You are on page 1of 84

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Telekomunikasi memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat dunia umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya yang tak bisa hidup tanpa komunikasi. Menurut pasal 1 UU No.36 Tahun 1999 Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Bisnis telekomunikasi diIndonesia mengalami perkembangan pesat sejak penggunaan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Sistem Komunikasi Satelit Domestik ini telah memperlancar hubungan telepon, telegrap dan telex diseluruh Indonesia. Sejak dioperasikannya Satelit Palapa pembicaraan telepon diIndonesia tercatat meningkat. Pada tahun 1976 pembicaraan telepon tercatat 1.137.971.712 pulsa dan meningkat menjadi 1.543.183.738 pulsa pada tahun

1977(www.kompas.com). Namun masa kemakmuran tidak dinikmati Indonesia lebih lama. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, telah

memberikan dampak negatip pada berbagai aspek kehidupan, baik aspek dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, keamanan dan lainnya. Serta ditambah ancaman perpecahan, disentegrasi, konflik antar warga masyarakat dan sebagainya yang mengemuka akhir-akhir ini diIndonesia. Hal ini telah meningkatkan tuntutan terhadap sektor telekomunikasi untuk memberi kontribusi bagi penanggulangan masalah-masalah diatas. Bisnis penyediaan layanan telekomunikasi bergerak(nirkabel), berada pada persimpangan jalan akibat tekanan persaingan yang begitu sengit untuk menghasilkan keuntungan yang memadai perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Persaingan yang timbul akibat banyaknya operator penyedia layanan telekomunikasi bergerak(nirkabel) yang melibatkan dengan penawaran harga dan tarif pulsa yang murah kepada konsumen. Pada saat terjadinya kenaikan harga BBM yang mempengaruhi biaya operasional perusahaan telekomunikasi. PT.Telkom dalam operasionalnya yang membutuhkan bahan bakar, tidak akan signifikan terhadap biaya operasionalnya sebab PT.Telkom telah menyiapkan diri menghadapi inflasi makroekonomi. Dalam rangka mengembangkan bisnis telekomunikasi nirkabel, para operator penyedia layanan telekomunikasi berjuang untuk memperebutkan pasar dengan memberikan tarip murah bagi setiap kali layanan yang mereka berikan untuk ditanggung oleh penggunanya.

Tarip murah tersebut dilakukan untuk fasilitas pesan singkat maupun suara. Excelcomindo sebagai penyedia layanan telekomunikasi nirkabel yang mula-mula dikenal dengan tawarannya sebagai operator layanan nirkabel dengan jaminan terhadap mutu suara jernih dan jelas dalam layanan mereka, kemudian terjun untuk bersaing dengan meluncurkan produk layanan telekomunikasi dengan sangat murah kepada para penggunanya dengan harga Rp1 untuk per tiap detik layanan telekomunikasi. Hal ini menyebabkan pelanggan semakin lama berkomunikasi sehingga volume untuk isi pulsa tinggi dan besar. Hal ini yang diharapkan perusahaan untuk menghasilkan laba yang besar. Dalam situasi kenaikan BBM dan krisis ekonomi tidak membuat bisnis telekomunikasi mengalami kemandegan dan diambang kebangkrutan. Pasar modal merupakan instrumen keuangan yang paling diminati oleh para investor untuk menambah kekayaan mereka dengan mendapatkan keuntungan dari deviden dan capital gain adalah saham, yaitu surat tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Deviden merupakan persentase keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham sedangkan capital gain merupakan selisih positip antara harga penjualan dengan harga pembelian dalam transaksi yang dilakukan oleh investor pada pasar saham sekunder maupun diluar jam kerja bursa efek. Investasi dalam bentuk saham merupakan investasi yang tergolong berisiko tinggi. Sehingga investor harus mempertimbangkan dua hal sebelum

melakukan keputusan investasi yaitu: tingkat pengembalian dan risiko yang terkandung pada setiap alternatip keputusan investasi yang diambil. Tingkat risiko yang terkandung dari setiap alternatip biasanya berbeda-beda. Pada saham memiliki risiko yang relatip lebih besar dibandingkan dengan jenis obligasi, deposito dan tabungan. Hal ini sesuai dengan hukum investasi yang mengatakan high risk high return atau high return control risk dimana saham merupakan surat yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi karena hanya saham dapat turun dengan cepat. Risiko saham yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi adalah risiko sistematis, karena risiko ini berasal dari pasar yang mencerminkan sensitivitas saham perusahaan terhadap pasar. Secara umum likuiditas saham diukur dengan bid-ask spread. Bid-ask spread merupakan elemen penting dalam transaction cost yang terdiri dari bid price (harga beli yang diminta) dan ask price (harga jual yang diminta). Semakin besar bid-ask spread akan menunjukkan suatu saham memiliki likuiditas yang rendah karena investor manahan sahamnya dalam jangka waktu yang lama untuk mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Sandro Rickson Simanjuntak (2006) dalam penelitiannya menguji apakah risiko sistematis dan likuiditas saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan property dan variabel manakah diantara risiko sistematis dan likuiditas saham yang paling dominan

mempengaruhi

tingkat

pengembalian

saham

perusahaan

property.Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas saham mempunyai pengaruh yang negatip terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan sektor property sedangkan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang positip terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan property. Ketertarikan penulis disebabkan pasar modal Indonesia semakin berkembang yang menuntut pengetahuan yang cukup dalam berinvestasi saham dipasar modal, maka dalam hal ini penulis berniat untuk mengadakan penelitian masalah likuiditas saham dan risiko sistematis pada perusahaan dan periode yang berbeda. Berdasarkan deskripsi diatas , maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI Tahun 2007-2008. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : a. Apakah variabel likuiditas saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008 ?

b. Apakah variabel risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008 ? c. Apakah kedua variabel likuiditas saham dan risiko sistematis akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi pada saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 20072008?

C. Batasan dan Rumusan Masalah Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga dan pengetahuan penulis juga banyaknya faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor mikroekonomi dan makro sehingga memiliki cakupan permasalahan yang luas, maka penulis membatasi masalah pada: Apakah Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI Tahun 2007-2008. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apakah nilai likuiditas saham akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008 ? 2. Apakah nilai risiko sistematis akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008 ? 3. Apakah nilai likuiditas saham dan risiko sistematis secara bersama-sama akan berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008 ? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan apakah variabel likuiditas saham akan mempengaruhi tingkat pengembalian perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008. 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apakah variabel risiko sistematis akan mempengaruhi tingkat pengembalian perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 2007-2008.

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan apakah variabel likuiditas saham dan risiko sistematis akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham perusahaan telekomunikasi yang diperdagangkan di BEI tahun 20072008.

Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Menambah wawasan dan pola pikir penulis dalam memahami pasar modal khususnya mengenai pengaruh likuiditas saham dan risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan

telekomunikasi yang diperdagangkan pada pasar sekunder. 2. Bagi masyarakat investor, sebagai bahan pertimbangan atau evaluasi dalam proses pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada saham yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. 3. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian sejenis berikutnya dimasa yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Uraian Teoritis 1. Likuiditas Saham Likuiditas saham adalah kemampuan investor untuk menjual harta atau asset berupa saham yang dimilikinya tanpa harus melakukan kelonggaran harta.Tingkat likuiditas merupakan faktor yang dpertimbangkan oleh investor dalam memilih saham, Handa dan Schwartz (dalam Ekaputra, 2006:16). Defenisi likuiditas menurut Alexander, Sharpe, dan Bailey (dalam Saputra, 2002:18) adalah kemampuan investor untuk menjual harta atau asset yang dimilikinya tanpa harus melakukan kelonggaran harta. Sedangkan menurut Hasbrouck dan Schwartz (dalam Ekaputra, 2006) mendefenisikan likuiditas adalah kemampuan untuk bertransaksi dalam jumlah yang besar dengan waktu yang singkat dan biaya yang rendah. Menurut Brown (dalam Saputra, 2002:18), faktor penentu dari likuiditas pasar sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan faktor yang terpenting dari likuiditas ini adalah jumlah uang dari lembar saham yang diperdagangkan. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas surat berharga dalam hal ini saham, dilihat dari volume perdagangan dan frekuensi

10

perdagangan yang terjadi dimana likuiditas ini dipengaruhi oleh bid-price dan ask price yang terjadi dipasar. Secara umum likuiditas dikaitkan dengan Bid-Ask Spread. Bid-Ask Spread merupakan elemen penting dalam transaction cost terdiri dari bid price dan asked price. Bid price adalah harga beli yang diminta yang ditentukan oleh dealer, sedangkan asked price adalah harga jual yang diminta yang juga ditentukan oleh dealer. Dan selisih antara bid price dan ask price disebut bid-ask spread. Menurut Erwin, Miller, Lehman dan Modest (dalam Ekaputra, 2006) Bidask spread merupakan elemen yang sering digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas saham. Dalam hal ini spread berkaitan dengan biaya transaksi yang diperlukan untuk menjual atau membeli saham dengan segera. Menurut model informasi, spread timbul karena ada dua jenis investor yang bertransaksi dipasar yaitu liquidity trader dan informed trader. Dimana market maker berusaha menentukan spread optimum sebagai maksimasi selisih antara potensi keuntungan dari liquidity trader dan potensi kerugian dari informed trader. Menurut model persediaan, spread timbul sebagai kompensasi kepada market maker atau dealer yang menanggung risiko memiliki persediaan saham. Risiko ini harus diambil alih oleh dealer karena tugasnya sebagai penyedia jasa immediacy, Demsetz dan Stoll (dalam Ekaputra, 2006).

