You are on page 1of 6

Faktor yang berperan terhadap akibat dari Skizofrenia pada Negara berkembang dan Negara maju: Sebuah ulasan

singkat
Mahmuda Naheed, Khondker Ayesha Akter, Fatema Tabassum, Rumana Mawla, Mahmudur Rahman

Abstrak Berdasarkan WHO, skizofrenia merupakan sebuah bentuk keparahan dari penyakit mental yang menyerang 7 dari 1000 orang pada populasi dewasa, sebagian adalah kelompok usia 15-35 tahun. Meskipun insidennya tergolong rendah (3-10.000), prevalensinya tergolong tinggi akibat kronisitasnya. Skizofrenia muncul pada Negara berkembang dan Negara maju. Tingkat remisinya lebih tinggi pada Negara berkembang dibandingkan dengan di Negara maju. Terdapat beberapa faktor menarik yang dapat mempengaruhi akibat dari skizofrenia termasuk jenis kelaming, pekerjaan, status pernikahan, dukungan keluarga, mitos penyakit, beban keluarga, durasi dari psikosis yang tidak diterapi, dan lain-lain. Pada ulasan ini kami telah mendiskusikan epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, terapi, dan terakhir faktor-faktor yang mempengaruhi akibat dari skizofrenia pada Negara berkembang dan Negara maju. Kata kunci: Skizofrenia, akibat, Negara berkembang, agen antipsikotik.

Pendahuluan Skizofrenia merupakan sindrom heterogen yang ditandai oleh adanya gangguan bahasa, persepsi, proses piker, aktivitas sosial, afek, dan kehendak. Tidak terdapat adanya ciri patognomonik. Sindrom ini umumnya dimulai pada akhir masa remaja, memiliki onset yang tersembunyi (dan sebagian akut), dan klasiknya sebuah akibat yang buruk, berkembang dari withdrawal sosial dan distorsi persepsi untuk sebuah bentuk waham dan halusinasi kronis (Harrison et al., 2005). Pada artikel ini, kami

mengulas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi akibat dari skizofrenia pada Negara berkembang dan Negara maju.

Epidemiologi dan patofisiologi Penelitian epidemiologi mengidentifikasi beberapa faktor risiko untuk skizofrenia termasuk kerentanan genetik, cemoohan pada awal masa perkembangan, lahir pada musim dingin, dan tuanya usia orang tua. Faktor genetik terlibat setidaknya pada individu yang mengalami skizofrenia. Skizofrenia diamati pada setidaknya 6.6% dari seluruh kerabat setingkat dari probandus yang mengalami skizofrenia. Jika kedua orangtua mengalaminya, risiko terjadinya hal serupa terhadap keturunannya adalah 40%. Tingkat keakuratan untu monozigot kembar adalah 50%, dibandingkan dengan 10% untuk kembar dizigot. Keluarga dengan kecenderungan skizofrenia juga mengalami risiko terjadinya gangguan psikiatri lainnya (Harrison et al., 2005). Skizofrenia juga berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk faktor inkompatibilitas Rh, hipoksia fetalis, dan paparan prenatal terhadap influenza selama trimester kedua, dan defisiensi nutrisi prenatal. Studi dari pertentangan kembar monozigot untuk skizofrenia telah melaporkan perbedaan neuroanatomi antara saudara kandung yang mengalami dan tidak mengalami skizofrenia, mendukung sebuah etiologi two strike yang melibatkan baik kerentanan genetik dan sebuah cemoohan dari lingkungan. Yang terakhir dapat mengakibatkan hipoksia lokalis selama masa kritis dari perkembangan otak.

