You are on page 1of 25

CLINICAL SCIENCE SESSION

UVEITIS ANTERIOR

Oleh : Widya Emiliana 0818011103

Pembimbing : dr. Helmi Muchtar, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG APRIL 2013

UVEITIS ANTERIOR
I. PENDAHULUAN

Traktus uvealis terdiri dari iris, korpus siliaris dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut memasok darah ke retina. Iris adalah perpanjangan korpus siliar ke anterior. Fungsi iris adalah mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan mengatur dilatasi atau konstriksi pupil. Korpus siliaris berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus siliaris bertanggungjawab memproduksi cairan bilik mata depan (akueous humor). Otot badan siliaris mengubah kurvatura lensa melalui Ligamen zonula zinn. Ketika otot siliaris berkontraksi mengakibatkan mengendornya zonula zinn sehingga lensa dapat menjadi lebih cembung (akomodasi) dan mata dapat melihat objek dekat. Dan sebaliknya untuk melihat objek jauh. Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid berfungsi untuk memperdarahi sepertiga luar dari retina. Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea yang mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.Gejala penyakit traktus uvealis tergantung tempat terjadinya penyakit itu. Misalnya, karena terdapat serabut-serabut nyeri di iris, pasien dengan iritis akan mengeluh sakit dan fotofobia. Peradangan iris itu sendiri tidak mengaburkan penglihatan kecuali bila prosesnya berat atau cukup lanjut hingga mengeruhkan humoe aqueus, kornea atau lensa. Penyakit koroid sendiri tidak menimbulkan sakit atau penglihatan kabur. Karena dekatnya koroid pada retina, penyakit koroid hampir

selalu melibatkan retina (misalnya korioretinitis). Jika pada daerah makula retina terkena, penglihatan sentral akan terganggu. Viterus juga dapat menjadi keruh sebagai akibat infiltrasi sel dari bagian koroid dan retina yang meradang. Gangguan penglihatan proporsional dengan densitas kekeruhan vitreus dan bersifat reversibel bila peradangan mereda. Dokter memeriksa penyakit pada traktus uvealis anterior dengan lampu senter dan kaca pembesar atau slit lamp, dan penyakit pada traktus uvealis posterior dengan oftalmoskopi. Penyakit utama yang mengenai traktus uvealis adalah peradangan dan tumor.

Gambar 1. Pembagian traktus uvealis

II.

DEFINISI Uveitis anterior adalah proses radang yang mengenai uvea bagian anterior. Struktur uvea terdiri dari 3 bagian, yaitu iris, badan silier, dan koroid yang merupakan jaringan vaskuler di dalam mata, terletak antara retina dan sklera. Secara anatomis uvea dapat dibedakan menjadi uvea anterior yang terdiri dari iris dan badan silier, serta uvea posterior yang terdiri dari koroid.

Sesuai dengan pembagian anatomisnya tersebut, maka uveitis juga dibedakan menjadi : Uveitis anterior : Apabila mengenai iris (iritis), badan silier (siklitis), atau

kedua-duanya (iridosiklitis). Uveitis posterior : Apabila mengenai jaringan koroid (koroiditis). Sering disertai dengan retinitis, disebut korioretinitis. Panuveitis : Apabila mengenai ketiga lokasi tersebut diatas.

Gambar 2. Skema uveitis anterior dan uveitis posterior

III. EPIDEMIOLOGI Keadaan uveitis dapat terjadi antara 10-15 % pada kasus kebutaan total pada negara berkembang. Insidensi Uveitis di Amerika diperkirakan terjadi 15 kasus baru per 100.000 populasi setiap tahun.

IV. ETIOLOGI

Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar. Secara endogen dapat disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi tuberkulosis, herper simpleks. Etiologi uveitis dibagi dalam : 1. Berdasarkan spesifitas penyebab : - Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,ataupun parasit yang spesifik. - Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau

antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

2. Berdasarkan asalnya: - Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi intra okuler, ataupun iatrogenik. - Endogen : Dapat disebabkan oleh fokal infeksi di organ lain ataupun reaksi autoimun.