11

Yang perlu kita ketahui adalah bahwa likuiditas saham diukur dari besarnya selisih hasil (spread) antara harga penawaran dan harga yang diminta. Menurut Relly dan Brown (dalam saputra, 2002:18) : Bid-ask spread = Keterangan : Bid-ask spread Ask price Bid price : Likuiditas saham : Harga saham penutupan yang diminta pada akhir bulan : Harga saham penutupan yang ditawarkan pada akhir bulan
askprice bidprice askprice

2. Risiko Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual. Semakin besar

penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya (Halim, 2005:42). Dalam konteks investor, risiko dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Investor yang menyukai risiko (Risk Seeker) Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang lebih tinggi, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Investor jenis ini akan bersifat agresif dan spekulatif karena yakin bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positip.

12

2. Investor yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) Adalah investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko.Investor jenis ini cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi. 3. Investor yang tidak menyukai risiko (Risk Averter) Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Investor jenis ini cenderung secara matang dan terencana. Dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Risiko sistematis Adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro mempertimbangkan keputusan investasinya

yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya: kurs valuta asing, perubahan tingkat bunga, kebijakan pemerintah dan sebagainya. Sedangkan menurut Hearth dan Zaima (dalam Saputra,2002:17), risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan secara langsung seperti ketidakpastian ekonomi dan ketidakpastian politik.Hal ini berarti kinerja saham suatu badan usaha dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam perekonomian negara dan perubahan pasar. Risiko ini bersifat

13

umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa yang bersangkutan (Halim,2005:43) 2. Risiko tidak sistematis Adalah risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Karena fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham lainnya. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya: tingkat keuntungan, struktur asset, tingkat likuiditas, faktor struktur modal dan sebagainya (Halim, 2005:44). Secara rasional investor pasti ingin meminimalkan risiko yang ditanggungnya dalam melakukan investasi, oleh karena itu para investor akan cenderung melakukan diversifikasi melalui pembentukan portofolio dan berarti risiko tidak sistematis menjadi tidak relevan lagi dalam pengukuran risiko pada investasi surat berharga. Jadi satu-satunya risiko yang relevan dan mencerminkan risiko dalam investasi surat berharga adalah risiko yang tidak bisa dieliminasi, yaitu risiko sistematis. Adapun parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Menurut Atmaja (2003:45-46) menyatakan bahwa risiko sistematis diukur dengan besarnya koefisien beta yaitu koefisien yang menunjukkan tingkat

14

kepekaan keuntungan suatu saham terhadap perubahan keuntungan secara ratarata dipasar. Pengertian beta menurut Jones (2000:178) adalah Beta a measure of volatility, or relative systematic risk. Dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari retun suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return sekuritas sebesar 5% pula. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar). Secara matematis beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ri = Pi Pit + Dit Pit 1 IHSGt IHSGt 1 IHSGt 1

...................1

Rm =

....................2

( nRm * Ri ) RmRi n Rm ( Rm )
2 2

....................3

Sumber : Jogiyanto (2003:109)

15

Keterangan : Ri Pi t Pi t-1 Di Rm IHSG t IHSG t-1 n : Return saham i : Harga saham i pada periode t : Harga saham i sebelum periode t : Deviden saham i : Return market : Indeks harga saham gabungan pada periode t : Indeks harga saham gabungan sebelum periode t : Jumlah data atau periode Adapun Ri (Return saham i) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan (harga penutupan) dengan periode sebelumnya (harga pembukaan) dengan menambahkan deviden kemudian dibagi dengan harga saham periode sebelumnya (harga pembukaan). Sedangkan IHSG yaitu rata-rata dari harga saham perusahaan telekomunikasi. Dimana IHSG
t-1

adalah rata-rata dari harga saham periode berjalan (harga


t

pembukaan) sedangkan IHSG sebelumnya (harga penutupan)

adalah rata-rata dari harga saham periode

Atau dapat dinyatakan dengan rumus (Ross et al, 2003:285):


=
cov ( Ri, Rm ) Var ( Rm )

....................4

16

Keterangan : Cov Var : Beta : Covarians : Varians Beta bisa digunakan sebagai penaksir faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi beta tersebut.Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahan tersebut antara lain : 1. Cyclicaty,merupakan ukuran ukuran seberapa jauh perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. 2. Operating Leverage,proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap (fixed cost) terhadap biaya total (total cost). Semakin tinggi proporsi tersebut maka nilai beta juga akan semakin tinggi. 3. Financial Leverage , merupakan proporsi penggunaan hutang dalam perusahaan, financial leverage juga akan menyebabkan beta financial samakin tinggi. (Medpress Team Work,2000:58) Beberapa Jenis Risiko Investasi Risiko sistematis dan risiko tidak sistematis termanifestasi kedalam beberapa jenis risiko investasi yang sering muncul dan dihadapi oleh investor. Beberapa Ri : Return saham

Rm : Return market

17

jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan : 1. Risiko Likuidasi (Liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. 2. Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas emiten. 3. Risiko tingkat bunga (Interest rate risk), merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku dipasar. 4. Risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan perekonomian lain. 5. Risiko daya beli (purchasing risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. 6. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik. Risiko diatas satu sama lain tidak saling berhubungan, tetapi dapat terjadi secara bersamaan. Risiko nomor 1 dan 2 termasuk risiko yang dapat dihindari (risiko tidak sistematis). Sedangkan risiko nomor 3 sampai dengan 6 termasuk risiko utama yang tidak dapat dihindari (risiko sistematis).

18

3. Tingkat Pengembalian Tingkat pengembalian adalah hasil yang diharapkan investor untuk investasi yang dilakukan. Menurut Halim (2005:34) pengembalian adalah imbalan yang diperoleh dari investor. Pengembalian ini dibedakan atas dua yaitu : 1. Pengembalian yang telah terjadi (Actual return), yang dihitung berdasarkan data historis. 2. Pengembalian yang diharapkan (Expected return-ER), yang akan diperoleh investor dimasa depan. Adapun komponen pengembalian sebagai berikut : 1. Untung / rugi (capital gain / loss) Merupakan keuntungan atau kerugian bagi investor atas kelebihan harga jual / beli terhadap harga jual beli sebelumnya. 2. Imbal hasil (yield) Merupakan pendapatan atau arus kas yang diterima investor secara periodik misalnya deviden atau bunga.Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan. Dari komponen pengembalian tersebut, selanjutnya dapat dihitung pengembalian total (total return) dan tingkat pengembalian (rate of return). 1. Total pengembalian = Capital (gain/loss) + Yield ....5

2. Tingkat pengembalian

Pembayaran kas Perubahan h arg a + selama satu periode ......6 = yang diterima H arg a beli efek

Adapun tingkat pengembalian (Ri) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan (harga penutupan) dengan periode sebelumnya (harga pembukaan) dengan

19

menambahkan deviden kemudian dibagi dengan harga saham periode sebelumnya (harga pembukaan). Tingkat Pengembalian yang diharapkan dari Saham Individu Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah rata-rata tertimbang dari berbagai pengembalian historis. Faktor penimbangnya adalah probabilitas masing-masing tingkat pengembalian. Expected Return-(ER) saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : E ( Ri ) = ( Pij )( Rij )
i =1 n

Sumber : Halim (2005:35) Keterangan : E(Ri) = Tingkat pengembalian ER yang diharapkan dari investasi saham i Pij Rij = Probabilitas diraihnya pengembalian pada keadaan j = Tingkat pengembalian aktual dari investasi pada saham i dalam keadaan j Tingkat Pengembalian yang diharapkan dari Saham Portofolio Tingkat pengembalian yang diharapkan (ER) adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing-masing saham. Expectedreturn (ER) dari portofolio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: E ( Rp ) = E ( Ri )( Xi )
i =1 n

.. 8

20

Sumber : Halim (2005:37) Keterangan : E(Rp)= Tingkat pengembalian yang diharapkan (ER) dari portofolio E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan (ER) dari saham i Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i

Jenis Return Menurut Jogiyanto (2003:109) return saham dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Return realisasi, merupakan return yang telah terjadi 2. Return expectasi, merupakan return yang diharapkan akan diperoleh dari investor dimasa yang akan datang. Berdasarkan dari pengertian return , bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen , maka dapat ditulis rumus (Ross et al):
Ri = Pt Pt 1 Pt 1

.....................9

Keterangan : Ri Pt P t-1 = Return saham = Harga saham pada periode t = Harga saham sebelum periode t

21

Selain return saham juga terdapat return pasar ( Rm) yang dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto,2003:232).
Rm = IHSGt IHSGt 1 IHSGt 1

......................10

Keterangan : Rm IHSG t IHSG t-1 = Return market = Indeks harga saham gabungan pada periode t = Indeks harga saham gabungan sebelum periode t

Defenisi saham menurut Anoraga (2001:58) adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Sementara menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakruddin (2000:5) saham adalahtanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Defenisi lain dinyatakan oleh Fuady (2002:161): Saham adalah suatu bagian dalam perusahaan yang merupakan kepentingan kepemilikan (ownership interest) dalam wujud benda bergerak dalam perusahaan yang biasanya tercipta setelah memberikan suatu kontribusi tertentu kedalam

22

modal perusahaan tersebut, yang memberikan hak kepemilikan yang bersifat kebendaan bagi para pemegangnya Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah bukti penyertaan modal sekaligus bukti kepemilikan seseorang atau badanbadan dalam suatu perusahaan yang berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Secara umum ada dua manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham (Anoraga, 2001:60): 1. Manfaat Ekonomis a. Dividen Merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai : Artinya bahwa kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai. Dividen saham : Artinya bahwa kepada setiap pemegang saham diberikan berupa sejumlah saham.

