You are on page 1of 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 1520 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.1 Makin tinggi tekanan bola mata makin cepat terjadi kerusakan pada serabut retina saraf optik. Pada orang tertentu dengan tekanan bola mata normal telah memberikan kerusakan pada serabut saraf optik (Normal tension glaucoma glaukoma tekanan rendah).2 Tekanan bola mata pada glaukoma tidak berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan bola mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan pembuluh darah retina sehingga mengganggu metabolisme retina, yang kemudian disusul dengan kematian saraf mata. Pada kerusakan serat saraf retina akan mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila proses berjalan terus, maka lama-kelamaan penderita akan buta total.2 B. ETIOLOGI Penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okular ini, disebabkan: 1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.

2. hambatan aliran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil (glaukoma hambatan pupil). 3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga. 4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata. 5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh. 6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat misalnya steroid.1,3 Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah, akan tetapi bila diketahui dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk mencegah kerusakan lanjautnya. C. FAKTOR RESIKO Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah: 1. Peredaran dan regulasi darah yang kurang akan menambah kerusakan 2. Tekanan darah rendah atau tinggi 3. Fenomena autoimun 4. Degenerasi primer sel ganglion 5. Usia di atas 45 tahun 6. Riwayat glaukoma pada keluarga 7. Miopia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut terbuka 8. Hipermetropia berbakat untuk menjadi glaukoma sudut tertutup 9. Paska bedah dengan hifema atau infeksi 10. epidemiologi: a. Etnis afrika disbanding dengan kaukasia pada glaukoma sudut terbuka primer adalah 4:1 b. Glaukoma berpigmen terutama terdapat terdapat pada etnis kaukasus c. Pada etnis Asia, glaukoma sudut tertutup lebih sering daripada sudut terbuka.5

Sangat penting mengetahui resiko mendapat glaukoma. Ancaman yang besar adalah jika penderita tidak menyadari bahwa ia menderita glaukoma. Pada penderita glaukoma sudut terbuka, sering didapatkan pada kondisi yang sudah lanjut karena gejalanya tidak dirasakan. Hal yang memperberat resiko glaukoma adalah: a. Tekanan bola mata, makin tinggi, makin berat b. Makin tua, makin berat c. Resiko kulit hitam 7 kali dinbanding kulit putih d. Hipertensi memiliki resiko 6 kali lebih sering e. Kerja las, 4 kali lebih sering f. Penderita mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering g. Penggunaan tembakau 4 kali lebih sering h. Myopia, resiko 2 kali lebih sering i. Diabetes mellitus, 2 kali lebih sering5 Tanda dini glaukoma tidak boleh diabaikan, karena pemeriksaan yang dini akan memiliki prognosis yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan terhadap glaukoma secara teratur setiap tahun untuk pencegahan.5 D. KLASIFIKASI GLAUKOMA Klasifikasi glaucoma menurut Fondation American Academy of the Ophtalmology: 1. Open-angle glaucoma Primary open-angle glaucoma (POAG) Normal-tension glaucoma Juvenile open-angle glaucoma Glaucoma suspect Secondary open-agle glaucoma

2. Angle-closure glaucoma Primary angle-closure glaucoma with relative papillary block Acute angle-closure Subacute angle closure (intermitten angle-closure) Chronic angle-closure Secondary angle-closure glaucoma with pupillary block Secondary angle-closure glaucoma without pupillary block Plateau iris syndrom

3. Childhood glaucoma Primary congenital/infantile glaucoma Glaucoma associate with congenital anomalies Secondary glaucoma in infant and children

Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut: 1. Glaukoma primer. Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini ditemukan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma seperti: a. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit. b. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, irisdisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk pelaksanaan dan penelitian.1 2. Glaukoma simpleks Glaukoma simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui. Merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma simpleks ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab.1 Pada umumnya glaukoma simplek ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada usia muda. Diduga glaukoma simplek diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50% penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. 3. Glaukoma kongenital Glaukoma kongenital, khususnya sebagai glaukoma infantil (buftalmos), adalah glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan kongenital. Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.2,3 4. Glaukoma sekunder Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui penyebab yang menimbulkannya. Kelainan mata lain dapat menimbulkan

meningkatnya tekanan bola mata. Glaukoma timbul akibat kelainan di dalam bola mata, yang dapat disebabkan: a. Kelainan lensa, katarak imatur, hipermatur dan dislokasi lensa. b. Kelainan uvea, uveitis anterior. c. Trauma, hifema dan inkarserasi iris. d. Pascabedah, blokade pupil, goniosinekia.2,3 5. Glaukoma Absolut Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma, dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvakasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.1 E. PATOFISIOLOGI Studi terbaru mendeteksi antibodi seorang pasien dengan tekanan normal dan unsur pokok glaukoma. Terlihat juga perbedaan yang sangat signifikan antara riwayat antibodi terhadap tekanan normal penderita glaukoma dan subjek kontrol cairan mata.4 Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut. Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan.1

F. DIAGNOSIS Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada jenis glaukoma tersebut. Penderita sering ditemukan mengalami mual, muntah, sakit hebat di mata dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, dan bradikardia. Gambaran klinis yang sering ditemui antara lain: 1. Bradikardia akibat refleks okulo kardiak 2. Mual dan muntah yang kadang-kadang akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal 3. Sakit hebat di mata dan di kepala karena iris bengkak dan meradang, papil saraf optik hiperemis 4. Bilik mata depan di dalamnya normal akibat terjadinya pengecilan lensa pada katarak hipermatur 5. Kelopak mata edem dengan blefarospasme, terlihat injeksi siliar yang berat, kornea juga terlihat keruh dan pada dataran belakangnya menempel lensa yang luksasi.3 Glaukoma akan memperlihatkan gejala: 1. Tekanan bola mata yang tidak normal. 2. Rusaknya jala. 3. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat berakhir dengan kebutaan.3 G. PEMERIKSAAN Sebelum melakukan penanganan lanjut hendaknya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu sesuai dengan gejala yang ada pada penderita:

1. Anamnesis Dari anamnesis akan didapatkan gejala-gejala klinik berupa nyeri pada bola mata, injeksi pada konjungtiva, melihat gambaran haloes, dan penglihatan seperti terowongan (tunnel vision). Penyakit sistemik yang mungkin mempengaruhi penglihatan atau mempengaruhi pengobatan nantinya juga perlu dianamnesis, seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit paru-paru dan kardiovaskuler, hipertensi dan berbagai penyakit neurologis lainnya perlu dianamnesis. Pada anamnesis juga harus dicantumkan riwayat ophtalmologi, baik yang sekarang ataupun yang lampau, derajat social, riwayat penggunaan tembakau dan alcohol, dan riwayat penyakit dalam keluarga. 2. Pemeriksaan pada mata i. Ketajaman penglihatan Pemeriksaan ketajaman penglihan bukan merupakan pemeriksaan yang khusus untuk glaucoma karena tajam penglihatan 6/6 belum tentu tidak ada glaucoma. Pada glaucoma sudut terbuka, kerusakan saraf mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan lambat laun ke tengah. Dengan demikian, penglihatan sentral bertahan lama walaupun penglihatan perifer sudah tidak ada. ii. Pemeriksaan tekanan bola mata Tekanan bola mata tidak tetap dari hari ke hari. Ada beberapa orang dengan tekanan bola mata yang tinggi tetapi tidak memperlihatkan gejala glaucoma lainnya, sebaliknya, ada beberapa orang yang mempunai tekanan bola mata yang rendah tetapi memiliki tanda-tanda galukoma. Oleh sebab itu, pemeriksaan dengan tonometri bukan merupakan pemeriksaan satu-satunya untuk mendiagnosa glaucoma. Tekanan bola mata tidak sama pada setiap orang. Tekanan mata pada kebanyakan orang adalah di bawah 20 mmHg tanpa kerusakan saraf optic dan gejala glaucoma. Sebagian besar penderita glaucoma memiliki