3. Berdasarkan perjalanan penyakit : - Akut : Apabila serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar serangan tersebut. - Residif : Apabila serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang sempurna di antara serangan-serangan tersebut. - Kronis : Apabila serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di antaranya.

4. Berdasarkan reaksi radang yang terjadi: - Non granulomatosa : Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit. - Granulomatosa : Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.

V.

PATOFISIOLOGI DAN KOMPLIKASI

Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi perikorneal atau pericorneal vascular injection). Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos humor, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu

partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek Tyndal). Kedua gejala tersebut menunjukkan proses keradangan akut.

Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang di dalam BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam BMD, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis keratic precipitate, yaitu : 1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa. 2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada jenis non granulomatosa.

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil.

Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mat belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder.

Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila peradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif

berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses). Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan silier.

Secara garis besar, patofisiologi dan komplikasi dari uvitis anterior dapat digambarkan dengan bagan berikut:

Hiperemi perikorneal, dilatasi pembuluh darah kecil (pericorneal vascular injection)

Permeabilitas pembuluh darah

Iris edema, pucat, pupil reflex s/d eksudasi hilang, pupil miosis

BMD keruh, sel dan migrasi sel-sel radang dan fibrin ke BMD, flare (+), efek tyndal (+)

Sel radang menumpuk di BMD hipopion (bila proses akut)

Migrasi eritrosit ke BMD, hifema (bila proses akut)

Sel-sel radang melekat pada endotel keratic precipitate kornea

Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan sinekia posterior, iris melekat pada kapsul lensa anterior atau sinekia anterior, iris melekat pada endotel kornea

Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup seklusio pupil / oklusio pupil

Gangguan pengaliran keluar cairan mata dan peningkatan tekanan glaukoma sekunder intra okuler

Pada lensa, Gangguan metabolisme lensa : keruh, katarak komplikata

endoftalmitis, peradangan menyebar luas menjadi panoftalmitis

Symphatetic ophtalmia : Mengenai mata sebelahnya

Gambar 3 . Keratik precipitat granulomatous dan sinekia posterior

VI. MANIFESTASI KLINIK

Pada anamnesa penderita mengeluh: 1. Mata terasa ngeres seperti ada pasir. 2. Mata merah disertai air mata. 3. Nyeri, baik saat ditekan ataupun digerakkan. Nyeri bertambah hebat bila telah timbul glaukoma sekunder. 4. Fotofobia, penderita menutup mata bila terkena sinar 5. Blefarospasme. 6. Penglihatan kabur atau menurun ringan, kecuali bila telah terjadi katarak komplikata, penglihatan akan banyak menurun.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan: - Kelopak mata edema disertai ptosis ringan. - Konjungtiva merah, kadang-kadang disertai kemosis. - Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus, dan keratic precipitate. - Bilik mata depan keruh (flare), disertai adanya hipopion atau hifema bila proses sangat akut. Sudut BMD menjadi dangkal bila didapatkan sinekia. - Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris bombans. Dapat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior. - Pupil menyempit, bentuk tidak teratur, refleks lambat sampai negatif. - Lensa keruh, terutama bila telah terjadi katarak komplikata. - Tekanan intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder. Uveitis anterior akut Disebabkan oleh pengendapan fibrin, kekeruhan akuos dan badan kaca depan karena eksudasi sel radang dan fibrin. Uveitis anterior residif atau kronik

Disebabkan oleh kekeruhan lensa, badan kaca, dan kelainan kornea seperti edema, lipatan Descemet, vesikel epitel dan keratopati.

Gejala obyektif :
1) Hiperemi Menampilkan gambaran mata merah. Merupakan gambaran bendungan pembuluh darah perikornea atau limbus., berwarna ungu (injeksi siliar). Biasa konjungtiva palpebra tampak normal. Bila hiperemi hebat dapat meluas sampai pembuluh darah konjungtiva (injeksi konjungtiva).

Circumlimbal flush in anterior uveitis. 2) Visus Biasa normal; atau hanya menurun sedikit 3) Perubahan di kornea 9 Keratik presipitat Terjadi karena deposit sel radang pada endotel kornea, hal ini terjadi akibat aliran konveksi akuos humor, gaya berat dan perbedaan potensial listrik endotel kornea. Lokalisasi dapat di bagian tengah dan bawah dan juga difus. Keratik presipitat dapat dibedakan : Baru dan lama : baru bundar dan berwarna putih. lama mengkerut, berpigmen, lebih jernih.

