You are on page 1of 40

PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Menulis Ilmiah


Dosen Pengampu: Drs. Sarwiji Suwandi, M.Hum dan Drs. Suyitno, M. Pd

Oleh:
Tyas Sri Utami
K 1207036

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
2008
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis mahasiswa dengan judul:


PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN BEHASA
DAN SASTRA
Telah disahkan oleh Pembimbing Penulisan Karya Tulis mahasiswa pada tanggal .....,
....................2008 untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang
Pendidikan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Akademik.

Surakarta, 14 Oktober 2008


Penulis:
Tyas Sri Utami
K 1207036

Disetujui
Dosen Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa

Drs. Suwandi sarwiji, M. Hum

a.n. Rektor a.n. Dekan


Pembantu Rektor III UNS Pembantu Dekan III FKIP UNS

Drs.Dwi Tiyanto,S.U. Drs. Amir Fuady, M. Hum.


NIP.130814593 NIP. 180890437

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas menulis ilmiah dengan judul
PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
DAN SASTRA.
Dengan adanya berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar mengajar akan mempermudah guru dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu mengenali kondisi kelas dan
mampu memilih metode yang pas dan sesuai dengan situasi kelas. Dalam
pembelajaran bahasa tidak mungkin terlepas dari metode ceramah walaupun hanya
sebagai pengantar dalam penyampaian meteri. Semua metode pada hakikatnya baik
tetapi tetap mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan metode sosiodrama akan
membantu mempermudah proses pembelajaran bahasa karena siswa dapat
memerankan gejala-gejala sosial dalam bentuk bermain peran sehingga kemampuan
berbicara pun akan meningkat.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih terdapat kesalahan. Dengan penuh kerelaan hati penulis
menerima segenap saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan selanjutnya.

Surakarta, 14 Oktober 2008

Penulis

iii
iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Pengesahan................................................................................... ii
Kata Pengantar............................................................................................. iii
Daftar Isi...................................................................................................... iv
Ringkasan..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah.................................................................. 2
C. Rumusan Masalah...................................................................... 2
D. Tujuan dan Manfaat..................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 3
BAB III METODE PENULISAN................................................................ 5
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 6
A. Pengertian Metode Pembelajaran............................................... 6
B. Macam-macam Metode Pembelajaran....................................... 7
C. Pengertian Metode Sosiodrama................................................. 22
D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sosiodrama ...................... 23
E. Cara Mengatasi Kekurangan Metode Sosiodrama..................... 24
BAB V PENUTUP....................................................................................... 26
A. Kesimpulan ..................................................................................... 26
B. Saran................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA

iv
v

RINGKASAN

TYAS SRI UTAMI, K1207036. PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret.
Dalam proses penulisan karya ilmiah ini penulis hanya menggunakan metode
penulisan studi pustaka. Penulis memanfaatkan sumber-sumber berupa materi-materi
dari buku yang relevan dengan judul PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA. Selain itu, penulis juga
memanfaatkan sumber-sumber informasi dari internet untuk menambah penjelasan
dalam karya ilmiah ini. Melalui penulisan karya ilmiah ini diharapkan pembaca pada
umumnya dan guru pada khususnya dapat mengetahui berbagai macam metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar bahasa dan sastra.
Tujuan yang lebih spesifik lagi guru dapat menentukan metode pembelajaran yang
pas dan sesuai dengan konsisi siswa dan kelas yang diajar. Pada pembahasan ini
penulis lebih menekankan pada penggunaan metode sosiodrama dalam pembelajaran
bahasa dan sastra.
Istilah metode dapat kita artikan sebagai sebuah cara, yaitu cara yang teratur
dan sistematis untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Dalam dunia pendidikan
kita mengenal adanya metode pembelajaran. Metode pembelajaran tidak pernah
terlepas dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Belajar merupakan komponen
ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang
bersifat implisit ataupun eksplisit. Belajar menurut Morgan (1978) adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan dan pengalaman. Berbeda lagi, menurut Gage (1984) belajar adalah
sebagai sebuah proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan
proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun

v
vi

pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara reaksi
terhadap suatu perangsang tertentu. Jadi pada dasarnya belajar merupakan suatu
proses yang dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan perilaku berdasarkan latihan
dan pengalaman yang telah diperoleh.
Istilah pembelajaran sama dengan ”instruction” atau pembelajaran.
Pengajaran diartikan sebagai cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan.
(Purwadarminto, 1976, hal 22). Pembelajaran atau instruction/instruksional” atau
”pengajaran” yaitu sebuah usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar dengan jalan mengaktifkan faktor interen dan faktor ekstern dalam kegiatan
belajar mengajar. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No.
20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Jadi, metode pembelajaran adalah
cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat
informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang dipadukan dengan sebuah
usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor intern dan faktor eksteren dalam kegiatan belajar mengajar.
Kita mengenal adanya berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam
sistem pengajaran, antara lain:
1. Metode Ceramah

2. Metode Tanya Jawab

3. Metode Diskusi
4. Metode Kerja Kelompok
vii

5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen


6. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
7. Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi
8. Metode Drill (Latihan)
9. Metode Karya Wisata
10. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Sesuai dengan jenis dan macam metode di atas maka guru dapat
menggunakan satu atau dua dari metode pembelajaran tersebut untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Sesuai dengan pokok bahasan penulis, penulis akan menjelaskan tentang
metode sosiodrama Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah
metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan
karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari
kata sosio = sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam
kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau
benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang
fungsi sebagai orang yang dimainkannya.Kedua metode tersebut biasanya disingkat
menjadi metode “sosiodrama” yang merupakan metode mengajar dengan cara
mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Dalam penerapannya metode sosiodrama tetap mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan dan kelebihan tersebut antara lain sebagai berikut:
Kelebihan:
 Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat
berfantasi)
 Memupuk kerjasama antara siswa.
 Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
 Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
viii

 Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.


 Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn
v
waktu singkat.
Kelemahan:
 Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
 Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku
pemain sehingga merusak suasana.
 Sebagian siswa kurang berperan dalam permainan sehingga siswa tersebut
menjadi kurang aktif.
 Memerlukan banyak waktu untuk proses persiapan dalam rangka pemahaman
terhadap maksud pertunjukan.
Karena masih mempunyai kekurangan maka ada cara- cara yang dapat
ditempuh untuk mengatasi kekurangan metode sosiodrama, antara lain:
1. Guru harus mampu menerangkan kepada siswa bahwa dengan metode
ini diharapkan siswa dapat memecahkan berbagai macam masalah
yang berhumungan dengan sosial kemasyarakatan. Guru menunjuk
beberapa siswa untuk memerankan situasi yang dimaksud dan siswa
yang tidak ditnjuk dapat melakukan analisis dan memberikan
tanggapan terhadap apa yang telah dipentaskan.
2. Guru harus pandai-pandai memilih pokok pembahasan yang menarik
agar mendapat perhatian dari siswa dan menjelaskannya secara jelas
sehinggga siswa dapat memahaminya dengan baik.
3. Guru harus pandai-pandai mengatur adegan-adegan dalam permainan
sehingga maksud dapat tersampaikan.
4. Diusahakan siswa dapat berbicara dan melakukan gerakan-gerakan
yang mendukung sehingga maksud dapat tersampaikan dengan baik.

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah metode.
Sebenarnya, apakah arti metode itu. Secara sederhana, metode dapat diartikan sebagai
cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud tertentu. Dalam dunia
pendidikan kita mengenal adanya metode pembelajaran. Hal penting yang perlu kita
ketahui dalam metode pembelajaran adalah bahwa setiap metode pembelajaran yang
digunakan harus berhubungan dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tujuan untuk
mendidik peserta didik agar mampu memecahkan berbagai macam problematika
dalam belajar membutuhkan metode yang sesuai dan pas. Pembelajaran mempunyai
dua karakteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental
siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,
akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses dan tanya jawab terusmenerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Oleh karena itu, untuk mendorong dan mendukung keberhasilan guru
dalam proses belajar dan mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi dan tujuan,
langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai maka penyampaian
materi ajar mejadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi dapat
memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh
guru. Ada berbagai contoh metode pembelajaran, diantaranya metode ceramah,
metode tanya jawab (respons), metode diskusi, metode demonstrasi, metode
sosiodrama, metode karya wisata, metode kerj kelompok , metode latihan, metode
pemberian tugas, dan metode eksperimen. Dalam sistem pembelajaran, misalnya
2

pembelajaran bahasa dan sastra membutuhkan metode yang pas dan efektif sehingga
peserta didik dapat menyerap teori dan mengaplikasikannya dalam bentuk praktik.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menerapkan metode
sosiodrama dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan pertimbangan
mulai dari sistem pelaksanaanya yaitu peserta didik mendapat tugas dari guru untuk
mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta
didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial. Dalam hal ini
penulis juga akan mengungkapkn kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan
metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa dan sastra. Maka dari itu penulis akan
membahasnya dalam uraian singkat yang berjudul PENERAPAN METODE
SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA.

B. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam uraian ini lebih fokus dan terperinci maka penulis
membatasi permasalahan bahwa penerapan metode sosiodrama ini hanya pada
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia saja.

C. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian metode pembelajaran?
2. Ada berapa macam metode pembelajaran?
3. Apakah yang dimaksud metode sosiodrama?
4. Apa saja kebaikan dan kelemahan metode sosiodrama?
5. Bagaiman cara mengatasi kelemahan metode sosiodrama?

D. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat yang ingin penulis capai dalam penulisan ini
antara lain ingin mengetahui:
1. Pengertian metode pembelajaran.
3

2. Macam metode pembelajaran.


3. Pengertian metode sosiodrama.
4. Kebaikan dan kelemahan metode sosiodrama.
5. Cara mengatasi kelemahan metode sosiodrama.

BAB II
LANDASAN TEORI

Keberhasilan belajar bahasa dipengaruhi oleh faktor eksternal (guru,


lingkungan, teman, keluarga, orang tua, masyarakat, dan lain-lain) dan faktor internal
(motivasi, minat, bakat, sikap, kecerdasan, dan lain-lain).Berdasarkan faktor
eksternal, ada tiga prinsip belajar bahasa, yaitu : (a) memberikan situasi dan materi
belajar sesuai respon yang diharapkan siswa, (b) ada pengulangan belajar agar
sempurna dan tahan lam, (c) ada penguatan respon belajar siswa.
Berdasarkan faktor internal, belajar bahasa dapat dibantu dengan berbagai media
visual, audio, atau audio visual.

Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia juga dibutuhkan suatu strategi mengajar


agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Pengertian Strategi
Pembelajaran Bahasa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi bermakna
sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi dapat diartikan pula sebagai upaya untuk mensiasati agar tujuan suatu
kegiatan dapat tercapai. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah
menguasai berbagai metoda/teknik pembelajaran. ciri suatu metode/teknik
pembelajaran yang baik adalah mengundang rasa ingin tahu murid, menantang murid

3
4

untuk belajar, mengaktifkan mental, fisik, dan psikis murid, memudahkan guru,
mengembangkan kreativitas murid, mengembangkan pemahaman murid terhadap
materi yang dipelajari.Beberapa metode/teknik yang perlu dikuasai guru dalam
mengajarkan bahasa antara lain : diskusi, inkuiri, sosiodrama (bermain peran), tanya
jawab, penugasan, latihan, dan bercerita. (http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-
tugas-makalah/bahasa-indonesia/pembelajaran-bahasa-indonesia)

