This study was conducted in RSI Unisma Malang on September 2012 and the sample of this study is non medical employees which reach 63 employees. The results show that there is significant direct effect of organizational culture on job satisfaction with a b of 0,290 and sig 0,023,. The intervening variable is job satisfaction, and the dependent variable is employee performance.
This study was conducted in RSI Unisma Malang on September 2012 and the sample of this study is non medical employees which reach 63 employees. The results show that there is significant direct effect of organizational culture on job satisfaction with a b of 0,290 and sig 0,023,. The intervening variable is job satisfaction, and the dependent variable is employee performance.
This study was conducted in RSI Unisma Malang on September 2012 and the sample of this study is non medical employees which reach 63 employees. The results show that there is significant direct effect of organizational culture on job satisfaction with a b of 0,290 and sig 0,023,. The intervening variable is job satisfaction, and the dependent variable is employee performance.
TERHADAP KINERJ A KARYAWAN MELALUI KEPUASAN KERJ A (Studi Pada Karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang)
Yani Adi handaya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Abstract: This study was conducted in RSI Unisma Malang on September 2012 and the sample of this study is non medical employees which reach 63 employees. The sampling technique employed is saturated sample and the data analysis is path analysis. In this study, the independent variables including organizational culture (X 1 ) and working motivation (X 2 ), the intervening variable is job satisfaction (Z), and the dependent variable is employee performance (Y). The results of this study show that, (1) there is significant direct effect of organizational culture on job satisfaction with a of 0,290 and Sig 0,023, (2) there is significant direct effect of working motivation on job satisfaction with a of 0,276 and Sig 0,030 (3) there is insignificant direct effect of organizational culture on working motivation with a of 0,064 and sig 0,580 (4) there is significant effect of working motivation on employee performance with a of 0,428 and sig 0,000, (5) there is significant direct effect of job satisfaction on employee performance with a of 0,327 and sig 0,004, (6) there is indirect effect of organizational culture on performance through job satisfaction of 0,094 with a total coefficient of determination remained and the effect of working motivation on performance through job satisfaction of 0,090 with a total coefficient determination 0,518. According to the study, the suggestions can be given that the direction can take into consideration of aspects from the independent variables to improve employee performance. Such activities, like outwardbound would be beneficial in creating a sense of solidarity and kinship. Key words: Organizational culture, working motivation, job satisfaction, employee performance Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan di RSI Unisma Malang bulan September 2012 dan subjek penelitian adalah karyawan non-medik. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh dengan sampel sebanyak 63 orang. Analisis data yang dipakai adalah analisis jalur (path analysis). Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu budaya organisasi (X 1 ) dan motivasi kerja (X 2 ), variabel interveningnya kepuasan kerja (Z), variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y). Hasil dari penelitian ini dapat diketahui, (1) ada pengaruh langsung yang signifikan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dengan sebesar 0,290 dan Sig 0,023, (2) ada pengaruh langsung yang signifikan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja dengan sebesar 0,276 dan Sig 0,030 (3) ada pengaruh langsung namun tidak signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dengan sebesar 0,064 dan sig 0,580 (4) ada pengaruh langsung yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan sebesar 0,428 dan sig 0,000, (5) ada pengaruh langsung yang signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dengan sebesar 0,327 dan sig 0,004, (6) pengaruh tidak langsung budaya organisasi terhadap kinerja melalui kepuasan keja sebesar 0,094 dengan 2
