You are on page 1of 6

PERSILANGAN DIHIBRID

Oleh Kevin Christian N, 0906554320 PENGERTIAN

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua
sifat beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat atau padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak. Prinsip-prinsip hereditas atau persilangan ini ditulis oleh seorang pendeta bernama Gregor Johann Mendel pada tahun 1865. Mendel juga meneliti persilangan dihibrid pada kacang kapri. Mendel menyilangkan kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji kisut dan berwarna hijau. Ternyata semua F1, nya berbiji bulat dan berwarna kuning. Berarti biji bulat dan warna kuning merupakan sifat dominan. Selanjutnya. semua tanaman F, dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata pada F2 dihasilkan 315 tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning. 108 tanaman berbiji bulat dan berwarna hijau. 106 tanaman berbiji kisut dan berwarna kuning, serta 32 tanaman berbiji kisut dan berwarna hijau. Hasil penelitiannya mengehasilkan hukum Mendel II atau hukum asortasi atau hukum pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari kedua induk akan mengumpul dalam zigot, tetapi kemudian akan memisah lagi ke dalam gamet-gamet secara bebas. ISTILAH DALAM PENURUNAN KOMOSOM
Parental (P), yaitu induk (jantan dan betina) yang mengadakan perkawinan/persilangan.

Parental disebut juga orang tua/tetua.


Filial (F), yaitu individu hasil persilangan, disebut juga keturunan/zuriat. Keturuanan

pertama diberi simbol F1, keturunan kedua diberi simbol F2, dst.
Gen dominan, yaitu gen yang mampu menutupi sifat gen lain yang sealel. Gen resesif, yaitu gen yang ditutupi oleh sifat gen lain yang sealel. Gen intermediat/kodominan, yaitu gen yang tidak saling mengalahkan atau mempunyai

pengaruh yang sama kuat.


Alel, yaitu gen-gen yang terletak pada kromosom homolog. Fenotipe, yaitu sifat-sitat yang tampak dari luar, dapat dicium, dapat dirasakan, misalnya

rambut lurus, batang tinggi, bunga merah. bau harum, dan rasa manis. Fenotipe merupakan perpaduan antara faktor genotipe dan faktor lingkungan.
Genotipe, yaitu sitat yang tidak tampak dari luar dan disimbolkan dengan huruf awal

sifat-sifat yang diwakilinya. Sifat dominan disimbolkan dengan huruf besar. sedang sifat

resesif disimbolkan dengan huruf kecil. Misalnya, batang tinggi dominan terhadap batang pendek. Gen batang tinggidisimbolkan dengan huruf T, sedangkan batang pendek djsimbolkan dengan huruf t. Sifat pada genotip disimbolkan dengan huruf yang ditulis rangkap. misalnya TT, Tt, atau tt.
Homozigot, yaitu pasangan gen yang mempunyai alel yang sama. misalnya AA atau mm. Heterozigot, yaitu pasangan gen yang mempunyai alel yang berbeda. misalnya Aa atau

Mm.
Hibrid, yaitu hasil persilangan atau hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai

sifat beda. Persilangan dengan satu sitat beda disebut persilangan monohibrid, persilangan dengan dua sifat beda disebut persilangan dihibrid. persilangan dengan tiga silat beda disebut persilangan trihibrid, dan seterusnya. HUKUM MENDEL Hukum I Mendel (Hukum Segregasi) Sifat organisme dikendalikan oleh gen yang dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Setiap sifat dikendalikan oleh sepasang alel yang terdapat pada satu lokus dari suatu kromosom. Antara dua alel pada satu lokus mungkin mempunyai hubungan dominanresesif atau kodominan. Pada persilangan antara dua tetua homozigot yang berbeda akan diperoleh F1 yang bersifat heterozigot. Dalam kasus alel dominan-resesif, fenotipe F1 akan sama dengan fenotipe tetua dominan, tetapi dalam kasus alel kodominan genotipe F1 yang berbeda dari kedua genotipe tetuanya akan menghasilkan fenotipe yang berbeda pula. Persilangan sendiri antar F1 akan menghasilkan generasi F2. Pada percobaan monohibrid atau persilangan dengan pembeda satu sifat atau satu lokus, akan diperoleh nisbah genotipe AA : Aa : aa sama dengan 1:2:1, bila F1nya bergenotipe Aa atau tetua-tetua awalnya AA dan aa. Dalam kasus alel dominan-resesif dari nisbah genotipe tersebut akan dihasilkan nisbah fenotipe 3:1 untuk dominan (A-) : resesif (aa), sedangkan dalam kasus alel kodominan akan diperoleh tiga fenotipe yang mewakili fenotipe tetua-1 (homozigot), F1 (heterozigot), tetua-2 (homozigot) dengan nisbah sama dengan nisbah genotipe. Dari data F2 monohibrid, Mendel menyusun Hukum Segregasi yang bermakna bahwa pasangan alel yang bergabung melalui perkawinan akan bersegregasi dengan bebas dalam proses pembentukan gamet. Kebebasan ini ditunjukkan oleh nisbah yang sama antara gamet F1 beralel A dengan yang beralel a atau 1/2 A dan 1/2 a sehingga melalui proses penggabungan gamet secara acak dalam pembentukan populasi F2 akan diperoleh genotipe AA, Aa, dan aa dengan perbandingan AA, 1/2Aa, dan 1/4 aa.