tekanan lebih dari 20 mmHg.5 hal yang perlu dilakukan dalam mendiagnosa glaucoma adalah: a. Bila tekanan 21 mmHg, rasio kontrol C/D, periksa lapangan pandangan sentral, temukan titik buta yang meluas dan skotoma sekitar titik fiksasi. b. Bila tensi 24-30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di atas bila masih dalam batas-batas normal mungkin suatu hipertensi okuli.1 Alat yang diperlukan untuk menilai tekanan bola mata adalah tonometri. Tonometri digunakan untuk menilai tingginya tekanan intraocular. pemeriksaan tonometri merupakan pemeriksaan yang penting dan khusus untuk diagnosa dan evaluasi terapi. macam macam tonometer : - Cara digital Cara digital adalah cara yang paling mudah untuk menilai peningkatan tekanan intraocular, tidak akurat karena bersifat sangat subjektif. Caranya, kedua jari telunjuk diletakkan di atas bola mata sambil penderita melihatb ke bawah. Satu jari menahan, sedangkan jari lain menekan secara bergantian. - Tonometer schiotz Tonometri schiotz merupakan tonometri yang paling paling popular, praktis, mudah dibawa, relatif murah harganya, sangat berguna untuk dilapangan, dan ketelitiannya kurang. Cara pemeriksaannya adalah penderita berbaring, melihat lurus ke depan .mata ditetes dengan zat anestesi topical (pantocain 1-2 %). Pemeriksa berdiri disisi kanan penderita, kelopak mata dibuka dengan ibu jari tangan kiri, tangan kanan memegang dibersihkan tonometer schiotz yang sudah dengan alkohol 70 %. Perlahan-lahan tonometer

diletakkan pada kornea, jarum pada tonometer akan menunjukkan angka pada skala. Hasil tonometer pada skala dapat dibaca pada tabel yang ada sesuai dengan beban yang dipakai ( 5.5 gr: 7,5 atau 10 gram ). - tonometer aplanasi goldmann Tonometri aplanasi goldmann harganya mahal dan hanya ada di pusat-pusat ophtalmologi. Dalam menggunakannya memerlukan slit lamp. Hasilnya lebih akurat. - tonometer non kontak Tonometer non kontak menggunakan tekanan udara pada permukaan kornea. Pemeriksaan ini kurang teliti karena alat pengukur tidak berkontak dengan bola mata. iii. Pemeriksaan lapangan pandang Gangguan penglihatan terjadi akibat gangguan peredaran darah terutama pada papil saraf optik. Pembuluh darah retina yang mempunyai tekanan sistolik 80 mmHg dan diastolik 40 mmHg akan kolaps bila tekanan bola mata 40 mmHg. Akibatnya akan terjadi gangguan peredaran serabut saraf retina, yang akan mengganggu fungsinya. Pembuluh darah kecil papil akan menciut sehingga peredaran darah papil terganggu yang akan mengakibatkan ekskavasi glaukomatosa pada papil saraf optik. Akibat keadaan ini perlahan-lahan terjadi gangguan lapang pandangan dengan gambaran skotoma khas untuk glaukoma.2 Alat yang digunakan untuk pemeriksaan lapangan pandang adalah perimeter Goldmann yang merupakan pemeriksaan khusus pada glaucoma. Alat ini digunakan untuk diagnosis dan penilaian kemajuan terapi. Apabila alat ini tidak tersedia, dapat dilakukan secara konfrontasi. iv. v. Ophtalmoskopi untuk menilai kerusakan saraf optic Gonioskopi untuk menentukan jenis glaucoma

