You are on page 1of 7

Langkah Praktis Kegiatan Penelitian

A. Pendahuluan Bagi seorang peneliti, perlu kiranya mengetahui dan memahami hal-hal yang akan menunjang bagi keberhasilan penelitiannya. Salah satunya adalah bagaimana langkah praktis yang harus ditempuh oleh peneliti dalam kegiatan penelitiannya. Seperti memahami judul dan permasalahan penelitian dengan baik, banyak membaca literatur, menjaga kesungguhan dan kontinuitas penelitian, serta pentingnya mendayagunakan logika berpikir dan bahasa tulis yang baik. B. Memahami Judul dan Permasalahan Penelitian Ini adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti. Yaitu memahami dengan baik judul dan permasalahan penelitian. Hal ini penting dilakukan karena merupakan pijakan dasar sebelum melangkah lebih jauh dalam tahap-tahap penelitian.1 Seorang peneliti kemudian tidak akan melakukan bias tetapi fokus, tepat sasaran, serta efektif-efisien dalam melakukan penelitiannya. Hal ini hanya bisa dilakukan kalau peneliti bisa memahami dengan baik apa yang menjadi titik tekan penelitiannya, yaitu judul dan permasalahan penelitian. Bagi peneliti, perumusan judul memberikan pegangan dalam menentukan arah penelitian. Bagi pembaca, perumusan judul yang tepat akan menimbulkan daya tarik, dan memudahkan menangkap isinya. Contoh: Partisipasi Guru dan Orang tua dalam Pelaksanaan Program Sekolah ,mengarah pada penelitian deskriptif kualitatif atau deskriptif survei, karena tidak ada kata yang menerangkan hubungan antara partisipasi guru dan orang tua dengan pelaksanaan program sekolah. Apabila judulnya diubah menjadi Korelasi atau Hubungan antara Partisipasi guru dan Orang tua dengan Efektifitas Pelaksanaan Program Sekolah, maka penelitiannya mengarah pada penelitian korelasional. Kalau kata korelasi atau hubungan tersebut diganti dengan kontribusi, sehingga judulnya menjadi Kontribusi Partisipasi Guru dan Orang tua terhadap Efektivitas Pelaksanaan PROGRAM Sekolah,maka penelitiannya mengarah pada penelitian kontribusi atau dampak. Kalau diganti dengan kata pengaruh, sehingga judul menjadi Pengaruh Partisipasi Guru dan Orang tua terhadap Efektivitas Pelaksanaan Program Sekolah.Jadi penelitian mengarah pada penelitian eksperimental. Kata-kata lain yang besar sekali kecenderungan ke arah pendekatan atau metode penelitian tertentu, adalah relevansi, efektivitas, efisiensi, produktivitas, akuntabilitas dan sejenisnya, tergantung pada masalah yang sedang dihadapi oleh obyek peneliti.2 Secara keseluruhan unsur penelitian terdiri dari tiga poin yaitu: 1. Subyek yang menjadi peneliti itu sendiri. 2. Subyek yang diteliti 3. Bentuk penelitian itu sendiri.

1 2

Achmad Fediyani Saifudin, Karya Tulis Ilmiah Sosial (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), 16. Nana Syaodih, 2011

Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari dalam penulisan judul, yaitu: 1. Judul terlalu pendek, hanya mengandung satu atau dua unsur saja. 2. Judul terlalu panjang, yang penting judul sudah mencerminkan apa yang tersirat dalam penelitian . 3. Kesalahan Rumusan Judul, maksudnya bisa keliru mengarah ke penelitian lain dan kesalahan rumusan seperti hipotesis. Misalnya judul tidak mengarah ke peningkatan proses tapi langsung ke hasil. 4. Kesalahan juduk memakai bahasa inggris. Di khawatirkan setelah di artikan ke bahasa Indonesia artinya akan berbeda dengan yang di maksud. Permasalahan Penelitian Masalah penelitian adalah suatu situasi, kegiatan, program yang mengandung kesenjangan dan menimbulkan ancaman, hambatan, kesulitan, gangguan yang membutuhkan pemecahan. Dalam pemilihan pendekatan dan metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan sifat masalah yang diteliti dan tujuan penelitian. Permasalahan penelitian bisa berkenaan dengan kondisi atau kegiatan yang berjalan pada saat ini atau pada saat yang lampau. Keadaan atau kegiatan saat ini bisa dilihat pada saat ini tetapi bisa dilihat hubungannya dengan masa lalu atau kemungkinan perkembangannya pada masa akan datang. Penelitian yang berhubungan dengan masa lalu disebut penelitian historis dan diteliti dengan metode penelitian historis. Penelitian yang berkenaan dengan saat ini dapat dibedakan yaitu yang menggambarkan keadaan sekarang seperti apa adanya dan yang di arahkan untuk menyempurnakan keadaan saat ini. Penelitian yang menggambarkan keadaan saat ini disebut sebagai penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yang secara alamiah, menyeluruh dan utuh disebut penelitian alamiah atau naturalistik dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, di mana keadaan dalam kontek akan saling mempengaruhi antara yang menjadi fokus penelitian dengan aspek lainnya ( studi kasus) . Kalau deskripsi yang ingin diperoleh hanya dibatasi oleh hal-hal tertentu yang dipandang penting maka diteliti secara kuantitatif maka metodenya disebut deskriptif kuantitatif. Jika penelitian deskriptif kuantitatif lebih intensif maka dengan menggunakan metode deskriptif analitik karena mendiskripsikan keadaan yang ada tetapi juga analitis karena menganalisis fokus masalah antara aspek atau variabel yang dicari hubungannya. Pada dasarnya ada dua bentuk hubungan antar variabel yaitu hubungan korelasi ( saling berhubungan) dan hubungan pengaruh, yang diuji dengan perbedaan, membandingkan dua kegiatan atau lebih dengan menggunakan metode komperatif. Penelitian yang ditujukan mengevaluasi keadaan atau kegiatan yang sedang berlangsung termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan metode evaluatif. Sedangkan penelitian yang ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang sedang berjalan termasuk penelitian tindakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan. Penelitian lain yang berpusat pada keadaan saat ini diarahkan untuk mengembangkan ilmu dengan dasar teoritis, penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
2

Penelitian yang berhubungan dengan keadaan di masa depan disebut penelitian prediktif dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini membutuhkan analistis secara regresi . C. Membaca Literatur Terkait Langkah berikut yang perlu diperhatikan peneliti adalah banyak membaca literatur-literatur terkait judul atau permasalahan penelitian. Semakin banyak kita membaca literatur, semakin kaya pula bekal kita untuk menyelesaikan penelitian dengan berkualitas. Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri. Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu: 1. 2. 3. Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna. 3 Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.4 Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Harimurti Kridalaksana mengatakan Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua 5 . Soedarso berpendapat bahwa Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. 6 DP. Tampubolon berpendapat bahwa Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan.7 Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Henry Guntur Tarigan mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut: 1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). 2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). 3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
3 4

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa 1979) hlm. 10 Ibid., hlm. 7 5 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia 1984) hlm. 122 6 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 4 7 DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien(Bandung: Angkasa 1986) hlm. 228

4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). 5. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). 6. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate). 7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).8 Membaca untuk memperoleh ide-ide utama misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang Nurhadi berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut: 1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku. 2. Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat. 3. Mendapatkan informasi tentang sesuatu. 4. Mengenali makna kata-kata. 5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar. 6. Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra. 7. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia. 8. Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli. 9. Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang. 10. Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan. 11. Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi suatu istilah.9 Kegiatan semacam ini biasa disebut dengan kajian literatur. Beberapa sumber, ahli, maupun peneliti memberi istilah kajian literatur dengan sebutan kajian teori, studi literatur atau studi pustaka. Keberadaan kajian literatur dalam suatu laporan penelitian ilmiah (seperti skripsi, tesis dan lainlainnya) untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian. Kajian literatur hadir dalam laporan penelitian ilmiah yang memerlukan kegiatan kepustakaan atau lapangan membutuhkan pembuktian secara teori dan pengujian data secara empiris. Selanjutnya pada resume ini akan dibahas maksud dan ruang lingkup kajian literatur, cara pengumpulan literatur, serta cara menulis kajian literatur. 1. Maksud dan Ruang Lingkup Kajian Literatur Kajian literatur (telaah teori) merupakan salah satu kegiatan penelitian yang mencakup; memilih teori-teori hasil penelitian, mengidentifikasi literatur, menganalisis dokumen, serta menerapkan hasil analisis tadi sebagai landasan teori bagi penyelesaian masalah dalam penelitian yang dilakukan. Intinya, kegiatan yang dilakukan adalah mencari teori atau landasan berpikir yang tepat sebagai penguat proses penyelesaian masalah. Teori yang tepat maksudnya adalah teori-teori yang bersesuaian dengan ruang lingkup masalah. Selain itu telaah teori dimaksudkan untuk mengetahui sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan tentang masalah yang akan diteliti (bila sudah pernah ada penelitian). Bila belum pernah diteliti, untuk meyakini bahwa penelitian yang akan ditempuh yang memungkinkan untuk dilakukan, karena didukung
8 9

Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, hlm 10 Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru 1989) hlm. 14

oleh teori yang ada. Selain itu, telaah teori dapat membantu menentukan metodologi yang tepat sekaligus memberikan interpretasi tentang keberhasilan penelitian yang dilakukan. Adapun ruang lingkup telaah teori meliputi pengidentifikasian, penjelasan dan penguraian secara sistematis dokumen-dokumen yang mengandung informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Cara Mengumpulkan Literatur Untuk mengumpulkan literatur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Apabila menemukan referensi yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, sebaiknya terbiasa untuk mencatat atau mengumpulkannya. b. Sumber literatur dapat diperoleh dari majalah, koran, radio, hasil wawancara, jurnal atau hasil penelitian. Literatur dapat pula diperoleh dari internet, kantor atau lembagai khusus yang menyediakan berbagai sumber literatur, seperti negara kita ada Kantor Pusat Statistika dan perpustakaan-perpustakaan. c. Bila literatur-literatur yang dikumpulkan itu telah memadai, maka untuk menyusun tulisan tentang kajian literatur cukuplah membaca lembaran-lembaran kertas berisi resume, komentar, dan bibliografi yang dibuat sebelumnya. 3. Cara Menulis Kajian Literatur Kegiatan terakhir dari telaah teori adalah menyusun hasil telaahan terhadap berbagai sumber literatur untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Mengingat penulisan laporan penelitian merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah, maka aturan penulisannya pun mengacu pada tata cara penulisan karya tulis ilmiah. Berikut ini akan dijelaskan mengenai cara menulis kutipan, yaitu sebagai berikut: Kutipan-kutipan yang dibuat bisa dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk penting adalah quotasi, paraphrase, kesimpulan dan praisi. Quotasi adalah mengutip secara langsung tanpa mengubah satu katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan koma dua buka dan koma dua tutup. Paraphrase adalah mengutip seluruh isi bacaan dengan menggunakan kata-kata peneliti atau si pembaca sendiri. Ikhtisar atau summary adalah mencatat sinopsis atau kependekan dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Precis (baca praisi) adalah pemendekan dari isi yang lebih padat dari summary, dengan memilih secara hati-hati material yang akan dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari dari rencana orisinal artikel. D. Menjaga Kesungguhan dan Kontinuitas Motivasi seringkali dijadikan kambing hitam bagi para peneliti ketika penelitiannya terhenti pada suatu titik tertentu. Tidak ada yang salah mengenai hal ini, karena memang pada dasarnya motivasi sangat mempengaruhi kemajuan dari suatu kegiatan. Mungkin yang belum dipahami adalah bagaimana cara untuk menjaga agar motivasi penelitian tetap terjaga dan tidak dijadikan sebagai

alasan tertundanya suatu kegiatan. Untuk itu perlu sekali dijaga kesungguhan dan kontinuitas bagi seorang peneliti dalam menyelasaikan penelitiannya.10 Agar tetap termotivasi, buatlah target-target harian, mingguan, dan bulanan yang harus dicapai. Lakukan evaluasi terhadap ketercapaian target tersebut dan langkah-langkah yang harus dilakukan agar target tersebut terpenuhi. Pasang jadwal penelitian dan pasang di tempat yang mudah terlihat. Saling mengingatkan dan memotivasi antar anggota tim penelitian juga akan membantu untuk menjaga motivasi dalam pengerjaan penelitian.11 Agar penelitian yang dilakukan terjaga kualitasnya, perlu untuk melakukan evaluasi dan perbaikan terus-menerus. Yang paling efektif untuk dilakukan adalah melakukan review hasil pengerjaan, baik dengan rekan satu tim penelitian, teman, atau dosen pembimbing. Semisal ada forum diskusi untuk mahasiswa yang dihadiri oleh dosen pembimbing dan mahasiswa lain yang topiknya bersesuaian. Yang paling sederhana untuk dilakukan, mintalah teman untuk menjadi rekan dalam melakukan review. Saling memeriksa apa yang rekan kerjakan dan rekan memeriksa apa yang kita kerjakan.12 E. Mendayagunakan Logika Berpikir dan Bahasa Tulis Yang Baik Seusai peneliti mengumpulkan, menyortir, mempelajari, menganalisis data (fakta), tibalah saatnya ia harus menuliskannya. Tibalah masa seorang peneliti menjadi seorang penulis. Penulis dengan peneliti mrupakan dua makhluk yang berbeda. Peneliti ialah orang yang mengerjakan perkara riset sebaik-baik rupa. Penulis ialah orang yang duduk di depan mesin ketik, membayangkan apa yang akan dilaporkannya menjadi berkah bagi pembaca yang dituju.13 Maka sangat pokok bagi seorang peneliti untuk memiliki kemampuan logika berpikir dan bahasa tulis yang baik. Sukses tidaknya, serta berkualitas tidaknya suatu penelitian salah atunya ditentukan pada tahap ini. Alex Yanur mensyaratkan tiga hal pokok yang harus dipenuhi agar suatu penalaran menghasilkan kesimpulan yang benar14. Pertama, pemikiran harus berpangkal pada kenyataan atau titik pangkalnya harus benar. Meskipun jalan pikirannya logis tetapi tidak berpangkal pada kenyataan atau pada dalil yang benar, maka pasti tidak akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Kedua, alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan kuat. Ketiga, jalan pikiran harus logis. Jika titik pangkal memang benar dan tepat, tetapi jalan pikiran tidak tepat, kesimpulan juga tak tepat dan benar. Hasil yang diharapkan dari logika adalah agar kita cakap berpikir sendiri dan bersikap logis serta kritis.15 Sikap kritis berarti selalu berpikir dulu, menyelidiki, dan tidak begitu saja menerima suatu pendapat atau penjelasan yang seakan-akan sudah pasti benar.

