Sumber infeksi mungkin berada dalam masa inkubasi. 3. Mixed Perbedaan Karakteristik antara Common source & Propagated

Dalam suatu peristiwa foodborne outbreak, dimana terdapat > 1 makanan yang dimakan penderita, maka secara teoritis akan terdapat suatu korelasi yang sempurna antara penderitapenderita yang sakit dengan satu macam makanan tertentu yang telah dimakan. Penderita yang makan 100% sakit & tidak makan 100% tidak sakit. Tetapi biasanya tidak demikian. Sifat epidemik : 1. Endemic ; keadaan suatu penyakit yang menetap pada suatu wilayah 2. Epidemic ; keadaan jumlah penderita secara nyata melebihi jumlah yang diperkirakan 3. Hyperendemic ; penularan hebat yang menetap 4. Holoendemic ; tingka infeksi yang cukup tinggi. KLASIFIKASI KLB A. Menurut Penyebabnya 1. Toxin : a. entero toxin ; misalnhya yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio kholera, Escherichia, Shigella b. exo toxin ; misalnya yang dihasilan oleh clostridium botulinum, Clostridium perfringens c. endo toxin 2. Infeksi ; a. Virus, b. Bacteri, c. Protozoa, d. Cacing 3. Toxin Biologis a. Racun Jamur, b. Alfa Toxin, c. Palankton d. Racun ikan / tumbuhan 4. Toxin Kimia

a. Zat kimia organik ; logam berat (Hg,Pb), logam lainnya (Cn, dll) b. Zat kimia an-organik ; Nitrit, pertisida c. Gas-2 beracun ; CO, CO2, HCN B. Menurut Sumber 1. Manusia Misalnya : - Jln. Napas, - tenggorokan, - tinja, - air seni, - muntahan. Seperti : Shigella, Salmonella, Staphylococcus, Protozoa, Streptococcus, Virus Hepatitis. 2. Kegatan Manusia Misalnya :- Pembuatan tempe bongkrek, - penyemprotan, - pencemaran lingkungan, - penangkapan ikan dgn racun. Seperti : Toxin biologis & kimia 3. Binatang Misalnya : - Binatang piaraan, - ikan, binatang mengerat. Seperti : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing & parasit lain, keracunan ikan/plankton. 4. Serangga Misalnya : - Lalat, - Kecoa, - dsb. Sep. Salmonella, Staphylokok, Streptokok. 5. Udara Misalnya : Staphylococcus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. 6. Permukaan benda/alat, Misalnya : Salmonella 7. Air Misalnya : Vibrio Cholera, Salmonella 8. Makanan/minuman Misalnya : Keracunan singkong, jamur makanan dalam kaleng. Penyakit Potensi KLB yang dilaporkan A. Penyakit Karantina / penyk Wabah Penting 1. Kholera 3. Poliomyelitis 2. Pes 4. Difteri B. Penyakit Potensi Wabah/KLB yang menular cepat (morbiditas tinggi) atau mempunyai Mortalitas tinggi & memerlukan tindakan segera 1. DHF 3. Campak 5. Rabies 2. Diare 4. Pertusis C. Panyakit Potensi Wabah/KLB lannya 1. Malaria 5. Hepatitis 9. Keracunan 2. Influenza 6. Keracunan 10.Encephalitis 3. Anthrax 7. Tetanus 11.Frambusia 4. Meningitis 8. Tn-Neo 12.Typh-Abdominalis III. LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN ( Investigasi ) Langlah-Langkah Penyelidikan Tahap. 1. Persiapan Kerja di lapangan 2. Penetapan adanya KLB 3. Penetapan diagnosa 4. Pengolahan data epidemiologi 5. Tindakan penanggulangan & pencegahan KLB 6. Penyebaran informasi hasil penyelidikan

Prosedur Penyelidikan 1. Konfirmasi / menegakkan diagnosa 2. Menentukan apakah peristiwa itu letusan/wabah atau bukan 3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor Waktu, Tempat & Orang 4. Rumuskan suatu hipotesa sementara 5. Rencana penyelidikan Epidemiologi yang lebih detail 6. Laksanakan wawancara dengan ; - penderita yang sudah diketahui - yang punya pengalaman (WTO, dll) 7. Analisa & Interpretasi : Lakukan pemeriksaan Laboratorium, buat ringkasan hasil penyelidikan. Tabulasi, analisa & interpretasi dari data yang terkumpul 8. Test Hipotesa & Rumuskan kesimpulan 9. Lakukan tindakan penanggulangan 10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut. IV. KEGIATAN PENYELIDIKAN Prosedur Penyelidikan(PEDOMAN SE PENYK MENULAR) 1. Menegakkan Diagnosa a. Mengadakan/Mendapatkan riwayat penderita ; Setiap penderita didata tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan makan, dll. Gejala penyakit, b. Pengambilan Specimen Penderita c. Pengambilan Sample Makanan 2. Membuat Asosiasi Epidemiologi a. Menentukan terjadinya suatu letusan (Out break) b. Formulasi hipotesa sementara 3. Penyelidikan Lebih Labjut a. Permintaan bantuan b. Mencari & wawancara dengan penderita atau orang-orang yang at risk yang mungkin belum ditemukan 4. Penyelidikan di tempat makanan di Proses a. Pengambilan sample makanan b. Wawancara dengan food handlers (diolah, disajikan, disimpan, dsb) c. Mencari sumber kontaminasi d. Pemeriksaan Food Handlers (kesehatan) e. Mengidentifikasi adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya komtaminasi (contributing factors) 5. Analisa Data a. Membuat kurva epidemik b. Menentukan gejala/tanda penyakit yang menonjol c. Menghitung masa inkubasi d. Menghitung food specific attack rate 6. Interpretasi Data a. Bandingkan data yang sudah dianalisa dengan hasil laboratorium yang sudah dikerjakan. b. mm Beberapa sebab mengapa korelasi tidak terjadi 1. Resistensi & kerentanan individu 2. Jumlah Makanan yang dimakan tidak sama

3. Distribusi organisme/toxin pada makanan tidak sama 4. Defenisi/kriteria orang yang sakit tidak jelas, sehigga kemungkinan ikutnya penyakitpenyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan penyakit diselidiki 5. Terjadi kontaminasi silang dari suatu makanan kepada yang lain 6. Kesalahan dalam mengambil suatu anamnese (Misalnya ; tidak ingat, takut, salah mengerti, salah pencatatan, pertanyaan yang mengandung sugestion) 7. Kesalahan mengambil sample ( misalnya ; hanya wawancara dengan sebagian saja golongan yang at risk) 8. Kemungkinan adanya gejala-gejala psichosomatis pada beberapa individu yang diwawancarai yang mirip dengan gejala penyakit yang diselidiki

You might also like