You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang

Setiap pribadi maupun masyarakat memiliki kepentingan yang harus dicapai dan dipertahankan bagi kelangsungan kehidupannya, baik dalam keluarga, masyarakat, ataupun Negara. Dalam rangka mencapai dan mempertahankan kepentingan ini, tentu saja memerlukan kerja keras perjuangan, yang semuanya harus bersentuhan dengan individu atau masyarakat maupun yang lebih luas lagi yaitu Negara dan pihak Internasional. Untuk semua itu memerlukan kekuatan dan dukungan dari semua pihak, sehingga memperoleh tanggapan yang serius dari masyarakat atau pihak tertentuyang menjadi tujuan dari kepentingan tersebut. Bentuk kekuatan yang memiliki daya daya dukung tersebuat adalah kekuatan yang didalamnya berisi dua atau lebih orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama juga. Bentuk kekuatan tersebut disebut juga dengan organisasi yang berdiri dan mengatasnamakan dirinya sebagai organisasi kepentingan berupa Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ), Organisasi Masyarakat ( Ormas ), dan organisasi lainnya. Hal yang melatarbelakangi lahirnya kelompok kepentingan ini adalah adanya dominasi individu, masyarakat, Negara, dan Negara lain yang memiliki kekuatan yang besar terhadap individu, masyarakat, Negara, dan Negara lain yang lemah (terbelakang, baru, berkembang)

1.2 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sistem Politik Indonesia pada khususnya, serta untuk mengetahui tentang peranan dan fungsi kelompok kepentingan ( Civil Society ) yang ada di Indonesia. 1.3 Rumusan Masalah

Makalah tentang Kelompok Kepentingan ( Civil Society ) dalam Sistem Politik di Indonesia , mencakup beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut : 1. Apa penyebab terbentuknya kelompok kepentingan dalam duni politik? 2. Bagaimana klasifikasi tentang kelompok kepentingan tersebut? 3. Sebutkan beberapa tujuan serta saluran artikulasi kelompok kepentingan yang ada ? 4. Bagaimana revitalisasi integrasi kelompok kepentingan tersebut?

1.4 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri dari tiga Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II : Pembahasan, berisikan tentang penyebab terbentuknya, sifat, tujuan, saluran artikulasi, klasifikasi, serta revitalisasi kelompok kepentingan. Bab III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Penyebab Terbentuknya Kelompok Kepentingan Serta Definisinya Dengan beranggapan bahwa suara satu orang ( misalnya dalam pemilihan umum ) sangat kecil pengaruhnya, terutama dinegara negara yang penduduknya berjumlah besar. Melalui kegiatan menggabung diri dengan orang lain menjadi suatu kelompok, diharapkan tuntutan mereka akan lebih didengar oleh pemerintah. Dalam aktivitasnya menyangkut tujuan yang lebih terbatas, dengan sasaran yang monolitis dan intensitas usaha yang tidak berlebihan serta mengeluarkan dana dan tenaga untuk melaksanakan tindakan politik di luar tugas partai politik. Dalam pendapat Gabriel Almond, setiap sistem politik haruslah memiliki fungsi dan struktur politik tertentu. Fungsi politik ialah fungsi input dan fungsi output. Dalam masyarakat politik modern terdapat strukturstruktur politik, salah - satunya adalah kelompok kepentingan. Suatu Kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah dapat menguntungkan maupun merugikan masyarakat. Kepentingan dan kebutuhan rakyat dapat dipenuhi namun dapat pula terabaikan dan tidak terpenuhi. Oleh karena itu rakyat berkepentingan dan perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pemerintahnya. Oleh sebab di atas, mereka dapat mengartikulasikan kepentingan dan kebutuhan mereka kepada pemerintah melalui kelompokkelompok yang mereka bentuk bersama atas dasar kepentingan yang sama. Kelompok-kelompok yang dibentuk atas dasar persamaan kepentingan inilah yang kemudian disebut kepentingan. Dalam penjelasan menurut Gabriel Almond, organisasi yang kelompok kepentingan adalah suatu kelompok