23

b. Capital gain Merupakan keuntungan yang diperoleh dari hasil jual beli saham yang lebih rendah, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah.

2. Manfaat Non Ekonomis Kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dengan adanya hak suara, sehingga pemodal dapat turut ambil bagian dalam menentukan jalannya perusahaan. Semakin besar saham yang dimiliki , maka semakin besar pula hak suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Fakhruddin (2001:12-14) mengklasifikasikan saham kedalam beberapa sudut pandang : A. Saham ditinjau dari sudut pandang kemampuan hak tagih atau klaim 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan dipasar modal. Hal ini dapat dilihat semakin maraknya perdagangan saham dilantai BEI oleh para pialang sebagai perwakilan investor.

24

2. Saham preferen (preferent stock), merupakan saham yang diistimewakan karena memiliki karakteristik gabungan antara berbagai obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi tetapi juga bisa tidak mendatangkan dikehendaki investor. Sedangkan menurut Fuady (1999:30)saham preferen adalah saham yang kepada pemegangnya diberikan hak terlebih dahulu dalam pembagian dividen dan atau dalam hal likuidasi perusahaan. B. Saham ditinjau dari sudut pandang cara peralihannya 1. Saham atas unjuk (bearer stock), yaitu pada saham tersebut tidak tertulis nama pemilik saham tersebut, agar mudah dipindahtangankan dari suatu investor keinvestor lainnya. Secara hukum , siapa yang memegang saham tersebut , maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemagang Saham (RUPS). 2. Saham atas nama (Registered stock), yaitu saham yang tertulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. C. Saham ditinjau dari sudut pandang kinerja perdagangan 1. Blue-chip stock , merupakan saham biasa dari sudut perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader (pemimpin) diindustri hasil seperti yang

25

sejenis.Memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income stock, merupakan saham dari suatu perusahaan emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3. Growth stock (well known), merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan tinggi, sebagai leader(pemimpin) diindustri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4. Speculatif stock, merupakan saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ketahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang meskipun belum pasti keuntungan itu akan diperoleh. 5. Counter cyclical stock, merupakan saham yang tidak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

Keuntungan dan Kerugian Dalam Investasi Saham Dalam berinvestasi pada umumnya investor dihadapkan pada dua pilihan yang menjadi selalu pertimbangan , yaitu keuntungan dan kerugian atas keputusan investor dalam berinvestasi ataupun membeli suatu saham perusahaan tersebut.

26

Keuntungan Membeli Saham 1. Dividen (orientasi jangka panjang), merupakan pembagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan. 2. Capital gain (orientasi jangka pendek), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. 3. Saham bonus (jika ada), merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana.

Risiko Kepemilikan Saham Fluktuasi harga saham adalah akibat dari kenaikan / penurunan permintaan dan penawaran atas saham, maka pemodal juga dihadapkan pada risiko kepemilikan saham. Risiko ini dapat menimbulkan kerugian besar dalam waktu singkat. Adapun risiko yang dihadapi pemodal atas kepemilikan sahamnya, antara lain (Anoraga,2001:78): 1. Tidak mendapat dividen Potensi keuntungan pemodal ditentukan oleh kinerja perusahaan. Apabila operasi perusahaan tidak menghasilkan keuntungan , maka perusahaan tersebut tidak akan membagikan dividen. 2. Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selamanya mendapatkan keuntungan (capital gain) dari hasil transaksi

27

sahamnya. Pemodal juga dihadapkan pada risiko yaitu mengalami capital loss jika ia menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga belinya. 3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, jika suatu perusahaan mengalami bangkrut atau likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist) 4. Saham di-delist dari bursa (delisting) Surat saham di-delist dari bursa umumnya disebabkan karena kinerja perusahaan yang buruk. Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak mendapatkan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencataan efek dibursa. Saham yang telah di-delist tidak dapat lagi diperdagangkan, tetapi masih dapat diperdagangkan diluar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. 5. Saham di-suspend Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya untuk sementara oleh otoritas bursa dan pemodal tidak dapat menjual sahamnya sampai suspend tersebut dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat, misalnya satu sesi perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Perusahaan yang di-suspends oleh otoritas bursa biasanya karena saham perusahaan mengalami lonjakan harga lainnya yang mengharuskan otoritas bursa men-suspend saham perusahaan tersebut. Hubungan Risiko dan Return Saham Hubungan risiko dan return saham secara teknis adalah semakin besar hasil pengembalian yang diharapkan, maka risiko yang dihadapi oleh investor juga semakin besar.

28

Lain halnya dengan (Jogiyanto, 2003:124) yang menyatakan bahwa : Semakin besar risiko yang harus ditanggung , semakin besar return yang harus dikompensasikan. Menurut Sharpe (dalam Saputra, 2002:18), tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu saham akan dipengaruhi oleh dua karakter dasar, yaitu risiko sistematis dan likuiditas saham Dengan demikian hubungan risiko, likuiditas dan tingkat pengembalian saham yang diharapkan dapat dirumuskan sebagai berikut (Bodie, 2005:305) :

E ( Ri ) Rf = i ( E ( Rm ) ) Rf + f ( ci )
Keterangan : E(Ri) = Tingkat pengembalian Rf i f (ci) = Tingkat bebas risiko = Risiko sistematis = Fungsi dan biaya transaksi Indeks Harga saham

......................11

Menurut Lorie,Dodd, dan Kimpton (dalam Sutrisno dkk,2002) yang dimaksud dengan harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan.Untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan

29

dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual ataupun membeli. Sedangkan indeks harga saham merupakan perbandingan perubahan harga saham dari waktu kewaktu, apakah harga suatu saham mengalami kenaikan atau penurunan dengan waktu tertentu (Anoraga,2001:101) Menurut Stan Weinster (dalam Robbert Ang,1997,20.18) menyatakan bahwa harga suatu saham selalu melewati empat tahapan secara berurutan, tahapan tersebut sebagai berikut : 1. Tahap pembentukan dasar (Base Building Stage) Pada tahap ini harga suatu saham akan berfluktuasi dalam satu kisaran yang relatif sempit, kelihatannya tidak ada dan tidak akan ada yang terjadi. Harga saham bergerak bolak-balik pada garis rata-rata bergerak 200 hari.Pada tahap ini saat yang tepat untuk membeli saham. 2. Tahap pergerakan maju (Advancing Stage) Pada tahap ini harga saham bergerak diatas rata-rata bergerak 200 dan rata-rata bergerak 50 hari, harga saham mungkin bergerak dibawah ratarata 50 hari, tetapi masih dikatakan gerakan berada pada tahap advancing stage.

30

3. Tahap puncak (Peaking out Stage) Pada tahap ini harga saham terus bergerak naik melewati rata-rata bergerak 200 hari dan akan mencapai puncaknya. Pada tahap ini merupakan momentum yang tepat untuk merealisasikan keuntungan. 4. Tahap penurunan (Declining Stage) Pada tahap ini harga saham mulai bergerak turun setelah mencapai puncaknya pada tahap ketiga , harga saham turun dibawah rata-rata bergerak 200 hari dan rata-rata bergerak 50 hari dan terus menurun sampai suatu tahap base building yang baru dimulai. Penentuan Harga saham dibedakan menjadi dua,yaitu: 1. Indeks harga saham individual (indeks individual) Merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya (Darmadji,2001:95). Indeks ini tidak dapat mengukur harga suatu saham perusahaan tertentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. 2. Indeks harga saham gabungan (IHSG) Merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh , terutama fenomena-fenomena ekonomi (Widoatmojo,1996:189). IHSG menunjukkan pergerakan saham secara umum tercatat dibursa efek (Anoraga,2001:101)

31

Kapan Saham Harus Dijual dan Kapan Harus Dibeli Secara umum keputusan kapan saham harus dijual dan dibeli ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilainya dengan pasarnya. 1. Jika harga pasar lebih kecil dari pada nilainya, maka saham tersebut harus ditahan/ dibeli sementara dengan tujuan memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali membaik. 2. Jika harga pasar sama dengan nilainya, maka saham dalam kondisi keseimbangan sehingga tidak perlu melakukan transaksi karena tidak akan memperoleh keuntungan. 3. Jika harga saham lebih besar dari pada nilainya , maka saham tersebut harus dijual untuk menghindari kerugian karena harganya akan turun karena akan menyesuaikan dengan nilainya. 4. Jika harga saham yang menjadi pertimbangan utama , maka investor sebaiknya berangkat dari harga yang layak dibeli kemudian menghitung tingkat imbalan hasil yang diharapkan. Dua Analisis yang Digunakan dalam Menetapkan Harga Saham suatu Perusahaan, yaitu: 1. Analisis Fundamental (Fundamental Analysis) Analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham terhadap harga

32

pasarnya guna mencerminkan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau tidak. Menurut Urip Suprodjo (1999,18) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis fundamental adalah : 1. Tingkat pertumbuhan arus dividen 2. Lamanya pertumbuhan saham yang diharapkan 3. Tingkat pembayaran dividen (payout ratio) 2. Analisis Teknikal Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan harga saham itu sendiri dari waktu kewaktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi yang berlaku dalam analisis ini adalah : a. Harga pasar ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan b. Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun yang irasional. c. Perubahan harga saham cenderung mengikuti pola tren tertentu. d. Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan e. Pergeseran permintaan dan penawaran tersebut dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari prilaku. f. Pola-pola yang terjadi dimasa lalu dapat terulang kembali dimasa datang.