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan


guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20
tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran mempunyai dua
karakteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental
siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat,
akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses dan tanya jawab terusmenerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Dalam pengajaran bahasa diperlukan metode-metode yang sesuai agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Dalam penerapan metode tersebut pun seorang guru
juga harus pandai-pandai membaca situasi agar dalam penyampaian materi dapat
dipahami oleh siswanya. Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam penyampaian materi, salah satunya adalah dengan
menerapkan metode sosiodrama dan bermain peran dalam pembelajaran bahasa.
5

Sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode
mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya
dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio =
sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan
manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara
dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai
orang yang dimainkannya. Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode
“sosiodrama” yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan
kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu. Dari definisi di atas maka dapat ditarik sebuah gambaran singkat
bahwa guru dapat menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa
dengan pertimbangan siswa akan dituntut untik lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
6

BAB III
METODE PENULISAN

A. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur dalam pengumpulan data karya tulis ini dilakukan dengan teknik
studi pustaka. Data-data dalam karya tulis ini diambil dari berbagai media tulisan
berupa sumber-sumber dari buku yang memuat informasi tentang hal-hal yang
berhubungan dengan metode sosiodrama. Selain itu,penulis juga mengambil
data-data informasi dari internet yang berhubungan dengan metode sosiodrama
untuk menambah penjelasan-penjelasan yang ada dalam karya tulis ini.
B. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam karya tulis ini diolah dengan cara menyajikan dan
menganalisis data dan kemudian menarik kesimpulan dari berbagai data yang
ada. Dalam halini,penulis mengambil beberapa pernyataan dari buku-buku yang
relevan dengan judul dan beberapa sumber dari internet. Setelah itu, penulis
7

menganalisis data-data yang ada kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data


yang telah ada.
C. Analisis-Sintesis
Dalam hal ini, penulis berusaha mengungkapkan berbagai macam metode
pembelajaran yang ada dengan memberikan sedikit gambaran mengenai
pengertian dari semua metode pembelajaran. Setelah itu penulis berusaha
menjelaskan bagaimana konsep pembelajaran sosiodrama disertai juga dengan
kekurangan dan kelebihan berikut juga cara mengatasi kekurangan metode
sosiodrama.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran


Istilah metode dapat kita artikan sebagai sebuah cara, yaitu cara yang teratur
dan sistematis untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Istilah pembelajaran sama
dengan ”instruction” atau pembelajaran. Pengajaran diartikan sebagai cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan. (Purwadarminto,1976, hal 22). Bila
pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar tentunya ada yang mengajar yaitu
guru, dan ada yang diajar yaitu siswa. Situasi yang memungkinkan terjadinya
kegiatan belajar yang optimal adalah situasi dimana seorang siswa dapat berinteraksi
dengan guru dan bahan pengajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka
tercapainya tujuan.
8

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa kegiatan belajar


mengajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang melibatkan komponen-komponen
antara lain siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi. Belajar
merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan,
proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami
sesuatu yang dipelajari. Perubahan perilaku sebagai hasil proses belajar dipengaruhi
oleh faktor dari dalam individu (faktor intern) seperti perhatian, minat, motivasi,
kebiasaan, usaha dan sebagainya. Faktor dari luar faktor dari luar (eksternal) dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh suatu bentuk gambaran atau


pengertian ”pembelajaran atau instruction/instruksional” atau ”pengajaran” yaitu
sebuah usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor interen dan faktor eksteren dalam kegiatan belajar mengajar.
Jadi, metode pembelajaran adalah cara yang teratur untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang dipadukan dengan sebuah usaha sadar dan disngaja oleh guru untuk membuat
6
siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor interen dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar.

B.Macam-macam Metode Pembelajaran


Dalam menggunakan model mengajar, sebaiknya guru harus menguasai
metode-metode mengajar agar bisa melaksanakan proses belajar mengajar dengan
sebaik-baiknya. Tidak ada metode yang dianggap paling baik diantara metode-metode
yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu,
pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk
situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok
bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil
9

dibawakan oleh guru lain dalam situasi dan kondisi yang sama maupun situasi dan
kondisi yang berbeda.

Winarno Surakhmad dalam bukunya “Pengantar interaksi belajar mengajar”


menggolongkan metode metode itu menjadi dua golongan ialah: Metode interaksi
secara individual dan secara kelompok. Namun perlu diketahui bahwa kiasifikasi
tersebut tetaplah bersifat fleksibel.

1. Metode Ceramah

Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap
kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara". Dalam
ceramahnya kemungkinan guru menyelipkan atau melemparkan pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa, akan tetapi kegiatan belajar siswa terutama mendengarkan
dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting, yang dikemukakan oleh guru; bukan
menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa yang dilemparkan atau pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Dalam lingkungan dunia pendidikan modern, ceramah sebagai metode
mengajar telah menjadi salah satu persoalan yang tak asing untuk diperdebatkan.
Sebagian kurang setuju dengan metode ceramah dengan alasan bahwa cara sebagai
metode mengajar kurang efisien dan siswa kurang dapat belajar dengan aktif karena
hanya menerima materi dari guru saja. Sebaliknya, sebagian berpendapat bahwa
ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan dalam setiap pertemuan di kelas guru
tidak mungkin meninggalkan ceramah walaupun hanya sekedar sebagai kata
pengantar pelajaran atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran.
Kita tidak dapat menghakimi metode ceramah sebagai metode yang baik atau
metode yang buruk, tetapi itu semua tergantung dari situasi . Guru yang bijaksana
senantiasa menyadari kondisi-kondisi yang berhubungan situasi pengajaran yang
dihadapinya, sehingga ia dapat menetapkan kapan metode ceramah digunakan, dan
10