bertujuan dan berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah, tanpa

menghendaki untuk duduk di jabatan publik. Kelompok kepentingan ini berbeda dengan partai politik, karena tujuan partai politik adalah menduduki jabatan publik, sedangkan kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan suatu kepentingan dan mempengaruhi lembaga lembaga politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan masyarakat serta
3

menghindarkan keputusan yang merugikan. Secara sederhana yang dimaksud dengan kelompok kepentingan (interents group) ialah sejumlah orang yang memiliki kesamaan sifat, sikap, kepercayaan dan /atau tujuan, yang sepakat mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan. Sepanjang sejarah, kelompok kepentingan selalu ada beriringan dengan keberadaan negara atau pemerintahan yang ada. Bahkan, dalam sistem politik kerajaan sekalipun, kelompok kepentingan juga ada. Meski dalam kapasitas dan intensitas kegiatan yang minimalis, akibat represi kerajaan yang cenderung despotis. Kelompok kepentingan dalam sistem negara yang menganut demokrasi, seperti Indonesia, mendapatkan ruang yang cukup luas. Namun, sayangnya ruang ini kerap kali tidak digunakan secara efektif dan maksimal akibat benturan kepentingan pada kelompok kepentingan itu sendiri. Kelompok kelompok kepentingan muncul pertama kali pada awal abad ke 19. Dulu disebut kelompok penekan ( pressure group ), akan tetapi karena muncul anggapan bahwa tidak semua kelompok kepentingan mangadakan penekanan, dewasa ini masyarakat lebih cenderung memakai istilah Kelompok Kepentingan . Organisasi internal lebih longgar dibanding dengan partai politik. Mereka juga tidak memperjuangkankan kursi dalam parlemen, mereka memfokuskan diri pada satu masalah maslah yang lebih spesifik.( Miriam Budiarjo, hal : 383 ) Kelompok kepentingan berbeda dengan partai politik dan kelompok penekan (pressure group). Kelompok kepentingan, sesuai dengan namanya memusatkan perhatian pada bagaimana mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintahan, sehingga pemerintah menyusun kebijakan yang menampung kepentingan kelompok. Jadi,kelompok kepentingan lebih berorientasi kepada proses perumusan kebijakan umum yang dibuat pemerintah. Kelompok penekan secara sengaja mengelompokan diri untuk suatu tujuan khusus setelah itu bubar dan secara khusus pula berusaha mempengaruhi atau menekan para penjabat pemerintah untuk menyetujui tuntutan mereka. Dengan demikian, perbedaannya lebih pada cara dan sasaran. Sedangkan perbedaan antara kelompok kepentingan dengan partai politik ialah, dalam masyarakat begitu banyak kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda,. Fungsi ini dilakukan oleh partai politik. Fungsi lain yang membedakan partai politik dan kelompok kepentingan terletak pada partai politik yang berfungsi pula untuk mencari dan mempertahankan
4

kekuasaan melalui pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah sebagai sarana untuk memperjuangkan alternative kebijakan umum menjadi keptusan politik.

2.2. Sifat, Tujuan, Dan Saluran Artikulasi Kelompok Kepentingan

Sifat lembaga ini antara lain adalah sebagai berikut: a. Independen Yaitu bahwa dalam menjalankan visi, misi, tujuan, program, sarana dan lain sebagainya dilakukan secara bebas dengan tanpa ada intervensi pihak lain. b. Netral Yaitu bahwa dalam menjalankan eksistensinya, tidak tergantung pihak lain. c. Krisis Yaitu bahwa dalam menjalankan eksistensinya dilakukan berdasarkan pada data, fakta, dan analisi yang mendalam yang dilakukan dengan metode teknik analisi yang shahih. d. Mandiri Yaitu bahwa dalam menjalankan eksistensinya dilakukan dengan konsep dari, oleh, dan untuk masyarakat itu sendiri yang ditujukan bagi kesejahtraan masyarakat luas. Adapun tujuan dari pembentukan kelompok kepentingan adalah sebagai berikut : a. Untuk melindungi kepentingannya dari adanya dominasi dan penyelewengan dari pemerintah atau Negara. b. Untuk menjadi wadah dalam pemberdayaan masyarakat dan kehidupannya. c. Untuk menjadi wadah pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan tugas serta fungsi pemerintah dan Negara.