10

Vinta, Tips dalam Melakukan Penelitian, dalam http://www.solusipenelitian.blogspot.com/tipspenelitian. diakses 4 April 2012. 11 Ibid. 12 Ibid. 13 Menulis Ilmiah, 32. 14 Alex Yanur, Dasar-dasar Logika dan Pemikiran Kritis. Dalam Karya Tulis Ilmiah Sosial, Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), 32-33. 15 Ibid., 34

Sedang dalam menulis laporan penelitian, tentunya tidak akan terlepas dari menyusun paragraf-paragraf16. Sebuah paragraf yang baik bisa dilihat dari tiga hal berikut: 1. Apakah dalam paragraf tersebut hanya terdapat satu gagasan pokok 2. Apakah kalimat-kalimat dalam paragraf bertalian satu sama lain secara erat 3. Apakah pengurutan gagasan-gagasan bawahan (untuk menunjang gagasan pokok) dalam paragraf diwujudkan dengan penataan kalimat yang teratur. Ketiga faktor ini biasa disebut dengan istilah kesatuan, kepaduan, dan pengembangan paragraf. Paragraf-paragraf karya ilmiah itu dikatakan baik jika setiap paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok. Gagasan pokok tersebut dimuat dalam sebuah kalimat. Kalimat itu disebut kalimat topik. Selain kalimat topik, sebuah paragraf karya ilmiah juga harus dilengkapi dengan kalimat(kalimat) penjelas. Banyaknya kalimat penjelas dalam paragraf karya ilmiah ditentukan oleh kesadaran penulis sendiri: apakah gagasan pokok dalam paragraf yang disusunnya sudah cukup jelas dipahami oleh penulis sendiri; apakah penulis merasa bahwa gagasan yang mau disampaikan dalam paragraf tersebut sudah cukup jelas. Selain itu dalam menulis kalimat, peneliti juga harus memiliki kemampuan untuk menyusun kalimat efektif. Peneliti tidak boleh memunculkan kalimat yang bermakna bias ataupun terkesan bertele-tele. Untung Yuwono merujuk pendapat Keraf menjabarkan bahwa ada 6 (enam) ciri utama kalimat efektif dalam bahasa Indonesia, yaitu kesatuan gagasan, kepaduan, penekanan, variasi, paralelisme atau kesejajaran, dan penalaran.17

F. Daftar Pustaka Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, 1984. Nurhadi. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV. Sinar Baru, 1989. Soedarso. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia, 1989. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Tampubolon, DP. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa, 1986. Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1979. Yanur, Alex dkk. Karya Tulis Ilmiah Sosial, Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007. Vinta, Tips dalam Melakukan Penelitian, dalam http://www.solusipenelitian.blogspot.com/tipspenelitian. diakses 4 April 2012.

16

Frans Asisi Datang, Karya Tulis Ilmiah Sosial, Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), 117. 17 Untung Yuwono, Penulisan Kalimat dalam Karya Ilmiah dalam Karya Tulis Ilmiah Sosial, Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), 131.

You might also like