You are on page 1of 26

ASKEP NEFROLITIASIS DAN UROLITIASIS

A.Pengertian Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. B.Etiologi Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi). C.Patofisiologi Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium. D.Manifestasi klinik Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan. Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. E.Evaluasi diagnostic Diagnosis ditegakkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih (GUK), uregrafi intravena, atau pielografi retrograde. Uji kimia darahdan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi factor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien. F.Penatalaksanaan Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. PROSES KEPERAWATAN A.Pengkajian Aktivitas istirahat Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajang pada lingkungan bersuhu

tinggi. Keterbatasan aktivitas/immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya. Sirkulasi Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan, pucat. Eliminasi Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus), penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare. Tanda : oliguria, hematuria, piuria, dan perubahan pola berkemih. Makanan/cairan Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup. Tanda : distensi abdominal, penurunan atau takadanya bising usus, dan muntah. B.Diagnosa keperawatan 1)Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral. 2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral. 3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan mual/muntah 4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi. C.Intervensi dan perencanaan 1)Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral. a)Catat lokasi lamanya intensitas, dan penyebarannya R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus b)Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kestaff terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesi sesuai waktu c)Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat. R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping. d)Berikan obat anti nyeri R/ untuk menurungkan rasa nyeri 2)Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral. a)Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi b)Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. c)Dorong meningkatkan pemmasukan cairan R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu d)Awasi pemeriksaan laboratorium R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. 3)Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairanberhubungan dengan mual/muntah a)Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membanu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal b)Catat insiden muntah R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena sartaf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung c)Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung

R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis d)Awasi tanda vital R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi e)Berikan cairan IV R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal 4)Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi. a)Kaji ulang proses pemnyakit dan harapan masa depan R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi b)Tekankan pentingnya pemasukan cairan R/ pembilasan sistem ginjal menurungkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu c)Diaskusikan program pengobatan R/ obat-obatan diberikan untuk mengasamkan atau mengalkalikan urine D.Evaluasi Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kitaharapkan adalah sebagai berikut : 1)Nyeri hilang/terkontrol 2)Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan 3)Mencegah Komplikasi 4)Proses penyekit/prognosis dan program terapi dipahami Diposkan oleh WWW.DASTO DE BELTO.BLOGSPOT.COM di 22.03

http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/askep-nefrolitiasis-dan-urolitiasis.html

Askep Nefrolitiasis I. Pengertian Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

II. Penyebab / Etiologi Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis tubulus renal, mieloma multiple.

- Dehidrasi kronik.

- Imobilitas yang lama. - Metabolisme purin ab normal (hiperuri semia dan pirai). Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus atau ileastomi. (Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

III. Patofisiologi Kelainan dengan adanya batu ginjal mungkin adanya gejala-gejala seperti perasaan nyeri pada epigastrium dan kelihatan ada benjolan yang menonjol dalam perut, pada benjolan yang ada dalam tersebut karena adanya batu ginjal atau benda asing di area di mana kalkulus dapat menyumbat sistem urinarius, manifestasi klinis yang muncul bergantung pada area obstruksinya, batu yang terpecah dapat menyumbat aliran urin menyebabkan nyeri hebat dan melukai ginjal. Batu ginjal mungkin menyebabkan : Nyeri dengan adanya inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius.

- Adanya terjadi kekambuhan pada batu renal.

(Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

IV. Komplikasi - Infeksi dan obstruksi. - Urotiliasis. - Kerusakan fungsi ginjal. - Gagal ginjal akut. - Gagal ginjal kronis.

V. Penatalaksanaan - Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sebsis dan obstruksi urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh atau mengandung darah. - Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa. Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase batu. - Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius. Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini adanya infeksi. Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.

- Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri. - Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal. (Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000)

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal. (Suyono, Slamet, Dr, Prof, SPDO, KG, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta, 2001) A). Pengkajian 1. Identitas Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis. 2. Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua. 6. Riwayat psikososial Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

B). Pola-pola Fungsi Kesehatan 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat. 2. Pola nutrisi dan metabolisme Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal. 3. Pola aktivitas dan latihan Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal. 4. Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal. 5. Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya. 6. Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi. 7. Pola sensori dan kognitif Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.