kapan sebaiknya dipakai metode lain. Tidak jarang guru yang hanya menggunakan
metode ceramah untuk segala macam situasi. Kelemahan ini juga merupakan salah
satu sebab mengapa metode ceramab dikritik orang, dan sering dirangkaikan dengan
sifat verbalistis (kata-kata tetapi tidak mengerti artinya).
Oleh jarena iu guru harus mampu mempersiapkan bahan ceramah yang efektif
agar sesuai dengan situasi, langkah-langkah tersebut antra lain:
a. Tujuan pembicaraan (ceramah) harus dirumuskan dengan jelas.
b. Setelah menetapkan tujuan, harus diteliti apakah metode ceramah merupakan
metode yang sudah tepat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Sering
terjadi setelah melihat tujuan dan metode ternyata untuk keperluan ini lebih
tepat digunakan metode lain. Menyusun ceramah dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
 bahan ceramah dapat dimengerti dengan jelas, maksudnya setiap
pengertian dapat menghubungkan pembicaraan dengan pendengar
dengan tepat.
 Dapat menangkap perhatian siswa
 Memperlihatkan kepada pendengar bahwa bahan yang mereka peroleb
berguna bagi kehidupan mereka.

c. Menanamkan pengertian yang jelas. Hal ini dapat dilaksanakan dengan


berbagai jalan. Salah satu diantaranya adalah : guru memulai pembicaraan
dengan suatu ikhtisar/ringkasan tentang pokok-pokok yang akan diuraikan.
Kemudian menyusul bagian dari pokok bahasan yang merupakan inti, dan
akhimya disimpulkan kembali pokok-pokok yang penting dari pembicaraan
itu. Jalan lain yang dapat ditempuh misalnya, untuk setiap ungkapan sulit,
terlebih dahulu dikemukakan contoh-contoh. Atau guru terlebih dahulu
mengemukakan suatu cerita singkat bersifat ilustratif, sehingga dapat
11

menggambarkan dengan jelas apa yang dimaksud.

d. Menangkap perhatian siswa dengan menunjukkan penggunaannya. Siswa


akan tertarik bila mereka melihat bahwa apa yang di pelajari berguna bagi
kehidupan. Sebuah teknik yang sering dapat menguasai perhatian siswa pada
awal ceramah sampai selesai adalah dengan menghadapkan siswa pada
pertanyaan. Dengan pertanyaan itu mereka diajak berpikir dan seterusnya
mengikuti pembicaraan guru.
2. Metode Tanya Jawab
Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa
berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan juga peran aktif siswa
yang mencakup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbangan ide-ide sehingga siswa
dapat turut belajar secara aktif dalam sistem belajar mengajar.. Cara pengajaran yang
seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah: (1) metode tanya-jawab, dan (2)
metode diskusi.
Perbedaan pokok diantara metode tanya-jawab dengan metode diskusi terletak
pada:
1. Corak atau tipe pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2. Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa. Pada hakekatnya
metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud
ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode
tanya-jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual. Sebaliknya
dengan metode diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang
agak berbeda sifatnya. Di sini guru merangsang siswa untuk menggunakan
fakta-fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan.
Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan
tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban dan bisa menghadirkan
berbagai macam pendapat.
12

Metode tanya-jawab digunakan dengan maksud :


a. Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu atau pelajaran yang telah
disampaikan oleh guru
b. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
c. Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa
3.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan
modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian rumit dan
kompleksnya masalah tersebut, sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu
jawaban saja, melainkan harus menggunakan segala pengetahuan yang kita miliki
untuk mencari pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih dari satu
jawaban yang benar sehingga kita harus menemukan jawaban yang paling tepat
diantara sekian banyak jawaban tersebut.
. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat
ataupun dunia pendidikan, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama...
Penggunaan metode diskusi :
Seperti telah disinggung di atas bahwa metode tanya-jawab dengan diskusi saling
mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi, tetapi
ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk memecahkan
masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapat-pendapat
berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan terdapat
banyak jawaban yang benar.
Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk metode diskusi:
a. Menguji kemungkinan jawaban yang dapat dipertahankan lebih dari sebuah
pendapat.
b. Tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar” tetapi lebih menekankan
kepada “mempertimbangkan dan membandingkan”.
13

Misalnya : Manakah kiranya yang paling baik, pemecahan mana yang mungkin
lebih berhasil, manakah yang akan lebth membenikan manfaat.
c. Menarik minat siswa dan sesuai dengan taraf kemampuannya.
Peranan guru atau pemimpin diskusi:
Pimpinan diskusi dapat dipegang oleh guru sendiri, tetapi dapat juga diserahkan
kepada siswa bila guru ingin memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
memimpin. Kecakapan memirnpin diskusi memang harus dilatih, bila kita
menginginkan keberhasilan suatu diskusi. Seseorang yang belum berpengalaman
dalam suatu diskusi dapat kebingungan, apabila terjadi pembicaraan yang jauh
menyimpang dari pokok persoalan. Dapat pula terjadi, seseorang yang senang
berbicara akan menguasai seluruh pembicaraan sehingga tidak memberi kesempatan
kepada yang lain untuk mengemukakan pendapat. Demikian pula bila diantara para
peserta diskusi saling bertentangan pendapat, bagi pemimpin yang belum terampil,
tidak dapat mencarikan jalan tengah sehingga diskusi berakhir tanpa adanya
kesimpulan yang jelas. Bila siswa belum pernah mengenal tata cara diskusi, mereka
akan berbicara secara serempak atau spontan menanggapi bila ada suatu pendapat
yang menarik, juga sering beberapa siswa belum memahami persoalan, sehingga
memberikan komentar yang menyimpang dan berkepanjangan. Akibatnya suasana
jadi menjemukan dan tidak dapat dilihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.
.
4. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar
dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas
kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. Sebagai
metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai barmacam macam
tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa fäktor misalnya tujuan
khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di
dalam keIas.
14

