Professional Documents
Culture Documents
Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari. Raja-raja Tumapel versi Pararaton adalah: 1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1247) 2. Anusapati (1247-1249) 3. Tohjaya (1249-1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250-1254) 5. Kertanagara (1254-1292) Raja-raja Tumapel versi Nagarakretagama adalah: 1. 2. 3. 4. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227) Anusapati (1227-1248) Wisnuwardhana (1248-1254) Kertanagara (1254-1292)
Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu dalam versi Nagarakretagama tidak diberitakan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pijian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib. Di antara nama para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Prasasti Mula Malurung misalnya, ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja bawahan di Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Jadi, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 perlu dibetulkan. Yang benar adalah, Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu. Baru pada tahun 1268 atau 1270, ia bertakhta di Singhasari.
Pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti yang digambarkan bagai Wisnu dan Indra itu merupakan suatu upaya untuk menghentikan perseteruan antara keluarga Tunggul Ametung dan Ken Arok yang telah menewaskan raja-raja sebelumnya.