Pemeriksaan gonioskopi dilakukan untuk mengetahui jenis glaucoma terbuka atau tertuup. Pada uji gonioskopi, lensa cermin ditaruh di depan kornea sehingga dapat dilihat sudut bilik mata secara lagsung. Sudut sempit atau sudut tertutup dapat dilihat. Pemeriksaan ini harus dilakukan rutin pada penderita glaucoma. Gonioskopi dapat menentukan apakah seseorang akan mendapat serangan glaukma sudut tertutup, sehinga ia akan mencari pengobatan segera apbila mulai terjadi serangan.5 vi. Uji provokasi H. TERAPI Bila sudah dibuat diagnosis glaukoma dimana tekanan mata diatas 21 mmHg dan terdapat kelainan pada lapang pandangan dan papil maka berikan pilokarpin 2% tiga kali sehari. Bila pada kontrol tidak terdapat perbaikan, tambahkan timolol 0,25% 1-2 kali sehari sampai 0,5%, asetazolamide 3 kali 250 mg atau epinefrin 1-2%, 2 kali sehari. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk kombinasi untuk mendapatkan hasil yang efektif.1 Terapi glaukoma menurut The Foundation of the American Academy of Ophtalmologi: a.Beta- adrenergic antagonists (non selektive dan selektive) b. Parasympathomimetic anticholinesterase agents c.Carbonik anhydrase inhibitors (oral, topikal) d. Adrenergik agonists (non selektive and selektive alpha2 agonists) e.Prostaglandin analogues f. Combination medications g. Hyperosmotic agents I. PENCEGAHAN (miotik) agents, including cholinergic and

Pencegahan kebutaan akibat glaukoma: 1. Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara teratur setiap 3 tahun. 2. Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap tahun. 3. Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma. 4. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang berat.3 J. GLAUKOMA KONGENITAL Glaukoma kongenital adalah suatu kelainan congenital yang terdiri dari neuropati optic, penurunan lapangan pandang, dan peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma kongenital jarang ditemukan, tetapi sangat potensial menyebabkan kebutaan. Kejadiannya 1 dari 10.000 bayi, dan bermanifestasi pada pasien usia muda. Glaukoma kongenital lebih mengarah pada glaukoma yang mucul saat lahir atau muncul kapanpun dalam tahun pertama hingga keempat kehidupan. Pada glaukoma kongenital, tekanan bola mata lebih tinggi dari normal. Ini disebabkan oleh gangguan outflow pada bola mata. Ketika glaukoma muncul saat lahir, fasilitas pengeluaran cairan aqous tidak efektif sehingga memicu peningkatan tekanan intraokuler. Ketika glaukoma muncul beberapa saat setelahnya, missal pada usia satu atau dua tahun, defek fasilitas pengeluaran cairan aqous akan lebih ringan. Secara umum, pada usia yang lebih muda dimana glaukoma muncul, maka semakin kecil keberhasilan terapinya. Sekitar 1,5 bayi dengan glaukoma kongenital mengalami apa yang disebut glaukoma kongenital. Pada contoh ini, glaucoma terjadi tanpa kelainan apapun pada mata atau bagian lain dari tubuh. Pada 1,5 bayi lain, terdapat kelainan pada mata atau bagian lain tubuh. Hal ini bersifat ringan hingga berat. Meski glaukoma kongenital bersifat