Diagnosis dan terapi Pasien dapat datang dengan gejala positif (seperti disorganisasi konseptual, waham, atau halusinasi) atau gejala negatif (hilangnya fungsi, anhedonia, penurunan ekspresi emosional, gangguan konsentrasi, dan berkurangnya pergaulan sosial) dan setidaknya ada dua dari hal yang disebutkan tadi selama periode satu bulan dan tanda terus muncul setidaknya enam bulan untuk menemukan kriteria diagnostik normal. Gejala

negatif muncul pada sepertiga populasi skizofrenik dan berhubungan dengan sebuah akibat jangka panjang yang buruk dan sebuah respon buruk terhadap terapi obat. Agen antipsikotik merupakan landasan dari terapi akut dan rumatan skizofrenia, dan efektif untuk terapi halusinasi, waham, dan gangguan pikir, berdasarkan etiologi. Agen antipsikotik diklasifikasikan menjadi dua kelas. Hal tersebut adalah antipsikotik dan agen antipsikotik atipikal (Tabel1).

Faktor-faktor yang berperan terhadap akibat dari Skizofrenia Berdasarkan World Health Organization, Skizofrenia menyerang sekitar 24 juta orang di dunia. Di Negara berkembang sekitar 90% orang dengan skizofrenia belum ditangani. Tetapi akibat dari skizofrenia muncul lebih baik pada Negara dengan penghasilan rendah dan menengah (Isaac et al., 2007). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akibat skizofrenia seperti pekerjaan, status perkawinan, dukungan keluarga, dan lain lain. Tujuan dari studi kami adalah untuk menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akibat dari skizofrenia di Negara berkembang dibandingkan dengan di Negara maju.

Jenis kelamin Perbedaan jenis kelamin sebagai risiko dapat memberikan petunjuk penting perihal patogenesisnya. Bukti bahwa perbedaan jenis kelamin terhadap risiko skizofrenia tidak dapat disimpulkan. Tidak ada signifikansi perbedaan jenis kelamin yang dilaporkan pada studi dari Negara berkembang (Aleman et al., 2003). Skizofrenia tersebut umumnya sama pada pria dan wanita. Pada sebuah studi dengan lima puluh pasien skizofrenia di Banglades, ditemukan bahwa 54% pria dan 46% wanita menderita skizofrenia (Ahammad et al., 2009). Hal tersebut membuktikan bahwa perbedaan jenis kelamin pada skizofrenia bukan merupakan sebuah faktor utama pada Negara maju. Meskipun jenis kelamin bukan merupakan faktor signifikan pada skizofrenia, telah diamati bahwa remisi klinis dan pemulihan lebih baik pada wanita dibandingkan pria (Carpiniello et al., 2012).

Tabel 1. Agen antipsikotik tipikal dan atipikal (Harrison et al., 2005). ANTIPSIKOTIK TIPIKAL Dosis harian per oral , mg Potensi rendah Chlorpromazin 100-600 Efek antikolinergik; orthostasis; +++ EPSEs biasanya tidak menonjol; dapat menyebabkan delirium antikolinergik pada pasien Efek samping Sedasi Komentar

yang lebih tua Potensi sedang Trifluoperazine 2-15 Efek samping ++ antikolinergik lebih EPSEs sedikit dibandingkan agen yang sedikit, lebih Dapat diterima oleh sebagian besar pasien

lebih poten Potensi kuat Haloperidol 0.5-10 Tidak ada efek 0/+ samping antikolinergik; EPSE seringkali muncul Seringkali diresepkan dengan yang tinggi; terdapat dosis terlalu

bentuk injeksi durasi panjang dari haloperidol dan fluphenazine

ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL Dosis harian per oral , mg Clozapine 200-600 Agranulositosis ++ (1%); peningkatan berat kejang; mengiler; hipertermia Risperidone 2-6 Orthostasis + Membutuhkan titrasi perlahan, EPSEs pada badan, membutuhkan WBC mingguan Efek samping Sedasi Komentar

dosis 6 mg qd Olanzapine 10-20 Peningkatan berat badan ++ Peningkatan ringan prolaktin Quetiapine 350-700 Sedasi; peningkatan +++ Dosis tawaran dari

berat ansietas Ziprasidone 40-60

badan;

Hipertensi orthostatic

+/++

Peningkatan berat minimal; pemanjangan QT interval badan

Aripiprazole

10-30

Mual, ansietas, 0/+ insomnia

Agonis/ antagonis campuran

You might also like