You are on page 1of 21

AL-KASYSYAF Penulis :Az-Zamakhsyari Kategori :Tafsir Sastra Mazhab :Zaidiyah Terbit :1953 M Di bentangkan oleh : Mohammad Shawal Bin

Suhaimi

Nama Mufassir Beliau adalah Abu al-Qasim Jrullh Mahmud bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Umar al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari yang lebih masyhur dengan nama Az-Zamakhsyari (467-538 H.). penganut aliran Muktazilah, yang dijuluki Jaarullah. Nama Kitab

Al-Kasysyaaf An Haqaaiq at-Tanziil Wa Uyuun al-Aqaawiil Fii Wujuuh at-Tawiil

Zamakhsyar adalah suatu desa di Khawarizmi, terletak di wilayah Turkistan, Rusia, yang sekarang masuk dalam negara Uzbekistanbagian dari Uni Soviet. Tafsir Al-Kasysyaf disusun dalam empat jilid, dan dicetakkan oleh berbagai penerbitan. yang disusun oleh Az-Zamakhsyari selama tiga tahun, mulai dari tahun 526 H sampai dengan tahun 528 H

di Makkah al-Mukarramah, ketika ia berada di sana untuk melakukan ibadah haji yang kedua kalinya. Hal itu diketahui dari pengakuannya sendiri yang dituangkan pada muqaddimah tafsirnya. Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa lama penyusunan kitabnya sama dengan lama masa pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq

Az-Zamakhsyari adalah tokoh yang diakui kehebatannya dalam hal bahasa Arab, hadits, gramatika, bahasa, retorika, filologi, dan seni deklamasi (elocution), hingga dapat menghasilkan tafsir al-Quran yang cemerlang

Tafsir al-Kasysyaf adalah salah satu kitab tafsir bi al-rayi yang terkenal, yang dalam pembahasannya menggunakan pendekatan bahasa dan sastra. Penafsirannya kadang ditinjau dari arti mufradat yang mungkin, dengan merujuk kepada ucapanucapan orang Arab terhadap syair-syairnya atau definisi istilah-istilah yang populer. Kadang penafsirannya juga didasarkan pada tinjauan gramatika atau nahwu.

Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Kasysyaf Al-Zamakhsyari seringkali berpindah tempat untuk mengejar ilmu. Untuk pertama kalinya Ia belajar tentang bahasa dan nahwu kepada Muhamamad bin Jarir al-Dhabi al-Ashfahani Abu Mudhar, yang bermazhab Mutazilah di Khawarizm. Kemudian dengan ambisi kuat ia pergi ke Khurasan dan Isfahan untuk mendekati para pemegang kekuasaan seperti Muji al-Daulah `Ubaidillah bin Nizham al-Mulk, dan Muhammad bin Malik Syah dengan memberikan bait-bait syair pujian.

Namun, ia gagal dan ia sempat sakit parah sekitar tahun 512 H. Untuk menghilangkan rasa bersalahnya karena berambisi mengejar kekuasaan, Ia pergi ke Makkah dan bertemu dengan seorang pemuka `Alawi bin Isa bin Hamzah bin Wahhas, dan membaca kitab Sibawaih atas bimbingan `Abdullah bin Thalhah al-Yabiri. Sebelumnya, Al-Zamakhsyari juga sempat pergi ke Baghdad untuk belajar hadits kepada Abu al-Khitab bin al-Bathar, Abu Sa`d al-Syafani, dan Syaikh Islam Abu Manshur alHaritsi, dan belajar ilmu Fiqh kepada alDamghani (seorang Hanafiah) dan Ibn al-Syajari.

Kemudian al-Zamakhsyari kembali ke daerahnya. Saat itu Muhammad Anushtikin (mantan kepala daerah Khawarizm) telah mendirikan rumah raja (Sultan Sinjar) yang kemudian mengukuhkannya sebagai kepala daerah Kwarizm hingga meninggal dan digantikan anaknya, Atsaz. Kecintaan keduanya kepada ilmu membuat alZamakhsyari dapat berada di dekatnya, sehingga mempunyai kesempatan besar untuk menulis dan menerbitkan karya-karyanya. Karyakaryanya itu kebanyakan dalam bidang bahasa, sastra, dan gramatika (sehingga layak untuk disebut pakar bidang ini).

Kepakarannya itu membuatnya menjadi rujukan rekan-rekan semazhabnya (afdhil al-njiyah al`adhiyyah), terutama dalam penerapannya terhadap penafsiran al-Quran. Mereka sering dibuat kagum dengan pelajaran al-Zamakhsyari sehingga sepakat mengusulkan agar ia mendiktekan al-Kasysyf `an

Haqiq al-Tanzl wa `Uyn al-Aqwl f Wujh alTawl. Akan tetapi, hal ini hanya berlangsung hingga
penafsiran surat al-Baqarah, karena saat itu ia berkeinginan untuk mengunjungi Baitullah. Di perjalanan ia mendapatkan banyak orang yang sangat menginginkan tafsiran-tafsirannya. Sehingga ia berketetapan untuk menyelesaikan tafsirnya di Baitullah

Kitab tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir yang banyak beredar di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu kitab tafsir yang penafsirannya didasarkan atas pandangan mu'tazilah, ia dijadikan corong oleh kalangan Mutazilah untuk menyuarakan fatwa-fatwa rasionalnya. AlFadhil Ibnu Asyur berpendapat bahwa alKasysyaf ditulis antara lain untuk menaikkan pamor Mutazilah sebagai kelompok yang menguasai balaghah dan tawil.

