You are on page 1of 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Saat ini hanya sebagian lumpur (sludge) dari proses secara biologi pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri yang dimanfaatkan. Misalnya untuk kompos atau keperluan lain dan sebagian lagi dibuang ke Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPA). Namun bila lumpur tersebut berkatagori lumpur B-3 maka dikirim ke perusahaan pengolah limbah B-3. Potensi suatu IPAL menghasilkan lumpur biologi sangatlah besar (Arican dkk., 2002; Gulnaz dkk., 2004; Laurent dkk., 2009; Tchobanoglous dan Burton, 2003). Padahal lumpur tersebut dapat dimanfaatkan sebagai biosorben (Chu dan Chen, 2002; Gulnaz dkk., 2004; Laurent dkk., 2009; Sag dkk., 2003). Lumpur biologi mempunyai kandungan Extracellular Polymeric Substances (EPS) yang merupakan senyawa biopolimer yang memiliki banyak gugus fungsi (Sheng dkk., 2008). Sehingga lumpur ini dapat dimanfaatkan untuk adsorpsi warna (Chu dan Chen, 2002; Gulnaz dkk., 2004; Sheng dkk., 2008), logam (Ajaykumar dkk., 2009; Comte dkk., 2006a; Comte dkk., 2007; Gulnaz dkk., 2005; Laurent dkk., 2009; Lou dkk., 2006; Zheng dkk., 2006), senyawa organik dan senyawa lainnya (Comte dkk., 2007; Park dkk., 2010; Ramesh dkk., 2006). EPS ini berperan penting dalam bioflokulasi pada pengolahan air limbah secara biologi menggunakan sistem pertumbuhan tersuspensi, misalnya lumpur aktif (activated sludge). Pada pengolahan dengan sistem pertumbuhan terlekat misalnya trickling filter, EPS berperan pada perlekatan mikroorganisme di medianya (Aguilera dkk., 2008; Liu dan Fang, 2002; Matias dkk., 2003; Yu, 2008). Banyak penelitian telah dilakukan untuk ekstraksi EPS ini yang meliputi cara fisika dan kimia. Beberapa metode ekstraksi fisika yang dikembangkan adalah pemanasan, sonikasi, sentrifugasi dan penggunaan cation exchanger resin (CER) dan metode kimia meliputi penggunaan NaOH, EDTA, formaldehid, glutaraldehid dan alkohol (Comte dkk., 2006b; Comte dkk., 2006c; Comte dkk., 2007; Guibaud

dkk., 2009; Klock dkk., 2007; Lou dkk., 2006). Masing-masing metode di atas memiliki kelebihan dan kekurangannya. Metode kimia umumnya mempunyai rendemen yang lebih tinggi dibandingkan metode fisika tetapi kontaminasi terhadap EPS yang dihasilkan lebih tinggi (Comte dkk., 2006b; Comte dkk., 2006c; Comte dkk., 2007). Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi EPS dengan metode fisika, yaitu pemanasan dan sentrifugasi. Kemudian EPS yang dihasilkan akan diimmobilisasi dalam kalsium alginat (EPS-Ca. alginat). Kemudian EPS-Ca. alginat digunakan sebagai adsorben ion Uranium (U) menggunakan reaktor kolom kontinyu dan selanjutnya ion U didesorpsi secara batch.

1.2. Perumusan Masalah Dalam penlitian ini pertama-tama dilakukan ekstraksi EPS dari lumpur buangan proses lumpur aktif. Kemudian EPS diimmobilisasi dalam kalsium alginat untuk digunakan dalam proses adsorpsi-desorpsi ion Uranium. Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kapasitas adsorpsi EPS-Ca. alginat menggunakan model adsorpsi isotherm Freundlich, Langmuir dan Brunauer-Emmet-Teller (BET). 2. Menganalisis kondisi optimum proses adsorpsi-desorpsi ion U pada EPS-Ca. alginat dengan metode renponse surface.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi EPS-Ca. alginat berdasarkan model isotherm yang sesuai dengan data penelitian. 2. Untuk mengetahui kondisi optimum proses adsorpsi-desorpsi ion U pada EPS-Ca. alginat.

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh adalah: 1. Sebagai tambahan informasi dalam hal pemanfaatan EPS sebagai sumber adsorben untuk proses adsorpsi-desorpsi.

You might also like