herediter, pada kebanyakan kasus tidak demikian. Banyak bayi dengan glaukoma kongenital lahir dari orang tua yang sehat. 1) Bagaimana Cara Mendiagnosa Glaukoma Kongenital Karakteristik glaukoma kongenital yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah trias ephipora, photophobia, dan blepharospasme. Untuk mendiagnosa glaukoma kongenital, menggunakan beberapa gambaran klinik , termasuk nilai peningkatan tekanan intraokular, ukuran kornea, gonioskopi, pengukuran panjang axial bola mata dengan ultrasonography, dan ophtalmoscopy.7 Dari pemeriksaaan luar mata akan didapatkan buphthalmos dengan pelebaran kornea lebih dari 12mm selama tahun pertama kehidupan bayi (normalnya diameter kornea adalah 9,5-10,5mm). Edema kornea akibat peningkatan tekanan intraokuler, mulai dari edema ringan sampai berat. Haabs striae pada membran descemets akibat penarikan kornea yang biasanya horizontal atau konsentris ke limbus. Tekanan intraokular yang normal pada infant dengan anetesi adalah 10-20 mmHg. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan cupping, sama seperti glaukoma pada dewasa, dengan hilangnya jaringan saraf pada kutub posterior dan superior.7 Pada gonioscopy didapatkan segmen anterior yang dalam dengan struktur iris yang baik. Ditemukan insersi iris yang tinggi, tidak adanya sudut, hipoplasia iris, dan penebalan trbecular meshwork dari uvea.7 Penurunan tajam penglihatan pada glaukoma kongenital mungkin terjadi akibat atropi optik, pengeruhan kornea, ambliopia, katarak, dislokasi lensa, atau pelepasan retina.7

Sebelum berumur tiga tahun, dinding bola mata sangat halus dan elastis. Ketika tekanan bola mata meningkat pada glaukoma kongenital, bola mata akan membesar. Hal ini dapat diketahui oleh orangtua penderita atau dokter anak. Setelah berumur tiga sampai empat tahun, mata akan kurang elastik dan tidak mengalami peningkatan ukuran ketika tekanan bola mata meningkat. Walaupun glaucoma congenital lebih banyak terjadi pada kedua bola mata, glaucoma pada salah satu mata akan lebih berat daripada mata yang sebelahnya. Salah satu mata mugkin lebih besar daripada mata sebelahnya. Pada beberapa bayi, glaucoma hanya terjadi pada salah satu mata, sebagian ada kelainan lain. Orang tua mungkin melaporkan bahwa salh satu mata lebih besar daripada mata yang satunya. Sejak mata membesar, lapisan dalam kornea yang membuat kornea transparan menjadi lunak. Hasilnya, tekanan bola mata menyebabkan edema kornea dan menjadi berkabut. Hal ini biasanya disebut orang tua penderita sebagai pengkabutan atau pemutihan dari kornea. Ketika mencapai stadium ini, mata menjadi sakit dan mengalami hiperlakrimasi. Bayi menjadi sensitive terhadap cahya dan berusaha untuk mengindari cahaya dengan cara menutup mata atau menyembunyikan kepalanya.

Figure 3: When the eye pressure rises in a child with congenital glaucoma, the eye can enlarge. Ada sejumlah kondisi yang dapat membingungkan jika dibandingkan dengan glaucoma congenital. Hal yang paling sering adalah lakrimasi akibat obstruksi duktus lakrimalis. Ini bukanlah hal yang serius, dan mungkin dapat sembuh dengan sendirinya. Bagaimanapun, pengkeruhan dan pelebaran kornea mengindikasikan suatu hal yang serius dan bayi harus selalu diperiksa secepatnya oleh spesialis mata. 2) Diagnosis banding glaucoma congenital Diagnosis banding glaukoma kongenital menurut gejala adalah: a. Excessive tearing Nasolacrimal duct obstruction Corneal ephithelial defect or abration conjungtivitis

b. Corneal enlargment or apparent enlargement X-link megalocornea High Myopia Exophthalmos Shallow orbits (e.g. craniofacial dysostoses)