Penggunaan metode kerja kelompok :


a. Pengelompokan untuk mengatasi kekurangan alat-alat pelajaran :
Dalam sebuah kelas, guru akan mengajarkan Sejarah Mesir kuno; Ia tidak
mempunyai bahan bacaan yang cukup untuk tiap siswa. Maka untuk memberi
kesempatan yang sebesar-besamya kepada siswa, kelas dibagi atas beberapa
kelompok. Tiap kelompok diberi sebuah buku untuk dibaca dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telab disediakan guru.

b. Pengelompokan atas dasar perbedaan kemampuan belajar :


Di suatu kelas, guru dihadapkan pada persoalan bagai mana melaksanakan tugas
sebaik-baiknya terhadap kelas yang sifatnya heterogen, yakin berbeda-beda
dalam kemampuan belajar. Pada waktu pelajaran matematika, Ia menemukan
bahwa ada lima orang siswa tidak sanggup memecahkan soal seperti teman-
teman lainnya. Guru menyadari bahwa ia tidak mungkin rnengajar kelas dengan
menyamaratakan seluruh siswa, karena ada perbedaan dalam kesanggupan
belajar. Maka ia membagi para siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota
yang mempunyai kemampuan setaraf kemudian diberi tugas sesuai dengan
kemampuan mereka. Sekali-kali ia meninjau secara bergilir untuk melihat
kelompok mana yang membutuhkan pertolongan atau perhatian sepenuhnya.

c. Pengelompokan atas dasar perbedaan minat belajar :


Pada suatu saat para siswa perlu mendapat kesempatan untuk memilih suatu
pokok bahasan yang sesuai dengan minatnya. Untuk keperluan ini guru
memberikan suatu pokok bahasan yang terdiri dari beberapa sub-pokok bahasan.
Siswa yang berminat sama dapat berkumpul pada suatu kelompok untuk
mempelajari sub-pokok bahasan yang dimaksud.
15

d. Pengelompokan untuk memperbesar partisipasi tiap siswa :


Di suatu kelas, guru sedang mengajarkan kesusastraan. Ia memilih suatu
masalah tentang lahirnya sastra baru. Dikemukakanlah masalah-masalah khusus,
satu diantaranya ialah mengapa ada pendapat yang mengatakan bahwa
kesadaran kebangsaanlah yang menjadi perbedaan hakiki antara kesusastraan
Melayu dengan kesusastraan Indonesia. Guru tidak mempunyai waktu yang
berlebihan, akan tetapi ia mengingjnkan setiap siswa berpartisipasi secara
penuh. Untuk setiap masalah diperlukan pendapat atau diskusi. Maka
dipecahkan kesatuan kelas itu menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil
dengan tugas membahas permasalahan tersebut dalam waktu yang sangat
terbatas. Selesai pembahasan kelompok, setiap kelompok rnengemukakan
pendapat yang dianggap pendapat kelompok tersebut. Cara mengajar ini
dimaksudkan untuk merangsang tiap siswa agar ikut serta dalam setiap masalab
secara intensif. Tak ada seorangpun diantara mereka yang merasa mendapat
tugas lebih berat dari pada yang lain. Pengelompokkan sementara dan pendek
semacam ini disebut juga rapat kilat.

e. Pengelompokan untuk pembagian pekerjaan :


Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan
waktu untuk mem peroleh berbagal informasi yang dapat menunjang pemecahan
persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi
beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok
menyelesaikan satu aspek persoalan). Siswa harus mengumpulkan data, baik
dari lingkungan sekitar maupun melalui bahan kepustakaan. Oleh karena itu
proyek ini tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat seperti halnya rapat
kilat, melainkan kemungkinan membutuhkan waktu beberapa minggu. Jadi
pengelompokkan disini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan
agak luas. Kerja kelonipok ini membutuhkan waktu yang panjang.
16

f. Pengelompokan untuk belajar bekerja sama secara efisien menuju ke suatu


tujuan :
Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan
siswa, kemudian membagi siswa menurut jenis dan sifat tugas, mengawasi
jalannya kerja kelompok, dan menyimpulkan kemajuan kelompok. Di sini jelas
walaupun siswa bekerja dalam kelompok masing-masing dan melaksanakan
bagiannya sendiri-sendiri, namun mereka harus memusatkan perhatian pada
tujuan yang akan dicapai, dan menjaga agar jangan sampai keluar dan persoalan
pokok. Lain halnya dengan pengelompokkan untuk pembagian pekerjaan seperti
tersebut di atas, tugas kelompok di sini tidak penlu diselesaikan dalam jangka
waktu panjang, guru dapat memilih persoalan yang dapat didlskusikan di kelas.
5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Antara metode demonstrasi dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi
dalam praktek sering dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi.
Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar di mana seorang guru, orang
luar atau manusia sumber yang sengaja diminta atau siswa menunjukkan kepada kelas
suatu benda aslinya, tiruan (wakil dari benda asli) atau suatu proses, misalnya
bagaimana cara membuat peta timbul, bagaimana cara menggunakan kamera dengan
hasil yang baik, dan sebagainya. Sedangkan metode eksperimen ialah suatu metode
mengajar di mana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta
mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, karena ingin memperoleh
jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik, mengetahui
elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui apakah
yang akan terjadi, dan sebagainya.
Dari kedua batasan tersebut dapat diketahui bahwa sebuah eksperimen dapat juga
dijadikan demonstrasi. Misalnya guru dengan beberapa orang siswa mengadakan
eksperimen mengenai pengaruh tekanan udara terhadap sebuab kaleng minyak tanah
yang kosong, yang sudab dipanasi lebib dulu, kemudian ditutup rapat-rapat dan
segera disiram air dingin. Para siswa melihat peristiwa itu sebagai demonstrasi.
17