koefesien determinasi total tetap dan pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja melalui kepuasan keja sebesar 0,090 dengan koefesien determinasi total sebesar 0,518. Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan bahwa pimpinan dapat mempertimbangkan aspek-aspek dari variabel independen untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Kegiatan-kegiatan seperti outwardbound akan bermanfaat menciptakan rasa solidaritas dan kekeluargaan. Kata Kunci: Budaya Organisasi, Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Kinerja Karyawan Melihat tantangan-tantangan dimasa saat ini dan masa datang, perusahaan perlu memperhatikan dan menjaga sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki yakni karyawan agar terus dapat menjadi aset terpenting suatu perusahaan. Karyawan baik secara individu maupun kelompok perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan diharapakan mampu mengantisipasi segala perubahan agar kinerja karyawan dengan segala keterbatasannya dapat dengan optimal diberdayakan. Kinerja karyawan merupakan tuntutan utama perusahaan agar kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat terjamin. Koesmono (2005) mengungkapkan Persoalan yang ada adalah bagaimana dapat menciptakan sumberdaya manusia yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Selanjutnya Rivai (2010:547) mengatakan prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dari masing-masing individu. Dalam perkembagan yang kompetitif dan mengglobal, perusahaan membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, antara lain adalah budaya organisasi, motivasi kerja dan kepuasan. Untuk mengelola karyawan dengan karakter yang berbeda-beda tidaklah mudah. Perusahaan perlu menciptakan iklim organisasi yang baik agar karyawan bekerja dalam lingkungan yang mereka mampu untuk beradaptasi. Kreitner & Kinitcki (2005:79) menyimpulkan budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Budaya organisasi memiliki keterkaitan yang erat dengan kinerja seperti yang diungkap Djokosantoso dalam Soedjono (2005) bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi semakin baik kinerja organisasi tersebut. Selanjutnya Soedjono (2005) menyimpulkan bahwa budaya organisasi akan menjadi instrumen keunggulan yang kompetitif bila budaya organisasi mampu mendukung strategi organisasi dan mampu mengatasi tantangan lingkungan. Dalam penelitiannya, Koesmono (2005) mengungkapkan adanya pengaruh positif signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Sementara itu secara umum teori motivasi membahas bagaimana suatu organisasi memberikan dorongan gairah kerja terhadap karyawan agar optimal dalam memberikan kemampuan dan ketrampilan yang mereka miliki untuk mewujudkan tujuan organisasi. Robbins dan Judge (2009:209) mendefiniskan motivation as the processes that account for an individuals intensity, direction, and persistence of effort toward attaining a goal. Berdasar uraian Robbins dan judge, motivasi sebagai proses yang mengukur intensitas individu, pengarahan, 3
dan ketekunan usaha guna mencapai tujuan (dalam hal ini perusahaan). Tiga elemen kunci yakni intensity yang mana menaruh perhatian terhadap seberapa keras seseorang mencoba, direction yang mana menjadi faktor penting dalam mengoptimalkan intensity, dan persistence yang mengukur seberapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya. Maslow mengusulkan bahwa motivasi adalah fungsi dari lima kebutuhan dasar yakni fisiologis, keamanan, cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri (Kreitner & Kinicki, 2005:252). Suatu kebutuhan yang terpuaskan mungkin akan menghilangkan potensi motivasionalnya, oleh karena itu para manajer disarankan untuk memotivasi karyawannya. Motivasi merupakan hal yang penting dalam pencapaian produktifitas kerja, dengan adanya motivasi, diharapkan setiap idividu mau berusaha keras dan antusias dalam mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Dalam penelitian Koesmono (2005), menunjukkan adanaya pengaruh positif signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaannya (Handoko dalam Moedjono, 2005). Kepuasan kerja merupakan cerminan perasaan pekerja akan pekerjaannya, sehingga diharapkan segera ada perbaikan ketika indikasi ketidakpuasaan mulai muncul. Hal paling penting yang manajer bisa lakukan untuk meningkatkan kepuasan karyawan adalah fokus pada hakekat bagian-bagian pekerjaan mereka seperti membuat pekerjaan lebih menantang dan menarik (Robbins dan Judge, 2009:126). Selanjutnya Robbins dan Judge menambahkan bahwa meningkatkan gaji karyawan dapat menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan. Selain dua hal yang diungkap Robbins dan Judge diatas, Soedjono (2005) menambahkan rekan kerja karyawan, promosi, dan supervisi memiliki peran penting dalam peningkatan kepuasan karyawan. Rekan kerja mengisi kebutuhan interaksi sosial antar karyawan. Sehingga memliki rekan kerja yang sesuai menghantar kepada kepuasan kerja yang meningkat. Promosi terjadi ketika seseorang berpindah dari suatu pekerjaan keposisi yang lebih tinggi. Promosi memungkinkan perusahaan mendayagunakan kemampuan karyawan setinggi mungkin. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Dari alur pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Budaya organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang. 2. Motivasi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang. 3. Budaya organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang. 4. Motivasi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan non- Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang. 5. Kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang. 6. budaya organisasi dan motivasi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan non-Medik melalui kepuasan kerja kayawan Rumah Sakit Islam Unisma Malang. 4
METODE Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis pada data yang sama. Sedangkan berdasarkan tingkat eksplanasi atau penjelasan, penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah kinerja karyawan, variabel bebas (X) terdiri dari budaya organisasi (X 1 ) dan motivasi kerja (X 2 ), sedangkan variabel intervening (Z) adalah kepuasan kerja. Adapun rancangan penelitian pada gambar berikut:
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Rumah Sakit Islam Unisma Malang sejumlah 63 orang staff non-medik yang terdiri dari staf umum dan TU, logistik, kepegawaian dan diklat, humas, sarana prasara, Rumah Tangga, keungan, SPI, koperasi, informasi dan pendaftaran, serta satuan keamanan. Jenis Sampel yang digunakan dalam penilitian yaitu sampling jenuh. Berdasarkan teknik sampling tersebut maka sampel penelitian diambil dari populasi sejumlah 63 orang. Instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah dikembangkan menjadi indikator. Sehingga dari indikator-indikator inilah dapat dibuat pertanyaan dalam angket yang akan diberikan pada responden. Kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup di mana pertanyaan sudah disediakan jawabannya. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner dengan skala Likert dan modelnya adalah five-point. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan metode analisis statistik yang memungkinkan dalam memberi suatu tafsiran atau intrepretasi kuantitatif bagi hubungan sejumlah variabel dalam suatu model. Teknik ini menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan antara variabel X 1 , X 2 terhadap Z dan dampaknya terhadap Y (Riduwan & Kuncoro, 2011: 115). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung diantara sejumlah variabel.
Budaya organisasi (X 1 ) motivasi kerja (X 2 ) kepuasan kerja (Z) kinerja karyawan (Y) 5
UJ I HIPOTESIS Pengaruh Budaya Organisasi (X 1 ) dan Motivasi Kerja (X 2 ) Terhadap Kepuasan Kerja (Z) Variabel bebas Standardized Coefficient Beta t Sig. Budaya Organisasi Motivasi Kerja 0,290 0,276 2,337 2,218 0,023 0,030 R square : 0,225 F hitung : 8,718 Sig. F : 0,000 s 1 : 1 ,225 : 0,880 Hasil analisis regresi yang pertama ini menghasilkan persamaan sebagai berikut: Z
=[ 1 X 1 +[ 2 X 2 +e 1
Z
=0,290X 1 +0,276X 2 +0,880 Pengaruh Budaya Organisasi (X 1 ), Motivasi Kerja (X 2 ) dan Kepuasan Kerja (Z) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Variabel bebas Standardized Coefficient Beta t Sig. Budaya Organisasi Motivasi Kerja Kepuasan kerja 0,064 0,428 0,327 0,580 3,876 2,968 0,564 0,000 0,004 R square : 0,444 F hitung : 15,703 Sig. F : 0,000 Hasil analisis menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan pada kinerja karyawan karena memiliki tingkat signifikansi 0,564>0,05. Sehingga perlu dilakukan trimming, yakni menghitung kembali analisis regresi dengan menghilangkan jalur yang menurut pengujian tidak signifikan. Variabel bebas Standardized Coefficient Beta t Sig. Motivasi Kerja Kepuasan kerja 0,447 0,346 4,255 3,294 0,000 0,002 r square : 0,441 f hitung : 23,647 sig. f : 0,000 2 : 0,748 Hasil analisis regresi yang kedua ini menghasilkan persamaan sebagai berikut Y =[ 3 X 1 +[ 4 X 2 +[ 5 Z +e 2
Y =0,447 X 2 +0,364 Z +0,748
7