c. Corneal clouding Birth trauma Inflammatory corneal disease Congenital hereditary corneal dystrophies Corneal mlpformation (dermoid tumor, sclerocornea) Keratomalacia Metabolic disorder with assosieted corneal abnormalities (mucopolysaccaridoses, corneal lipidosis, cystinosis, and Von Gierke diasese) Skin disorder affecting the cornea (congenital ichtyosis and congenital dyskeratosis) Optic nerve abnormality(optic nerve pit, optic nerve coloboma, optic nerve hypoplasia, physiologic cupping ) Ada beberapa kondisi yang mempunyai bentuk yang mirip dengan glaucoma congenital. Beberapa diagnosa banding glaucoma congenital adalah: a. Obstruksi saluran nasolakrimalis b. Megalokornea c. Myopia yang tinggi d. Proptosis e. Trauma lahir f. Congenital Hereditery Endothelial

g. Sklerokornea h. Penyakit metabolik6 3) Bagaimana glaucoma congenital diobati? Bedah mata biasanya diperlukan, karena pengobatan dengan obat tetes mata hanya memberikan efek yang sementara pada glaucoma kongenial. Untungnya, terapi bedah khususnya pada glaucoma yang dilakukan setelah berumur enam bulan biasanya berhasil menurunkan tekanan intraocular secara permanent. Selama operasi, fungsi aliran yang jelek disingkirkan. Kedua operasi, goniotomi dan trabekulotomi adalah spesifik untuk mengobati glaucoma congenital. Harus dilakukan berulang- ulang sampai didapatkan tekanan bola mata yang menurun. Jika tindakan ini tidak berhasil, tipe pembedahan lainnya dilakukan. Untungnya, beberapa bayi dengan glaucoma congenital mempunyai beberapa derajat penglihatan dan beberapa diantaranya mempunyai penglihatan yang baik. Dengan peningkatan ilmu pengetahuan, decade berikutnya mungkin dapat menemukan penyebab dasar terjadinya glaucoma congenital dan bentuk baru dari pengobatan. Terapi glaucoma congenital a. Pengobatan utama adalah pembedahan tetapi tergantung tipe glaucoma, tekanan intraocular, cupping saraf optic, dan defek lapangan pandang. b. Terapi medical, yang biasanya diberikan sebelum pembedahan , yaitu blocker topikal (timolol maleat(timoptic) atau betaxolol (betoptik s)) atau carbonic anhidrase inhibitor (dorsolamiden atau asetazolamide) atau keduanya. c. Bedah goniotomi, trabekulotomi, implant glaucoma drainase,

cycloablation.

d. Koreksi gangguan refraksi seperti myopia e. Terapi oklusi pada ambliopia6 Goniotomi : Mula-mula dianjurkan oleh Barkan. Dilakukan dengan narkose umum. Dengan memakai pisau goniotomi, kornea ditusuk kira-kira 1 mm anterior dari limbus kornea, sebelah temporal sampai masuk ke dalam bilik mata depan, kemudia diteruskan sampai menyeberang, kesisi yang lain, disini pisau digerakkan ke atas dan ke bawah selebar 25-30 derajat. Ke dalam bilik mata depan dapat disuntikkan udara untuk membentuk bilik mata depan kembali. Cairan bilik mata sekarang sudah dapat keluar melalui jalan yang biasa yaitu melalui trabekula ke kanal schlemn, saluran kolektor, ke pleksus vena di sclera dan episklera. Operasi ini dapat diulang pada kwadran yang lain dan tidak menimbulkan kelainan kosmetik. Hasilnya pada glaucoma infantile 7680%. Setelah operasi anak harus istirahat 1 hari, untuk kemudian dapat aktif lagi seperti biasa. Goniotomi dilakukan jika kornea dalam keadaan jernih agar dapat dilakukan incisi dengan bantuan gonotomi. Trabeculotomy dengan cara identifikasi, pembuatan kanul, dan menghubungkan canal schelm dengan segmen anterior dipilih pada kornea yang keruh karena visualisasi yang sulit.7r 4) Evaluasi glaucoma congenital a. Riwayat ophtalmologis yang lengkap dan pemeriksaan pada mata dengan memperhatikan retinoskopi, tonometri, diameter kornea, gonioskopi dan ophtalmoskopi. b. Evaluasi yang komplit mungkin membutuhkan anestesi , dengan memperhatikan bahwa tekanan intraocular dipengaruhi oleh agen anestesi (meningkat oleh ketamin dan menurun oleh inhalasi)

c. Periksa lapangan pandang pada anak yang lebh tua.6 5) Prognosis glaucoma kongenital Prognosis glaucoma congenital biasanya malam7