Dalarn hal ini eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi. Metode ini sering
juga disebut metode ilmiah, sebab metode inilah yang dipakai untuk menguji
hipotesis.
Penggunaan metode demontrasi dan eksperimen adalah :
a. Untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana cara mengatur sesuatu”
b. Untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana membuatnya"
c. Untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana bekerjanya”
d. Untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana mengerjakannya”
e. Untuk menjawab pertanyaan “Cara manakah yang lebih baik”
f. Untuk menjawab pertanyaan “Terdiri dari apa”
g. Untuk mengetahui “kebenaran dari sesuatu”
6. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang
mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam
pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial
dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan
manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara
dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai
orang yang dimainkannya.
Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk memberikan
pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian diambil
kesimpulan.
Dalam diskusi kemungkinan terjadi diskusi yang seru karena adanya perbedaan
pendapat. Timbul pertanyaan, apakah dalam keadaan yang sebenamya mereka juga
berani berkata demikian? Sampai dimanakah manusia dapat mengambil kesimpulan
atau keputusan yang sama apabila dalam situasi yang menekan. Permainan peranan
ini menimbulkan sejumlah masalah yang perlu dicamkan oleh para siswa. Perasaan
mereka dapat diperkuat oleh pengalaman yang realistis itu.
Bila metode ini dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat yang dapat
18

dipetik, sebagai metode cara ini : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui
adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. (2)
Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut
merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia,
seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film
seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain
sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan
memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.
Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang bijaksana akan
menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham akan tujuan yang
dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya kurang tepat untuk
tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari pentingnya langkah langkah
dalam metode ini.
7. Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi
Metode ini mengandung tiga unsur ialah:
 Pemberian tugas.
 Belajar.
 Resitasi.
Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai
suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut
siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa
diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah
resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan
atau dipelajari. Jadi metode pembenian tugas belajar dan resitasi atau biasanya
disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru
membenkan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil
tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan "home work" (pekerjaan rumah),
19

padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang


lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah.
Sedangkan resitasi, tugas yang dibenikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di
rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratonium, atau ditempat-
tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi
resitasi lebih luas daripada home-work. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan
ialah:
 Mempunyai unsur tugas.
 Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya.
 Mempunyai unsur didaktis pedagogis.
Tujuan pemberian tugas :
Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena
pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran
yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-
soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bermaksud agar anak-anak
tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan
pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh
sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan
oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun ekstra kurikuler.
Penggunaan metode resitasi :
Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan:
 Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima.
 Melatih siswa ke arah belajar mandiri.
 Siswa dapat membagi waktu secara teratur.
 Agar siswa dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.
 Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk
menyelesaikan tugas.
 Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan
di luar kelas.
20

8. Metode Drill (Latihan)


Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan
tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan
tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar
yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu
diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka
keterampilan akan lebih disempurnakan.
Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan
ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak
diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului
dengan pengertian dasar.
Drill wajar digunakan untuk :
 Kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga,
menari, pertukangan dan sebagainya).
 Kecakapan mental, misalnya: Menghafal, menjumlah, menggalikan, membagi
dan sebagainya.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka
diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
 Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui
apa yang harus dikerjakan.
 Lama latthan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
 Selingilah latihan agar tidak membosankan.
 Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan
secara kiasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan
pula.
21

9. Metode Karya Wisata


Dengan metode karyawisata, guru mengajak siswa ke suatu tempat (objek)
tertentu untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah.
Berbeda dengan darmawisata, di sini para siswa sekedar pergi ke suatu tempat untuk
rekreasi. Metode karyawisata berguna bagi siswa untuk membantu mereka
memahami kehidupan ril dalam lingkungan beserta segala masalahnya . Misalnya,
siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat
yang mengandung nilai sejarah/kebudayaan tertentu.
Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Persiapan
Merencanakan tujuan karyawisata. Untuk menetapkan tujuan ini ditunjuk suatu
panitia dibawah bimbingan guru, untuk mengadakan survei ke obyek yang
dituju. Dalam kunjungan pendahuluan ini sudah harus diperoleh data tentang
objek antara lain tentang lokasi, aspek-aspek yang dipelajari, jalan yang
ditempuh, penginapan, makan dan biaya transportasi, bila objek yang dituju
jauh.
b. Perencanaan
 Hasil kunjungan pendahuluan (survei) dibicarakan bersama dalam
rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan karyawisata,
pembagian objek sesuai dengan tujuan,jenis objek sesuai dengan
tujuan, jenis objek serta jumlah siswa.
 Dibentuk panitia secara lengkap, termasuk ketua tiap kelompok/seksi.
 Menentukan metode mengumpulkan data, mungkin berwujud
wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi.
 Penyusunan acara selama karyawisata berlangsung. Kepada para siswa
harus ditanamkan disiplin dalam mentaati jadwal yang telah
direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan
rencana.
22

 Mengurus perizinan.
 Menentukan biaya, penginapan, konsumsi serta peralatan yang
diperlukan.
c. Pelaksanaan :
Siswa melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan
dalam rencana kunjungan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, bila perlu
menegur sekiranya ada siswa yang kurang mentaati tata tertib sesuai acara.
d. Pembuatan laporan :
Hasil yang diperoleh dan kegiatan karyawisata ditulis dalam bentuk laporan
yang formatnya telah disepakati bersama.

10. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang
mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan. Adakalanya
manusia memecahkan masalah secara instinktif (naluriah) maupun dengan
kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.