Fine keratic precipitates in a patient with ankylosing spondylitisassociated acute

anterior uveitis.

Small stellate keratic precipitates with fine filaments in a patient with Fuchs

heterochromic iridocyclitis.

Pada nongranulomatous iritis, tampak kecil, halus dan biasa terdapat di bagian bawah kornea. Pada Iridosiklitis granulomatosa terdapat presipitat besar ( mutton fat deposit). Mutton fat dibentuk oleh makrofag yang bengkak oleh bahan fagositosis dan sel epiteloid berkelompok atau bersatu membentuk kelompok besar. Keratik presipitat berbentuk stellata dan tersebar di seluruh edotel merupakan khas pada Fuchs heterochromic iridocyclitis. 10 Uveitis anterior akut Keratitis dapat bersamaan dengan keratouveitis dengan etiologi tuberkulosis, sifilis, lepra, herpes simpleks, herpes zoster atau reaksi uvea sekunder terhadap kelainan kornea. Uveitis anterior kronik Edema kornea disebabkan oleh perubahan endotel dan membran Descemet dan neovaskularisasi kornea. Keratopati band karakteristik dari iridosiklitis kronik, terutama pada anak. Ini adalah terjadi

karena deposit calcium di epitel dan bagian depan dari membrane Bowman. 4) Bilik mata depan9 Kekeruhan dalam bilik depan mata dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar protein, sel, dan fibrin. 4.1) Efek Tyndall Menunjukkan ada atau menetapnya peradangan dalam bola mata.

Uveitis anterior akut Jumlah sel dalam bilik depan mata sebanding dengan derajat peradangan dan penyembuhan pada pengobatan.

10

Uveitis anterior kronik Terdapat efek Tyndall menetap dengan beberapa sel menunjukkan telah terjadi perubahan dalam permeabilitas

pembuluh darah iris. Bila terjadi peningkatan efek Tyndall disertai dengan eksudasi sel menunjukkan adanya eksaserbasi peradangan. 4.2) Sel radang9,10 Sel radang berasal dari iris dan badan siliar, dan tampak di aquos. Pengamatan sel akan terganggu bila efek Tyndall hebat. Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan gelap dengan slit lamp celah 1x3mm sudut 45. Dapat dibedakan sel yang terdapat dalam bilik mata depan serta tingkat peradangannya. Jenis sel : limfosit dan sel plasma bulat, mengkilap putih keabuan. makrofag lebih besar, wama tergantung bahan yang difagositosis. sel darah berwarna merah. pigmen kecil dan coklat.

Dapat dinilai tingkat peradangannya: 4.3) Fibrin Trace = 1-5 cells 1+ = 6-15 cells 2+ = 16-25 cells 3+ = 26-50 cells 4+ = lebih dari 50 cells

4. 4) Hipopion Merupakan pengendapan sel radang pada sudut bilik mata depan bawah. Pengendapan terjadi bila derajat sel dalam bilik depan lebih dari 4+.

11

Acute anterior uveitis with plasmoid aqueous and hypopyon in a patient with ulcerative colitis.

Hypopyon in anterior uveitis, seen as yellowish exudate in lower part of anterior chamber of eye

5) Iris 5.1) Hiperemi iris Merupakan gejala bendungan pada pembuluh darah iris. Uveitis anterior akut Edema dan eksudasi pada stroma iris, keadaan ini dipermudah karena iris kaya dengan pembuluh darah sehingga struktur iris normal hilang dan gambaran iris kusam coklat keabuan, kadangkadang tidak terlihat karena ditutupi oleh eksudasi sel. 5.2) Pupil miosis Terjadi karena edema dan pembengkakan stroma iris akibat peradangan. Reaksi pupil akan lambat terhadap sinar.

5.3) Nodul iris

Granulomatous anterior uveitis with mutton-fat keratic precipitates and

Koeppe and Busacca nodules.

Granulomatous anterior uveitis with numerous Busacca nodules on the iris

12

surface and a few mutton-fat keratic precipitates on the inferior aspect.