PEMBAHASAN 1. Pengaruh Budaya Organisasi (X 1 ) Terhadap Kepuasan Kerja (Z) Pada hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti memberikan temuan bahwa ada pengaruh positif signifikan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada RSI Unisma. Hipotesis yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi kepuasan kerja secara langsung dapat diterima. Pengaruh secara langsung budaya organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 0,290 dengan tingkat signifikasi 0,023. Budaya organisasi berhubungan dengan kepuasan kerja karyawannya karena sikap yang dibentuk oleh budaya organisasi erat kaitannya dengan sikap individu terhadap pekerjaannya. Tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan, sebaliknya ketidakpuasan terhadap pekerjaan menunjukkan sikap negatif (Hamidah, 2001:158). Kepuasan kerja yang tinggi merupakan salah satu indikator manajemen yang berarti bahwa budaya organisasi telah dikelola dengan baik (Soedjono, 2005:23). Hasil ini mendukung penelitian yang dikemukakan oleh Rogga dalam Soedjono (2005:29), bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh sebesar 90% terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hamidah, dkk (2001:171) yang menyatakan bahwa penelitian mereka juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari faktor-faktor budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan. Melihat dari penelitian sebelumnya yaitu Soedjono dan Hamidah dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan non-medik pada RSI Unisma Malang. 2. Pengaruh Motivasi (X 2 ) Terhadap Kepuasan Kerja (Z) Berdasarkan hasil dari analisa data, maka diperoleh hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa motivasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan non-medik RSI Unisma. Pada analisis regresi dapat diketahui bahwa variabel X 2 (motivasi) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,030 yang secara langsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Z (kepuasan kerja) karena dapat dilihat dari Sig t kurang dari ( = 0,05) dan nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X 2
(motivasi) sebesar 0,276. Motivasi kerja baik dari dalam diri maupun lingkungan perusahaan akan mendorong karyawan untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan hasil yang maksimal tersebut, karyawan akan merasa puas dengan apa yang ia raih. Hal itu ditandai dengan hubungan antar karyawan yang baik, kerjasama dalam tim yang melibatkan semua pihak, jenjang kerja yang jelas, keterlibatan pimpinan dalam permasalahan karyawannya serta keinginan karyawan untuk memperbaiki hasil kerja mereka. Sehingga mereka dapat merasa puas dengan apa yang mereka berikan kepada rumah sakit karena adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Motivasi kerja akan mendorong para karyawan untuk mengambil suatu tindakan yang positif dalam pekerjaanya. Karena mereka mengetahui tindakan apa yang memiliki arti bagi mereka. Pimpinan perlu memahami bagaimana para karyawan non-medik RSI Unisma berperilaku tertentu agar dapat bekerja sesuai yang mereka inginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (1996:117) yang menyatakan bahwa Motivasi merupakan konsep yang kita gunakan untuk 8
menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Dengan motivasi kerja yang selalu diberikan oleh pimpinan dan kondusifnya lingkungan kerja akan membuat karyawan memiliki semangat untuk maju, akan merasa puas pada saat pekerjaan terpenuhi, dan kepuasan itu akan mencapai puncaknya ketika mereka mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan hasil kerja yang mereka capai. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi dengan kepuasan kerja pada karyawan non-medik RSI Unisma. 3. Pengaruh Budaya Organisasi (X 1 ) Terhadap Kinerja Karyawan (Y) Berdasarkan hasil dari analisa data, maka diperoleh hasil pengujian yang menunjukkan bahwa pengaruh budaya organisai kecil terhadap kinerja karyawan dengan koefisien beta terstandar sebesar 0,064 dan sumbangan efektif 2,36 dari total 44,36. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,564>0,05 hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi positif berpengaruh namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Koesmono (2005) yang menyatakan budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Perbedaan lingkungan kerja, orientasi perusahaan, budaya organisasi itu sendiri dan banyak faktor lainnya bisa menjadi penyebab hasil dari penelitian ini menghasilkan hasil hipotesis yang tidak sama. Sebagaimana diungkapkan Carmeli (2005) bahwa meskipun budaya organisasi adalah hal yang sering dibahas sehari-hari oleh para peneliti, manajer dan masyarakat pada umumnya, budaya organisasi masih kurang dalam interprestasinya yang luas. Dengan demikian, penelitian yang lebih dalam dan luas diperlukan untuk mendapatkan interprestasi yang lebih universal. 