33

Faktor-Faktor Khusus yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Medpress (2000:58) faktor-faktor khusus yang mempengaruhi harga saham antara lain: 1. Kebijakan Pemerintah dan dampaknya bagi perekonomian Kebijakan Pemerintah yang berkaitan langsung dengan bisnis emiten akan berpengaruh terhadap harga saham, misalnya pembatalan proyek Pemerintah , privatisasi perusahaan , kebijakan yang memperbolehkan investor asing untuk berinvestasi pada sektor usaha tertentu. 2. Pergerakan suku bunga SBI sebagai ukuran investasi yang bebas risiko Tingginya tingkat suku bunga merupakan pukulan berat bagi usaha perbankan dan perusahaan. Suku bunga yang meningkat secara tajam akan memperbesar operating leverage. Secara signifikan peningkatan suku bunga SBI merupakan faktor yang menaikkan biaya usaha. Sehingga suku bunga akan menjadi besar dan bank akan kesulitan mencari pengusaha untuk menyalurkan kredit. 3. Fluktuasi nilai tukar mata uang (kurs) Bagi perusahaan yang menggunakan struktur permodalan pendanaan manca negara, Fluktuasi kurs akan memperbesar proporsi financial leverage sehingga risiko sistematis perusahaan-perusahaan financial akan meningkat.

34

4. Rumor dan sentimen pasar Merupakan variabel yang intangibel yaitu tidak berwujud. Hal ini muncul bila terjadi suatu hal, misalnya : meninggalnya pejabat tertentu, gosip likuidasi bank tertentu, kebijakan kontroversial seperti konversi deposito menjadi obligasi. Sedangkan sentimen pasar terbentuk oleh pemicu seperti : kebijakan pemerintah dan statement pejabat tertentu.

B. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sandro Rickson Simanjuntak (2006) yang mengambil judul tentang Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Perusahaan Property diBEJ pada tahun 2002-2005.Pada penelitian tersebut masalah yang diangkat adalah sebagai berikut: 1. Apakah risiko sistematis dan likuiditas saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham? 2. Variabel manakah diantara risiko sistematis dan likuiditas saham yang paling dominan mempengaruhi return saham? Fenomena naik turunnya harga suatu saham maupun indeks saham akan mencerminkan adanya suatu risiko untuk setiap penurunan harga saham dan keuntungan yang merupakan tingkat pengembalian dari setiap kenaikan harga

35

saham yang terjadi. Hasil yang ditemukan oleh penelitian tersebut menunjukkan bahwa antara return dan likuiditas saham mempunyai hubungan yang negatip.Hal ini berarti dengan likuiditas saham yang kecil tidak dapat memberikan tingkat pengembalian saham yang tinggi.Hal ini karena sektor property tidak terus aktip diperdagangkan dilantai bursa sehingga investor perlu berpikir dahulu dan menganalisa untuk menginvestasikan dananya. Sedangkan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang positip terhadap tingkat pengembalian saham.Hal ini berarti dengan risiko yang kecil memberikan tingkat pengembalian yang kecil dan sebaliknya dengan risiko yang besar dapat memberikan tingkat pengembalian yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa risiko sistematis merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa selama periode 2002-2005 dipengaruhi oleh risiko sistematis. Oleh karena penelitian diatas merupakan penelitian yang membahas tentang salah satu dari hasil perusahaan yang Go Publik diIndonesia yang terdaftar diBEJ yaitu perusahaan property maka pada penelitian kali ini penulis mencoba untuk menguji terhadap perusahaan Telekomunikasi yang Go Publik diIndonesia yang terdaftar diBEI. Dalam penelitian ini penulis melihat dari sisi makro seperti pada saat kenaikan BBM yang akan mempengaruhi terhadap perusahaan telekomunikasi

36

dimana akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan Telekomunikasi.Tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap perusahaan Telekomunikasi .Ini terbukti dengan memberikan tarif pulsa yang murah . Dan para investor berusaha mengoptimumkan hasil dari investasi mereka dengan memilih alternatip yang menghasilkan tingkat pengembalian maksimum dengan risiko minimum. C. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori diatas maka dalam mengambil keputusan investasi setiap investor harus terlebih dahulu mempertimbangkan dua hal yakni risiko dan tingkat pengembalian. Besarnya risiko yang terkandung pada suatu saham tertentu dan besarnya tingkat pengembalian yang akan diberikan saham tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham yang dipasar modal. Likuiditas saham dalam penelitian ini diukur dengan besarnya bid-ask spread.Bid-ask spread merupakan selisih antara asked price dan bid price. Besarnya bid-ask spread sebagai proksi tingkat likuiditas menunjukkan bahwa semakin tinggi spread maka likuiditas saham akan semakin kecil. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi seperti halnya pada risiko yang tidak sistematis.Hal ini disebabkan karena risiko sistematis dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Sedangkan risiko yang tidak sistematis

37

hanya dipengaruhi oleh faktor mikro yang berakibat pada satu perusahaan tertentu saja. Besarnya risiko yang terkandung pada suatu saham tertentu pasti akan mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Tingkat pengembalian merupakan persentase hasil yang diterima oleh investor untuk investasi yang dilakukannya. Saham yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi akan memiliki jumlah permintaan yang tinggi dibursa efek, sebaliknya saham yang memiliki tingkat pengembalian yang rendah akan memiliki jumlah permintaan yang rendah dibursa efek. Tinggi rendahnya tingkat pengembalian yang diberikan suatu saham terhadap investor akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran yang terjadi dibursa. Paradigma penelitian Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham Likuiditas saham (X1) Likuiditas saham Risiko sistematis (X2)

Tingkat pengembalian saham (Y)

38

D. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. 2. Risiko sistematis berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. 3. Risiko sistematis dan likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Defenisi Operasional Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu likuiditas saham, risiko sistematis, dan tingkat pengembalian, varibel tersebut dapat didefenisikan sebagai berikut : a. Likuiditas saham adalah kemampuan investor untuk menjual harta atau asset berupa saham yang dimilikinya tanpa harus melakukan kelonggaran harta. Likuiditas saham diukur dari besarnya selisih hasil (spread) antara asked price dan bid price yang mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran dari suatu saham tertentu. Asked price adalah harga jual yang diminta, yang ditentukan oleh dealer sedangkan bid price adalah harga beli yang ditentukan oleh dealer. b. Risiko sistematis adalah risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi. Misalnya kurs valuta asing, risiko kurs, risiko suku bunga dan risiko lainnya yang melanda suatu sistem perekonomian dalam kawasan tertentu dan pada saat tertentu juga.

39

40

Risiko sistematis diukur dengan beta. Dimana rumus beta sebagai berikut:

( nRm * Ri ) RmRi n Rm ( Rm )
2 2

c. Tingkat pengembalian adalah persentase hasil yang diterima investor atas investasi yang dilakukannya. Dapat berupa dividen ataupun capital gain/ loss. Tingkat pengembalian diukur dengan rumus sebagai berikut :
Pembayaran kas Perubahan h arg a + selama satu periode Tingkat pengembalian = yang diterima H arg a beli efek

B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi BEI (http://www.idx.co.id) Waktu penelitian Adapun waktu penelitian yang dilakukan tertera pada tabel atau jadwal penelitian berikut ini :

41

TABEL III.1 No 1 2 3 4 5 Kegiatan


I

Agustus
II III IV I

Waktu September Oktober


II III IV I II III IV

November
I II III IV

Pra penelitian Pengajuan judul Pengumpulan data Pembuatan proposal Seminar proposal

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang didalamnya terdapat sejumlah objek yang dijadikan sebagai sumber data dan diharapkan dapat memberikan data-data yang dibutuhkan Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan telekomunikasi yang tercatat di BEI. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di BEI yang telah mengeluarkan laporan keuangan di BEI secara berturut-turut pada tahun 2007-2008 yang berjumlah 6 perusahaan.

42

No 1 2 3 4 5 6

TABEL: III. 2 Kode Nama Emiten Tanggal Berdiri BTEL Bakrie Telecom Tbk 13 Agustus 1993 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk 06 Oktober 1989 ISAT Indosat Tbk 10November 1967 IATG Infoasia Teknologi Global Tbk 22 Februari 1995 FREN Mobile-8 Telecom Tbk 16 Desember 2002 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 11 Januari 1901 Sumber : www.idx.co.id

Tanggal Listing 03 Februari 2006 29September 2006 19 Oktober 1994 15 November 2001 29 November 2006 14 November 1995

D. Tekhik Pengumpulan Data Teknik pegumpulan data yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh penulis dengan menggunakan data dari internet dengan alamat situs resmi BEI

(http://www.idx.co.id) yang merupakan publikasi resmi bagi masyarakat dan melakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian ini serta data-data lainnya.

E. Teknik Analisa Data a. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan model yang disampaikan diatas, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik

43

yang

akan

meliputi

pengujian

multikolinearitas,

autokorelasi,

dan

heteroskesdastisitas. Karena memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi berganda dikatakan linear jika memenuhi syarat linearitas, seperti bebas dari asumsi klasik multikolinearitas, autokorelasi dan

heteroskesdastisitas. 1. Multikolinearitas Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya dalam satu model, bila ada maka akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara satu variabel independen dengan independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain : a. Jika nilai Variance Inflation Faktor (VIF) lebih dari 10, maka pada model terdapat multikolinearitas b. Jika nilai koefisien korelasi antara masing-masing variabel

independen kurang dari 0,70 maka variabel dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinearitas.