5.3.1) Nodul Koeppe Lokalisasi pinggir pupil, banyak, menimbul, bundar, ukuran kecil, warna putih keabuan. 5.3.2) Nodul Busacca Merupakan agregasi sel yang terjadi pada stroma iris, terlihat sebagai benjolan putih pada permukaan depan iris. Nodul Busacca merupakan tanda uveitis anterior granulomatosa. 5.4) Granuloma iris

Iris granulomas are also called papillary margin nodules, or Koeppe nodules.

Lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan nodul iris. Granuloma iris merupakan kelainan spesifik pada peradangan granulomatosa seperti tuberkulosis, lepra dan lain-lain. Ukuran lebih besar dari kelainan pada iris lain. Terdapat hanya tunggal, tebal padat, menimbul, warna merah kabur, dengan vaskularisasi dan menetap. Bila granuloma hilang akan meninggalkan parut karena proses hialinisasi dan atrofi jaringan. 5.5) Sinekia iris 5.5.1) Sinekia posterior Merupakan perlengketan iris dengan kapsul depan lensa. Bila luas akan menutupi pupil. Uveitis anterior akut: belum terjadi proses organisasi, sehingga sinekia posterior lebih mudah lepas dengan midriatika, dengan meninggalkan jejak pigmen sedikit banyak pada kapsul depan lensa. 5.5.2) Sinekia anterior perifer

13

Perlengketan iris dengan sudut irido-kornea, jelas terlihat dengan gonioskopi. Sinekia anterior timbul karena pada permulaan blok pupil sehingga akar iris maju ke depan menghalangi pengeluaran akuos. Sinekia anterior bukan merupakan gambaran dini dan determinan uveitis anterior, tetapi merupakan penyulit peradangan kronik dalam bilik depan mata. 5.6) Oklusi,seklusi pupil 5.7) Atrofi iris 9

Iris atrophy in a patient with herpes simplex virusassociated anterior uveitis

Merupakan degenerasi tingkat stroma dan epitcl pigmen belakang. Iris kehilangan struktur normal, karena mengalami fibrosis dan homogenisasi struktur iris berupa depigmentasi. Atrofi iris sektoral terdapat pada iridosiklitis akut disebabkan olch virus, terutama herpetik. 6) Perubahan pada lensa Dikenal 3 bentuk perubahan pada lensa akibat uveitis anterior, yaitu: pengendapan sel radang, pigmen dan kekeruhan lensa. Luas kekeruhan tergantung pada tingkat perlengketan lensa-iris, hebat dan lamanya penyakit. Akibat perlengketan iris terjadi pencairan serat. Peradangan di korpus ciliaris dapat menyebabkan kekeruhan di corpus vitreum oleh sel-sel radang yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Dengan adanya peradangan ini maka metabolisme lensa menjadi terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan pada lensa yang disebut katarak. Ini sering merupakan penyulit uveitis anterior kronik atau residif. Reaksi radang pada uveitis anterior lebih sering mempercepat kekeruhan pada katarak senilis. 7) Perubahan tekanan bola mata

14

Tekanan bola mata pada uveitis anterior dapat rendah (hipotoni), normal atau meningkat (hipertoni). 7.1) Hipotoni Uveitis anterior akut Hipotoni timbul karena sekresi badan siliar berkurang karena peradangan. Uveitis anterior kronik Hipotoni menetap karena perubahan badan siliar dan dapat mengakibatkan atrofi bola mata.

7.2) Normotensi Menunjukkan berkurangnya peradangan dan perbaikan bilik depan mata. 7.3) Hipertoni Hipertoni diakibatkan oleh blok pupil dan penyumbatan saluran Schlemm,trabekula oleh sel radang dan fibrin.

mutton fat di bagian inferior

iris nodule Penyakit sistemik yang berhubungan dengan uveitis :

15

Ankylosing spondilitis Juvenile rheumatoid arthritis Behcet syndrome Infeksi virus herpes Toxoplasmosis Vogt-Koyanagi-Harada syndrome Citomegalovirus (CMV) Tuberculosis Sifilis Sympathetic Ophtalmia

Ankylosing spondilitis
Merupakan penyebab umum uveitis anterior. Uveitis tampak sebagai iridosiklitis tipe Non-granulomatosa ringan sampai sedang, dengan injeksi silier sedang sampai berat. Gejala meliputi nyeri mata, mata merah, fotofobia, penurunan visus, biasanya pada satu mata. Lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Berhubungan dengan HLA-B27. Terapi dengan kortikosteroid lokal dan siklopegik.