Menurut al-Farmw ada empat macam metode dalam penafsiran al-Quran, yaitu tahlily, ijmly, muqran, dan mawdhiy. Kemudian berdasarkan rumusan al-Farmw tersebut, maka metode tafsir yang digunakan dalam al-Kasysyf adalah metode tahlily. Hal ini terlihat dari langkah-langkah al-Zamakhsyr dalam menafsirkan al-Qur`an. Ketika menafsirkan al-Quran, ia berusaha mengungkapkan seluruh pengertian yang dimaksud hingga sampai pada yang ditujunya, dengan dukungan berbagai ilmu pengetahuan, seperti pengertian tentang nash al-Qur`an, hadits, riwayat sahabat, dan tabi`in, pengetahuan tentang nasikh- mansukh, ilmu qira`at, cerita Israiliyyat, ilmu Ushul Fiqih, ilmu Balaghah serta rahasianya, ilmu bahasa dan sastra Arab, juga ilmu Kalam (teologi). Tahlily, yaitu suatu metode tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Quran dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan bacaan dalam mushaf Utsmani.

Sementara Basuni Faudah mengkategorikan tafsir al-Kasysyf ini ke dalam corak tafsir bi al-ra`y, yakni penafsiran yang lebih memberikan keleluasan kepada akal pikiran dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Di dalam al-Kasysyf juga dipergunakan hadits-hadits shahih, alZamakhsyr pun mengutip dari para sahabat dan tabiin, tetapi tentunya tidak bertolak belakang dengan mazhabnya yang i`tizl itu.

Aqidahnya Beliau termasuk tokoh aliran Muktazilah yang membela mati-matian madzhabnya. Ia memperkuatnya dengan kekuatan hujjah yang dimilikinya. Dalam hal ini, imam adz-Dzahabi di dalam kitabnya al-Miizaan (IV:78) berkata, Ia seorang yang layak (diambil) haditsnya, tetapi ia seorang penyeru kepada aliran muktazilah, semoga Allah melindungi kita. Karena itu, berhati-hatilah terhadap kitabKasysyaaf karyanya.

Beliau demikian getol berdalil dengan ayatayat dalam rangka memperkuat madzhabnya yang batil. Sebaliknya, ia selalu menakwil ayat-ayat yang dianggapnya bertentangan dengan pendapatnya. Bahkan, ia merubah arah ayat-ayat yang semestinya diarahkan kepada orang-orang kafir kepada Ahlussunnah yang ia sebut sebagai Hasyawiyyah mujbirah dan musyabbihah.

Spesifikasi Umum Kitab Tafsirnya Kitab tafsir karangannya memiliki keunggulan dari sisi keindahan al-Quran dan balaghahnya yang mampu menyihir hati manusia, mengingat kemumpunian beliau dalam bahasa Arab dan pengetahuannya yang mendalam mengenai syair-syairnya. Tetapi ia membawakan hujjahhujjah itu untuk mendukung madzhab muktazilahnya yang batil di mana ia memaparkannya dalam ayat-ayat al-Quran melalui pintu balaghah. Karena itu, harus berhati-hati dengannya, khususnya bagi pemula dalam bidang ini.

Sikapnya Terhadap Hukum-Hukum Fiqih Ia menyinggung juga tentang permasalahan fiqih namun tidak memperluasnya. Diakui bahwa ia dalam hal ini adalah seorang yang moderat, tidak fanatik dengan madzhab Hanafi-nya.

Sikapnya Terhadap Bahasa, Nahwu Dan Syair Beliau memberikan perhatian penuh pada penjelasan kekayaan balaghah dalam halMaaani dan Bayaan yang terdapat di dalam al-Quran. Tetapi, bila ia melewatkan saja suatu lafazh yang tidak sesuai dengan madzhabnya, ia berupaya dengan segenap kemampuannya untuk membatalkan makna zhahir lafazh itu dengan menetapkan makna lain untuknya dari apa yang ada di dalam bahasa Arab atau mengarahkannya seakan ia adalah Majaz, Istiarah atau Tamtsil.

Sikapnya Terhadap Israiliyyat Amat sedikit beliau menyinggung masalah Israiliyyat. Kalau pun ada, maka ia dahului dengan lafazh, Diriwayatkan atau dengan mengatakan di akhirnya, Wallahu alam. Namun anehnya, ia malah menyebutkan beberapa hadits Mawdhu (palsu) mengenai keutamaan-keutamaan surat-surat di akhir setiap surat.

Az-zamakhsyari menjelaskan bahawa lafaz ( ) merupakan (), iaitu lafaz yang menunjukkan mubalanghah ( sangat berlebihan dalam perbuatan ). Sedangkan lafaz ( )merupakan ()iaitu lafaz yang menunjukkan sifat (sesuatu) Juz 1 hal 49

"Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan

Az-Zamaksyari mentafsirkan ayat di atas di dalam kitab Al-Kasysyaf , Kami mengkhususkan ibadathanyakepada-mu, dan kami mengkhususkan minta pertolongan hanya kepada-mu Tafsir Al-Kasysyaf juz 1 hal 56

You might also like