44

c. Jika nilai koefisien determinan , dilihat dari R 2 diatas 0,06 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka model terkena multikolinearitas. 2. Autokorelasi Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et-1). Untuk mendeteksi autokorelasi dapat digunakan dengan menguji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson dihitung terletak didaerah No autokorelasi . Penentuan tersebut dibantu dengan tabel d1 dan du, dibantu dengan nilai k (jumlah variabel

independen). Dengan ketentuan : DW < DW > d1 du = Tolak Ho (ada autokorelasi positip) = Terima Ho (tidak ada autokorelasi) = Tolak Ho (ada autokorelasi) = Terima Ho (tidak ada autokorelasi) = Pengujian tidak bisa disimpulkan

DW > 4 d1 du < DW < 4 du d1 DW du

4 du DW 4 d1 = Pengujian tidak bisa disimpulkan Petunjuk lain dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi antara lain : Angka DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi positip

45

Angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak aotukorelasi Angka DW diatas +2 berarti ada autokorelasi negatip 3. Heteroskesdastisitas Menguji terjadinya perbedaan variance residual dari suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi, dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut heteroskesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskesdastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. b. Uji Statistik Untuk menguji pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan metode statistik regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai predikat dimanipulasi atau dinaik turunkan nilainya (Sugiono, 2003:210).

46

Model regresi linear berganda dengan 1 variabel dependen (Y) dan 2 variabel independen (X) adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y a = Rata- rata tingkat pengembalian saham / triwulan = Konstanta .........................12

X1 = Rata-rata likuiditas saham / triwulan X2 = Rata-rata risiko sistematis / triwulan b1 = Koefisien likuiditas saham b2 = Koefisien risiko sistematis e = Variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian

a. Koefisien Determinasi Pengujian koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya persentase sumbangan risiko sistematis dan likuiditas saham yamg diukur dari bid-ask spread terhadap variasi naik turunnya return saham, dimana 0<R2<1. Hal ini berarti bahwa nilai R2 yang semakin mendekati 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial dengan T-Test

47

T-Test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Ho : b1 = 0 Tidak terdapat pengaruh antara likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham. Ha : b1 = 0 Terdapat pengaruh likuiditas saham terhadap tingkat pengembalian saham Ho : b2 = 0 Tidak terdapat pengaruh antara risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham Ha : b2 0 terdapat pegaruh antara risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,95 atau 95% karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti: Bila thitung < t tabel Bila thitung > t tabel 2. maka Ho diterima maka Ho ditolak

Simultan dengan F- Test Uji simultan dengan F- Test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama- sama variabel independen terhadap dependen. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham dan risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham

48

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham.

saham dan

Untuk menentukan tingkat signifikan, maka yang digunakan adalah 0,95 atau 95% karen anilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Tingkat signifikan 0,95 atau 95% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%. Bila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima Bila Fhitung > F tabel maka Ho ditolak

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia.Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan.Bahkan pada tahun 1914-1918 kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak berjalan sebagaimana mestinya. Setelah Perang Dunia I bursa efek Jakarta dibuka kembali bersama dengan pasar modal diSurabaya pada tanggal 25 agustus 1925.Karena pada saat itu masih dalam penjajahan Belanda, mayoritas saham- saham yang diperdagangkan juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda.Pada

49

50

tahun 1942-1952 Bursa efek diJakarta ditutup kembali karena terjadi Perang Dunia II. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat no.28973/UU yang

dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR.Sumitro Djojohadikusumo). Tujuan dibuka kembali bursa ini adalah untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya.Tujuan lainnya adalah untuk mencegah larinya keluar negeri saham-saham perusahaan Belanda yang dulunya diperdagangkan dipasar modal

Jakarta.Karena adanya sengketa antara pemerintah RI dengan Belanda mengenai Irian Barat,semua bisnis Belanda dinasionalkan melalui UndangUndang Nasionalisasi No.86 tahun 1958.Sengketa ini menyebabkan larinya modal Belanda dari tanah Indonesia.Akibatnya mulai tahun 1960,sekuritassekuritas perusahaan Belanda sudah tidak diperdagangkan lagi diBursa Efek Jakarta. Sejak saat itulah aktivitas di Bursa Efek Jakarta semakin menurun. Pada tahun 1977 pemerintah Indonesia mengaktifkan lagi bursa efek Jakarta berdasarkan keputusan Presiden No.52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM).Bursa efek Jakarta diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 oleh presiden Soeharto.Pengaktifan kembali pasar modal ini

51

juga ditandai dengan go public PT.Semen Cibinong sebagai emiten pertama yang tercatat di BEJ. Setelah BEJ lenyap secara diam-diam tanpa ada penutupan yang resmi sebab situasi politik dan keadaan perekonomian yang semakin memburuk, maka bursa efek Jakarta yang mulai beroperasi lagi sejak tanggal 13 Juli 1992 yang merupakan hasil swastanisasi bursa efek yang sebelumnya dikelola oleh BAPEPAM. Dengan peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi dibursa.Sistem otomatisasi yang diterapkan diBEJ diberi nama Jakarta Automated Trading Systems (JATS) dan mulai dioperasikan pada tanggal 22 Mei 1995. JATS adalah suatu sistem otomatisasi menggunakan jaringan computer yang digunakan oleh broker untuk perdagangan sekuritas di BEJ. Pada tahun 2007 bursa efek Jakarta melakukan merger dengan bursa efek Surabaya dan berganti nama menjadi bursa efek Indonesia.

Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memiliki satu pasar modal. Tugas dan fungsi BEI adalah menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka, mencatat dan mengumumkan harga/kurs efek dan menetapkan sanksi-sanksi atas pelanggaran terhadap tata

52

tertib bursa. Perdagangan sekuritas di BEI terbagi dalam segmen pasar utama yaitu pasar reguler (reguler market), pasar non-reguler (non regular market)dan pasar tunai (cash market). Sekuritas yang diperdagangkan diBEI antara lain saham biasa (common stock), saham preferen (preffered stock). Obligasi (bond) yang dapat dikonversi menjadi saham biasa (convertible bond) dan right sertificate.

2. Proses Perdagangan Saham Di BEI Proses perdagangan saham di BEI dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. Pada saat proses pembelian/penjualan saham a. Investor menghubungi perusahaan efek dimana dia terdaftar sebagai nasabah. Investor menyampaikan instruksi beli kepada pialang. b. Selanjutnya disampaikan kepada trader perusahaan efek tersebut dilantai bursa kemudian trader memasukan instruksi tersebut kedalam sistem computer perdagangan di BEI yaitu JATS, yang seperti kita ketahui bahwa secara otomatis menggunakan mekanisme tawarmenawar secara terus menerus.Untuk pembelian akan didapatkan harga pasar terendah dan sebaliknya untuk aktivitas jual akan didapatkan harga pasar tertinggi.Suatu transaksi dikatakan berhasil apabila telah matched antara penawaran jual dan beli.

53

c. Penyelesaian transaksi menggunakan skema T+4 yang berarti penyelesaian dilakukan empat hari setelah terjadinya transaksi.Investor yang melakukan pembelian akan mendapatkan saham yang dibelinya pada hari kelima (hari bursa). Proses penjualan saham prosedurnya relatif sama dengan pembelian saham. Tetapi untuk proses penjualan saham umumnya broker akan meminta investor untuk menyerahkan surat saham kolektif terlebih dahulu. 2. Pada Proses Penyelesaian Transaksi Perdagangan Transaksi bursa secara umum,bukanlah transaksi yang bersifat tunai,untuk itu bursa menentukan apabila transaksi dilakukan hari ini (T+0), maka penyerahan saham dan pembayaran harus diselesaikan masing-masing melalui PT.Kliring Penjaminan Efek Indonesia(PT.KPEI) dan PT.Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT.KSEI) pada hari bursa keempat(T+4). Setelah transaksi terjadi,maka bursa menerbitkan daftar transaksi bursa sebagai dasar penyelesaian transaksi. Daftar tersebut dikirimkan keanggota bursa (perusahaan efek),KPEI dan KSEI, sebagai dasar penyelesaian transaksi. Berdasarkan daftar tersebut,ditentukan hak dan kewajiban masingmasing anggota bursa.Dalam proses pemenuhan kewajiban tersebut PT.KPEI berfungsi sebagai lembaga kliring dan penjamin,Yaitu melakukan kliring dan penjaminan antara anggota bursa.Sedangkan PT.KSEI berfungsi sebagai

54

lembaga penyimpanan dan penyelesaian yaitu sebagai sentral penyimpanan efek yang ditransaksikan dibursa. Hasil estimasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: TABEL IV.1 Tingkat Pengembalian Saham (%)
NO Nama Emiten 1 2 3 4 5 6 BTEL EXCL ISAT IATG FREN TLKM 2007
Kwrtl I Kwrtl II Kwrtl III Kwrtl IV Rata-Rata I II

2008
III IV Rata-rata

0.021 0.011 0.006 0 0.005 0.036

0.030 -0.02 0.008 0.026 0.026 0.050

0.003 0.039 0.106 -0.085 -0.024 0.054

-0.014 0.028 0.037 0 0.010 0.079

0.01 0.015 0.039 -0.015 0.004 0.055

-0.012 0.038 0.009 0 -0.051 0.006

-0.009 0.041 0.021 0 -0.009 0.044

0.040 0.013 0.053 0 -0.170 0.071

0.081 0.146 0.080 0 -0.295 0.088

0.025 0.060 0.041 0 -0.131 0.052

Sumber: www.idx.co.id, data diolah Tingkat pengembalian saham merupakan hasil yang diperoleh atas investasi pada saham. Tingkat pengembalian saham akan menggambarkan apakah terjadi keuntungan atau kerugian atas investasi saham yang dilakukan. Tabel IV.I memperlihatkan hasil perhitungan tingkat pengembalian sahamsaham perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI periode 2007-2008. Pada kuartal I tahun 2007 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi secara umum mengalami keuntungan dengan hanya satu saham yang tidak mengalami pertumbuhan tingkat pengembalian . namun, tingkat pengembaliannya masih sangat kecil yaitu dibawah 1 %, keadaan ini dapat dilihat bahwa pada kuartal I pasar mengalami kenaikan sehingga terjadi peningkatan harga saham dan tingkat pengembalian saham memperlihatkan