8. Pola reproduksi sexual Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual. 9. Pola hubungan peran Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan. 10. Pola penaggulangan stress Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul. 11. Pola nilai dan kepercayaan Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh. (Handerson, M.A, Ilmu Bedah Untuk Perawat Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)

C). Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Klien biasanya lemah. Kesadaran komposmetis. Adanya rasa nyeri.

2. Kulit - Teraba panas. - Turgor kulit menurun. - Penampilan pucat. 3. Pernafasan

- Pergerakan nafas simetris. 4. Cardio Vaskuler - Takicardi. - Irama jantung reguler. 5. Gastro Intestinal - Kurang asupan makanan nafsu makan menurun. 6. Sistem Integumen - Tampak pucat. 7. Geneto Urinalis - Dalam BAK produksi urin tidak normal. Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

Pemeriksaan Penunjang 1. Urin lengkap, darah lengkap. 2. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi. 3. Pemeriksaan IVP

D). Diagnosa Keperawatan Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan. Nutrisi kurang berhubungan dengan in take in adekuat. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.

E). Perencanaan 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi jaringan. Tujuan : nyeri berkurang atau hilang dalam waktu 2 x 24 jam. KH : - Perasaan nyeri berkurang. - Klien tampak tenang. Rencana tindakan 1. 2. 3. 4. 5. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri. Kaji tingkat nyeri. Alihkan perhatian klien pada hal yang positif Observasi TTV. Kolaborasi dengan tim dokter.

Rasional Klien mengerti akan proses terjadinya atau timbulnya penyakitnya. Mengetahui tingkat nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri. Mengetahui keadan umum pasien. Untuk membantu memberikan terapi.

F). Pelaksanaan atau Implementasi Tahapan dalam melakukan sesuatu yang telah direncanakan dan untuk melakukan perencanaan tersebut harus ada pelaksanaan.

G). Evaluasi Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa perencanaan dan sampai pelaksanaan apakah ada hasil atau tetap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta. http://perawathati.blogspot.com/2012/07/askep-nefrolitiasis.html

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP NEFROLITIASIS

A.Defenisi Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena

penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000) Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

B.Etiologi Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu : 1. Faktor Endogen a. Faktor genetik familial pada hiper sistinuria Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino di membran batas sikat tubuli proksimal. b. Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer. 2. Faktor eksogen a. Infeksi Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. b. Obstruksi dan statis urin Mempermudah terjadinya infeksi c. Jenis kelamin Lebih banyak ditemukan pada laki-laki d. Ras e. Keturunan f. Air minum g. Pekerjaan h. Makanan i. Suhu

Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi

dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

C.Patofisiologi Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium.

WOC

D.Manifestasi klinik Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan. Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

E. Komplikasi Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total. Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh : 1. Sempurnanya obstruksi 2. Lamanya obstruksi 3. Lokasi obstruksi 4. Ada tidaknya infeksi Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain : 1. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita 2. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh. 3. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

F. Diagnostik Test 1. Klinik a. Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan

b. Derajat kerusakan ginjal c. Riwayat keluarga d. Analisa batu e. Tanda dan gejala penyakit penyebab : 1) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis. 2) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung huyung, sakit pada tulang. 3) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum. 4) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus. 2. Pemeriksaan Laboratorium a. Urinalisis b. Hematuria c. Piuria d. Kristalisasi e. bakteriologi f. Kerangka kerja metabolic g. Darah h. Urine i. Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi j. Status batu 3. Pemeriksaan Radiologi a. Pielografi ( IVP) b. Pieolgrafi retrograd c. U S G d. Tomografi e. CT- Scan

G. Penatalaksanaan 1. Terapik medik dan simtomatik a. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu b. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 10 mg/hr. 2. Terapi mekanik

E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy 3. Terapi pembedahan Jika tidak tersedia alat litotriptor

H. Pencegahan Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan. Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti : 1. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi 2. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu

ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal. (Suyono, Slamet, Dr, Prof, SPDO, KG, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, FKUI, Jakarta, 2001) A). Pengkajian