Juvenile Rheumatoid Arthritis


Merupakan penyebab iridosiklitis kronik bilateral.tidak memberikan gejala nyeri, fotofobia, dan injeksi konjungtiva, oleh karena itu disebut iritis putih (white iritis). Sering pada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. Eksaserbasi peradangan memerlukan pengobatan dengan kortikosteroid topikal dan siklopegik.

Behcet Syndrome
Ada hubungan dengan HLA-B5 dan HLA-B51. Merupakan uveitis anterior dengan hipopion retinal vaskulitis dan inflamasi nervus optikus dengan rekurensi

16

yang banyak. Penyakit ini perlu didiagnosis dengan mengamati gejala sistemik yang berhubungan. Pengobatan dengan kortikosteroid lokal dan sistemik bersamaan dengan siklopegik, obat imunosupresif (Siklosporin atau Klorambusil) untuk mengendalikan peradangan dan menghindari komplikasi serius dari pengobatan kortikosteroid jangka panjang.

Toxoplasmosis
Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Toxoplasmosis adalah penyebab retinokoroiditis paling umum pada manusia dan merupakan 28% kasus dari uveitis anterior. Wanita peka yang terkena penyakit ini selama kehamilan dapat menularkan penyakit ini ke janin. Gejala meliputi : melihat benda mengambang, penglihatan kabur, dapat terjadi vaskulitis retina yang menimbulkan perdarahan pada retina. Peradangan berakibat terlihatnya sel-sel didalam vitreus dan eksudasi. Diagnosis dengan menemukan antibodi toxoplasma di dalam serum dengan tes pewarna Sabin-Feldman, tes antibodi fluoresen tidak langsung atau ELISA.1 Pengobatan dengan multidrug antibiotik terapi (untuk pasien dengan lesi posterior yang mengancam struktur visual yang penting seperti nervus optikus atau makula) dan kortikosteroid.

Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada
Sindrom ini biasanya akan memberikan keluhan bilateral, penglihatan menurun, sakit, mata merah, yang kadang-kadang disertai dengan sakit kepala, kaku tengkuk, muntah, demam, dan malaise. Penyebab sindrom ini tidak diketahui dengan pasti. Biasanya mengenai usia 20 tahun. Gejalanya adalah ablasio retina serosa pada kedua mata,infiltrat pada koroid, kekeruhan vitreus, dan edema papil. Pengobatan diberikan untuk mengatasi radang dengan steroid topikal sistemik, siklopegik, dan pengobatan gejala saraf lainnya.

Sympathetic Ophtalmia

17

Merupakan uveitis granulomatosa yang bilateral setelah trauma tembus atau bedah pada satu mata. Penyakit ini merupakan reaksi auto imun. Uveitis timbul 2-12 minggu setelah operasi. Gejala meliputi : floaters dan visus menurun pada mata yang simpatik (bukan mata yang terluka). Peradangan bisa di anterior, intermediate, atau posterior, meskipun koroiditis sering disebabkan karena retinal detachment. Pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid dan obat imunosupresi. Enukleasi profilaktik pada mata yang terluka parah harus dilakukan dalam 2 minggu kehilangan lapangan pandang untuk mencegah kerusakan.

Tuberculosis
Dapat ditemukan keratitis, phlycten, granuloma konjungtival, mutton fat keratic presipitat, sinekia anterior atau posterior. Pengobatan memerlukan waktu 4-6 bulan dengan obat antituberkulosis multipel, sering dibantu dengan kortikosteroid lokal dan sistemik, termasuk juga siklopegik jika peradangan intraokularnya parah.

VII. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Adapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi : Terapi non spesifik 1. Penggunaan kacamata hitam Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat pemberian midriatikum.

2. Kompres hangat Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus

18

untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.