55

keuntungan. Pada kuartal II ditahun 2007 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi mengalami keuntungan dengan hanya satu saham yang mengalami kerugian karena tingkat pengembalian mengalami

penurunan. Namun, pada kuartal III ditahun 2007 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi secara umum mengalami keuntungan tetapi jumlah saham yang mengalami kerugian bertambah menjadi dua perusahaan. Pada kuartal IV ditahun 2007 terlihat bahwa jumlah saham yang mengalami kerugian berkurang menjadi satu perusahaan serta satu perusahaan tidak mengalami pertumbuhan tingkat pengembalian sama sekali. Table IV.I memperlihatkan saham telekomunikasi Indonesia, Tbk (TLKM) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham tertinggi sebesar 0.055 % diikuti Indosat, Tbk (ISAT) sebesar 0.039 % dan Excelcamindo Pratama, Tbk (EXCL) sebesar 0.015 % pada tahun 2007. Tingkat pengembalian saham ketiga perusahaan ini memperlihatkan terjadinya keuntungan yang diperoleh investor karena adanya rata-rata peningkatkan harga saham selama tahun 2007. Pada kuartal I tahun 2008 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi secara umum mengalami keuntungan, hanya saja dua perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan negatif serta satu saham lagi tidak mengalami pertumbuhan tingkat pengembalian. Pada kuartal II ditahun

56

2008 terlihat bahwa jumlah saham yang mengalami pertumbuhan dan jumlah saham yang mengalami kerugian serta jumlah saham yang tidak mengalami pertumbuhan tingkat pengembalian masih sama dengan kuartal I. Jadi belum ada perubahan antara kuartal I dengan kuartal II ditahun 2008. Pada kuartal III ditahun 2008 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi secara umum mengalami keuntungan walaupun masih ada satu saham yang mengalami tingkat pertumbuhan negatif serta satu saham lagi tidak memperoleh tingkat pengembalian. Pada kuartal IV ditahun 2008 terlihat bahwa jumlah saham yang mengalami keuntungan, dan jumlah saham yang mengalami kerugian serta satu saham yang tidak mengalami pertumbuhan tingkat pengembalian. Saham Excelcomindo Pratama, Tbk (Excl) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham tertinggi sebesar 0.060 % pada tahun 2008. sahamsaham lain yang memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham yang tinggi pada tahun 2008 yaitu telekomunikasi Indonesia, Tbk (TLKM) dan Indosat Tbk (ISAT). Tingkat pengembalian saham perusahaan-perusahaan ini memperlihatkan terjadinya keuntungan yang diperoleh investor kerena adanya rata-rata peningkatan harga saham selama tahun 2008.

57

TABEL IV.2 Risiko Sistematis (%)


NO Nama Emiten 1 2 3 4 5 6 BTEL EXCL ISAT IATG FREN TLKM 2007 2.625 1.375 0.75 0 0.625 4.5 30 -20 8 26 25 50 0.103 1.345 3.655 -2.931 -0.828 1.862 -2.8 5.6 7.4 0 2 15.8 7.482 -2.92 4.951 5.767 6.699 18.041 1.714 3 -5.429 13.667 -1.286 -7 0 0 7.286 3 -0.857 -14.667 2008 100 4.5 27.304 32.5 8.111 5.379 132.5 4.444 32.165 0 0 0 -425 -16.389 -107.78 177.5 4.889 41.716
Kwrtl I Kwrtl II Kwrtl III Kwrtl IV Rata-Rata Kwrtl I Kwrtl II Kwrtl III Kwrtl IV Rata-rata

Sumber : www.idx.co.id,data diolah Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar secara keseluruhan. Risiko sistematis akan

menggambarkan kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Table IV.2 memperlihatkan hasil perhitungan risiko sistematis (beta) perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI periode 2007-2008. Pada kuartal I tahun 2007 terlihat bahwa secara umum saham-saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta yang positif yang berarti ketika pasar mengalami kenaikan maka harga saham perusahaan

telekomunikasi juga mengalami kenaikan.Adapun saham yang memiliki indeks beta nol yang berarti menunjukkan bahwa saham tersebut tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan harga ketika pasar naik. Pada kuartal II ditahun 2007 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta yang positip yang berarti saham ikut terpengaruh dengan keadaan pasar yang sedang naik sehingga harga saham-

58

saham telekomunikasi ikut mengalami kenaikan.Hanya ada satu saham yang memiliki indeks beta negatip yang berarti menunjukkan bahwa saham tersebut mengalami penurunan harga ketika pasar naik. Pada kuartal III ditahun 2007 terlihat bahwa saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta yang positip yang berarti saham ikut terpengaruh dengan keadaan pasar sedang naik sehingga harga saham-saham perusahaan telekomunikasi ikut mengalami kenaikan. Adapun beberapa saham yang memiliki risiko sistematis negatif yang menunjukkan bahwa saham tersebut mengalami penurunan harga ketika pasar naik. Pada kuartal IV ditahun 2007 terlihat bahwa semua saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta positip yang berarti semua saham ikut terpengaruh dengan keadaan pasar yang sedang naik sehingga semua harga saham-saham perusahaan telekomunikasi ikut mengalami kenaikan. Tabel IV.2 menunjukkan bahwa saham Telekomunikasi Indonesia,Tbk (TLKM) memiliki rata-rata risiko sistematis (beta) tertinggi sebesar 18.041% pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa Telekomunikasi Indonesia,Tbk (TLKM) merupakan perusahaan telekomunikasi yang paling sensitif terhadap perubahan pasar pada tahun 2007. Pada kuartal I ditahun 2008 terlihat bahwa secara umum saham-saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta yang negatip yang berarti menunjukkan bahwa saham perusahaan telekomunikasi tidak ikut terpengaruh

59

naik ketika pasar naik.Sedangkan beberapa saham yang memiliki risiko sistematis positip menunjukkan bahwa saham tersebut mengalami kenaikan maka harga saham perusahaan telekomunikasi juga mengalami

kenaikan.Adapun satu saham perusahaan yang memiliki indeks beta nol yang berarti ketika pasar naik saham perusahaan tersebut tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan. Pada kuartal II tahun 2008 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta negatif yang berarti menunjukkan bahwa saham perusahaan telekomunikasi tidak ikut terpengaruh naik ketika pasar naik.Beberapa saham yang memiliki risiko sistematis positip menunjukkan bahwa saham tersebut mengalami kenaikan. Pada kuartal III tahun 2008 terlihat bahwa saham-saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta yang positip yang berarti ketika pasar mengalami kenaikan maka harga saham perusahaan telekomunikasi

mengalami kenaikan. Pada kuartal IV tahun 2008 terlihat saham-saham perusahaan telekomunikasi memiliki indeks beta yang positip yang berarti ketika pasar mengalami kenaikan maka harga saham perusahaan telekomunikasi

mengalami kenaikan. Tabel IV.2 menunjukkan bahwa saham Telekomunikasi Indonesia,Tbk (TLKM) memiliki rata-rata risiko sistematis (beta) tertinggi sebesar 41.716%

60

pada

tahun

2008.Hal

ini

menunjukkan

bahwa

saham

perusahaan

Telekomunikasi Indonesia,Tbk (TLKM) merupakan saham perusahaan Telekomunikasi yang paling sensitif terhadap perubahan pasar pada tahun 2008. TABEL IV.3 Bid-Ask Spread (%)
NO Nama Emiten 1 2 3 4 5 6 BTEL EXCL ISAT IATG FREN TLKM 2007
Kwrtl I Kwrtl II Kwrtl III Kwrtl IV Rata-Rata I II

2008
III IV Rata-rata

0.017 0.011 0.008 0.144 0.019 0.005

0.024 0.023 0.008 0.026 0.017 0.005

0.012 0.012 0.013 0.045 0.017 0.009

0.012 0.011 0.006 0.191 0.019 0.005

0.016 0.014 0.009 0.102 0.018 0.006

0.015 0.036 0.007 0 0.026 0.005

0.019 0.011 0.007 0 0.009 0.007

0.02 0.026 0.008 0 0.013 0.007

0.020 0.061 0.009 0 1 0.007

0.019 0.034 0.008 0 0.262 0.007

Sumber : www.idx.co.id,data diolah Bid-ask spread merupakan selisih hasil (spread) antara harga penawaran (ask price) dengan harga yang diminta (bid price).Bid-ask spread menggambarkan likuiditas dari suatu saham. Tabel IV.3 menunjukkan bahwa Infoasia Teknologi Global,Tbk (IATG) memiliki rata-rata bid-ask spread terbesar tahun 2007 yakni 0.102%.Mobile-8 Telecom,Tbk (FREN) memiliki rata-rata bid-ask spread sebesar 0.018%

tahun 2007.Pada tahun 2008 Mobile-8 Telecom,Tbk (FREN) memiliki bid-ask spread sebesar 0.262%.Hal ini berarti saham-saham perusahaan

telekomunikasi memiliki selisih hasil (spread) antara harga penawaran (ask

61

price) dengan harga yang diminta (bid price) terbesar pada peride waktunya. Saham yang memiliki likuiditas tinggi memiliki bid-ask spread yang kecil. Tabel IV.3 diatas juga menunjukkan bahwa saham Telekomunikasi Indonesia,Tbk (TLKM) memiliki rata-rata bid-ask spread terkecil sebesar 0.006%.Sedangkan pada tahun 2008 saham Infoasia Teknologi Global,Tbk (IATG) memiliki rata-rata bid-ask spread terkecil sebesar 0%.Dapat disimpulkan bahwa saham-saham tersebut diatas memiliki likuiditas tertinggi diantara saham-saham perusahaan telekomunikasi lainnya yang juga memiliki likuiditas yang tinggi pada tahun 2007-2008.