1. Identitas Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis. 2. Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS. 4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua. 6. Riwayat psikososial

Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

B). Pola-pola Fungsi Kesehatan 1. Pola persepsi dan tata laksana hidup Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat. 2. Pola nutrisi dan metabolisme Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal. 3. Pola aktivitas dan latihan Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal. 4. Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal. 5. Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya. 6. Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi. 7. Pola sensori dan kognitif Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit. 8. Pola reproduksi sexual Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual. 9. Pola hubungan peran Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan. 10. Pola penaggulangan stress Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul. 11. Pola nilai dan kepercayaan Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

(Handerson, M.A, Ilmu Bedah Untuk Perawat Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta, 1991)

C). Pemeriksaan Fisik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Keadaan Umum Klien biasanya lemah. Kesadaran komposmetis. Adanya rasa nyeri. Kulit Teraba panas. Turgor kulit menurun. Penampilan pucat. Pernafasan Pergerakan nafas simetris. Cardio Vaskuler Takicardi. Irama jantung reguler. Gastro Intestinal Kurang asupan makanan nafsu makan menurun. Sistem Integumen Tampak pucat. Geneto Urinalis Dalam BAK produksi urin tidak normal. Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

Pemeriksaan Penunjang 1. 2. 3. Urin lengkap, darah lengkap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi yang disebabkan oleh obstruksi. Pemeriksaan IVP

D).

Diagnosa Keperawatan

Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah : 1. 2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan. Nutrisi kurang berhubungan dengan in take in adekuat.

3. 4. 5.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.

E). Perencanaan 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi jaringan. Tujuan : nyeri berkurang atau hilang dalam waktu 2 x 24 jam. KH : - Perasaan nyeri berkurang. - Klien tampak tenang. Rencana tindakan 1. 2. 3. 4. 5. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri. Kaji tingkat nyeri. Alihkan perhatian klien pada hal yang positif Observasi TTV. Kolaborasi dengan tim dokter.

Rasional Klien mengerti akan proses terjadinya atau timbulnya penyakitnya. Mengetahui tingkat nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri. Mengetahui keadan umum pasien. Untuk membantu memberikan terapi.

F). Pelaksanaan atau Implementasi Tahapan dalam melakukan sesuatu yang telah direncanakan dan untuk melakukan perencanaan tersebut harus ada pelaksanaan.

G). Evaluasi Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa perencanaan dan sampai pelaksanaan apakah ada hasil atau tetap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.

Asuhan keperawatan pada pasien Nefrolitiasis


A. DEFINISI Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urin. ( Nursalam.2006) Neprolithiasis : batu yang terbentuk di paremkim ginjal. Ureterolithiasis: terbentuknya batu di ureter. Batu yang terbentuk dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan uretra dan ukurannya sangat bervariasi dari deposit granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye.

B. ETIOLOGI Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor intrinsik antara lain : 1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan Faktor ekstrinsik diantaranya : 1. Geografis : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt. 2. Iklim dan temperatur 3. Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi. 4. Diet Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu. 5. Pekerjaan Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

6. Infeksi Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. C. PATOFISIOLOGI Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu: a. Teori inti (nucleus): Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi. b. Teori matriks: Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan pengendapan kristal. c. Teori inhibitor kristalisasi: Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi. Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks. Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya : a. Batu kalsium Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang yang mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang menderita kangker, struke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium

Batu kalsium dapat di sebabkan oleh: Hiperkalsiuria abortif: Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid. Hiperkal siuria renalis: kebocoran pada ginjal b. Batu oksalat dapat disebabkan oleh Primer autosomal resesif Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.

- Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal, sindrom malabsorbsi c. Batu asam urat Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh: Makanan yang banyak mengandung purin Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma Dehidrasi kronis Obat: tiazid, lazik, salisilat d. Batu sturvit Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi, terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin. e. Batu Sistin Berbentuk kristal kekuningan . timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.keadan ini terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.