d. Untuk menjadi wadah kajian dan analisis bagi aspek aspek pembangunan nasional dalam semua bidang kehidupan. Saluran untuk menyatakan pendapat dalam masyarakat berpengaruh besar dalam menentukan luas dan efektifnya tuntutan kelompok kepentingan. Saluran artikulasi yang paling penting adalah sebagai berikut : Demonstrasi dan Tindakan Kekerasan Merupakan salah satu sarana untuk menyatakan tuntutan atau kepentingan. Sarana ini banyak digunakan oleh kelompok anomik. Hubungan Pribadi Merupakan salah satu sarana penyampaian kepentingan melalui media keluarga, sekolah, hubungan kedaerahaan, sebagai perantara kepada elit politik. Perwakilan Langsung Sarana ini bersifat resmi, seperti Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif serta lembaga resmi lainnya. Saluran Formal dan Institusional Lainnya Sarana ini meliputi media masa cetak, elektronik, televisi ( formal ) dan partai politik ( institusional ) lainnya.

2.3. Klasifikasi Kelompok Kepentingan Kelompok kepentingan diklasifikasikan menjadi beberapa tipe sesuai dengan berbagai patokan. Misalnya menurut jenis kegiatan, dikenal dengan berbagai macam kelompok kepentingan, seperti; profesi,okupasi,keagamaan,kegemaran,lingkungan hidup,kepemudaan,dan kewanitaan,adapun kepentingan berdasarkan lingkungan kepentingan yang diartikulasikan,
6

dikenal adanya kelompok kepentingan yang memperjuangkan kepentingan yang terbatas, seperti: petani, guru, buruh, dan peawai negri; tetapi ada pula kelompok kepentingan yang memperjuangkan kepentingan yang berlingkup luas seperti lembaga bantuan hukum dan lembaga konsumen. Kelompok - kelompok kepentingan berbeda-beda jenisnya, antara lain: dalam hal struktur, gaya,sumber pembiayaan, dan basis dukungannya. Perbedaan-perbedaan ini sangat mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial suatu bangsa. Walaupun kelompokkelompok kepentingan juga diorganisir berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama atau pun berdasarkan issue-issue kebijakan, kelompok-kelompok kebijakan, kelompokkelompok kepentingan yang paling kuat, paling besar, dan secara finalsial paling mampu adalah kelompok yang berdasarkan pada bidang pekerjaan atau profesi, terutama karena kehidupan sehari-hari dan karier seseoranglah yang paling cepat dan yang paling langsung dipengaruhi oleh kebijaksanaan atau tindakan pemerintah. Gabriel A Almond dalam Interest Group and Interest Articulation-nya (Boston: Little Brown and Company, 1974) dan Bingham Powell (1978) menyebutkan setidaknya ada empat kelompok kepentingan dalam kehidupan politik, yaitu : 1. Kelompok Anomik Kelompok ini terbentuk dalam unsur masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dan tidak memiliki nilai-nilai dan norma yang mengatur. Kelompok kepentingan ini dapat terjadi secara mendadak dan tidak bernama. Dan, karena tidak memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur, kelompok ini sering tumpang tindih (overlap) dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non-konvensional, seperti demonstrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik, dan seterusnya. Sehingga, apa yang dianggap sebagai kelompok anomik ini mungkin saja tidak lebih dari tindakan kelompok-kelompok terorganisasi yang menggunakan cara-cara non-konvensional atau kekerasan. Aktivitas pada umumnya berupa aksi-aksi demonstrasi atau aksi-aksi bersama. Kelompok ini memiliki identitas yang tidak jelas.

Apabila kegiatannya tidak dikendalikan, dapat menimbulkan keresahan dan kerusuhan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat serta stabilitas nasional. Untuk mencegah dampak buruk aktivitas kelompok ini, pemerintah mengeluarkan UUD No.9 Tahun 1998 tentang hak mengeluarkan pendapat dimuka umum. Tetapi kita harus hati-hati menilai, sebab seringkali yang nampak anomik itu kadangkadang merupakan tindakan yang direncanakan secara teliti oleh kelompok kepentingan yang terogranisir.