B. Analisis Data Penelitian Deskripsi statistik digunakan untuk melihat indikasi adanya data yang memencil (outliers) dalam data penelitian dengan cara membandingkan antara mean dan standar deviasi.Apabila standar deviasi lebih besar dari mean,hal ini mengindikasikan adanya data yang memencil(outliers). TABEL IV.4
Descriptive Statistics

Tingkat Pengembalian Likuiditas Saham Risiko Sistematis

Mean .0372 .0406 13.7432

Std. Deviation .03600 .07299 13.18448

N 12 12 12

62

Dari tabel IV.4 dapat diketahui mean dan standar deviasi masingmasing variabel. Tabel tersebut menyebutkan bahwa variabel dependen yang terdiri dari tingkat saham maupun variabel independen yang terdiri dari likuiditas saham dan risiko sistematis. Dari tabel diatas dapat dilihat secara umum nilai mean variabel tingkat pengembalian saham,likuiditas saham dan risiko sistematis lebih kecil dari standar deviasi.Namun hal ini dapat diabaikan karena secara umum data telah terdistribusi normal. C. Hasil Estimasi Dan Pembahasan 1. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi dapat diperoleh maka dapat dirumuskan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 0.009 + 0.386X1 + 0.001X2 + e SE (0.011) (0.098) T R2 (0.760) (3.954) 0.654 (0.001) (1.749)

R2Adj 0.577 F 8.513 DW 2.707 Arti dari persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 0.009 menyatakan bahwa jika tingkat likuiditas saham dan risiko sistematis bernilai nol (0), maka persentase tingkat

63

pengembalian saham sebesar 0.9% dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap konstan. 2. Koefisien regresi likuiditas saham sebesar 0.386 menyatakan bahwa setiap peningkatan likuiditas saham sebesar 1% akan meningkatkan saham sebesar 38.6% dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap( cateris paribus). 3. Koefisien regresi risiko sistematis (beta) sebesar 0.001 menyatakan bahwa setiap peningkatan beta sebesar 1% akan meningkatkan tingkat pengembalian sebesar 0.1% dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap(cateris paribus) 2. Uji Normalitas Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Data yang berdistribusi normal dalam suatu model regresi dapat dilihat dari grafik P-P Plot, dimana bila titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal.

64

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Tingkat Pengembalian


1.0

Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Gambar: IV.1 Hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS for windows versi 14 dapat dilihat dalam Normal P-P Plot (pada lampiran regresi).Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.

Histogram

Dependent Variable: Tingkat Pengembalian


3.0

2.5

2.0

Frequency

1.5

1.0

0.5

0.0 -2 0 2

Mean =-1.04E-16 Std. Dev. =0.905 N =12

Regression Standardized Residual

Gambar:IV.2

65

Distribusi normal juga ditunjukkan dengan hasil histogram yang menunjukkan hampir secara keseluruhan batang variabel berada dalam histogram.Dengan demikian uji normalitas telah dipenuhi. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Heteroskesdastisitas Pengujian heteroskesdastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan kepengamatan lain dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika ada data yang membentuk pola tertentu,seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,melebar kemudian menyempit) maka terjadi heteroskesdastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Scatterplot Dependent Variable: Tingkat Pengembalian
2

Regression Studentized Residual

-2 0 2

Regression Standardized Predicted Value

Gambar:IV.3

66

Hasil uji heteroskesdastisitas dengan menggunakan SPSS for windows versi 14 dapat dilihat dalam scatterplot (pada lampiran regresi).Berdasarkan grafik scatterplot tersebut terlihat titik-titik menyebar secara acak dan data menyebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskesdastisitas pada model regresi. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada t-1 (sebelumnya).Dimana pengujian autokorelasi dapat dideteksi dari besarnya nilai Durbin Watson.Berikut ini merupakan petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi: 1. Jika DW<d1 atau DW>(4-du) berarti terdapat autokorelasi yang positip. 2. Jika DW terletak antara du dan (4-du) berarti tidak terdapat autokorelasi 3. Jika dapat diambil kesimpulan apakah terdapat autokorelasi atau tidak didalam model tersebut(disarankan untuk memperbesar sampel) Gambar:IV.4 Uji Autokorelasi

Tidak ada autokorelasi 0 d1, du (2,707) 4 DW

Daerah kritis

(4-du); (4-d1)

67

Dari gambar dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 2.707.Batas bawah (d1) adalah sebesar 0,batas atas (du) adalah sebesar 0 diketahui dari tabel DW dengan jumlah variabel bebas(k) =2 dan jumlah sampel(n) =6.Nilai ini menunjukkan bahwa DW berada diantara (du) (0) dan (4-du) (4) yang berarti tidak terdapat permasalahan autokorelasi.Dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.Uji multikolinearitas dapat terlihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance, dimana ketentuannya adalah: 1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1 TABEL IV.5
Coefficients(a) Unstandardi zed Coefficients Std. Error .011 .098 .001 Standar dized Coeffici ents

Model

Sig.

95% Confidence Interval for B Lower Bound -.017 .165 .000 Upper Bound .034 .608 .002

Correlations Zeroorder .733 .231 Partia l .797 .504

Collinearity Statistics Tolera nce .978 .978

(Constant) Likuiditas Saham Risiko Sistematis

B .009 .386 .001

Beta .784 .347 .760 3.95 4 1.74 9 .467 .003 .114

Part .775 .343

VIF 1.02 2 1.02 2

a Dependent Variable: Tingkat Pengembalian

68

Dari tabel IV.5 diatas dapat dilihat bahwa variabel bebas memiliki nilai tolerance mendekati 1 dan nilai VIF disekitar angka 1.Hal ini berarti bahwa model regresi tidak terdapat multikolinearitas.

4. Uji Statistik a. Uji Determinasi TABEL IV.6


Model Summary(b)

Model

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

DurbinWatson

R Square Change 1 . 809(a ) .654 .577 .02341 .654

F Change 8.513

df1 2

df2 9

Sig. F Change .008 2.707

a Predictors: (Constant), Risiko Sistematis, Likuiditas Saham b Dependent Variable: Tingkat Pengembalian

b. Uji Partial T-Test T-Test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual atau parsial terhadap variabel dependen.

69

TABEL IV.7
Coefficients(a) Unstandardi zed Coefficients Std. Error .011 .098 .001 Standar dized Coeffici ents

Model

Sig.

95% Confidence Interval for B Lower Bound -.017 .165 .000 Upper Bound .034 .608 .002

Correlations Zeroorder .733 .231 Partia l .797 .504

Collinearity Statistics Tolera nce .978 .978

(Constant) Likuiditas Saham Risiko Sistematis

B .009 .386 .001

Beta .784 .347 .760 3.95 4 1.74 9 .467 .003 .114

Part .775 .343

VIF 1.02 2 1.02 2

a Dependent Variable: Tingkat Pengembalian

Pada tabel IV.7 dapat dijelaskan hasil regresi partial sebagai berikut : 1. Uji Hipotesis 1 Hasil uji t likuiditas saham yang diperoleh dari tabel out put adalah 3.954 sedangkan t tailed),derajat
tabel

dengan taraf signifikasi95% atau alpha 0.05(uji two (df)=12-2-1=9,


tabel

kebebasan

diperoleh

ttabel

=1.833.Jika

dibandingkan antara t hitung (3.954) >t

(1.833).Hal ini menunjukkan bahwa

likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Sandro Rickson Simanjuntak(2006) yang menyatakan bahwa likuiditas saham tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

70

2. Uji Hipotesis 2 Hasil uji t risiko sistematis yang diperoleh dari tabel out put adalah 1.749, sedangkan t
tabel

dengan taraf signifikasi 95% atau alpha 0.05(uji two


tabel

tailed),derajat kebebasan(df) = 12-2-1=9, diperoleh t dibandingkan antara t


hitung

=1.833.Jika

(1.749) < t tabel (1.833).Hal ini menunjukkan bahwa

risiko sistematis tidak terpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian.Hal ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Sandro Rickson Simanjuntak (2006) yang menyatakan bahwa risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian. Pada tabel IV.6 terlihat bahwa koefisien determinasi (R square) sebesar 0.654.Nilai sebesar 0.654 menunjukkan bahwa variabel tingkat pengembalian saham (Y) dapat dijelaskan oleh variabel likuiditas saham (X1) dan risiko sistematis (X2) secara bersama-sama sebesar 65.4%,sedangkan sisanya sebesar 34.6% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitan.Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas saham dan risiko sistematis mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap tingkat pengembalian saham.

71

c. Uji Model / Uji F (ANOVA) TABEL IV.8


ANOVA(b)

Mode l 1

Sum of Squares Regressio n Residual Total .009 .005 .014

df 2 9 11

Mean Square .005 .001

F 8.513

Sig. .008(a)

a Predictors: (Constant), Risiko Sistematis, Likuiditas Saham b Dependent Variable: Tingkat Pengembalian

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel IV.8 diperoleh F hitung sebesar 8.513.Setelah mengetahui Fhitung, maka akan dibandingkan dengan nilai F tabel yang diperoleh dengan k=2, derajat kebebasan(df) 12-2-1=9 dan taraf kesalahan 5% adalah 4.26. Jika dibandingkan antara Fhitung dengan F tabel maka dapat dilihat Fhitung (8.513) > Ftabel (4.26). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis ketiga diterima.Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas saham dan risiko sistematis secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap terhadap tingkat pengembalian saham.