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2. Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 3. Ilyas, Sidarta.2004. Ilmu Perawatan Mata. Sagung Seto: Jakarta. 4. IgG antibody patterns in aqueous humor of patients with primary open angle glaucoma and pseudoexfoliation glaucoma.Joachim SC, Wuenschig D,

Pfeiffer

N,

Grus

FH.Experimental Gutenberg

Ophthalmology, University,

Department

of

Ophthalmology,

Johannes

Mainz,

Germany.

http://www.molvis.org/molvis/v13/a175/ 5. Ilyas, Sidarta. 1997. Glaukoma. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta 6. Friedmen, Kaiser. 2004. The Massachusetts Eye and Ear Infirmary Illustrated Manual of Ophtalmology. Else Vier Science: USA. ed 2. hal 444-445. 7. Liesegang, Thomas, dkk. 2001. Glaucoma. The Foundation of the American Academy of Ophthalmology: USA.

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Daftar Isi BAB I BAB II Pendahuluan Tinjauan Pustaka Definisi Etiologi Faktor resiko Klasifikasi glaukoma Patofisiologi

Diagnosis Pemeriksaan Terapi Pencegahan Glaukoma kongenital BAB III Kasus Analisis Kasus

PENDAHULUAN Glaukoma kongenital adalah suatu kelainan congenital yang terdiri dari neuropati optic, penurunan lapangan pandang, dan peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma kongenital jarang ditemukan, tetapi sangat potensial menyebabkan kebutaan. Kejadiannya 1 dari 10.000 bayi, dan bermanifestasi pada pasien usia muda. Glaukoma kongenital lebih mengarah pada glaukoma yang mucul saat lahir atau muncul kapanpun dalam tahun pertama hingga keempat kehidupan Karakteristik glaukoma kongenital yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah trias ephipora, photophobia, dan blepharospasme. Untuk mendiagnosa

glaukoma kongenital, menggunakan beberapa gambaran klinik, termasuk nilai peningkatan tekanan intraokular, ukuran kornea, gonioskopi, pengukuran panjang axial bola mata dengan ultrasonography, dan ophtalmoscopy.7 Dari pemeriksaaan luar mata akan didapatkan buphthalmos dengan pelebaran kornea lebih dari 12mm selama tahun pertama kehidupan bayi (normalnya diameter kornea adalah 9,5-10,5mm). Edema kornea akibat peningkatan tekanan intraokuler, mulai dari edema ringan sampai berat. Haabs striae pada membran descemets akibat penarikan kornea yang biasanya horizontal atau konsentris ke limbus. Tekanan intraokular yang normal pada infant dengan anetesi adalah 10-20 mmHg. Diagnosa banding glaukoma kongenital adalah hal-hal yang berhubungan dngan hiperlakrimasi, seperti obstruksi duktus lakrimalis, pelebaran kornea, seperti megalokornea atau kekeruhan kornea seperti trauma lahir, Pengobatan utama adalah pembedahan tetapi tergantung tipe glaucoma, tekanan intraocular, cupping saraf optic, dan defek lapangan pandang. Bedah yang dilakukan adalah goniotomi dan trabekulotomi. Terapi medical yang biasanya diberikan sebelum pembedahan , yaitu blocker topikal atau carbonic anhidrase inhibitor atau keduanya. Prognosis pada pasien glaukoma kongenital adalah jelek karena tajam penglihatan tidak dapat menjadi normal. Tetapi, terapi yang tepat akan .

You might also like