2. Kelompok Non- Assosiasional Berwujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik, regional, status, dan kelas yang menyatakan kepentingan tidak secara kontinyu. Jarang terorganisir secara rapi dan kegiatannya bersifat kadang kala. Kelompok kepentingan ini tidak didirikan secara khusus dan kegiatannya juga tidak dijalankan secara teratur atau berkesinambungan, tetapi aktivitasnya hanya kelihatan dari luar apabila masyarakat memerlukan dan dalam keadaan mendesak. Yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini, dapat berwujud masyarakat setempat tinggal, masyarakat sekelurahan (trah Jawa), masyarakat seasal pendidikan, masyarakat paguyuban, masyarakat patembayan,dsb. Secara teoretis, kegiatan kelompok non-asosiasional ini terutama merupakan ciri masyarakat belum maju, di mana kesetiaan kesukuan atau keluarga-keluarga aristokrat mendominasi kehidupan politik, dan kelompok kepentingan yang terorganisasi dan fokus tidak ada atau masih lemah. Tetapi dalam Negara-negara industri maju pun, kelompok non-assosiasional seperti keluarga-keluarga berpengaruh, tokoh-tokoh local atau regional, dan pamimpin-pemimpin agama seringkali menerapkan pengaruh yang walaupun kadangkala lebih besar dari pada pengaruh perkumpulan professional serikat buruh,dan sebagainya.

3. Kelompok Institusional Kelompok yang bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Kelompok kepentingan tersebut pada umumnya terdiri atas berbagai kelompok manusia berasal dari lembaga yang ada, dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan orang-orang yang menjadi anggota lembaga yang dimaksudkan.. Karenanya organisasi-organisasi seperti partai politik, korporasi bisnis, badan legislatif, militer, birokrasi, dan ormas-ormas keagamaan sering kali mendukung kelompok ini atau memiliki anggota-anggota yang khusus bertanggung jawab melakukan kegiatan lobi. Sebagai kelompok yang formal seperti itu, kelompok ini bisa menyatakan kepentingannya sendiri maupun mewakili kepentingan dari kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Jika kelompok institusional ini sangat berpengaruh, biasanya akibat dari basis organisasinya yang kuat. Tetapi , baik sebagai badan hukum maupun sebagai kelompok-kelompok lebih kecil dalam badan hukum itu (seperti fraksi-fraksi badan legislative,klik-klik di level perwira militer, klik-klik departemen, dan klik-klik ideologis dalam birokrasi) kelompok semacam ini bisa menyatakan kepentingannya sendiri maupun mewakili kepentingan dari kelompok-kekompok lain dalam masyarakat. Misalnya Dharma Wanita, KORPRI, dan organisasi profesi lainnya

4. Kelompok Assosiasional Kelompok ini menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai tenaga profesional, dan memiliki prosedur baku untuk merumuskan kepentingan dan tuntutan. Kelompok kepentingan khusus yang didirikan memperjuangkan kepentingan-kepentingan tertentu dari masyarakat atau dari golongan, namun masih mencakup beberapa yang luas. Yang termasuk kelompok ini adalah ormas. Kelompok khusus ini memakai tenaga professional yang bekerja penuh dan memiliki prosedur teratur untuk memutuskan kepentingan dan tuntutan.

Kelompok meliputi serikat buruh, kamar dagang atau perkumpulan usahawan dan industrialis, paguyuban etnik, persatuan-persatuan yang diorganisir oleh kelompok-kelompok agama, dan sebagainya. Studi-studi menunjukan bahwa kelompok kepentingan asosional bila diizinkan berkembang cenderung untuk menentukan perkembangan dari jenis-jenis kelompok kepentingan yang lain. Kelompok kepentingan juga dapat diklasifikasikan menurut realitas social yang ada di Indonesia , yaitu berupa :

1. Organisasi Kemasyarakatan

Adalah organisasi yang anggotanya meliputi anggota masyarakat yang memiliki ideology , garis perjuangan ( platform ) serta komitmen yang sama dalam mencapai tujuan yang sama pula. Contohnya yaitu :

MKGR ( Musyawarah Keluarga Gotong Royong ), KOSGORO, SOKRI, dan lain lain.