72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan,maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Likuiditas saham berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham .Hal ini dapat dilihat dari probabilitas (signifikasi) sebesar 0.003 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan sebesar 0.05 2. Risiko sistematis tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengembalian saham.Hal ini dapat dilihat dari probabilitas (signifikasi) sebesar 0.114 lebih besar dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan sebesar 0.05 3. Likuiditas saham dan risiko sistematis secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.Hal ini dapat dilihat dari probabilitas (signifikasi) sebesar 0.008 lebih kecil dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan sebesar 0.05. 4. Pertumbuhan tingkat pengembalian saham dalam penelitian dapat dijelaskan sebesar 65.4% oleh variabel likuiditas saham dan variabel risiko sistematis.Sisanya sebesar 34.6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

72

73

penelitian ini,misalnya makro ekonomi,situasi pasar,prilaku investor, dan hal yang tidak dapat dijelaskan lainnya. B. Saran Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Investor sebaiknya memperhatikan likuiditas saham dan risiko sistematis dalam melakukan pemilihan investasi saham karena kedua faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham yang akan diperoleh investor. 2. Investor juga sebaiknya lebih memperhatikan dan melihat perkembangan ekonomi moneter dan ekonomi makro untuk melihat prospek

perkembangan perusahaan telekomunikasi yang go publik sehingga dapat memilih keputusan yang paling baik untuk terhindar dari risiko sistematis. 3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan dengan periode rentang waktu yang lebih panjang lebih dari dua tahun,sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang lebih akurat tentang pengaruh likuiditas saham dan risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham. 4. Sebaiknya dalam penelitian berikutnya menambah beberapa variabel bebas lainnya untuk memperluas jangkauan penelitian seperti kebijakan

74

deviden,PER,EPS,volume perdagangan dan variabel bebas lainnya yang berkaitan dengan saham.

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Njo.2001.Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Saham Properti di BEJ.jurnal akuntansi & Keuangan. Vol.5 No.2. http://puslit.petra.ac.id.journals/accounting. Anoraga,Panji.2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta:PT:Rineka Cipta. Atmaja,Lukas Setia.2003. Manajemen Keuangan .Yogyakarta.Penerbit Andi. Bodie.2005.Invesnent Sixth Editioan, Mc Grow Hill International Editioan. Darmadji,Tjiptono.2001. Pasar Modal Indonesia. Edisi Pertama.Jakarta: Salemba Empat. Ekaputra,Irwan Adi. Mei 2006. Investasi Buku II. Jakarta : PT.Alexmedia Komputindo Kelompok Gramedia. Ekaputra,Irwan Adi. Mei 2006. Determinan Intraday Bid-Ask Spread Saham diBursa Efek Jakarta. Usahawan no.05 Thn xxxv. Fakhruddin dan Sopian Hardianto.2001.Perangkat Dan Modal Analisis Investasi. Buku I. Jakarta: Alexmedia Komputindo Kelompok Gramedia. Fuady,Munir. 1999. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung:PT.Citra Aditya Bakti. Halim,Abdul.2005.Manajemen Investasi. Jakarta:Salemba Empat. Jogiyanto.2003.Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Edisi Tiga.Yogyakarta: BPFE.

75

Jones,Charles P.2000.Investment:Analysis and Management,7th edition.New york: John Willey and Sons.Inc. Ross,et all.Westerfield, Randolf W.Jordan, Bradford D.2003.Fundamentals of corporate finance.Sixth edition.New York:Mc Grow-Hill. Sandro, Rikson Simanjuntak.2006.Pengaruh likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham. Skripsi SI.Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.Medan. Saputra, A.Kurnianny.2002.Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Saham Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Badan-Badan Usaha yang Go Public di BEJ pada tahun 1999.Jurnal Manajemen & Kewirausahaan.Vol.4 No 1.http://puslit petra.ac.id. journals/management. Sugiono.2003.Metode penelitian Bisnis.Bandung:Penerbit Alfa Beta. Team Work, Medpress.2000.Kiat Investasi dan Penyelamatan Asset.Jakarta: Alexmedia Komputindo Kelompok Gramedia. Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin.2001.Pasar Modal Indonesia pendekatan Tanya Jawab.Edisi pertama.Jkarta:Salemba Empat. Urip Suprodjo.1990.Pasar Modal Indonesia Sejarah dan Pemahaman Harga Saham.Media Ekonomi dan Bisnis,Vol II, No 1,Maret 1990.Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Van Horne,J.C dan Wachowicz,JR.2005.Prinsip-Prinsip Keuangan.Edisi ke-12.Jakarta: Salemba Empat. Manajemen

Widiatmodjo,Sawidji.1996.Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek Jakarta.Cetakan pertama.Jakarta:PT.Rineka Cipta. www.idx.co.id

76

ABSTRAKSI Rima Melati Batubara. 0505170119. Pengaruh Likuditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Telekomunikasi Yang Go Public di BEI Tahun 2007-2008. Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan harga saham terjadi dalam perdagangan efek pasar modal. Likuiditas saham dan risiko sistematis selalu menjadi pertimbangan investor sebelum melakukan keputusan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana likuiditas saham dan risiko sistematis dapat mempengaruhi tingkat pengembalian saham yang diperdagangkan pada Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan statistik dengan terlebih dahulu mengumpulkan sumber data dari Bursa Efek Indonesia melalui situs (http://www.idx.co.id). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan pengujian hipotesis t dan uji F pada taraf signifikasi atau alpha 0.05. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS For Windows Versi 14. Hasil uji t menunjukkan bahwa pad ataraf signifikasi 95% diperoleh nilai probabilitas (signifikasi) likuiditas saham sebesar 0.003 dan nilai probabilitis (signifikasi) risiko sistematis sebesar 0.114 yang menunjukkan bahwa secara partial variabel likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham sedangkan variabel risiko sistematis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Hasil uji F menunjukkan bahwa pada taraf signifikasi 95% diperoleh nilai probabilitas (signifikasi) likuiditas saham dan risiko sistematis secara bersama-sama sebesar 0.008 yang menunjukkan secara simultan likuiditas saham dan risiko sistematis secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan Telekomunikasi yang go public di BEI tahun 2007-2008.

77

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini. Skripsi ini berjudul : Pengaruh Likuiditas Saham Dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan

Telekomunikasi Yang Go Public di BEI Tahun 2007-2008 yang diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat menyelsaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Terwujudnya skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Ayahanda (Alm) A. Batubara dan A.T. Perangin-angin serta Ibunda Sumiati yang paling berjasa dalam kehidupan penulis, serta Kakanda Vivi Sumanti, Hamat Sarif, SE dan Adinda Yessi Grasela, terima kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 2. Bapak H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

ii

78

3. Bapak H. Muis Fauzi Rambe, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 4. Bapak Januri, SE, MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 5. Bapak Fahrur Arifin Nasution, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 6. Bapak dan Ibu Dosen beserta pegawai Biro Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 7. Buat teman-teman Akuntansi 2005, Azriah, Ema, Ike serta teman-teman khususnya to kelas C Akuntansi Pagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama penyusunan skripsi ini. 8. Kak Gamawati, SE, yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis selama penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila dalam penulisan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan penulis mengharapkan maaf yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita semua. Amin. Medan, Februari 2009 Penulis

RIMA MELATI BATUBARA

79

iii

80

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ......................................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................ BAB I PENDAHULUAN....................................................................... A. Latar Belakang Masalah.............................................................. B. Identifikasi Masalah.................................................................... C. Batasan dan Rumusan Masalah................................................... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... BAB II LANDASAN TEORITIS........................................................... A. Uraian Teoritis............................................................................. 1. Likuiditas Saham................................................................... 2. Risiko Sistematis................................................................... 3. Tingkat Pengembalian .......................................................... B. Penelitian Terdahulu................................................................... C. Kerangka Konseptual.................................................................. D. Hipotesis......................................................................................

i ii iv vi vii 1 1 5 6 7 9 9 9 12 18 34 36 38

iv

81

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................ A. Defenisi Operasional................................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... C. Populasi dan Sampel................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... E. Teknik Analisa Data.................................................................... BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN ........................... A. Deskripsi Data ........................................................................49 1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia .............................. 2. Proses Perdagangan Saham di BEI ...................................... B. Analisis Data Penelitian ............................................................. C. Hasil Estimasi dan Pembahasan ................................................. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

39 39 40 41 42 43 49

49 52 61 62 72 72 73

82

DAFTAR TABEL

TABEL III.1 Jadwal Penelitian ............................................................ TABEL III.2 Perusahaan Telekomunikasi Yang Dijadikan Sampel Tahun 2007-2008............................................................ TABEL IV.1 Tingkat Pengembalian Saham ........................................ TABEL IV.2 Risiko Sistematis ............................................................ TABEL IV.3 Bid Ask Spread ............................................................ TABEL IV.4 Descriptive Statistics ...................................................... TABEL IV.5 Coefficients .................................................................... TABEL IV.6 Model Summary ............................................................. TABEL IV.7 Coefficients .................................................................... TABEL IV.8 ANOVA .........................................................................

41

42 54 57 60 61 67 68 69 71

vi

83

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Normal P P Plot ........................................................... Gambar IV.2 Histogram ....................................................................... Gambar IV.3 Scatterplot........................................................................ Gambar IV.4 Uji Autokorelasi .............................................................

64 64 65 66

You might also like