You are on page 1of 1

Mati Untuk Hidup

Hari Minggu Pra-Paskah V/B


Bacaan : Yer 31:31-34; Ibr 5:7-9; Yoh 12:20-23

Saudara-saudari terkasih. Dalam Minggu ini kita mendengarkan bahwa Yesus berbicara tentang kematian-Nya. Yesus menyatakan kepada umat-Nya bagaimana cara Ia akan mati dan apa makna dari kematian-Nya itu. Yesus mengungkapkan misteri kematian-Nya untuk menjawab pertanyaan orang Yunani yang ingin melihat dan bertemu muka dengan Yesus. Keinginan orang Yunani untuk bertemu dengan Yesus dijawab dengan kata-kata sangat dalam makna-Nya. Ia mengatakan telah tiba saatnya, Anak Manusia dimuliakan Jawaban ini mengejutkan bagi kita semua karena orang ingin bertemu dengan Dia, Ia malah mengungkapkan kematian-Nya. Apa hubungan keinginan untuk bertemu dengan Dia dengan kematian-Nya? Seperti dikatakan Yesus: Jika biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap tinggal sebiji saja. Maka biji yang jatuh dan mati akan menghasilkan banyak buah dan tumbuhan baru. Demikian juga dengan misteri kematian Yesus bagi dunia. Saudara-saudari terkasih. Jawaban Yesus di atas menunjukkan kepada kita bahwa kematian-Nya merupakan sarana, jalan dan tanda keselamatan bagi semua orang. Semua orang yang percaya dan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan, Putera Allah yang diutus Bapa ke dunia untuk menyelamatkan dunia dengan wafat disalib dan bangkit pada hari ketiga. Kematian Yesus membawa hidup baru bagi semua orang sehingga setiap orang bisa bertemu dengan Yesus kapan dan dimana saja. Karena Tuhan sendiri yang datang dan hadir di hati setiap orang

asal mau membuka hati pada karya penyelamatan Tuhan. Saudara-saudari terkasih. Iman Kristiani tidak pernah menjanjikan pembebasan orang dari penderitaan dan kematian di dunia ini. Sebab iman Kristiani sejati mengajarkan kita untuk harus selalu siap menanggung penderitaan dan kematian bersama dengan penderitaan Kristus (bdk. Yoh 12:25). Kita dituntut untuk menanggung salib bersama Kristus. Orang beriman harus belajar untuk sampai pada keyakinan dan kenyataan iman yang hidup untuk mampu menghayati sengsara, pengorbanan dan kematian sebagai suatu karunia untuk memperoleh hidup kekal dan mulia di hadapan Allah. Semua penderitaan dan pengorbanan kita merupakan benih gandum yang jatuh dan mati untuk menghasilkan buah. Sebab tidak ada jalan pintas untuk keselamatan . Orang harus mengalami jatuh bangun dalam iman, mengalami kegagalan, kecewa, putus asa dan pasrah pada kehendak Tuhan. Kita harus mematikan nafsu jahat dalam hati untuk memperoleh keselamatan. Kita harus mati dari badan jasmani untuk menjadi tubuh rohani yaitu hidup baru dalam Tuhan. Seperti kata Paulus: bukan aku lagi yang hidup, melainkan Kristuslah yang hidup dalam diriku. Inilah tujuan utama pertobatan diri kita dan pertobatan yang seperti ini yang diterima Tuhan. Semoga kita berani untuk mati dari kedosaan untuk tumbuh dalam pengharapan akan keselamatan dari Allah. Amin.

You might also like