4. Pengaruh Motivasi Kerja (X 2 ) Terhadap Kinerja Karyawan (Y) Berdasarkan hasil dari analisa data, maka diperoleh hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa motivasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan non-medik RSI Unisma. Pada analisis regresi dapat diketahui bahwa variabel X 2 (motivasi) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang secara langsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (kinerja karyawan) karena dapat dilihat dari Sig t kurang dari ( = 0,05) dan nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel X 2 (motivasi) sebesar 0,428. Motivasi kerja yang timbul akan mendorong karyawan non-medik RSI Unisma untuk bekerja dengan baik. Hal itu ditandai dengan keinginan karyawan untuk maju, pengetahuan baik yang bersifat teknis maupun konsep yang mumpuni, hubungan yang harmonis antara bawahan dan atasan, mendapatkan penghargaan berupa gaji atau bonus sesuai dan bersaing dengan sehat untuk mendapatkan kesempatan promosi. Motivasi kerja yang dimiliki seseorang akan berdampak baik terhadap dirinya dan perusahaan apabila atmosfer dalam bekerja sesuai dengan keinginan karyawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mc Cleland dalam Prabu (2005) yang menyatakan bahwa kebutuhan akan prestasi akan mendorong sesorang untuk mengembangkan kreatifitas dan mengarahkan semua kemampuan yang dimiliknya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal. Pegawai akan antusias untuk berprestasi tinggi apabila kesempatan untuk itu diberikan. 9
5. Pengaruh Kepuasan Kerja (Z) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan non-medik RSI Unisma. Pada analisis regresi dapat diketahui bahwa variabel Z (kepuasan kerja) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 yang secara langsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (kinerja karyawan) karena dapat dilihat dari Sig t kurang dari ( = 0,05) dan besar sumbangan efektif 17,05 dari total 44,36. Hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan sangatlah erat. Banyak dari penelitian telah menjadikan kedua variabel ini sebagai bahan diskusi mengenai pengaruh yang diberikan kedua variabel tersebut. Dengan adanya hasil penelitian diatas, maka mendukung pula penelitian yang dilakukan oleh Yousef (1997) yang menyatakan semakin puas seorang karyawan akan posisinya semakin tinggi pula komitmen dan kinerjanya. Lebih jauh lagi, pimpinan akan menginspirasi komitmen terhadap organisasi dan mengembangkan kinerja karyawannya apabila memberi perhatian khusus terhadap terhadap variabel variabel yang memberi dampak pada kepuasan karyawan. 6. Pengaruh Tidak Langsung Budaya Organisasi (X 1 ) dan Motivasi Kerja (X 2 ) Terhadap Kinerja Karyawan (Y) Melalui Kepuasan Kerja (Z) Hubungan antara budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dapat dilihat dari pendapat Soedjono (2005) budaya organisasi organisasi yang dibentuk oleh nilai-nailai inovasi, perhatian terhadap detail, tim, hasil, individhu, agresifitas dan stabilitas, dapat menimbulkan kepuasan kerja karyawan. jadi budaya organisasi berhubungan dengan kepuasan kerja karyawannya karena sikap yang dibentuk oleh budaya organisasi erat kaitannya dengan sikap individu terhadap pekerjaannya. Hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja dapat dilihat dari hasil penelitian Prabu (2005) bahwa faktor-faktor motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kepuasan kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa semakin semakin tinggi faktor-faktor motivasi yang diberikan maka akan semakin tinggi pula kepuasan kerja pegawai. Sedangkan untuk hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dapat dilihat dalam hasil telaah yang dilakukan Robbin & Judge (2009:122) yang memaparkan bahwa dari 300 penelitian mengindikasikan bahwa hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja adalah kuat. Dalam penelitian yang dilakukan Yousef (1997) menyatakan karyawan akan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi ketika mereka dalam keadaan puas akan posisi kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan model jalur ini selain menggunakan pengaruh langsung juga menggunakan pengaruh tidak langsung. Pengaruh tidak langsung variabel X1 (budaya organisasi) terhadap variabel Y (kinerja karyawan) melalui Z (kepuasan kerja) adalah 0,094. Sehingga total pengaruh langsung dan tidak langsung adalah 0,158. Sedangkan pengaruh tidak langsung variabel X2 (motivasi kerja) terhadap variabel Y (kinerja karyawan) melalui Z (kepuasan kerja) adalah 0,90. Sehingga total pengaruh langsung dan tidak langsung adalah 0,518. Dalam penelitian ini motivasi berperan lebih dominan daripada budaya organisasi dalam peningkatan kinerja karyawan, walaupun demikian dengan meningkatkan kedua variabel tersebut akan berpengaruh cukup besar dalam 10
peningkatan kinerja karyawan melalui kepuasan. Jadi dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan kepuasan kerja ternyata mampu meningkatkan pengaruh budaya organisasi dan juga motivasi kerja terhadap kinerja karyawannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Budaya organisasi berpengaruh secara langsung yang positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan non-medik di RSI Unisma, artinya semakin tinggi budaya organisasi yang diterapkan semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawannya. 2. Motivasi berpengaruh secara langsung yang positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan non-medik di RSI Unisma, artinya semakin tinggi motivasi kerja, semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan. 3. Budaya organisasi berpengaruh secara langsung yang positif namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan non-medik di RSI Unisma, artinya peningkatan budaya organisasi berpengaruh kecil terhadap penigkatan kinerja karyawan. 4. Motivasi berpengaruh secara langsung yang positif signifikan terhadap kinerja karyawan non-medik di RSI Unisma, artinya semakin tinggi motivasi kerja semakin tinggi pula kinerja karyawan. 5. Kepuasan kerja berpengaruh secara langsung yang positif signifikan terhadap kinerja karyawan non-medik di RSI Unisma, artinya semakin puas karyawan semakin tinggi pula kinerjanya. 6. Terdapat pengaruh yang tidak langsung antara budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja di RSI Unisma. Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan 1. Sebagaimana hasil dari penelitian ini, pimpinan Rumah Sakit dapat mmepertimbangkan aspek-aspek budaya organisasi, motivasi kerja dan kepuasan guna meningkatkan kinerja karyawannya. 2. Kegiatan-kegiatan seperti outwardbound akan bermanfaat menciptakan rasa solidaritas dan kekeluargaan, baik antar karyawan maupun pimpinan dengan karyawan. 3. Bagi penelitian di masa mendatang peneliti menyarankan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat kinerja karyawan, seperti pemberian kompensasi, komitmen perusahaan, K3, dana pensiun, dan faktor-faktor lain yang belum banyak diteliti. DAFTAR RUJ UKAN Carmeli, A. 2005. The Relationship Between Organizational Culture and Withdrawal Intention and Behavior. International J ournal of Manpower, 26(2): 177-195. Gibson, Cevic, Donnelly. 1996. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina putra Aksara. 11
Hamidah, Siti, dkk. 2001. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Lembaga Keuangan Syariah Baitul Maal Wat Tamwil. TEMA, II (2): 158-174. Koesmono, H. Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur. J urnal Manajemen dan Kewirausahaan, 7 (2): 171-188. Kreitner, R. & Kinicki, A. 2005. Perilaku Organisasi. Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Prabu, A. 2005. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enim. Alumni Magister Manajemen Universitas Sriwijaya. Riduwan & Kuncoro, E. A. 2011. Cara Mudah Menggunakan dan Memakai Path Analysis (analisis jalur). Bandung: Alfabeta Rivai. V. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Robbins, S. & Judge, A. Timothy. 2009. Organizational Behavior. 13th edition. New Jersey: Pearson Education Int. Sanusi, A. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta:Salemba Empat Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Pada Terminal Penumpang di Surabaya. J urnal Manajemen dan Kewirausahaan, 7 (1): 22-47. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang Yousef, A. Darwish. 1997. Satisfaction with Job Security as a Predictor of Organisational Comitment and Job Performance in a Muticultural Environment. International J ournal of Manpower. Vol. 19. No. 3, 1998 pp. 184-194