3. Midritikum/ sikloplegik Sikloplegik Lokal : Tetes mata sulfas atropin 1 % 3x sehari o Prinsipnya untuk membuat pupil selebar-lebarnya dan tetap tinggal lebar selama 2 minggu. o Tujuan: mengistirahatkan oto badan siliar dan iris yang

meradang, mengurangi rasa sakit, dan mencegah terjadinya sinekia posterior atau jika sudah terjadi diharapkan bias lepas. o Midriatikum lain : hydrobomas-scopolamine o Apabila atropin tidak berhasil melebarkan pupil, karena adhesi iris pada lensa sudah kuat, maka diberi midriatikum yang lebih kuat yaitu : Sol sulfat 1% + kokain 5%. o Untuk membuat midriasis lebih kuat lagi dapat diberi : injeksi subkonjungtival atropin atau adrenalin 1 ( 1 permil )

4. Anti inflamasi Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut: Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler : - Dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml) - Prednisolone succinate 25 mg (1 ml) - Triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml) - Methylprednisolone acetate 20 mg Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari. Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.

Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi

19

yang mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu, dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.

Terapi spesifik Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan berupa antibiotik, yaitu : Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid Subkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid secara per oral dengan Chloramphenicol 3 kali sehari 2 kapsul. Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali. Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa memandang penyebabnya.

Terapi terhadap komplikasi 1.Sinekia posterior dan anterior Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior, perlu diberikan midriatikum.

2.Glaukoma sekunder Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain: Terapi konservatif : Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam

Terapi bedah : Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi. - Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi

20

perlekatan iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi. - Sudut terbuka : bedah filtrasi.

3. Katarak komplikata Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan ahli bedah.

21

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN Oftalmoskopi Tonometri Slitlamp Pemeriksaan laboratorium.

Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan non spesifik, umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Sementara bagi penderita yang tidak responsif , diusahakan untuk menemukan diagnosis etiologinya melalui pemeriksaan laboratorium. Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk pemeriksaan tuberkulosis dan toksoplasmosis. Untuk kasus-kasus yang rekurens (berulang), berat, bilateral, atau granulomatosa, perlu dilakukan tes untuk sifilis, foto Rontgen untuk mencari kemungkinan tuberkulosis atau sarkoidosis. Penderita muda dengan arthritis sebaiknya dilakukan tes ANA. Pada kasus psoriasis, uretritis, radang yang konsisten, dan gangguan pencernaan, dilakukan pemeriksaan HLA-B27 untuk mencari penyebab autoimun. Pada dugaan kasus toksoplasmosis, dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM.

IX. DIAGNOSIS BANDING Beberapa penyakit yang memberikan gejala menyerupai uveitis anterior antara lain konjungtivitis akut dan glaukoma akut. Adapun secara ringkas dan sistematis telah dibuat perbedaan antara ketiganya dalam tabel di bawah ini : Iridosiklitis akut Sakit rasa tertekan Berkurang Injeksi perikorneal Warna kotor Mengecil Lambat Glaukoma akut Sakit sekali Sangat berkurang Injeksi episkleral Warna kotor Sedikit melebar kaku Keratitis akut Sakit sedikit Berkurang Injeksi perikorneal Normal Normal/kecil Kuat

Sakit Visus Merah Iris Pupil Reaksi

22

X.

PROGNOSIS Dengan pengobatan, serangan uveitis non granulomatosa umumnya berlangsung beberapa hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis granulomatosa berlangsung berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan nyata walau dengan pengobatan yang terbaik.

23

DAFTAR PUSTAKA

Department of Ophthalmology and Visual Sciences, The Chinese University of Hong Kong Sept 2002. www.afv.org.hk/Uveitis/uveitis_3.jpg Ilyas S. Penuntun ilmu penyakit mata, Edisi ke-3, Cetakan ulang 2008, Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2008. Vaughan, Dale. General Ophtalmology (terjemahan), Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. www.preventblindness.org/uveitis/eye_sections.jpg www.cehjournal.org/images_uveitis/ceh_18_53_072_f02.jpg www.nature.com/uveitis anterior/v17/n5/images/6700392f1.jpg www.pedomanpengobatanpenyakit.com/uveitis anterior.

24

You might also like