2. Ormas Berdasarkan Agama Didirikan untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat atau komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa dan Negara yang berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan. Contonnya :

Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Parmusi,


10

KWI, Parisade Hindu Dharma, dan lain lain.

3. Ormas Berdasarkan Kepemudaan

Didirikan untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat atau komunitas agama terhadap masyarakat, bangsa, dan bangsa yang dapat berkaitan dengan perlindungan dan kesejahteraan . Contohnya :

KNPI ( Komite Nasional Pemuda Indonesia ), PII ( Pelajar Islam Indonesia, HIMI ( Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia ) 4. Ormas Berdasarkan Sosial Kedaerahan

Didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat atau komunitas social kedaerahaan guna membangun kebersamaan dan perlindungan serta kesejahteraan. Contohnya :

Paguyuban Masyarakat Asal Bima, Paguyuban Masyarakat Asal Wonosobo dan lainnya. 5. Ormas Berdasasarkan Profesi

Didirikan untuk mengartikulasi kepentingan masyarakat atau komunitas sesama profesi guna membangun kebersamaan dan perlindungan serta kebersamaan. Contonnya :

Aliansi Jurnalistik Indonesia ( AJI ) ,


11

PERHUMAS, Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI ) , Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia ( ISKI ), Forum Rektor Indonesia ( FRI ) , dan lain- lain. Selain diklasifikasikan menurut realitas social, kepentingan politik juga dapat dilihat dari orientasinya yaitu berupa Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ). LSM di Indonesia dapat dibagi kedalam lima paragdigma antara lain : 1 . LSM Penganut Paradigma Kesejahteraan Lembaga ini berpandangan bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat adalah kekuatan yang berada diluar kendali manusia, tujuannya menolong mengurangi penderitaan mereka melalui kegiataan berbentuk derma, sedekah, atau santunan. 2 . LSM Penganut Paradigma Modernisasi LSM ini memandang bahwa keterbelakangan, termasuk kemiskinan yang di sebabkan oleh rendah nya pendidikan, penghasilan, keterampilan, dan juga kesehatan. Cenderung konservatif, menghindari konflik, melakukan perubahan secara fungsional dan mendukung pemerintah. Contoh nya : PKBI, lakpesdam (NU), BINA SWADAWA, dan LP3M. 3 . LSM Penganut Paradigma Reformasi Berpandangan bahwa perubahan social masih menganut pendekatan fungsional dan cenderung mengindari konflik, mengarah ke reformasi yang bertujuan menata kembali dan merampingkan pemerintahan. Contohnya : wahana lingkungan hidup (WALHI). 4 . LSM Penganut Paradigma Liberasi atau Pembebasan Berpandangan bahwa penyebab keterbelakangan adalah penindasan atau ekploitasi dan pembodohan rakyat. Karen aitu mereka menentang semua bentuk penindasan. Contohnya : LP3ES dan P3M.
12

5 . LSM Penganut Paradigma Transformasi Menganggap bahwa sumber keterbelakangan dan kemiskinan adalah ketidak adilan tatanan social, ekonomi, dan politik. Contohnya : YLBHI dan IN fight.

2.4. Revitalisasi Integrasi Kelompok Kepentingan Kelompok - kelompok kepentingan di atas tampaknya berjalan sendiri-sendiri. Seringnya malah bergesekan dan berbenturan. Padahal, bisa jadi visinya sama. Dalam kasus demonstrasi yang akhir-akhir ini marak di negeri ini, misalnya, yang menyuarakan pemberantasan korupsi hingga ke akar-akarnya, yang bergerak hanya kelompok anomik dan asosiasional. Kelompok ini kurang begitu didukung oleh kelompok institusional seperti KPK, karena KPK sendiri sering kali membawa misi atau kepentingan lain di luarnya. Secara institusi, KPK menyebut dirinya independen. Tetapi, faktanya, institusi ini kerap kali mandul ketika berbenturan dengan kepentingan kekuasaan. Kelompok kepentingan berbeda dengan partai politik. Meski tidak cukup mudah untuk membedakannya, karena partai politik antara lain juga memiliki kepentingan atas kebijakan pemerintah. Secara sederhana, Gabriel A Almond, misalnya, membedakan dua hal ini: kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah tanpa, pada waktu yang sama, berkehendak memperoleh jabatan publik. Sebaliknya, partai politik benar-benar bertujuan untuk menguasai jabatan-jabatan publik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan kelompok kepentingan bukan untuk meraih kekuasaan, sementara partai politik untuk meraih kekuasaan. Kelompok kepentingan merupakan suara-suara di luar pagar kekuasaan dan partai yang mengkritisi kebijakan pemerintah karena kebijakan itu secara langsung berkaitan dengan kehidupan mereka. Maka, integrasi di antara kelompok kepentingan ini, meski ada cukup banyak perbedaan pada masing-masing jenis kelompok itu, perlu direvitalisasi agar benar-benar menjadi kekuatan konstruktif dan menjadi kekuatan oposisi rakyat yang sesungguhnya.