D. Manifestasi klinik Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut : 1. Hematuria 2. Piuria 3. Polakisuria/fregnancy 4. Urgency 5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang. 6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan. 7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis atau vulva. 8. Anorexia, muntah dan perut kembung 9. Hasil pemeriksaan laboratorium,leukosit meningkat. ( gmb. Ginjal rusak) ( ginjal dg permukan batunya) E. Diet tiggi Purin Ph urin berubah Kristal batu Duduk terlalu lama Mineral kalsium Pathway pd air

Batu

ginjal

Menghambat

aliran

urin

Nefrotomi

(obstruksi)

Muntah

Tekanan &

hidrostatik

meningkat

Cemas Mual pengetahuan

Resiko Nyeri akut

Iritasi -

kurang cairan resiko

infeksi

Gangguan

pola

tidur

F. PENATALAKSANAAN 1. Terapi medis dan simtomatik Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G . Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik. bendofluezida 5 10 mg/hr. 2. Terapi mekanik (Litotripsi) Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut. 3. Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut) Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain: Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih G. PENGKAJIAN A. Anamnesis Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa lalu,riwayat penyakit keluarga B. Aktifitas/Istirahat. C. Riwayat : pekerjaan,dehidrasi,infeksi,imobilisasi D. Eliminasi E. Mual dan muntah

F. Makan dan Minum G. Nyeri / rasa tidak nyaman Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak. H. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan. I. Respon emosi : cemas J. Pengetahuan tentang penyakitnya K. Pemeriksaan Fisik -Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea. -Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis. -Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi urin. -Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis -inspeksi tanda obstruksi : berkemih dengan jumlah urin sedikit,oliguria,anuria L. Pemeriksaan penunjang Radiologi Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni. Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi retrograd. -Ultrasonografi (USG) Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaankeadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu Laboratorium Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu. H. DIAGNOSA Diagnosa preoperasi 1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi 2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sekunder terhadap iritasi batu dan spasme otot polos 3. Resiko infeksi berhubungan dengan statis urine dan adanya benda asing 4. Resiko mengalami defisit cairan berhubungan dengan neusea, muntah. 5.Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, krisis situasional Diagnosa postoperasi: 1. Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen injuri: mekanik) 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif 3. Defisit self care

I. INTERVENSI DX :Nnyeri akut b.d inflamasi terhadap iritasi batu dan spasme otot polos Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol Intervensi : Kaji setatus nyeri klien ( P,Q,R,S,T) - Ajarkan teknik relaksasi ( imajinasi, distraksi,) untuk mengurangi nyeri - Observasi reaksi verbal dan non verbal klien dari ketidaknyamanan Evaluasi pengalaman nyeri klien Tingkatkan istirahat - Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri Bantu klien mengatur posisi untuk mengurangi keluhan Kolaborasi medik pemberian analgetik DX Tujuan Intervensi muntah dehidrasi : Amati dan catat kelainan spt muntah Beri diet sesuai program Beri intake cairan 3000 ml 4000 ml / hari. Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 4000 ml/hr. Observasi tandatanda dehidrasi -Observasi intake dan out put cairan klien Kolaborasi pemberian cairan intra vena : Cemas b.d perubahan dalam Klien status kesehatan, krisis tidak lagi : Resiko : mengalami defisit Tidak terdapat cairan b.d neusea, tandatanda

DX Tujuan Intervensi

situasional cemas : Beri penjelasan tentang proses penyakitnya - Jelaskan seluru prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan Berikan informsi mengenai diagnosa,prognosis,dan tindakan - Gunakan pendekatan dan sentuhan untuk mengurangi kecemasan pasien Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi - Berikan pilihan yang realistis mengenai aspek perawatan saat ini : DX : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif Tujuan : Infeksi terkontrol Intervensi : - Observasi area post op dari tanda- tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri, panas,bengkak,adanya fungsiolesa Monitor TTV Catat hasil laboratorium( leukosit, protein,albumin) Gunakan tehnik sterilisasi saat perawatan luka Dorong paasien untuk banyak istirahat -Ajarkan klien dan keluarga tantang tandatanda infeksi -Kolaborasi medik pemberian antibiotik

DAFTAR

PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Nursalam, 2006., askep pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan, edisi 1, salemba medika, jakarta

You might also like