Pemecahan secara instinktif merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajari,
seringkali berfaedah dalam situasi yang luarbiasa. Misalnya seseorang yang dalam
keadaan terjepit karena bahaya yang datangnya tak disangka, maka secara spontan
mungkin ia melompati pagar atau selokan dan berhasil, yang seandainya dalam
keadaan biasa hal itu tak mungkin dilakukan. Dalam situasi yang problematis, baik
manusia maupun binatang, dapat menggunakan cara "coba-coba, salah", mencoba
lagi (trial and error) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf problem
solving pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah
dengan rasio (akal), disamping memiliki bahasa. Oleh karena itu manusia dapat
memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.
Dalam menghadapi masalah yang lebih pelik, manusia dapat menggunakan cara
23

ilmiah. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah pada umumnya mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
 Memahami masalah; Masalah yang dihadapi harus dirumuskan, dibatasi dengan
teliti. Bila tidak, usahanya akan sia-sia.
 Mengumpulkan data; Kalau masalah sudah jelas, dapat dikumpulkan
data/informasi/keterangan-keterangan yang diperlukan.
 Merumuskan hipotesis (jawaban sementara, yang mungkin memberi
penyelesaian); dan keterangan keterangan yang diperoleh, mungkin timbul suatu
kemungkinan yang memberi harapan yang akan membawa pada pemecahan
masalah.
 Menilai hipotesis; Dengan jalan berpikir dapat diperkirakan akibat-akibat suatu
hipotesis. Kalau ternyata bahwa hipotesis ini tidak akan memberi basil baik,
maka dimulai lagi dengan langkah kedua.
 Mengadakan eksperimen/menguji hipotesis; Bila suatu hipotesis memberi
harapan baik, maka diuji melalui eksperimen. Kalau berhasil, berarti masalah ini
dipecahkan. Tetapi kalau tidak berhasil, harus kembali lagi dari langkah-langkah
kedua atau ketiga.
 Menyimpulkan; Laporan tentang keseluruhan prosedur pernecahan masalah
yang diakhiri dengan kesimpulan. Di sini kernungkinan dapat dicetuskan suatu
prinsip atau hukum. Kesanggupan memecahkan masalah harus diajarkan kepada
para siswa, sebab pemecahan masalah secara ilmiah (scientific method) berguna
bagi mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Metode ini selain dapat
digunakan untuk mernecahkan masalah dalam berbagai bidang studi, juga dapat
digunakan untuk pemecahan yang berkaitan dengan kebutuhan siswa dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Pengertian Metode Sosiodrama


Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan cara bertingkah laku
dalam hubungan sosial, bermain peranan menekankan kenyataan, siswa
24

diikutsertakan dalam peranan. Metode sosiodrama dan bermain peranan


merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat
dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan.
Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial dan drama. Kata drama adalah
suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan manusia yang mengandung
konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih.
Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang
dimainkannya.
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama”
yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa
tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah
pimpinan guru, Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah
laku dalam hubungan antara sesama manusia. Cara yang paling baik untuk
memahami nilai sosiodrama adalah mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti
penuturan terjadinya sosiodrama dan mengikuti langkah-langkah guru pada saat
memimpin sosiodrama.
Guru memberi kesempatan kepada para pendengar (siswa lain) untuk
memberikan pendapat atau mencari pemecahan dengan cara-cara lain, kemudian
diambil kesimpulan.
Dalam diskusi kemungkinan terjadi diskusi yang seru karena adanya
perbedaan pendapat. Permainan peranan ini menimbulkan sejumlah masalah yang
perlu dicamkan oleh para siswa. Perasaan mereka dapat diperkuat oleh
pengalaman yang realistis itu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode ini adalah:

• Penetuan topik

• Penentuan anggota pemeran


25

• Pembuatan lembar kerja

• Latihan singkat dialog

• Pelaksanaan pemainan peran


Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru, banyak manfaat
yang dapat dipetik, sebagai metode cara ini :
1. Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui adegan-adegan, hal mana tidak
selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.
2. Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut
merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama
manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam
suasana film seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi,
gembira dan lain sebagainya.
3. Siswa dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam
pengertian mereka tentang orang lain.
(http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_b12.htm
l)
Selain mempunyai manfaat, metode sosiodrama juga memiliki tujuan
tertentu, yaitu:
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode ini adalah :
1. Agar siswa dapat menghayati dan mengehargai perasaan orang lain

2. Dapat belajar bertanggung jawab

3. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok


secara spontan

4. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.


26

(metode-pengajaran.doc)
Sebaliknya betapapun besar nilai metode ini ditangan yang kurang
bijaksana akan menjadi nihil. Pada umumnya karena guru sendiri tidak paham
akan tujuan yang dicapai, atau guru memilih metode ini walaupun sebenarnya
kurang tepat untuk tujuan tertentu. Dapat terjadi guru tidak menyadari pentingnya
langkah langkah dalam metode ini. Adapun Suhirman menyatakan langkah-
langkah dalam metode sosiodrama antara lain sebagai berikut:

Langkah-langkah melaksanakan Sosiodrama

1. Menentukan pokok persoalan / tema sosial yang akan disosiodramakan


2. Memilih para pelaku, yaitu anak yang memahami persoalan dan mempunyai
daya fantasi, bukan anak yang pandai melucu atau pemalu.
3. Mempersiapkan peranan.
Berilah waktu sekitar tiga menit kepada anak untuk keluar kelas dan
mempersiapkan diri sebagai orang yang diperankannya. Mereka dapat
berunding sebentar.
4. Mempersiapkan para penonton.
Siswa yang lain berperan sebagai penonton dan diminta untuk mengambil
sikap seandainya memainkan peranan yang dilihat, apa yang harus dilakukan.
5. Pelaksanaan sosiodrama.
Guru memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk melaksanakan peran
yang dimainkan. Waktu untuk sosiodrama biasanya sekitar lima menit

6. Follow up.
Selesai sosiodrama, diadakan diskusi yang untuk menanggapi segalam
permasalahan yang telah diperankan.
(http://www.mitrapulsa.com/metodemengajar.html)
27