13

Kelompok anomik perlu memperkuat basis dengan kelompok non-asosiasional, institusional, dan asosiasional sekaligus, untuk bersama-sama menggalang kekuatan rakyat (people power) yang berorientasi konstruktif bagi bangsa dan negara. Akan sangat sulit mencapai tujuan jika kelompok-kelompok kepentingan itu saja sudah berpecah

Beberapa hal penting lain yang secara signifikasi dapat mempengaruhi hasil akhir kegiatan kelompok kepentingan ialah Dari sisi internal organisasi, seperti; lingkungan keanggotaan, loyalitas anggota (menjadi anggota dari berbagai organisasi atau tidak), lingkup kegiatan, dan derajat ke dalam kegiatan. Dari segi cara an sarana yang digunakan untuk memperjuangkan tuntutan, dapat ilihat,seperti: sifat teknik-teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok, bentuk tuntutan yang diajukan (terinci jelas atau umum dan kabur). Dari segi eksternal organisasi, hal-hal seperti: derajat kesesuaian dan ketaatan tujuan dan kegiatan kelompok dengan norma-norma dan kebiasaan budaya politik yang berlaku, derajat kelembagaan kegiatan dan prosedur yang diikuti kelompok telah mengikuti pola yang ada atau berubah-ruba, dan derajat kemampuan kelompok memelihara akses komunikasi langsung dengan pemerintah yang hendak dipengaruhi,akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau hasil, akhir dari pada pencapaian tujuan kelompok kepentingan. Namun yang tak dapat ditinggalkan begitu saja ialah artikulasi kepentingan dalam konteks perjuangan kelompok kepentingan dalam rangka menjembatani kepentingan-kepentingan warga. Oleh karena itu, warga Negara atau setidak-tidaknya wakil dari suatu kelompok harus berjuang mengangkat kepentingan dan tuntutan kelompoknya, agar dapat dimasukan kedalam agenda kebijakan Negara.

14

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan Dari pembahasan tentang kelompok kepentingan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Kelompok kepentingan merupakan suatu wadah atau organisasi sosial masyarakat untuk menyalurkan aspirasi atau kritikan dalam dunia politik. Kelompok ini bersifat independen dan terbuka bagi semua lapisan masyarakat untuk membantu mempermudah kepentingan kelompok tersebut. Bentuk artikulasi yang paling umum di dalam system politik adalah pengajuan permohonan secara individual kepada para anggota dewan (legislative), atau kepada kepala pemerintah, Kepala Daerah, dan seterusnya. Kelompok kepentingan yang ada untuk lebih mengefektifkan tuntutan dan kepentingan kelompoknya, mengelompokan kepentingan, kebutuhan dan tuntutan kemudian menyeleksi sampai dimana hal tersebut bersentuhan dengan kelompok yang diwakilinya.

3.2 Saran Meskipun kelompok kepentingan sangat membantu masyarakat dalam hal penyaluran tuntutan masalah politik, namun harus dilandasi dengan bentuk artikulasi yang paling tepat dan tidak merugikan orang lain terutama dalam hal penyaluran tuntutan yang ada, apalagi sampai terjadi kekerasan ataupun tindakan perusakan dalam demonstrasi yang dilakukan. Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarnakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penyusun. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna peningkatan kemajuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

15

You might also like