Hukum II Mendel (Hukum Perpaduan Bebas) Berdasarkan data F2 dihibrid, Mendel menyusun Hukum Perpaduan Bebas yang berisi bahwa Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen

lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas.. Dari F1 bergenotipe AaBb dalam proses pembentukan gamet alel A
dapat bebas berpadu dengan B atau b, juga a bebas memilih B atau b. Akibat perpaduan bebas ini maka setiap jenis gamet yang terbentuk, yaitu AB, Ab, aB, dan ab akan mempunyai frekuensi yang sama. Dalam kasus dihibrid akan mempunyai frekuensi masingmasing 0,25. Akibat perpaduan bebas dari alel-alel dalam pembentukan gamet, dan penggabungan bebas gametgamet dalam perkawinan maka dalam kasus alel dominanresesif, F2 akan mempunyai fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Untuk membuktikan Hukum Perpaduan Bebas dilakukan uji silang dihibrid dengan menyilangkan F1 terhadap tetua resesif. Terbukti kebenaran Hukum ini dengan munculnya turunan uji silang dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk fenotipe yang menggambarkan gamet AB, Ab, aB, dan ab. Kebenaran Hukum Mendel diperkuat oleh hasil pengamatan kromosom yang memperlihatkan kesetaraan Hukum Mendel dengan perilaku kromosom dalam proses meiosis. Kesetaraan tersebut terlihat sebagai berikut: kesetaraan perpasangan alel dengan perpasangan kromosom homolog, kesetaraan segregasi sepasang alel dengan perpisahan pasangan kromosom homolog menuju kutub yang berbeda, dan kesetaraan antara perpaduan bebas alel-alel dengan kebebasan berbagai kromosom dalam memilih kutub yang dituju dalam meiosis. MEKANISME PERSILANGAN DIHIBRID Pada persilangan dihibrid dibentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif Contoh : Jika Gen S menentukan sifat ekor pendek dan gen B menentukan sifat warna bulu coklat pada kucing, maka pada perkawinan kucing coklat ekor panjang dan kucing putih ekor pendek :

P F1

SSbb

ssBB

100% SsBb (kucing coklat berekor pendek)

Kemudian jika sesama F1 dikawinkan, maka dihasilkan F2 S_B_ : ssB_ : S_bb : ssbb = 9 : 3 : 3 : 1

(kucing coklat ekor pendek:kucing coklat ekor panjang:kucing putih ekor pendek:kucing putih ekor panjang)

Kadang-kadang dijumpai peristiwa saling mempengaruhi dari beberapa gen. Keadaan ini dinamakan interaksi gen. Ada beberapa contoh dari interaksi gen ini: 1. Epistasi, ialah peristiwa sebuah gen mengalahkan pengaruh gen lain yang bukan alelnya Epistasi ini dapat dibedakan menjadi: a. Epistasi dominan (gen dominan mengalahkan pengaruh gen dominan lainnya)

Contohnya pada suatu tanaman terdapat gen: Y = gen yang menentukan bunga berwarna kuning W = gen yang menentukan bunga berwarna putih W menutupi pengaruh Y. Pada genotipe wwyy bunga berwarna biru. P WWYY Putih F1 F2 WwYy Putih 9 W-Y- = putih 3 W-yy = putih 3 wwY- = kuning 1 wwyy = biru Putih : kuning : biru = 12:3:1 b. Epistasi resesif (gen resesif mengalahkan pengaruh gen dominan yang bukan alelnya) Misalnya pada tikus dikenal: C = warna timbul c = warna tidak keluar A = hitam a = abu-abu Gen resesif c bila homozigot akan mengalahkan gen dominan A. P F1 F2 9 C-A3 C-aa 3 ccA1 ccaa CCAA X hitam CcAa Hitam = hitam = abu-abu = putih = putih ccaa putih wwyy biru

Hitam : abu-abu : putih = 9:3:4

2. Gen komplementer, adalah gen-gen dominan yang berlainan, tetapi bila terdapat bersama-sama dalam genotipe akan saling membantu dalam menentukan fenotipe. Contohnya pada bisu-tuli. Dikenal ada gen D dan E, yang bila muncul bersama-sama akan menyebabkan individu bisa berbicara dan mendengar normal. P DDee Bisu-tuli F1 F2 9 D-E3 D-ee 3 ddE1 ddee DdEe Normal = normal = bisu-tuli = bisu-tuli = bisu-tuli X ddEE Bisu-tuli

Normal : Bisu-tuli = 9:7

DAFTAR PUSTAKA 1. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Mendel dan Ide tentang Gen. In: Safitri A, Simarmata L, Hardani HW, editors. Biologi. 5th ed. Jakarta: Erlangga; 2002. p. 25678. 2. Suryo, Mendelisme. In: Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2008. p. 87-153. 3. Anonymous. Proses Pewarisan Dan Hasil Pewarisan Sifat Beserta Penerapannya 9.1. Crayonpedia. 2009. Dapat diakses dari : http://www.crayonpedia.org/mw/ Proses_Pewarisan_Dan_Hasil_Pewarisan_Sifat_Beserta_Penerapannya_9.1 4. Mendel G. Experiment in Plant Hibridition. Terdapat dalam Peters JA (1959). 1865. 5. Henig, Marantz R. The Monk in the Garden : The Lost and Found Genius of Gregor Mendel, the Father of Genetics. Houghton Mifflin. 2009. 6. Universitas Terbuka. BIOL4219 Genetika. E-Library UT. 2008. Diakses dari : http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=494

You might also like