D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sosiodrama


Dalam penerapannya dalam sistem belajar mengajar tentu saja metode
ini mempunyai beberapa kekurangan dan juga beberapa kelebihan karena pada
dasarnya metode pembelajaran tidak ada yang paling baik akan tetapi saling
melengkapi anrtara metode yang satu dngan metode yang lainnya. Kelebihan dan
kekurangan tersebut dapat dirinci cebagai berikut:
Kelebihan dan kelemahan sosiodrama :
Kelebihan:
 Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan siswa dapat
berfantasi)
 Memupuk kerjasama antara siswa.
 Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
 Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
 Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
 Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalarn
waktu singkat.
Kelemahan:
 Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak tercapai.
 Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah laku
pemain sehingga merusak suasana.
 Sebagian siswa kurang berperan dalam permainan sehingga siswa tersebut
menjadi kurang aktif.
 Memerlukan banyak waktu untuk proses persiapan dalam rangka pemahaman
terhadap maksud pertunjukan.

E. Cara mengatasi Kekurangan Metode Sosiodrama


Dengan adanya berbagai bentuk kekurangan yang ada dalam metode
sosiodrama maka sebagai guru harus mampu mengambil tindakan untuk
28

meminimalkan kekurangan-kekuranagan tersebut. Usaha –usaha yang dapat


dilakukan oleg guru antara lain:
1. Guru harus mampu menerangkan kepada siswa bahwa dengan metode ini
diharapkan siswa dapat memecahkan berbagai macam masalah yang
berhumungan dengan sosial kemasyarakatan. Guru menunjuk beberapa
siswa untuk memerankan situasi yang dimaksud dan siswa yang tidak
ditnjuk dapat melakukan analisis dan memberikan tanggapan terhadap apa
yang telah dipentaskan.
2. Guru harus pandai-pandai memilih pokok pembahasan yang menarik agar
mendapat perhatian dari siswa dan menjelaskannya secara jelas sehinggga
siswa dapat memahaminya dengan baik.
3. Guru harus pandai-pandai mengatur adegan-adegan dalam permainan
sehingga maksud dapat tersampaikan.
4. Diusahakan siswa dapat berbicara dan melakukan gerakan-gerakan yang
mendukung sehingga maksud dapat tersampaikan dengan baik

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka
dapat ditarik kesimpulan :
a. Metode pembelajaran adalah cara yang teratur untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan yang dipadukan dengan sebuah usaha sadar dan disngaja
oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor
interen dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Kita mengenal adanya berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam
sistem pengajaran, antara lain:
29

1. Metode Ceramah

2. Metode Tanya Jawab

3. Metode Diskusi

4. Metode Kerja Kelompok

5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

6. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

7. Metode Pemberian Tugas Belajar dan Resitasi

8. Metode Drill (Latihan)

9. Metode Karya Wisata

10. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

c. Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan cara bertingkah laku


dalam hubungan sosial, bermain peranan menekankan kenyataan, siswa
diikutsertakan dalam peranan. Metode sosiodrama dan bermain peranan
merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang
dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih
gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial dan drama.

d. Kelebihan dan kelemahan sosiodrama

Kelebihan:
1. Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang dimainkan
siswa dapat berfantasi)
2. Memupuk kerjasama antara siswa.
30

3. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.


4. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.
5. Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
6. Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan
dalarn waktu singkat.
Kelemahan:
1. Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan tujuan tak
tercapai.
2. Pendengar (siswa yang tak berperan) sening mentertawakan tingkah
laku pemain sehingga merusak suasana.
3. Sebagian siswa kurang berperan dalam permainan sehingga siswa
tersebut menjadi kurang aktif.
4. Memerlukan banyak waktu untuk proses persiapan dalam rangka
pemahaman terhadap maksud pertunjukan.

e. Cara Mengatasi Metode Sosiodrama

1. Guru harus mampu menerangkan kepada siswa bahwa dengan metode ini
diharapkan siswa dapat memecahkan berbagai macam masalah yang
berhumungan dengan sosial kemasyarakatan. Guru menunjuk beberapa
siswa untuk memerankan situasi yang dimaksud dan siswa yang tidak
ditnjuk dapat melakukan analisis dan memberikan tanggapan terhadap
apa yang telah dipentaskan.
2. Guru harus pandai-pandai memilih pokok pembahasan yang menarik
agar mendapat perhatian dari siswa dan menjelaskannya secara jelas
sehinggga siswa dapat memahaminya dengan baik.
3. Guru harus pandai-pandai mengatur adegan-adegan dalam permainan
sehingga maksud dapat tersampaikan.
31

4. Diusahakan siswa dapat berbicara dan melakukan gerakan-gerakan yang


mendukung sehingga maksud dapat tersampaikan dengan baik.

2. Saran
Dari penulisan ini penulis menyarankan kepada guru pengampu mata
pelajaran bahasa agar mampu memilih metode yang pas dan sesuai dengan
situasi sehingga materi yang disampaikan dapat diserap secara maksimal oleh
siswa dan siswa dapat menerapkan prinsip belajar siswa aktif dalam proses
belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
26

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gini dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran 1. Depdikbud RI UNS.
Richard Dunne & Ted Wragg.1996. Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mangajar, Penerbit Rineka Cipta, Cetakan ke tujuh ,
Maret 2008
32

Sayiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka
Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006
Sayiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didk – dalam interaks edukatif, Penerbit
Rineka Cipta, Cetakan Pertama , Februari 2000
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Anonim. 202.152.33.84/index.php, Minggu, 28 September 2008
Anonim .pakguru online.pendidikan.net, Minggu, 28 September 2008
Anonim.http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_b12.ht
ml. Selasa, 13 Oktober 2008
Dyah. Metode Pengajaran. akta408.files.wordpress.com/2008/09/31-dyah-metode-
pengajaran.doc - Selasa, 13 Oktober 2008

You might also like